NPM : F0H020060
KELAS : 2B
DOSEN PEMBIMBING :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan masalah Mastitis” ini dengan sebaik
mungkin. Saya menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Saya berharap semoga
makalah yang saya susun dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil,
bukan kondisi prahamil, seperti yang sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang
selamanya, paling mencolok setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga
pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium
puerpera. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama
masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kehamilan,
persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh
wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan,
ibu dan janin adalah fungsi yang tak terpisahkan.
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2001).
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai dengan
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal
apabila tidak diberi tindakan yang adekuat.Mastitis juga seringkali disebut sebagai
abses payudara, dimana terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan
ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar
untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang menyatakan bahwa mastitis
dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui
menyusui.Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
kurang benar merupakan penyebab yang penting.
B. Tujuan Penulisan
E. Manfaat
a. Bagi mahasiswa, hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan benar;
b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
wawasan, pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah pada
sistem reproduksi wanita, yaitu penyakit Mastitis.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
a. Pengertian Mastitis
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.Pada infeksi
yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan nanah
di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu
(Masjoer, 2001).
Penyebab penting dari mastitis adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien
akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini
dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga
yang baik pada payudaranya (Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).
B. Etiologi
a. Etiologi Mastitis
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini sering kali
berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastitis)
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi
mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi. Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari
pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam
payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri.
C. Klasifikasi
a. Klasifikasi Mastitis
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu, mastitis puerperalis
epidemic, mastitis noninfeksiosa, mastitis subklinis dan mastitis
infeksiosa. Dimana keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang
berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam
Djamudin,2009) :
1. Mastitis Puerparalis Epidemic
Mastitis puerperalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfeksiosa
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses
ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3
minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan.
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kirakira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400
ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi
oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal,
ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
D. Patofisiologi
a. Patofisiologi Mastitis
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal.
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancar.Akibatnya mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikan port de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae.
E. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa :
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa
nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
5. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain :
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras
3. Tampak kemerahan
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah–pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena
sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak
demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta
merah.
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 tiap 6 jam
G. Pencegahan
a. Pencegahan Mastitis
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan sebagai
berikut (Soetjiningsih, 1997) :
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang Mastitis
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan
fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen (Wiknjosastro, 2005). Namun World
Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada
beberapa keadaan yaitu bila:
1. pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari;
2. terjadi mastitis berulang;
3. mastitis terjadi di rumah sakit; dan
4. penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan
terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk
mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan
hasil positif palsu dari kultur. Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut juga
digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian keperawatan
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
3. Tes diagnostic yang bias dilakukan pada penderita carcinoma mammae
adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan
reseptor hormon.
Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah
masuk RS.
Eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS.
Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
Personal hygiene
1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
Klasifikasi Data
1. Data Pengkajian
Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-
hal sebagai berikut: klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan
batuk.nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat
tidur. harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat
keluarga.
Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau
penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan
pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang
didapat pada klien.
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Intervensi :
Rasional :
Tujuan :
1. Intake nutrisi adekuat
2. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa
menyusui
Intervensi :
1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui.
3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin.
Rasional:
1. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan
bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
2. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan mendorong
pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
3. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan
4. Penatalaksanaan
5. Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus,
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian
oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah
melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan,
stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari payudara
yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.
DAFTAR PUSTAKA
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika: Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat Jakarta
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC: Jakarta
Tapan. 2005. Kanker, Ami Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media Komputindo:
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Djamudin, syahrul. 2009. Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara. [serial
online].http://healthycaus..com/(4 Februari 2014).\