STATUS PASIEN
1.1 Identitas
Nama : An. HA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 6 Bulan
Agama : Islam
Alamat : KP. Aur Raya
No MR : 06-21-xx
Tanggal Lahir : 15 Juni 2018
Urutan Anak : Anak ketiga dari tiga bersaudara
Tanggal rawat inap : 19 Desember 2018
1
yang bersamaan dengan kulit kebiruannya dan semakin tampak sesak
sekarang. Pola napas pasien akan semakin cepat dan pendek saat
menyusui, sehingga ibu pasien sering berhenti menyusui dan tidak pernah
lama menyusui pasien, ibu pasien juga merasa hisapan bayi pada saat
menyusui lemah sehingga ibu pasien sering memompakan ASI. Pasien
juga tampak lemah dan cenderung tidak seaktif bayi pada umumnya.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien juga lambat dibanding
dengan bayi seusianya. Riwayat batuk dan demam berulang dijumpai.
Buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal. Riwayat keluarga
mengalami keluhan yang sama tidak ditemukan.
2
1.2.6 Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara spontan, cukup bulan dengan berat badan lahir
2000 gram (BBLR), ditolong dukun beranak, tidak segera menangis saat
lahir, kulit kebiruan dijumpai setelah lahir.
Kesimpulan : Riwayat persalinan tidak normal.
3
Kesimpulan : Riwayat tumbuh dan kembang pasien tidak sesuai
usia.
4
e. PB/U : Z < -4,38
Interpretasi : Perawakan sangat pendek
f. BB/PB : Z < -1,67
Interpretasi : Gizi kurang
1.3.5 Status Generalisata
a. Kulit : ikterik (-), sianosis (-), petekie (-)
b. Kepala : microcephaly
c. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi
konjungtiva (-/-), refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm)
d. Telinga : AS : sekret (-),meatus tidak eritema, tidak edema,
membran timpani tidak dinilai
AD : sekret (-), meatus tidak eritem, tidak edema,
membran timpani tidak dinilai
e. Hidung : pernapasan cuping hidung (-), rinorhea (-), edema
mukosa (-/-)
f. Mulut : bibir sianosis (+), lidah sianosis (+),
oral candidiasis (-), atrofi papil (-)
g. Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1),
h. Leher : TVJ R-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
i. Dada : simetris saat statis dan dinamis, retraksi subkostal
(-), retraksi interkostal (-), retraksi suprasternal (-)
j. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba linea 5 midclavicula
sinistra, thrill (-)
Auskultasi : S1 tunggal/ S2 loud and splitting, P2 mengeras,
reguler, murmur pansistolik grade 2/6 (+)
parasternal kiri sela iga 2-3, gallop (-)
5
k. Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : stem fremitus tidak dapat dinilai
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi :suara nafas dasar: vesikuler (+/+)
Suara napas tambahan: rhonki(-/-), wheezing (-/-)
l. Abdomen
Inspeksi : simetris, tampak benjolan/massa (-)
Palpasi :supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal: tidak
teraba
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)
m. Urogenital : ♂, dalam batas normal
n. Anus/Rektum : anus (+), dalam batas normal
o. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (+), clubbing finger (+),
edema (-), CRT < 3 detik
6
Basofil 2,9% 3-9%
Eosinofil 0,1% 0-0,05%
Monosit 15,8% 3-7%
7
Kesan:
Cor & Pulmo : tampak jantung membesar dengan apeks terangkat, jantung
berbentuk boot-shaped, lengkungan aorta normal, penurunan vaskularisasi paru,
sudut sinus costofrenikus tajam, infiltrat (+), tulang utuh dan normal.
1.5. Diagnosis
1. Diagnosis kerja :
Tetralogy of Fallot
2. Diagnosa banding :
Atresia Pulmonal dengan VSD
Transposition of Great Artery
1.6. Tatalaksana
1. Non Medikamentosa
a. Rawat inap
b. Nutrisi: ASI ad libitum
c. O2 nasal kanul 1 lpm
d. Edukasi imunisasi untuk catch up imunisasi setelah perbaikan
penyakit
2. Medikamentosa
a. IVFD Kaen IB 10 cc/ jam
1.7. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad malam
Ad Fuctionam : Dubia ad malam
Ad sanactionam : Dubia ad malam
8
Penyakit jantung kongenital pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di
Indonesia. Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan
merupakan penyebab paling umum penyakit jantung kongenital sianotik.1 CDC
memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di Amerika Serikat yang lahir
dengan TOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap 10.000 bayi yang lahir di
Amerika Serikat setiap tahunnya lahir dengan TOF.2 Dalam kebanyakan kasus,
TOF adalah sporadis dan nonfamilial. Kejadian pada saudara kandung dari orang
tua pasien yang mengalami TOF sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan.1
9
1.8. Follow Up Harian
10
Mata: anemis (-/-), ikterik Balans cairan per
(-/-) 12 jam
Mulut: bibir sianosis (+)
Thoraks:
Cor: S1 normal, S2
mengeras, regular, P2
mengeras, murmur
pansistolik grade 2/6
punctum maximum di
ULSB sela iga 2-3
Pulmo: SND: vesikuler
(+/+) ; SNT: rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen: Bising usus
(+), supel, turgor kulit
baik
Ekstremitas: Akral
hangat, CRT < 2 detik,
clubbing finger (+)
11
wheezing (-/-)
Abdomen: Bising usus
(+), supel, turgor kulit
baik
Ekstremitas: Akral
hangat, CRT < 2 detik,
clubbing finger (+)
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Stenosis Pulmonal
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan dari katup pulmonal, di mana
darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Secara fisiologis,
darah yang sedikit oksigen dari ventrikel kanan akan mengalir melalui
katup pulmonal, masuk ke dalam arteri pulmonalis, dan keluar ke paru-
paru untuk mengambil oksigen. Pada stenosis pulmonal, jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah dan tidak cukup
darah untuk mencapai paru-paru.
13
tidak bisa mengkompensasi lagi sehingga curah jantung akan berkurang
dan gagal jantung bisa terjadi.
c. Dekstroposisi Aorta
Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama yang
membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secara anatomi
jantung yang normal, aorta melekat pada ventrikel kiri. Hal ini
memungkinkan hanya darah yang kaya oksigen mengalir ke seluruh tubuh.
Pada TOF, aorta berada diantara ventrikel kiri dan kanan, langsung di atas
VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang miskin oksigen dari ventrikel
kanan mengalir langsung ke aorta.
Kelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena jantung harus
memompa lebih keras dari seharusnya agar darah dapat melewati katup
pulmonal yang menyempit.
14
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Etiologi
15
sklera abu-abu dengan pembuluh darah membesar, dan ditandai dengan jari
tabuh.5
Salah satu manifestasi lain adalah dispnoe yang biasanya timbul saat
beraktivitas. Pada saat terjadi dispnoe, anak akan mengambil posisi jongkok untuk
mengurangi dispnoe dan anak biasanya dapat melanjutkan aktivitas fisik dalam
beberapa menit.5
2.1.5. Diagnosis
16
4. Pasien dengan atresia pulmonal tampak sianosis pada saat lahir atau
segera setelah lahir.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sianosis dengan derajat yang bervariasi, napas cepat, jari tabuh.
2. Tampak peningkatan aktivitas ventrikel kanan sepanjang tepi sternum
dan thrill sistolik dibagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
3. Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II
biasanya tunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade 3-5/6) pada
bagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
4. Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit (hiperviskositas)
yang sesuai dengan derajat desaturasi dan stenosis. Pada pasien TOF dengan
kadar hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah, kemungkinan
menderita defisiensi besi. Nilai AGD menunjukkan peningkatan tekanan
partial karbon dioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2), dan
penurunan pH.
2. Elektrokardiografi
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan (Right Axis
Deviation), hipertrofi ventrikel kanan dan kadang terdapat juga hipertrofi
atrium kanan atau ventrikel kanan. Pada anak yang sudah besar dijumpai P
pulmonal.
3. Foto Thoraks
a. TF sianotik
Besar jantung bisa normal atau lebih kecil dari normal, dan corakan
paru menurun. Pada TOF dengan atresia pulmonal dapat ditemukan
lapangan paru hitam.
Segmen pulmonal cekung dan apeks terangkat, hingga jantung mirip
sepatu boot (boot-shaped heart).
17
Tampak pembesaran ventrikel kanan dan atrium kanan. Pada 30%
kasus arkus aorta berada di kanan.
b. TF asianotik
Gambaran radiologinya tidak dapat dbedakan dengan gambaran VSD
kecil sampai sedang.
Ekokardiografi : 2D dan Doppler.
VSD perimembran infundibular besar dengan overriding aorta dapat
dilihat dengan pandangan parasternal long axis.
Anatomi jalan keluar ventrikel kanan, katup pulmonal, annulus
pulmonal, dan arteri pumonalis beserta cabang-cabangnya dapat dilihat
dengan pandangan short axis.
Dengan Doppler dapat dinilai pressure gradient melalui obstruksi jalan
keluar ventrikel kanan. Ekokardiografi dapat menilai kelainan arteri
koroner dan juga kelainan lain yang berhubungan misalnya, ASD,
persistant left superior vena cava.
4. Ekokardiografi
Pada pemeriksaan ini akan memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta
dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis, penurunan
aliran darah ke paru-paru, dan untuk mendeteksi defek septum, posisi aorta,
stenosis pulmoner.
5. Kateterisasi dan angiokardiografi
Kateterisasi jantung tidak diperlukan pada TOF bila dengan pemeriksaan
ekokardiografi sudah jelas. Kateterisasi biasanya diperlukan sebelum tindakan
bedah koreksi dengan maksud untuk mengetahui defek septum ventrikel yang
multipel, deteksi kelainan arteri koronaria, dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Kateterisasi jantung akan mengungkapkan hipertensi sistolik dalam
ventrikel kanan yang sama besarnya dengan tekanan darah sistemik disertai
penurunan tekanan yang mencolok ketika kateter tersebut memasuki ruangan
infundibulum atau arteri pulmonalis.
18
2.1.6. Diagnosis Banding8,10
A. Atresia Pulmonal
Atresia pulmonal adalah kelainan bawaan dari katup paru di mana lubang
katup gagal untuk mengembangkan. Katup benar-benar tertutup sehingga
menghalangi aliran darah dari jantung ke paru-paru. Karena ini, bayi yang baru
lahir berwarna biru dan atresia pulmonal biasanya dapat di diagnosis dalam jam
atau menit setelah lahir.
Pada penyakit ini, terjadi perubahan tempat keluarnya posisi aorta dan
arteri pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah
anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri,
terletak posterior terhadap aorta. Gejala klinis yang terpenting adalah sianosis dan
gagal jantung kongestif. Sianonis tampak sangat jelas apabila komunikasi antara
sirkulasi paru dan sistemik tidak adekuat, dan akan berkurang apabila
pencampurannya baik. Gejala timbul pada minggu pertama,dan sianosis akan
menjadi progresif apabila duktus arteriosus menutup, bayi menjadi asidosis dan
terjadi gagal jantung, terutama pada kasus dengan septum ventrikel yang besar.
Bayi menjadi sesak nafas sering mengalami pneumonia dan pertumbuhannya
19
menjadi lambat. Pada pemeriksaan fisik, biasanya tampak biru yang tidak
bervariasi dengan menangis atau pemberian oksigen. Bunyi jantung I terdengar
normal, sedang bunyi janutng II terdengar tunggal dan keras akibat posisi
anterior-posterior pembuluh darah besar. Biasanya tidak ada bising jantung dan
jika ada biasanya berasal dari stenosis pulmonal atau VSD. Getaran bising jarang
terjadi.
2.1.7. Penatalaksanaan
Berikut adalah tatalaksana pada pasien TOF:
20
arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig Shunt. Jenis operasi shunt ini adalah
membuat pirau antara arteri subklavia dengan cabang arteri pulmonalis. Bila usia
belum mencapai 1 tahun atau berat badan < 8kg, namun anak sering mengalami
spel sianotik atau terdapat desaturasi oksigen yang hebat (<70%), maka perlu
dilakukan tindakan paliatif lebih dahulu.
Sebelum dilakukan terapi definitif yakni operasi, terapi paliatif bisa
dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara membuat komunikasi anatomi antara
aorta dengan arteri pulmonalis sehingga terbentuk aliran dari kiri-kanan (left-to-
right shunt) untuk meningkatkan aliran darah pulmonal. Beberapa prosedur
sekarang ini biasa digunakan pada infant yang direncanakan akan menjalani
perbaikan definitif di usia yang lebih besar. Operasi yang lengkap pada pasien
TOF yaitu menutup VSD dan pembesaran dari infundibulum pulmonal dengan
menggunakan pericardial patch. Perbaikan secara elektif biasanya dilakukan pada
usia 6-12 bulan untuk menurunkan kemungkinan komplikasi di masa yang akan
datang. Kebanyakan pasien TOF yang sudah menjalani perbaikan yang sukses
akan asimtomatik hingga dewasa. Namun demikian pada beberapa pasien,
antibiotik diperlukan untuk mencegah endokarditis.
Dalam klinik, spell sianotik diatasi dengan posisi lutut-dada pemberian
oksigen dan obat seperti morfin atau propanolol. Prinsip pengobatannya adalah
mengurangi konsumsi oksigen meningkatkan pengikatan oksigen, dan
mengurangi aliran pirau kanan ke kiri dengan mengurangi aliran balik vena
sistemik dan meningkatkan aliran darah ke paru.
Posisi lutut-dada (knee-chest position/elbow position) yaitu posisi dimana
lutu didekatkan pada dada dan sikunya dan anak ditenangkan. Dengan cara ini
aliran balik vena sistemik akan berkurang karena sebagian darah akan terkumpul
di ekstremitas bawah dan tahanan vaskular sistemik akan meningkat sehingga
aliran pirau kanan ke kiri akan berkurang dan aliran darah ke paru akan
meningkat. Oksigen 100% yang diberikan dengan sungkup diharapkan oksigenasi
akan membaik
Untuk sedasi dapat diberikan injeksi subkutan morfin sulfat 0,1mg/kgBB
atau intravena yang dapat diulang setelah 10 menit. Morfin akan mendepresi pusat
21
pernafasan dan menghilangkan refleks hiperventilasi. Dapat juga diberikan obat
sedasi yang lain misalnya diazepam 0,1mg/kgBB iv/im/rektal. Bila serangannya
berat atau menetap maka akan terjadi asidosis metabolik. Asidosis ini akan
memperberat keadaan dan hiperventilasi. Berikan intravena natrium bikarbonas 3-
5mEq/kgBB secara perlahan-lahan.
Selanjutnya adapun dosis propanolol (per oral) dengan dosis 0,5-1,5
mg/kgBB/6-8jam sampai dilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan spasme
otot infundibuler berkurang dan frekuensi spell menurun. Bila spell menetap atau
berulang, dapat diberikan injeksi propanolol intravena (0,02-0,1 mg/kgBB per
dosis selama 10 menit. Propanolol lalu dilanjutkan dengan pemberian oral 0,2-
0,5mg/kgBB/6 jam. Jangan diberikan bila ada riwayat asma. Vasopresor juga
dapat diberiakan yaitu infus fenilefrin (Neo-Synephrine) 2-5mg/kgBB/menit atau
intravena bolus 0,1mg/kgBB. Dapat juga diberikan Metaraminol 50mg/100mm.
jangan memakai epinefrin atau norepinefrin karena vasopresor akan
meningkatkan tahanan vascular sistemik dan pada pemberiannya tekanan darah
harus dipantau dengan. Selain itu, keadaan pasien dengan riwayat spell hipoksia
keadaan umumnya harus diperbaiki, misalnya koreksi anemia, dehidrasi atau
infeksi yang semuanya akan meningkatkan frekuensi spell.
Bila spell hipoksia tidak teratasi dengan pemberian propanolol dan
keadaan umumnya memburuk, maka harus secepatnya dilakukan operasi. Bila
spell berhasil diatasi dengan propanolol dan kondisi bayi cukup baik untuk
menunggu, maka operasi koreksi total dilakukan pada usia sekitar 1 tahun.
Komplikasi:
a. Hipoksia organ-organ tubuh yang kronis
b.Polisitemia
c. Emboli sistemik
d.Abses otak
e. Cyanotic spell
22
Prognosis dari penyakit jantung bawaan ini adalah tanpa
pembedahan,angka kematiannya adalah 95% pada usia 20 tahun. Prognosis cukup
baik pada yang dioperasi saat anak-anak. Biasanya operasi telah dilakukan
sebelum usia setahun, dengan penutupan VSD dan koreksi dari stenosis pulmonal.
Kelangsungan hidup 20 tahun adalah 90-95% setelah pembedahan. Prognosis
jangka panjang kurang baik bila:
a. Dioperasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel
kiri akibat hipoksia yang lama.
23
BAB 3
DISKUSI KASUS
Pada laporan kasus ini, seorang anak laki-laki, usia 6 bulan, BB 4,65 kg, PB
58,5 cm, dan LK 40 cm datang ke RSUD Natuna dengan keluhan kulit kebiruan
sejak lahir yang semakin tampak jelas sejak usia 2 bulan. Kulit kebiruan
ditemukan di kuku jari tangan dan kaki pada saat istirahat dan pada keadaan
tertentu seperti saat bangun tidur, menangis panjang, atau demam maka kebiruan
semakin memberat yang akan tampak jelas pada bibir, lidah, dan anggota tubuh
lainnya. Kulit kebiruan yang memberat itu juga akan diiringi oleh sesak napas
yang memberat. Pasien sudah mengalami sesak napas sejak lahir yang bersamaan
dengan kulit kebiruannya dan semakin tampak sesak sekarang. Pola napas pasien
akan semakin cepat dan pendek saat menyusui, sehingga ibu pasien sering
berhenti menyusui dan tidak pernah lama menyusui pasien, ibu pasien juga
merasa hisapan bayi pada saat menyusui lemah sehingga ibu pasien sering
memompakan ASI. Pasien juga tampak lemah dan cenderung tidak seaktif bayi
pada umumnya. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien juga lambat
dibanding dengan bayi seusianya. Riwayat batuk dan demam berulang dijumpai.
Buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal. Riwayat keluarga
mengalami keluhan yang sama tidak ditemukan. Riwayat kehamilan tidak ada
demam, infeksi, atau konsumsi obat-obatan namun pasien tidak pernah
memeriksakan kehamilannya ke dokter/bidan. Riwayat persalinan tidak normal
yaitu pasien lahir secara spontan, cukup bulan namun berat badan lahir 2000 gram
(BBLR), ditolong dukun beranak, tidak segera menangis saat lahir, kulit kebiruan
dijumpai setelah lahir. Pasien minum ASI sejak lahir sampai sekarang dan tidak
ada menu makanan tambahan, frekuensi minum ASI 7-8 kali namun hanya
sebentar sekitar 5-7 menit dan terkesan hisapannya lemah saat menyusui. Pasien
hanya mendapat imunisasi Hep. B (1 kali) dan BCG pada umur 1 bulan. Imunisasi
polio, DPT, dan Hib belum diberikan. Riwayat tumbuh dan kembang pasien tidak
sesuai usia. Tingkat pendidikan orang tua pasien kurang, tingkat sosial ekonomi
kurang, serta terdapat faktor yang meningkatkan keluhan pasien.
24
Ada beberapa tahapan untuk menegakkan diagnosa TOF ini, yang antara
lain adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks, EKG dan ekokardiografi,
yang merupakan gold standard untuk menegakkan diagnosa pada TOF.
Berdasarkan teori, rangkuman kasus diatas mengarah kepada manifestasi
klinis penyakit jantung bawaan yaitu TOF. Hal ini sesuai dengan dijumpainya
kebiruan pada bibir dan kuku (sianosis sentral dan perifer), sesak napas, bayi
mengalami kesulitan menyusu, clubbing finger, cyanotic spell, dan pada
pemeriksaan fisik dijumpai pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung
lambat hal ini karena exercise intolerance dimana bayi sering berhenti menyusu
dan auskultasi terdengar S1 tunggal/ S2 loud and splitting, P2 melemah, reguler,
murmur pansistolik grade 2/6 (+) parasternal kiri sela iga 2-3.
Dari hasil foto thoraks timus tidak tampak, jantung membesar dengan
apeks terangkat, jantung berbentuk boot-shaped, lengkungan aorta tinggi,
penurunan vaskularisasi paru, sudut sinus costofrenikus tajam, infiltrat (+), tulang
utuh dan normal. Hal ini sesuai dengan teori gambaran radiologi TOF.
25
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada TOF. Salah satunya
yang terjadi pada pasien ini adalah cyanotic spell dengan gejala anak rewel dan
gelisah, menangis lama, sianosis bertambah, dan sesak napas (cepat dan dalam).
Cynotic spell dapat terjadi karena ventrikel kanan dan ventrikel kiri dianggap
berfungsi sebagai rongga pemompa tunggal karena adanya VSD yang besar.
Penurunan tahanan vaskular sistemik atau peningkatan tahan pada alur keluar
ventrikel kanan, akan meningkatkan pirau dari kanan ke kiri. Hipoksia yang
terjadi akan merangsang pusat pernafasan untuk hiperventilasi yang akan
menyebabkan peningkatan aliran balik vena sistemik. Dengan adanya stenosis
pulmonal maka aliran pirau kanan ke kiri melalui defek septum ventrikel akan
makin bertambah. Faktor-faktor terjadinya cyanotic spell ini antara lain kelelahan
akibat menangis lama atau beraktifitas fisik berat, demam, dehidrasi dan lain-
lain.13
26
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
27
Diseases. Philadelphia: Jaype Brother Medical Publisher,2013, page 258-
270.
12. Duppenthaler A, Amman RA, Hrisoho MG. Low incidence of respiratory
syncytial virus hospitalisations in hemodynamically significant congenital
heart disease. Arch Dis Child; 2004.
13. Sastroasmoro, S., et al. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo, 2007,
hal.194-196; hal. 205-206.
28