Pembimbing :
dr. Firman S Anthonius,Sp.A
• SINDROMA NEFROTIK MERUPAKAN
SALAH SATU PENYAKIT GLOMERULAR
YANG SERING TERJADI PADA MASA
ANAK-ANAK
• DITANDAI DENGAN ADANYA
PROTEINURIA BERAT YANG
MENYEBABKAN HIPOALBUMINEMIA
Sindroma Nefrotik
DAN EDEMA
• TRIAS KLINIS TERKAIT SINDROMA
NEFROTIK AKIBAT HILANGNYA PROTEIN
MELALUI URIN ANTARA LAIN
HIPOALBUMINEMI, EDEMA, DAN
HIPERLIPIDEMIA
• KEBANYAKAN MERUPAKAN BENTUK
IDIOPATIK (90%), DENGAN INSIDENSI 2-7
KASUS PER 100.000 ANAK DENGAN
KATEGORI USIA < 16 TAHUN.
Definisi
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan :
protein uria massif (terutama albumin)(>40 mg/m2/jam); Normal (<4 mg/m2/jam atau UPr/Kr <0,2)
hipoproteinemia (albumin serum <3,0 g/dL);
hiperkolestronemia (>250 mg/dL); dan
edema,
insidens dipengaruhi oleh usia, ras, dan geografis
Proteinuria dianggap normal jika didapatkan protein dalam urin < 4 mg/m 2/jam atau < 100 mg/m2/hari
Proteinuria abnormal : 4-40 mg/m2/jam atau > 100 mg/m2/hari hingga < 1 g/m2/jam/hari
• Pasien dengan sindroma nefrotik umumnya oliguria, dan urin tampak pekat dan berbusa . Proteinuria
nefrotik ditandai dengan ekskresi protein urin > 40 mg/m2/jam dalam urin yang dikumpulkan dalam
24 jam atau rasio protein urin dengan kreatinin > 2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
• Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit,
LED)
• Albumin dan kolesterol serum
• Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin
• Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah
dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA
• Kadar albumin plasma dalam kriteria hipoalbuminemia diperlukan untuk menegakkan
diagnosis sindroma nefrotik, yaitu < 2,5 g/L. Kondisi hipoproteinemia juga menyebabkan
tampak adanya garis putih transversal di nail beds kuku, rambut yang kusam, dan
pelunakan kartilago telinga.
Pemeriksaan Diagnostik
• proteinuria +1 atau lebih pada dua atau tiga kali pemeriksaan urin sewaktu
menunjukkan proteinuria persisten yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut
• Nilai UPr/Kr diatas 0,2 pada sampel urin yang diambil di pagi hari saat
bangun tidur mengeksklusi proteinuria ortostatik. Nilai UPr/Kr diatas 2,0
menunjukkan kadar nefrosis.
• hiperkolesterolemia, dan hypoalbuminemia, pemeriksaan rutin pada kasus
SN adalah pemeriksaan kadar komplemen C3 serum, jika didapatkan hasil
yang rendah, merupakan petunjuk lesi selain SNKM sehingga terindikasi
untuk pemeriksaan biopsy ginjal sebelum pemberian terapi steroid.
Tatalaksana
Pengobatan Steroid
Sebelum dilakukan pengobatan dengan kortikosteroid, dilakukan pemeriksaan antara lain:
a.)Pengukuran berat badan dan tinggi badan;
b.) Pengukuran tekanan darah;
c.) Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik, seperti lupus
eritematosus sistemik, purpura HenochSchonlein;
d.) Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap infeksi perlu
dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai;
e.) Melakukan uji Tuberkulin, jika hasilnya positif diberikan profilaksis INH selama 6
bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis diberikan OAT
Tatalaksana
Kriteria dilakukannya pengobatan steroid pada anak dengan sindroma nefrotik tanpa perlu
dilakukan biopsi ginjal adalah sebagai berikut :
1) Usia 1-8 tahun
2) Fungsi ginjal normal
3) Tidak ada hematuria makroskopik
4) Tidak ada gejala penyakit sistemik (demam, ruam, berat badan turun, nyeri sendir)
5) Nilai komplemen normal
6) Antinuklear antibodi negative
7) Skrining virus HIV, hepatitis B dan C negative
8) Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
Terapi Inisial
• Dosis Prednison (ISKDC)
• 60 mg/m2 LPB/hari atau 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/ hari) dalam dosis
terbagi, sesuai BB ideal.
• Prednison full dose inisial diberi selama 4 mgg.
• Jika remisi dalam 4 mgg pertama, dosis prednisone diturunkan menjadi 40 mg/m2
LPB (2/3 dosis awal) atau 1,5 mg/kgbb/hari, diberikan selang satu hari, 1x sehari
sebelum makan pagi
• Dilanjutkan 3 bulan dosis tapering off sebelum diberhentikan.
• Resisten steroid, jika setelah 4 mgg pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi
remisi.
• jika remisi dalam 4 mgg pertama dinyatakan early responder
• jika remisi pada 4 mgg kedua late responder
Terapi SN Relaps
• Pada pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥ ++ tetapi tanpa
edema, sebelum pemberian prednison, dicari lebih dahulu pemicunya,
biasanya infeksi saluran nafas atas.
• Relaps -> timbulnya proteinuria ≥ +2 ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu pasca pemberhentian steroid
Terapi SN relaps sering atau Dependen
Steroid
• FRNS (Relaps Sering) -> timbulnya relaps ≥ 2 x dalam 6
bulan pertama setelah respon awal atau ≥ 4 x dalam periode
1 tahun.
• Dependen Steroid -> relaps 2 x berturutan saat dosis
diturunkan pada alternating dose, atau 14 hari setelah
pengobatan dihentikan.
1) Pengobatan steroid jangka panjang
2) Penggunaan levamisole
3) Penggunaan sitostatik
4) Pengobatan dengan siklosporin, atau
mikofenolat mofetil (opsi terakhir)
Terapi SNRS
• Dianjurkan biopsi ginjal sebelum pengobatan (mempengaruhi proses)
• Pengobatan SNRS sampai sekarang masih belum memuaskan
• Terutama FSGS -> 50% Penderita mengalami gagal ginjal | Hanya 20% respon
steroid
• Pemberian CPA oral dilaporkan dapat menimbulkan remisi
• Pada SN resisten steroid yang mengalami remisi dengan pemberian CPA, bila
terjadi relaps dapat dicoba pemberian prednison lagi karena SN yang resisten
steroid dapat menjadi sensitif Kembali
• Namun bila pada pemberian steroid dosis penuh tidak terjadi remisi (terjadi
resisten steroid) atau menjadi dependen steroid kembali, dapat diberikan
siklosporin
SINDROM NEFRITIK AKUT (SNA)
MERUPAKAN SUATU KUMPULAN
GEJALA KLINIK BERUPA
PROTEINURIA,HEMATURIA,
Sindroma Nefritik
AZOTEMIA, RED BLOOD CAST
, OLIGOURIA, DAN HIPERTENSI
(PHAROH) YANG TERJADI
SECARA AKUT.
• Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara
3-7 tahun dan lebih seringmengenai anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak
laki-lakidan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang
anak dibawah usia 3 tahun
2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan
auto-imun yang merusak glomerulus.
Angiotensin 2 yang meningkat ini akan merangsang kortek adrenal untuk melepaskanaldosteron
yang menyebabkan retensi air dan garam ginjal dan akhirnya terjadi hipervolemiadan hipertensi.
2. Jangka Panjang:
1.
Abnormalitas urinalisis (
microhematuria
)2.
20XX
Gagal ginjal kronik3. presentation title 45
KOMPLIKASI
2. Jangka Panjang:
1. Abnormalitas urinalisis (microhematuria)
2.Gagal ginjal kronik
3. Sindrom nefrotik
1. Tirah baring
Terutama pada minggu pertama penyakit untuk mencegah komplikasi. Sesudah fase
akutistirahat tidak dibatasi lagi tetapi tidak boleh kegiatan berlebihan. Penderita
dipulangkan bilakeadaan umumnya baik, biasanya setelah 10-14 hari perawatan.
2. Diet
a. Protein: 1-2 gram/kg BB/ hari untuk kadar Ureum normal, dan 0,5-1 gram/kg
BB/hariuntuk Ureum lebih dari atau sama dengan 40 mg% b. Garam: 1-2 gram
perhari untuk edema ringan, dan tanpa garam bila anasarka.c. Kalori: 100
kalori/kgBB/hari.d. Intake cairan diperhitungkan bila oligouri atau anuri, yaitu:
Intake cairan = jumlah urin +insensible loss (20-25cc/kgBB/hari + jumlah
kebutuhan cairan setiap kenaikan suhu darinormal [10cc/kgBB/hari]
3. Medikamentosa
1. AntibiotikPenisilin Prokain (PP) 50.000-100.000 SI/KgBB/hari atau
ampisilin/amoxicillin dosis100mg/kgBB/hari atau eritromisin oral 30-50
mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hariuntuk eradikasi kuman.
Pemberian antibiotik bila ada tonsilitis, piodermi atau tanda-tandainfeksi
lainnya.
2. Anti Hipertensi.
a. Hipertensi Ringan: Istirahat dan pembatasan cairan. Tekanan darah akan
normal dalam 1minggu setelah diuresis.
b. Hipertensi sedang dan berat diberikan kaptopril 0,5-3mg/kgBB/hari dan
furosemide 1-2mg/kgBB/hari per oral
4. Tindakan Khusus
Edema Paru Akut: Bila disertai batuk, sesak napas, sianosis, dan pemeriksaan
fisis parumenunjukkan ronkhi basah. Tindakan yang dilakukan adalah:
1. Stop Intake peroral.
2. IVFD dextrose 5%-10% sesuai kebutuhan per 24 jam
3.Pemberian oksigen 2-5 L/menit
4. Furosemide 2 mg/kgBB (IV) dan dinaikkan secara bertahap sampai maksimal
10mg/kgBB/hari.
5. Bolus NB 2-4 mEq/kgBB/hari bila ada tanda asidosis metabolik
Hipertensi Ensefalopati: Hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau
diastolik≥ 120 mmHg, atau selain itu tetapi disertai gejala serebral berupa sakit
kepala, muntah, gangguan pengelihatan, kesadaran menurun, dan kejang. Tindakan
yang dilakukan adalah:
1.Stop Intake peroral.
2.IVFD dextrose 5%-10% sesuai kebutuhan per 24 jam
3. Nifedipin sublingual 0,25mg/kgBB diulangi 30-60 menit bila perlu. Atau
klonidin0,002mg/kgBB/kali (IV), dinaikkan dengan interval 2 sampai 3 jam,
maksimal0,05mg/kgBB/hari.