Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN ANAK

DIARE

Disusun Oleh:
NURUL HOLIFAH
NIM: 20214663055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR DIARE
1. Definisi Diare
1. Pengertian Diare

Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese.
Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar
lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu
24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut
berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran lebih 14 hari.
2. Klasifikasi Diare

Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam
Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit
yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus
dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan
lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
akut didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang
sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa
(GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau
infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit
kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
b. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi atau kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrompada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya dari mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi Penyebabnya yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
pada anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak
lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak dicerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifikini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi,
tidak ada daearh dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric.

2.Anatomi Fisiologi Tubuh


1. Respon Tubuh
Respon Tubuh
a. Sistem integument Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga
berat turgor kulit biasanya kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya
kebutuhan cairan dan elektrilit pada jaringan tubuh anak sehingga kelembapan kulit
pun menjadi berkurang.
b. Sistem Respirasi Kehilangan air dan elektrolit pada anak diare mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH turun karena akumulasi
asam nonvolatile. Terjadilah hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2
menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan dalam (pernapasan kusmaul).
c. Sistem Pencernaan Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada
nutrisi, yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus dimana usus tidak dapat
menyerap makanan. Anak akan tampak lesu, malas makan, dan letargi. Nutrisi
yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bisa mengalami gangguam gizi yang
bisa menyebabkan terjadinya penurunan berat badan dan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga proses penyembuhan akan lama.
d. Sistem Muskoloskeletal Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada
anak yang diare dapat menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak
jantung sangat lambat.
e. Sistem Sirkulasi Akibat dari daire dapat terjadi gangguan pada system
sirkulasi darah menyebakan darah melemah, tekanan darah rendah, kulit pucat,
akral dingin yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
f. Sistem Otak Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen
berkurang. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan bila
tidak segera ditolong dapat mengakibatkan kematian.
g. Sistem Eliminasi Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan
lecet karena sering defekasi dan tinja makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus selama diare.

3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit
diare akan mempercepattindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi
perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Factor Infeksi
1). Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides);protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas homini);jamur (Candida albicans).
2). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
b. Factor malabsorbsi
1). Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2). Malabsorbsi lemak.
3). Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau lebih
tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan
atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia
6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan dapat
sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari.
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa
cairan berwarna hijau dengandarah atau mucus bersifat menyembur. Dapat
ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian
ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen,
demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan
lainnya.
3. Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan
yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan
mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang
dan berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering
adalah daging dan unggas. c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam.
Anak akan mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat
makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan
hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
4. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan factor diantaranya :
a. Factor infeksi
1). Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
melekat sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel
enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang
sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri virus
akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami
iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2). Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi
ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah
berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.colli. diare
ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Factor malabsorbsi,
1). Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul
di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Hal ini
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2). Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3). Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya bisa
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula. Akibat dari. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan
dapat di sebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan
dehidrasi,asidosis metabolik dan hypokalemia,hypovolemia.Gejala dari dehidrasi yang
tampak yaitu berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung,mucosa bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hypovolemia,kolaps cardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonik. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,dehidrasi ringan,dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (juffrie,2010).
Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dpat dilakukan penilaian sebagai berikut:
tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan,ubun-ubun besar,
urine,nadi dan pernafasan atau tekana darah.Sumber:depkes buku ajar diare dalam
(Nursalam, 2008).
5. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul)
6. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam (Nursalamm, 2008),komplikasi yang dapat terjadi
dari diare akut maupun kronis,Yaitu:
1. kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (Asidosis metabolic), Karena:
a. kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
b. walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan dalam waktu yang
terlalu lama.
c. makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik adanya
hiperperstaltik.
2. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan natau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berta sehingga dapat
mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita meninggal.
3. Hiponatremia Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi
sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua anak dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal (Juffrie, 2010).
Derajat dehidrasi Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat
dibagi berdasarkan:
- Kehilangan berat badan
- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
- Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
- Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a.) Markoskopik dan mikroskopik
b.) Ph dan kadar gula tinja
c.) Biakan dan resistensi feces (color )
2. Analisa gas dada apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa (pernafasan kusmaoul)
3. Pemeriksaan kadar ureum kreatif untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaa elektrolitterutama kadar Na,K,Kalsium dan fosfat
B. Penanganan/penatalaksanaan
1. Pembenaan cairan Pembenaan cairan pada pasien diare dangan memperhatikan
darajat dehidrasinya dengan keadaan umum.
2. Diatetik Pembenaan makanan dan minum khusus pada klien dangan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan.Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori protein,vitamin,mineral dan
makanan yang bersih.
3. Obat-obatan a. Obat anti sekresi b. Obat anti sparmolitik c. Anti biotic
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1). Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
a). Jenis cairan
(1) Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse
b). Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c). Jalan masuk atau cairan pemeberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. d). Jadwal pemberian
cairan Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk menghitung keburtuhan cairan.
(1) Identifikasi penyebab diare
(2) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
2). Pengobatan dietetic Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan asam
lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya).
(b) Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena dirumah tidak biasa.
(c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan misalnya susus
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1). Bila dehidrasi masih ringan Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali
setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin
dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus
muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral
tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain
(atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
2). Pada dehidrasi berat Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara: (a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu memantaunya.
(b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah
konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir
mulut kering.
(e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai berikut: 1. Rencana
terapi A Penanganan diare rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah :
a. Beri cairan tambahan
1). Jelaskan pada ibu, untuk
a). Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali pemberian.
b). Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c). Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin). Atau air matang.Anak harus
diberi larutan oralit dirumah jika:
a). Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
b). Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diareanya bertambah parah.
2). Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian
lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:
a). Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
b). Umur 1 sampai 5 tahun : 100sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
a). Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk / cairan / gelas.
b). Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi lebih lambat.
c). lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
b. Beri tablet Zinc selam 10 hari.
c. lanjutkan pemberian makanan
d. kapan harus kembali konseling bagi ibu.
WOC
LAPORAN KASUS

FORMAT PENGAKJIAN KEPERAWATAN ANAK

Data diambil tanggal : 10 oktober 2021


Ruang rawat/kelas :
No. Rekam Medik :

I. IDENTITAS ANAK IDENTITAS ORANG TUA


Nama : An. C Nama Ayah : Tn. A
Tanggal lahir : 18-9-2020 Nama Ibu : Ny. B
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswasta
Tanggal MRS : 10-10-2021 Pendidikan ayah/ibu : SMA
Alamat : Surabaya Agama : Islam
Diagnosa medis : Diare Suku/bangsa : Indonesia
Sumber informasi : Keluarga Alamat : Surabaya

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama :
BAB 3X sehari encer
b. Riwayat penyakit saat ini :
± 3 hari SMRS anak demam mendadak, nafsu makan menurun (+) BAB 4x sehari
feses cair dan berlendir, keadaan anak lemah
± 3 jam SMRS ibu mengatakan anak diare 4 kali cair ampas berlendir, diselingi
muntah 2 kali, Pasien rewel (+) riwayat batuk pilek (-).
Di IGD RSU dapat terapi inf. Ka En 3B 1200cc/24 Jam, lacto B 2X1 Sachet, Zinc
Syr 1X20mg, untuk MRS.
Saat pengkajian keluhan Diare dan Panas.
2. Riwayat keperawatan/Penyakit sebelumnya
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
 Riwayat prenatal : Ny. B mengatakan periksa ke klinik dokter 1 bulan
sekali, tidak ada penyulit saat hamil, gizi ibu baik, ibu mengkonsumsi
makanan sehat sayur-sayuran dan susu hamil.
 Riwayat antenatal :
Ibu mengontrol rutin kandungannya di bidan, saat melahirkan normal, bayi
langsung menangis

 Riwayat postnatal :
Tempat kelahiran di Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan normal
Masa gestasi 38 minggu
Keadaan bayi:
Berat lahir 2800
Panjang 49
LK 34 cm
Langsung menangis ya
Nilai APGAR 8
Kelainan bawaan tidak ada
ASI diberikan saat bayi umur 1 hari, PASI diberikan saat anak umur 5 bulan,
saat ini anak tetap minum asi didampingi PASI

 Penyakit yang pernah diderita :


Demam Kejang
Batu/pilek
Mimisan lain-lain tidak ada penyakit
 Operasi : Ya V Tidak Tahun : -
 Alergi : Makan Obat Udara
Debu Lainnya, tidak ada alergi

b. Imunisasi : BCG (1X) Polio (3X) DPT (3X)


Campak Hepatitis (1X)

Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
Ny. B mengatakan Keluarga An.C tidak ada yang mengalami penyakit yang
menular seperti TB dan Hipertensi
b. Lingkungan rumah dan komunitas
Ny. B mengatakan Lingkungan rumah yang ditinggali bersih, terdapat ventilasi
setiap rungan, jauh dari sungai dan jauh dari tempat pembuangan sampah
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Ny. B mengatakan Anak bermain tanpa diperhatikan kebersihannya, tidak
pernah diajari cuci tangan, anak sering dibawa main oleh tetangganya dan diberi
makan makanan sembarangan yang tersedia di warung
d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak
Ny. B mengatakan penyakit yang dialami oleh anaknya disebabkan oleh sering
makan-makanan sembarangan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

4. Kesadaran :
K/U : Lemah
Apatis GCS 9 (E3M4V5)

5. TTV : Suhu : 38 oC
TD : -
RR : 30 X/menit
Nadi : 140 X/menit
Gelisah

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :


 BB saat ini : 9 kg, TB : 70 cm
 LK : 34 cm, LD : 33cm, LLA : 10 cm, LP: 32 cm
 BB lahir : 2800gr BB sebelum sakit : 10 kg
 Panjang lahir : 49 cm
 Pengkajian perkembangan (DDST)/DDTK :
a) Pertkembangan tiap tahap
- Berguling : An.C berguling saat usia 4 bulan
- Duduk : An.C duduk saat usia 10 bulan
- Merangkak : An.C merangkak pada usia 7 bulan
- Berdiri : An.C sudah berdiri
- Berjalan : An.C berjalan usi 1 tahun
- Bicara pertama kali : An.C belum bicara
 Tahap perkembangan Psikososial :
Otonomi vs rasa malu dan ragu di tandai dengan anak sudah bisa berjalan, jinjit,
dan memilih mainan dan barang yang diinginkannya. Perasaan malu dan ragu
ketika orang tua tidak memberikan kebebasan saat anak dipaksa untuk memilih
sesuatu yang dipaksa oleh orang tua.
 Tahap perkembangan Psikoseksual :
Fase anal ditandai dengan anak melakukan toilet training kepuasan saat
pengeluaran tinja, dan sangat egoistik terhadap sesuatu barang yang dimilikinya
Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
SMRS
DS :Ny. B mengatakan jika anak sakit langsung dibawa ke klinik dokter terdekat.
MRS
DS:Ny. B mengatakan cemas terhadap anaknya yang masih rewel dan muntah saat makan
dan minum
DO: Kesadaran: Apatis GCS 9 (E3M4V5)
Keadaan umum: lemah
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Pola Nutrisi– Metabolik
SMRS
.................................................................DS :Ny. B mengatakan makan 3 kali sehari (pagi – sore)
dihabiskan
MRS
DS: Ny. B mengatakan makan 3x hanya ½ porsi yang dihabiskan = 120cc dan minum air
putih + ASI dengan frekuensi 7-9x (200 cc), dengan menu makanan bubur dan telur, Ny.
B mengatakan saat sakit anaknya susah sekali untuk makan dan saat makan mual dan
muntah
DO:
Kulit: Warna: sawo matang
Sianosis: tidak ada
Turgor: < 3 detik
Kelembaban: cukup
Pucat: ada
Rambut: Warna: hitam
Tipis pendek
Jarang/tidak: tidak
Alopesia areata: tidak ada
Kuku: Warna: normal
Clubbing finger: tidak ada
Abdomen: Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Umbilikus : tidak menonjol
Petekie :-
Spider nevi : -
Turgor : menurun
Lain-lain :-
Palpasi :
nyeri tekan : -
Nyeri lepas : -
Defans muskular : -
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Masa : Tidak teraba
Ukuran :-
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
Perkusi :
Timpani / pekak: Timpani
Asites : Tidak ada
Auskultasi :
Bising usus : 24x/menit
Membrane mukosa: Kering
Gigi: Tidak ada caries
Jumlah gigi belum lengkap
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada gingivitis
TB/BB/BMI: 89/10/12,6 (kurang)
Suhu tubuh: 38
Turgor kulit: <3 detik
Intake oral: Air mineral + ASI(200cc)
Cairan intravena: RL

Kebutuhan nutrisi (Rumus Harris Benedict)


Pria = 66 + (13,7 x berat badan ) + (5 x tinggi badan) – (6,8 x usia)
= 66 + (13,7 x 9) + (5 x 70) – (6,8 x 1)
= 66 + (123,3) + (350) – (6,8)
= 546,1
Hasil dikali aktifitas sehari hari
Jarang olahraga (1,2) = 546,1x 1,2 = 547,46 kalori (kebutuhan kalori per hari)

Kebutuhan cairan : 1000 cc/24 jam


IMT = 9: 0,45 = 18,37

Intake = Makan 120cc + Minum 100cc + inf 1200cc = 1420cc


Masalah Keperawatan :
Hipovolemia

3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi
SMRS
DS: Ny. B mengatakan BAB sehari sekali berbentuk padat warna kecoklatan bau khas,
tidak ada lendir dan darah
MRS
DS: Ny. B mengatakan BAB 4kali sehari menggunakan diapers, feses cair ampas
berlendir (1 Kali =200cc) 4 kali = 800cc

Eliminasi Uri
SMRS
DS: Ny. B mengatakan BAK kurang lebih 5 kali sehari, warna kuning jernih, . .bau khas,
tidak ada darah
MRS
DS:ibu pasien mengatakan BAK kurang lebih 3kali sehari (1000cc dalam sehari)
DO: Output BAB 800 + BAK 1000 + IWL 225 = 2025 cc
Intake 1420 – Output 2025 = Balance -605cc
DO:
Pemeriksaan fisik
Abdomen Inspeksi:
Bentuk : Simetris
Umbilikus : tidak menonjol
Petekie :-
Spider nevi : -
Turgor : Menurun
Lain-lain :-

Peristaltik usus: 24 x/menit


Flatus: tidak ada
Distensi: tidak ada
Massa: normal
Hemoroid: tidak ada
Alat bantu: tidak
Genitalia Disirkumsisi
Tidak terdapat peradangan (herpes)
Terdapat kemerahan pada daerah anus
prostat Permukaan: halus
Konsistensi: elastic
Ukuran: normal
Sensitifitas terhadap tekanan: normal

Masalah Keperawatan :
Diare
4. Pola Istirahat dan tidur
SMRS
DS:Ny. B mengatakan anak rutin tidur siang 2-3 jam/hari dan malam 8-9 jam dengan
keadaan tenang tanpa terbangun.
MRS
DS: Ny.B mengatakan anak sering terbangun rewel karena panas, tidur siang sering
terbangun , malam 4-6jam sering terbangun.
Kemampuan perawatan diri An.C berpakaian toileting dibantu oleh orang tua.

Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslah keperawatan
5. Pola Aktifitas - Latihan
SMRS
DS:Ny. B mengatakan anak sangat aktif bermain dan berjalan
MRS
...............................................................DS: Ny. B mengatakan anak hanya tidur tidak beraktifitas
terhalang oleh selang infus
DO : klien terlihat lemah
Pemeriksaan fisik
Cardiovaskuler :
1. Conjungtiva : pink
2. Suara jantung S1, S2 : Normal (LUB, DUK)
3. Capitarry refilling time : ≤ 3 detik
4. Warna kuku : merah muda
5. Distribusi rambut: normal
Respirasi :
1.Hidung : bersih tidak ada peradangan
Kelenjar pada leher: tidak ada pembengkakan pada leher
2.Dada
- bentuk dada: bentuk dada simetris
Gerakan dada : simetris antara kiri dan kanan
Suara napas : vesikuler
3.clubbing finger : normal

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

6. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori


Pasien tidak ada gangguan penglihatan normal, pendengaran normal , perabaan, dan
pengecapan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslah keperawatan

7. Pola persepsi dan konsep diri


Pola persepsi
An.C merasa Takut, tetapi penasaran dengan perawat yang datang dan membawa alat
TTV
Konsep diri
a. Gambaran diri :
Keluarga mengatakan anak ceria jika ada teman yang bermain

b. Harga diri :
Keluarga mengatakan anak ramah jika bertemu dengan orang tidak kenal

c. Ideal diri :
Keluarga mengatakan anak cenderung menurut pada orang yang ia kenal

d. Peran diri : pasien masih tanggung jawab orang tua, meurpakan anak pertama

e. Identitas diri : pasien berjenis kelamin Laki-laki


Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

8. Pola Reproduksi Seksual


DS: Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan alat kelamin yang normal tidak ada fimosis,
tidak ada hipospadias dan anak tidak pernah ada penyakit atau keluhan di area genetalia
DO:

Genitalia Inspeksi:
Tidak terpasang kateter
Disirkumsisi
Tidak terdapat peradangan (herpes)
Terdapat kemerahan pada daerah anus
prostat Permukaan: halus
Konsistensi: elastic
Ukuran: normal
Sensitifitas terhadap tekanan: normal

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

9. Pola hubungan peran


Persepsi klien tantang pola hubungan
DS: Ny. B mengatakan pasien dekat orang tua dan sering bermain

Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab


Anak berusia 1 tahun yang msih tanggung jawab orang tuannya

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

10. Mekanisme Koping


Kemampuan mengendalian stress
DS: Anak tampak menangis saat didekati perawat seperti ketakutan dengan wajah tegang

Sumber pendukung
Orang tua dan keluarga lainnya
DO:
Anak terlihat ketakutan saat perawat menghampiri atau melakukan tindakan bahkan saat
berbicara bersama keluarganya Anak tampak menangis, menjerit, dan menendang Anak
tidak mau bertemu dengan perawat.

Masalah Keperawatan :
Ansietas

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Dalam kegiatan keagamaan keluarga selalu melakukan bersama sama

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

12. Pemeriksaan Refleks


Refleks : Fisilogis

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Biceps Triceps
\ \
Knee Achiles
\

Refleks Patologis
Fungsi cerebral : baik tidak ada gangguan
Fungsi motorik : An. C tidak mengalami kelemahan otak
Refleks Basep : An. C merasakan semua rangsangan yang diberikan

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

13. Aspek Sosial

a. Ekspresi efek dan emosi : Senang V Sedih


Menangis
Cemas Marah Diam
V
Takut Lain ...................................
b. Hubungan dengan keluarga :

V Akrab Kurang akrab


c. Dampak hospitalisasi bagi anak :
DS: Anak belum paham karena masih dibawah umur, hanya saja Ny. B mengatakan
An. C saat melihat perawat anaknya selalu menagis dan ketakutan
DO : wajah anak terlihat tegang dan gelisah

Dampak hospitalisasi bagi orang tua :


Ny.B mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan anaknya dan mendoakan
segera sembuh dan cepat pulang

Masalah Keperawatan :

Ansietas

14. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan feses :
Warna : kuning
Konsistensi : cair
Lendir : ada
Parasit : tropozoit

2. Terapi dan Diet.


1. IVFDRL 18 TPM
2. L Bio 2
3. Zinc 2
4. Injeksi Paracetamol 70 mg (7 cc) bila demam

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Diare b.d proses infeksi d.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek dan
cair
2. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d nadi teraba lemah, membran mukosa kering,
merasa lemah, suhu tubuh meningkat
3. Anxietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d tampak gelisah,tampak tegang
Surabaya,
Preceptee

(Nurul Holifah)
ANALISA DATA

Nama Pasien : An. C No. Register :


Umur : 1 Tahun 2 bulan Diagnosa Medis : Diare
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: Virus, parasit, bakteri,
mikroorganisme
- Ibu klien mengatakan
anaknya BAB sejak 5 Kuman atau bakteri masuk
hari yang lalu kesaluran pencernaan
- Ibu klien mengatakan
anaknya BAB encer ± infeksi pada sel
3x sehari, diselingi
mual dan muntah berkembang di usus
DO: Diare
- Nampak BAB ±4x merusak vili usus
Dengan bentuk feses
cair hipersekresi air dan elektrolit
- Peristaltik 24x/ menit
- Anak tampak lemah isi rongga usus berlebihan
dan lemas
- BB sebelum sakit diare
9,6kg BB saat sakit: 9
kg
DS: Diare Hipovolemia
- Ibu klien mengatakan
anaknya BAB sejak 5 frekuensi BAB meningkat
hari yang lalu
- Ibu klien mengatakan hilangnya cairan dan
anaknya BAB cair ±4 elektrolit berlebihan
x sehari
- Ibu klien mengatakan gangguan keseimbangan
anaknya lemas cairan elektrolit
DO:
- nampak bab cair nadi teraba lemah, turgor
- mukosa bibir kering kulit menurun, membran
- turgor kulit kering mukosa kering, suhu tubuh
- klien tampak lemah meningkat
dan lemas
- tanda tanda vital Hipovolemia
Nadi : 138 x/ menit
RR: 30 x/menit
o
S: 38 C
IV Terpasang RL
18TPM
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. C No. Register :


Umur : 1 tahun 2 bulan Diagnosa Medis : Diare

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD


Diare b.d proses infeksi d.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24
1.
jam, feses lembek dan cair
Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d nadi teraba lemah,
2.
membran mukosa kering, merasa lemah, suhu tubuh meningkat
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien :An. C No. Register :


Umur :1 tahun 2 bulan Diagnosa Medis : Diare
DIAGNOSA
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Diare Setelah dilakukan - Kontrol Manajemen Diare
tindakan keperawatan pengeluaran Obsevasi:
selama 2x 24 jam feses 1. Identifikasi penyebab diare (mis. Proses infeksi, stress,
diharapkan frekuensi meningkat obat obatan)
serta bentuk feses - Konsistensi 2. Identifikasi pemberian riwayat makanan
normal feses membaik 3. Monitor volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
( tidak cair ) 4. Monitortanda dan gejala hipovolemia
- Frekuensi Teraupetik:
defekasi 1. Berikan asupan cairan oral ( oralit)
membaik 2. Pasang cairan intravena (ringer laktat) jika perlu
3. Ambil sempel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
Edukasi:
1. Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
Manajemen hipovolemia
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Keadaan turgor
2. Monitor intake dan output cairan
Setelah dilakukan kulit membaik
Terapeutik :
tindakan keperawatan - Membran
1. Hitung kebutuhan cairan
2 Hipovolemia selama 2x24 jam mukosa
2. Berikan posisi modified trendelenburg
pertama, diharapkan membaik
3. Berikan asupan cairan oral
status cairan membaik - Kekuatan nadi
Edukasi :
meningkat
1. Anjurkan memperbanyak asupan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( Nacl, RL

Anda mungkin juga menyukai