Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
9. PENATALAKSAAN
Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan.
1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl,
isotonic, infuse RL
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
3) Jalan masuk atau cairan pemberian
a) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
4) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian obat
anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
5) Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula
yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,
misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah
padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.
Pentalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
penyembuhan penyakit yang mendasari
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif)
dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-
sumber non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius
atau diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang
sangat muda atau lansia.
B. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
h. Sistem saraf
1. Fungsi cerebra
2. Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
3. Fungsi motorik
4. Fungsi sensori
5. Reflex bisep
i. Sistem muskulo skeletal
Kepala, vertebra, pelvis, lutut, kaki dan tangan
j. Sistem integument
Rambut, kulit, kuku
k. Sistem endokrin
Kelenjar thyroid dan eksreasi urine
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
n. Sistem imunisasi Riwayat alergi
12. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. 0 – 6
Dengan
meggunakanDSST
a. Motorik dasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal sosial
b. 6 tahun keatas
a. Perkembangan kongnitif
b. Perkembangan psikosexsual
c. Perkembangan psicososial
A. ANALISA DATA
Diare
Hematomesis
Hipovolemia
DS: Bersihan Jalan Nafas
- Mengeluh sesak Gagal ginjal kronis Tidak Efektif
nafas
DO: Sekrresi entropoetin
- Tampak bunyi nafas
tambahan Kadar HB turun
Oksihemoglobin naik
Transport oksigen
menurun
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Hasil Intervensi
1. Diare Setelah dilakukan intervensi Manajemen diare
berhubungan dengan : keperawatan selama 3x24 Observasi:
o proses infeksi jam maka eleminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare
o malabsorsi membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
o kecemasan hasil : 3. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi
o terpapar toksin 1. kosistensi feses tinja.
o penyalahgunaan membaik 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia.
laksatif 2. frekuensi defekasi 5. Monitor jumlah pengeluaran diare.
o program membaik 6. Monitor ulserasi dan iritasi kulit di daerah perineal.
pengobatan 3. peristaltik usus Terapeutik:
(pelunak feses membaik 1. Berikan asupan cairan oral
o perubahan air dan 4. nyeri /kram 2. Berikan cairan intravena
maklanan abdomen menurun 3. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
dibuktikan dengan : lengkap dan elektrolit.
o defekasi >3x dalam 4. Ambil sampel feses untuk kultur jika diperlukan.
24 jam Edukasi :
o feses lembek atau 1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
cair bertahap
o nyeri/kram 2. Ajurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
abdomen
1. Kolaborasi pemberian obat
o bising usus
hiperaktif
2. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan: keperawatan selama Observasi:
o Kehilangan cairan 3x24.maka statu cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
aktif membaik, dengan kriteria 2. Monitor intake dan output cairan
o Peningkatan hasil : Terapeutik :
permeabilitas 1. Turgor kulit 1. Hitung kebutuhan cairan
kapiler meningkat 2. Berikan asupan cairan oral
o Kekurangan intake 2. Output urine Edukasi :
cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
o Evaporasi 3. Kekuatan nadi Kolaborasi :
o Kegagalan meningkat 1. Kolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan
mekanisme regulasi 4. Frekuensi nadi isotonis, hipotonis, dan koloid)
dibuktikan dengan : membaik 2. Kolaborasi pemberian produk darah
o Frekuensi nadi 5. Tekanan darah Manajemen syok hipovolemik
meningkat membaik Observasi :
o Nadi teraba lemah 6. Tekanan nadi 1. Monitor status cairan
o Tekanan darah membaik 2. Monitor status kardiopulmonal
menurun 7. Membrane mukosa 3. Monitor status oksigenasi
o Tekanan nadi membaik 4. Periksa tingkat kesadaran
menyempit 8. Kadar hematokrit Terapeutik :
o Turgor kulit membaik 1. Pertahankan jalan nafas
menurun 9. Status mental 2. Berikan oksigen
o Membran mukosa membaik 3. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
kering 10. Suhu tubuh membaik Kolaborasi :
o Volume urine 11. Keluhan haus 1. Kolaborasi pemeberian cairan infus kristaloid 20
menurun ml/kg/bb
menurun
12. Mata cekung
o Hematokrit
membaik
meningkat
13. Berat badan
o Mengeluh haus
membaik
o Suhu tubuh
meningkat
o Status mental
berubah
o Berat badan tiba-
tiba turun
3. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif
efektif keperawatan selama 3x24 observasi :
berhubungan dengan : maka bersihan jalan nafas 1. Identifikasi kemampuan batuk
o Spasme jalan nafas meningkat, dengan kriteria 2. Monitor adanya retensi sputum
o Hipersekresi jalan hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
nafas 1. Batuk efektif 4. Monitor input dan output cairan
o Disfungsi meningkat Terapeutik :
neuromuskular 2. Produksi sputum 1. Atur posisi semifowler atau fowler
o Benda asing dalam menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
jalan nafas 3. Mengi menurun 3. Buang sekret pada tempat sputum
o Hiperplasi dinding 4. Wheezing menurun Edukasi :
jalan nafas 5. Mekonium menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
o Sekresi yang 6. Sianosis menurun 2. Anjurkan tarik nafas dalam
tertahan 7. Gelisah menurun 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
o Proses infeksi 8. Frekuensi nafas 4. Anjurkan batuk dengan kuat setelah tarik nafas
o Respon alergi membaik dalam yang ke tiga
o Efek agen 9. Pola nafas membaik Kolaborasi :
farmakologis 1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
dibuktikan dengan : Pemberian obat inhalasi
o Batuk tidak efektif Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan alergi obat
o Tidak mampu batuk
2. Validasi order
o Sputum berlebih
3. Periksa tanggal kadaluarsa obat
o Mengi, wheezing,
4. Monitor tanda vital
atau ronki
5. Monitor efek terapeutik obat
o Mekonium dijalan
6. Monitor efek samping obat
nafas (pada
Terapeutik :
neonatus)
1. lakukan prinsip 7 benar
o Gelisah
2. siapkan peralatan nebulizer
o Sianosis Edukasi :
o Pola nafas berubah 1. anjurkan bernafas lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
DAFTAR PUSTAKA