Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS GASTROENTERITIS AKUT

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan


Dokter Internship

Oleh:

dr. KUSNADI

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER

INDONESIA PUSKESMAS BANTAL

MUKOMUKO

2022
PENDAHULUAN
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah
disentri, kekurangan gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia. Menurut laporan
departement kesehatan di indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 -2 kali setahun.
Dari hasil study morbiditas oleh departenet kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989,
1990, dan 1995 berturut-turut morbiditas diare menunjukan 78,5 %, 103 %, 100%.

Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi . ini di sebabkan karena adanya
anoreksi pada diare sehingga ia makan lebih sedikit dari pada biasabya dan kemampuan
menyerap sari-sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanan
meningkat akibat adri adanya infeksi. Setiap episode diare akan menyebabkan
kekurangan gizi sehingga jika episode ini berkepanjangan, dampaknya terhadap
pertumbuhan akan meningkat. Penyakit diare juga berdampak pada status ekonomi
negara berkembang. Di beberapa negara, lebih dari sepertiga tempat tidur anak di rumah
sakit di huni oleh anak penderita diare. Penderita ini sering di obati dengan cairan
intravenayang mahal dan obat-obatan yang tidak efective.

Untungnya pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang mudah dan efective
yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian diare pada sebagian besar
kasus, sehingga penderita tidak perlu di rawat di rumah sakit dan serta mencegah efek
buruk dari diare pada status gizi anak. Upaya pencegahan diare juga dapar di turunkan
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan beratnya episode diare. Di Indonesia
sejak upaya pembentukan KPD ( kegiatan pendidikan diare) antara lain dengan pojok
URO (Usaha Rehidrasi Oral ). Di rumah sakit pendidikan, yang dilanjutkan dengan
kegiatan PMPD (Pendididkan Medik Pemberantasan Diare) , jumlah kasus diare yang
di rawat di bangsal anak semakin berkurang secara nyata. 4
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
BAB-nya (buang air besar) ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya, lazinnya 3 kali atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu

Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing
mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.

Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di Negara berkembang
adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan
Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella, dan E.coli
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7
sampai 14 hari.

Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode
ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare
persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.
Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap
glutein dan gangguan metabolism yang menurun. 1,2

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting
disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan
Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.
Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang
dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.

II. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada
lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun

Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia


adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak
berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan
diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih
tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000
orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah
19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya
akibat diare.4

1. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare


Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut
antara lain :

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

b) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan


pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan


beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,

d) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar


dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila
tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,

f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering


beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi


yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare
seperti : Shigella dan v cholerae

b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama
pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir
hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya


berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak
) natau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
( Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak imunosupresi berat,
diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan mungkin juga
berlangsung lama.

3. Faktor lingkungan dan perilaku :


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
factor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 2

III. Etiologi
Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare)
i. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonela, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya
ii. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii
lain-lain
iii. Infeksi parasite : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur
(candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis,
dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
Faktor Malabsorpsi

 Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
 Molabsorbsi lemak
 Molabsorbsi protein
Faktor makanan

 Makanan beracun
 alergi terhadap makanan
Lain-lain

 Imunodefisiensi
 Gangguan psikologis (cemas dan takut)
 Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5

IV. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil
mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/
hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon
memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang
menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan
kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,
dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan


air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa.
Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik,
osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme
terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .

Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam


usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi
klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toxin
bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus

Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi
apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan
semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .

Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare-
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.1,2

Sebagai akibat diare akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan


gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua
karena takut diare/muntah bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan
sering diencerkan dalam waktu yang lama. Makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat
terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang
dan dapat menyebabkan hipoksi.2

V. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) 2,4
Tabel 1. Gejala dan tanda pada diare akibat infeksi

VI. Derajat Dehidrasi


Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

 Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%

Tabel 2. Derajat dehidrasi


PENILAIAN A B C

Lihat

Keadaan Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai, tidak


Umum sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan Basah Kering Sangat kering


lidah
Rasa Haus Minum Biasa, *Haus ingin *Malas minum atau
Tidak haus minum banyak tidak bias minum
Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali *Kembali sangat
Kulit lambat lambat
Derajat TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI
Dehidrasi DEHIDRASI RINGAN BERAT
SEDANG
Bila ada 1 tanda* +
Bila ada 1 1 atau lebih tanda
tanda* + 1 atau lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana Terapi Rencana terapi Rencana C
A B

VII. Pemeriksaan Penunjang


 Feses  makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+)

 Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )


 Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.)
LAPORAN KASUS

A.IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : By. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 11 bulan
Alamat : Desa Mandi Angin
Agama : Islam

ANAMNESIS
Keluhan Utama : BAB cair

Riwayat Penyakit sekarang :


Pasien datang dibawa ke IGD Puskesmas Bantal dengan keluhan BAB cair sejak
kemarin pagi dan pasien sangat rewel. Hari ini, pasien sudah BAB lebih dari 10 kali
sejak pagi dengan volume sedikit-sedikit. BAB pasien cair, berampas, tidak
berlendir, berwarna kuning kehijauan dan tidak bercampur darah. Muntah 2 kali
sejak pagi disertai kehausan karena pasien sering meminta minum dan pada saat
diberikan air pasien lahap minum. BAK berkurang. Pasien mengalami demam (+)
hari ini, batuk (-) dan sesak (-). Nafsu makan menurun.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga/ Lingkungan Sekitarnya yang Ada
Hubungan dengan Penyakit Sekarang
Pada keluarga tidak ada yang mengalami hal yang seperti pasien alami.
Riwayat Kehamilan Ibu
Pasien dikandung cukup bulan dan ibunya sering memeriksakan diri ke
bidan selama masa kehamilan dan tidak pernah mengalami kelainan selama masa
kehamilan.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir sekitar 3 kg.
Riwayat Makanan :
Usia 1-4 bulan : ASI
>4 bulan-9 bulan : ASI + susu formula + bubur Sun
9 bulan-sekarang : Susu formula + bubur saring yang bisanya dicampurkan
dengan sayur, ikan, dll.
Riwayat tumbuh Kembang : Pasien tumbuh seperti anak seusianya.

Riwayat Imunisasi :
BCG: 1 kali
Polio: 4 kali
DTP: 3 kali
Hepatitis B: 3 kali
Campak: belum
Riwayat Penyakit Keluarga, sosial dan ekonomi : Pasien tinggal serumah
dengan orang tua. Pasien berobat menggunakan layanan Jamkesmas.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Gizi baik (BB 7 kg, PB 63 cm)
Tanda Vital : -
Tekanan darah : -
Frekuensi nadi : 120x/menit, regular
Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu tubuh : 37,90C
Kepala - Leher :
 Normocephal, Rambut hitam.
 Mata tampak cekung.
 Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-
 Mukosa bibir kering, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-)
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu napas (-), retraksi (-),
Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Vocal fremitus sama di kedua hemithorax, Ictus
cordis teraba
Perkusi : Sonor +/+, tidak terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : Bunyi paru bronkovesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-, bunyi jantung
S1, S2 murni, reguler, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Organomegali (-)
Perkusi : Bunyi Tympani

Extremitas : Edema (-) dan akral hangat (+).

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Turgor Kulit = > 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan

FOLLOW UP

Tanggal 20 September 2022

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.


Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Gizi baik (BB 7 kg, PB 63 cm)

Keluhan : BAB 3 kali tadi subuh, cair, ampas (+), lendir (-), warna
biasa.
Tanda Vital :

Tekanan darah :-

Frekuensi nadi : 115x/menit, regular, isi


cukup Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu tubuh : 37,30C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
 Normocephali, Rambut hitam.
 Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
 Mukosa bibir agak kering, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-).

Abdomen :

Inspeksi : Tampak datar, massa (-),


Palpasi : Organomegali (-),
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Diagnosis Kerja

Diare akut tanpa dehidrasi.

Terapi

1. Infus rl 20 gtt
2. Injeksi Ceftriaxone 2 x 200 mg/ iv
3. Zink 1x1 tab (20mg)
4. L-Bio 1x1 sachet

Tanggal 21 September 2022

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis


Keluhan : -
Tanda Vital :

Tekanan darah : -

Frekuensi nadi : 120 x/menit, regular, isi cukup


Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu tubuh : 36,50C

Pasien boleh pulang, obat pulang: Zink 1x1 tab (20mg)


PEMBAHASAN

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu.2

Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu menimbulkan


diare yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala klinisnya. Jenis yang
pertama adalah diare cair akut dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah
yang besar sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Jenis
kedua adalah diare akut berdarah yang sering disebut dengan disentri. Diare ini ditandai
dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang
menderita diare berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada
penurunan status gizi. Jenis yang ketiga adalah diare persisten dimana kejadian diare
dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi
rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (WHO, 2010).3

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien sudah 2
hari BAB dengan frekuensi kurang lebih 10 kali dengan konsistensi cair, sedikit
berampas, berwarna kuning kehijauan dan tidak bercampur darah. Selain itu didapatkan
juga muntah dan demam yang menyertai keluhan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien sedang mengalami diare akut dimana frekuensi BAB > 3 kali dalam sehari
disertai muntah dan demam.

Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang
disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, Akan tetapi berbagaai penyakit lain juga
dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindrom malabsorpsi. Diare karena virus
umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan
menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.

16
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnose pasien


ini adalah gastroantritis akut tanpa dehidrasi.
2. Saran
a. Hendaknya dilakukan pemeriksaan urin rutin" feses rutin" hitung jenis
leukosit untuk mengetahui infeksi apakah disebabkan oleh infeksi bakteri akut
atau tidak.
b. pasien dengan usia lanjut dengan gastroenteritis hendaknya ditangani dengan
cepat dan tepat agar tidak jatuh dalam keadaan yang lebih buruk.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
Vol 27. No. 4. Jurnal Kedokteran Brawijaya: Jakarta Timur; 2013.
2. Jufrie, M., Oswari, H., Arief, S., et al. Buku Ajar Gastroenterologi
Hepatologi. Jilid I. Cetakan 3. Badan Penerbit IDAI: Jakarta; 2012. Hal 87-
118.
3. Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
2011.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 16-
18, 29.

18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai