Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

MIOMA UTERI

DOSEN PEMBIMBING: Irma Triani,SKM,M.Kes

OLEH:

BELLA ADHITYA MAHATVA

20186523009

SERJANA TERAPAN KEPERAWATAN dan NERS PONTIANAK

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

“MIOMA UTERI”

Telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik dan dosen pembimbing

Telah disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing akademik dosen pembimbing

Ns. Revani Hardika M.Kep Irma Triani,SKM,M,Kes

Mahasiswa

Bella Adhitya Mahatva

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3

A. KONSEP PENYAKIT 4

1. DEFINISI 4

2. ETIOLOGI 4

3. TANDA & GEJALA 5

4. PATOFISIOLOGI 7

5. KOMPLIKASI 8

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 9

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 10

1. PENGKAJIAN 10

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 11

3. INTERVENSI 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................14

3
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leiomioma, atau fibroid.Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul,
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling
sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi.

2. ETIOLOGI
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
a. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri
lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging
babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan
respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:

4
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel yang mati
diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang
tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu
mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami
hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak
dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani, 2017).
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi
dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada makanan,
ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam
makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin
sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.
Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan
senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel. Berikut
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping faktor
predisposisi genetik.
a) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.
b) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode
ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

5
3. TANDA & GEJALA
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri
menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore,
menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dar ipenelitian multisenter
yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering
adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri
perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter, dan
usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi
(13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas
terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma
uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal,
dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul
a. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah.
b. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi,
menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang menyatakan
perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau
kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan
yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada
endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur
fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari
miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang
merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki
reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan
menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory
factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga
menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis setempat
dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan muntah-muntah.
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat
syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah
d. Pressure Effects ( Efek Tekenan )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di
sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan
langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria.

6
Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat
menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-
kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.
e. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih belum
jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus
karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma
dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi
pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi
karena kompresi massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

4. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula
atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi
mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka
korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma
dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas
dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin
hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari
benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium
(submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah
dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma
yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi.

7
5. KOMPLIKASI
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari :
1) Mioma uteri subserosa.
2) Mioma uteri submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.

8
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.

Pengaruh kehamilan terhadap mioma


uteri

a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.


b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan
adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa
bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus
membesar dan berbentuk tak teratur.
c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin
darah.
g. Tes kehamilan.

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan
haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti
rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah
dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan
tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah
a) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
6) Faktor Psikososial
a) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
b) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau

10
tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
7) Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
8) Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
9) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
10) Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak
dan abdomen.
h) Abdomen
 Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
 Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
 Perkusi: timpani, pekak
 Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi.

11
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
c. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki
anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
d. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang
berulang-ulang.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

8. INTERVENSI
D T I R
i u n a
a j t s
g u e i
n a r o
o n v n
s e a
a d n l
a s
K n i
e
p c
e r
r i
a t
w e
a r
t i
a a
n
h
a
s
i
l
G K 1. Observasi adanya 1. Memudahkan
a l nyeri dan tingkat tindakan keperawatan
n i nyeri.
g e 2. Ajarkan dan catat 2. Meningkatkan
g n tipe nyeri serta persepsi klien terhadap
u tindakah untuk nyeri yang dialaminya.
a d mengatasi nyeri

12
n a 3. Ajarkan teknik 3. Membantu
p relaksasi mengurangi nyeri dan
r a 4. Anjurkan untuk meningkatkan
a t menggunakan kenyamanan klien
s kompres hangat 4. Meningkatkan
a m 5. Kolaborasi kenyamanan klien
e pemberian 5. Mengurangi nyeri
n n analgesik
y g
a o
m n
a t
n r
o
( l
n
y n
e y
r e
i r
) i
n
b y
e a
r
h d
u e
b n
u g
n a
g n
a
n c
r
d i
e t
n e
g r
a i
n a

k h
e a
r s

13
u i
s l
a
k m
a a
n m
p
j u
a
r m
i e
n n
g g
a i
n d
e
o n
t t
o i
t f
i
d k
a a
n s
i
s
y c
s a
t r
e a
m
m
s e
a n
r g
a u
f r
a
a n
k g
i i
b
a n
t y

14
e
p r
e i
n ,
y
e m
m e
p n
i g
t u
a n
n g
k
k a
a p
n k
a a
l n
i
s k
e
s i
e n
r g
v i
i n
k a
a n
l
i u
s n
t
o u
l k
e
h m
e
m n
y g
o o
m n
a t
r
o

15
l

n
y
e
r
i
n
y
a
.
G P 1. Catat pola miksi 1. Melihat
a o dan monitor perubahan pola eliminasi
n l pengeluaran klien
g a urine
g 2. Lakukan palpasi 2. Menentukan
u e pada kandung tingkat nyeri yang
a l kemih, observasi dirasakan oleh klien
n i adanya 3. Mencegah
m ketidaknyamana terjadinya retensi urine
e i n dan rasa nyeri.
l n 3. Anjurkan klien
i a untuk
m s merangsang
i i miksi dengan
n pemberian air
a u hangat, mengatur
s r posisi,
i i mengalirkan air
n keran.
u e
r
i i
n b
e u

( k
r e
e m
t b
e a
n l
s i
i

16
o n
) o
r
b m
e a
r l
h
u d
b e
u n
n g
g a
a n
n
c
d r
e i
n t
g e
a r
n i
a
p
e h
n a
e s
k i
a l
n
a i
n b
u
o
l m
e e
h m
a
m h
a a
s m
s i
a
t
j e

17
a r
r j
i a
n d
g i
a n
n y
a
n
e r
o e
p t
l e
a n
s s
m i
a
u
p r
a i
d n
a e
,
d
a b
e e
r r
a s
h e
d
s i
e a
k
i m
t e
a l
r a
n k
n u
y k
a a
, n

g t

18
a i
n n
g d
g a
u k
a a
n n

s u
e n
n t
s u
o k
r
i m
k e
n
/ g
u
m r
o a
t n
o g
r i
i
k a
. t
a
u

m
e
n
g
h
i
l
a
n
g
k
a
n

19
r
e
t
e
n
s
i

u
r
i
n
e
G K 1. Beritahu klien 1. Mengurangi
a o tentang siapa saja kecemasan dan
n n yang bisa meningatkan harga diri
g s dilakukan klien
u e histerektomi dan 2. Identifikasi
a p anjurkan klien kekuatan dan kelemahan
n untuk klien
d mengekpresikan 3. Mengurangi
k i perasaannya kecemasan
o r tentang 4. Meningkatkan
n i histerektomi harga diri klien dan
s 2. Kaji apakah klien berperan aktif dalam
e k mempunyai perencanaan perawatan
p l konsep diri yang bagi diri klien
i negatif.
d e 3. Memotivasi klien
i n untuk
r mengungkapkan
i t perasaannya

i mengenai tindakan

b d pembedahan dan

e a pengaruhnya

r k terhadap diri klien

h 4. Ciptakan

u m lingkungan atau

b e suasana yang

u n terbuka bagi klien

n g untuk

g a membicarakan

a l keluhan-

n a keluhannya

20
m
d i
e
n g
g a
a n
n g
g
k u
e a
k n
a
w d
a e
t n
i g
r a
a n
n
c
t r
e i
n t
t e
a r
n i
g a

k h
e a
t s
i i
d l
a
k m
m e
a n
m e
p r
u i
a m
n a

m k

21
e e
m a
i d
l a
i a
k n
i
d
a i
n r
a i
k n
, y
a
p ,
e
r m
u e
b n
a y
h a
a t
n a
k
d a
a n
l
a b
m e
r
m s
a e
s d
a i
l a
a
h u
n
k t
e u
w k
a
n d
i i

22
t l
a a
a k
n u
, k
a
a n
k
i t
b i
a n
t d
a
p k
a a
d n
a
t
h e
u r
b m
u a
n s
g u
a k
n
t
s i
e n
k d
s a
u k
a a
l n
.
p
e
m
b
e
d
a
h
a

23
n

24
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi (Budi Anna
Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

25

Anda mungkin juga menyukai