Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Gangguan Kebutuhan


Cairan Dan Elektrolit: Pada
Sistem Perkemihan
ASKEP PADA ANAK DENGAN
NEFROTIK SYNDROM
Ns. Nurmukaromatis Saleha, M.Kep
Nefrotik Syndrom
• Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia.
Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997).
• Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak.
Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau
urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif,
dkk. 1999).
• Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi
pada anak dengan karakteristik :
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia,
hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).
OLIGURIA
• 1 mililiter per kilogram berat
badan per jam untuk bayi
• 0,5 mililiter per kilogram berat
badan per jam untuk anak-
anak
• 400 mililiter per hari untuk
orang dewasa
KADAR ALBUMIN DARAH PROTEIN DALAM URIN
• Kadar albumin normal • Normalnya pada setiap manusia
tergantung pada usia yang sehat, kurang lebih sekitar
seseorang. Meskipun 150 mg protein dikeluarkan ke
demikian, kadar dalam urin setiap harinya. Jika
albumin normal berkisar antara terdapat lebih dari 150 mg per
3,5 hingga 5,9 gram per desiliter hari maka disebut sebagai
(g/dL). Seseorang baru proteinuria, kadar normal yang
dikatakan mengalami diukur dalam protein
hipoalbuminemia bila kadar urin sewaktu yaitu <10 mg/dL
albumin di bawah 3,5
g/dL. Albumin adalah protein
dalam darah yang dihasilkan
oleh hati.
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis
ditandai oleh:
• Peningkatan protein dalam urin secara bermakna
(proteinuria)
• Penurunan albumin dalam darah
• Edema
• Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia)
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap
semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
• Malaria kuartana atau parasit lainnya.
• Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
• Glumerulonefritis akut atau kronik,
• Trombosis vena renalis.
• Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.
• Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
B. Etiologi
3. Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk
membaginya menjadi :
4. Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel
berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG
pada dinding kapiler glomerulus.
5. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang
tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
6. Glomerulonefritis proliferatif
C. Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian
besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui,
meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan
retensi garam dan air.
Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang
berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan
sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi
natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan
peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik
yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap
menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa
termasuk lansia.
MENURUNYA
SIST IMUN
C. Patofisiologi
MENINGKATNYA RETENSI AIR DAN GARAM
PERMIABILITAS SEL IMUN BERLANJUT, PENINGKATAN
TEKANAN DARAH
GLOMERULUS DITEKAN

HIPERLIPIDEMIA MENGAKTIFKANSIST
PROTEINURIA DAN AKIBAT HILANGNYA EM ANGIOTENSIN
HIPOALBUMINEMIA PROTEIN SERUM

EDEMA PENURUNAN
RETENSI AIR DAN SIRKULASI VOLUME
GENERALISATA
GARAM DARAH
/ANASARKA
D. Manifestasi Klinik

• Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada
anak-anak.
• Hipoalbuminemia < 30 g/l.
• Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat
ditemukan edema muka, ascxites dan efusi pleura.
• Anorexia
• Fatique
• Nyeri abdomen
• Berat badan meningkat
• Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
• Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan
arteri.
E. Komplikasi F. Pemeriksaan Diagnostik

• Infeksi (akibat defisiensi respon • Adanya tanda klinis pada


imun) anak
• Tromboembolisme (terutama vena • Riwayat infeksi saluran nafas
renal) atas
• Emboli pulmo • Analisa urin : meningkatnya
• Peningkatan terjadinya protein dalam urin
aterosklerosis
• Menurunnya serum protein
• Hypovolemia
• Hilangnya protein dalam urin
• Biopsi ginjal
• Dehidrasi
G. Penatalaksanaan Terapeutik
• Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema
berat
• Pembatasan sodium jika anak hipertensi
• Antibiotik untuk mencegah infeksi
• Terapi diuretik sesuai program
• Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang
• Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai
program
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
SYNDROOM NEFROTIK
• Pengkajian
a.Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap
100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami
komplikasi sindrom nefrotik.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2) Riwayat penyakit dahulu.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan
kimia.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
SYNDROOM NEFROTIK
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
f. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Perkembangan psikoseksual :
anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak
laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial :
anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari
pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif :
masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru,
menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental :
melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga,
menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna,
membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi :
sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah,
regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan
rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80
% (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 - 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 - 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 - 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis,
prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Sindrom Nefrotik
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap
peningkatan permiabilitas glomerulus.
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema,
ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 - 700 ml/hari, tekanan
darah dan nadi dalam batas normal.
Intervensi :
1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi dan
dasar penentuan tindakan
2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah
dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan
edema tubuh
4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema
bertambah berat
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk
meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.
b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan
dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan
penurunan napsu makan.
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil
napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan
yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.
• Intervensi :
1. Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional
: Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional :
Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare
sebagai reaksi edema intestinal
3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang
cukup. Rasional : Mencegah status nutrisi menjadi
lebih buruk.
c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada,
tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam
melakukan perawatan.
Intervensi :
1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan
pengunjung. Rasional : Meminimalkan masuknya organisme.
2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi masuknya
bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.
d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang
asing (dampak hospitalisasi).
Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil
kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada
perawat, secara verbal mengatakan tidak cemas lagi.
Intervensi :
1. Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata dan
membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.
2. Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan,
meningkatan ekspresi perasaan.
3. Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang terus
menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.
4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga.
Rasional : Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota
keluarga.
EVALUASI KEPERAWATAN
• PENGUKURAN BIOMETRIK DAN BIOMEDIS
EDEMA BERKURANG SD HILANG BB KEMBALI KE BB KERING
KADAR ALBUMIN NORMAL
KADAR LIPID NORMAL
TEKANAN DARAH NORMAL

Anda mungkin juga menyukai