NPM : F0H020016
KELAS : 2B
DOSEN PEMBIMBING :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan masalah Mastitis dan Infeksi Puerperalis”
ini dengan sebaik mungkin. Saya menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari
dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Saya berharap semoga
makalah yang saya susun dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini terjadi melalui luka
pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo,
2001). Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai
dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat
menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang adekuat.Mastitis juga seringkali
disebut sebagai abses payudara, dimana terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam
payudara. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan
biaya yang sangat besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang
menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui
menyusui.Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang
benar merupakan penyebab yang penting.
b. Infeksi Puerpuralis
Masa nifas merupakan masa pulih kembali (puerperium) yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil berlangsung kira-kira 2 minggu (42 hari). Masa nifas merupakan
masa yang kritis untuk ibu dan bayi sehingga dibutuhkan asuhan masa nifas pada
periode tersebut agar tidak muncul beberapa komplikasi pada masa nifas salah
satu komplikasi yang sering timbul pada ibu masa persalinan nifas yaitu infeksi
puerperalis. Infeksi puerperalis merupakan peradangan yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme asing ke alat-alat genitalia pada masa persalinan dan
nifas. Infeksi puerperalis adalah istilah yang merupakan infeksi traktus genitalis
setelah melahirkan (puerper alis didefinisikan sebagai periode 42 hari setelah
kelahiran janin dan eksklusi atau ekstrasi plasenta dan membran).
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
a. Bagi mahasiswa, hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan benar;
b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
wawasan, pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah pada
sistem reproduksi wanita, yaitu penyakit Mastitis dan infeksi Puerperalis sehingga
dalam mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
a. Pengertian Mastitis
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.Pada infeksi
yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan nanah
di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu
(Masjoer, 2001).
Penyebab penting dari mastitis adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien
akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini
dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga
yang baik pada payudaranya (Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
B. Etiologi
a. Etiologi Mastitis
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini sering kali
berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastitis)
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi
mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi. Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari
pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam
payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi Mastitis
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu, mastitis puerperalis
epidemic, mastitis noninfeksiosa, mastitis subklinis dan mastitis
infeksiosa. Dimana keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang
berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam
Djamudin,2009) :
1. Mastitis Puerparalis Epidemic
Mastitis puerperalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfeksiosa
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses
ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3
minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan.
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kirakira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400
ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi
oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal,
ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
2) Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan
endometrium.
a. Septikemia dan piemia
Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai
3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai
menggigil dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk,
nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal
dalam 6-7 hari post partum.
Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigil yang
terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu
turun dan lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan
pleuritis.
b. Peritonotis
Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-
mula kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah
dingin, serta terdapat facishipocratica.
Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonis umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum
tetap baik.
c. Selulitis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di
kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai
adanya selulitis pelvis.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu
yang mula – mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai
menggigil.
Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
D. Patofisiologi
a. Patofisiologi Mastitis
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal.
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancar.Akibatnya mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikan port de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae.
E. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa :
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa
nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
5. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain :
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras
3. Tampak kemerahan
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah–pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena
sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak
demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta
merah.
G. Pencegahan
a. Pencegahan Mastitis
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan sebagai
berikut (Soetjiningsih, 1997) :
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang Mastitis
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan
fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen (Wiknjosastro, 2005). Namun World
Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada
beberapa keadaan yaitu bila:
1. pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari;
2. terjadi mastitis berulang;
3. mastitis terjadi di rumah sakit; dan
4. penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan
terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk
mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan
hasil positif palsu dari kultur. Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut juga
digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien.
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas klien :
Nama, Umur, No hp, Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjanaan, Alamat dan
penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Djamudin, syahrul. 2009. Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara. [serial
online].http://healthycaus..com/(4 Februari 2014).\