Disusun oleh :
R.M. Ridho Hidayatulloh
Pembimbing :
dr. Nurvita Susanto, Sp.A
DEFINISI
Sindrom nefrotik merupakan suatu
kumpulan gejala-gejala klinis yang
terdiri dari edema, proteinuria
masif,
hipoalbuminemia,
dan
hiperkolesterolemi.
Selain gejala-gejala klinis di atas,
kadang-kadang dijumpai hipertensi,
hematuri dan azotemia.
Sindroma Nefrotik
Primary (87%)
Idiopathic
Minimal lession (85%)
Secondary (13%)
Non idipathic
Relapses (60-80%)
Frequent relapses/steroid dependent
(60%)
problems
ETIOLOGI
Etiologi
Sindrom nefrotik
primer
Tidak diketahui
Sindrom nefrotik
sekunder
Malaria, SLE,
Glumerulonefritis
Berdasarkan
respon terapi
SNSS
SNRS
PATOFISIOLOGI
etiologi
Permeabilitas basal membran meningkat;
Protein bocor ke dalam filtrasi glomerulus
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia
Tekanan onkotik plasma menurun
Transudasi cairan dari ruang vaskuler
ke ruang interstisiel
Merangsang hati :
Sintesa protein , lipid dan
gangguan transportasi
partikel lipid dalam sirkulasi
Menurun katabolisme
Kolesterol , trigliserida
Proteinuria
Permeabilitas dinding kapiler glomerulus
Keadaan normal membran basalis & sel epitel
bermuatan negatif dapat menghambat perjalanan
molekul bermuatan positif
Pada sindrom nefrotik ditemukan obliteransi /fusi
foot processes (pedikel) sehingga terjadi
kerusakan polianion yang bermuatan negatif yang
dalam keadaan normal merupakan filter/barier
terhadap serum albumin yang bermuatan negatif
Perubahan
ini
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas dinding kapiler glumerulus terhadap
serum protein.
Hipoalbuminuria
Jumlah albumin ditentukan oleh masukan dari sintesis
hepar & pengeluaran akibat degradasi metabolik, eksresi
renal & gastrointestinal.
Anak dengan SN terdapat hubungan terbalik antara laju
sekresi protein urin dan derajat hipoalbuminemia.
Disebabkan oleh proteinuria masif akibat penurunan tekanan
onkotik plasma
Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka hati
berusaha meningkatkan sintesis albumin
Meningkatnya katabolisme albumin di tubulus renal dan
menurunnya katabolisme ekstrarenal dapat menyebabkan
keadaan laju katabolisme absolut yang normal, albumin
plasma yang rendah disebabkan oleh meningkatnya eksresi
albumin dalam urin dan meningkatnya katabolisme fraksi pool
albumin (terutama disebabkan karena meningkatnya
degradasi di dalam tubulus renal) yang melampaui daya
sintesis hati.
Edema
Teori underfilled tekanan onkotik intravaskular
cairan merembes ke ruang interstisial
dengan permealiblitas kapiler glomerulus
albumin
keluar
albuminuria
dan
hipoalbuminemia.
- Hipoalbuminemia tekanan onkotik koloid
plasma intravaskular cairan transudat
melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular
ke ruang interstial edema.
GEJALA KLINIS
Edema
Ggn GI
Pernapasan
Awal
intermitten
(preorbital,
scrotalis,
labia),
Edema masif
(anasarka)
Lunak, pitting
Diare karena
edema
mukosa usus
Hepatomegali
karena sintesis
albumin
meningkat
Nafsu makan
berkurang
Asites
retriksi
pernapasan
takipneu
Efusi pleura/
edema
pulmonal
asites
Retensi cairan
di rongga perut
Ekstravasasi
cairan ke
ekstraseluler
Ascites
Menekan isi
perut
Menekan
diafragma
Ekspansi otot
pernapasan tdk
optimal
Mual, muntah
Nafsu makan
Nafas tdk
adekuat
Ggn pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Kondisi tubuh
lemah
Ggn tumbuh kembang
Ggn pola
nafas
DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan
fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis
Protein urin kuantitatif
Pemeriksaan darah
hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl)
hiperkolesterolemia (> 200 mg/dL)
LED meningkat
Globulin normal/sedikit meninggi (rasio albumin : globulin
terbalik)
Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal
Foto Thorax
Biopsy Ginjal (indikasi tertentu)
DIAGNOSIS BANDING
Edema nonrenal
Glomerulonefritis Lupus sistemik
akut
eritematosus.
PENATALAKSANAAN
Diitetik
diberikan diit protein normal sesuai dengan
RDA (recommended daily allowances) yaitu
1,5-2 g/kgbb/hari. Diit rendah garam (1-2
g/hari) hanya diperlukan selama anak
menderita edema.
Diuretik
Biasanya diberikan loop diuretic seperti
furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan
dengan
spironolakton
(antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium)
2-4 mg/kgbb/hari.
TERAPI KORTIKOSTEROID
Terapi prednison sebaiknya baru diberikan
selambat-lambatnya
14
hari
setelah
diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk
memastikan apakah penderita mengalami
remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu
14 hari terjadi remisi spontan, prednison
tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam
waktu
14
hari
atau
kurang
terjadi
pemburukan
keadaan,
segera
berikan
prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.
2. TROMBOSIS
Bila diagnosis trombosis telah ditegakkan dengan
pemeriksaan fisis & radiologis diberikan heparin / SC
dilanjutkan dengan warfarin selama 6 bulan atau lebih.
Pencegahan tromboemboli aspirin dosis rendah tidak
dianjurkan.
3. HIPERLIPIDEMIA
Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-zat tersebut
bersifat sementara dan tidak memberikan implikasi jangka
panjang, maka cukup dengan pengurangan diit lemak. .
Dapat dipertimbangan pemberian obat penurun lipid seperti
inhibitor HMgCoA reduktase (statin).
4. HIPOKALSEMIA
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena: penggunaan steroid
jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia
Terapi steroid jangka lama (lebih dari 3 bulan) dianjurkan
pemberian suplementasi kalsium 250-500 mg/hari dan vitamin D
(125-250 IU).
5. HIPOVOLEMIA
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps
dapat terjadi hipovolemia dengan gejala hipotensi, takikardia,
ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut.
Pasien harus segera diberi infus NaCl fisiologis dengan cepat
sebanyak 15-20 mL/kgbb dalam 20-30 menit, dan disusul dengan
albumin 1 g/kgbb atau plasma 20 mL/kgbb (tetesan lambat 10 tetes
per menit)
Bila hipovolemia telah teratasi dan pasien tetap oliguria, diberikan
furosemid 1-2 mg/kgbb intravena.
6. HIPERTENSI
Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam
perjalanan penyakit SN akibat toksisitas steroid.
Pengobatan hipertensi diawali dengan inhibitor ACE (angiotensin
converting enzyme), ARB (angiotensin receptor blocker) calcium
channel blockers, atau antagonis adrenergik, sampai tekanan
darah di bawah persentil 90.
DATAR PUSTAKA