Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE PADA ANAK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing:

Ns. Mona Megasari.,M.Kep

Disusun Oleh:

Fitriyani widia (C.0105.19.007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare
pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016)
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di sebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong, 2009).
Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi di
sertai muntah-muntah atau ketidaknyaman abdomen (Muttaqin & Sari,
2011).
2. KLASIFIKASI
Menurut Wong, (2009) Diare dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen
infeksius dalam traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri
(berlangsung kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (Gastroenteritis
Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit yang
patogen.
b. Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari).
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makan, intoleransi laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau
sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari
2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebab dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebab yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang
sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.
Anak-anak ini memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2
minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan
tumbuh secara normal dan pada anak-anak ini tidak terdapat gejala
malnutrisi dan tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi
enterik.
3. ETIOLOGI
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme
yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella,
salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah satu agen
parasit yang paling sering menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan
organisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal, oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene
yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama, khususnya
untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen (Akton, 2014).
4. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E.
Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan
usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat
unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan
oleh gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus
oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh
pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis
ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2007).
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kusuma (2016) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu diare
akut dan diare kronis:
a. Diare akut
1) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan
nyeri perut
2) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
3) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
b. Diare kronik
1) Penurunan berat badan dan napsu makan
2) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau
infeksi bakteri atau peradangan karena penyakit
3) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan
penunjang yaitu antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan
kreatinin, pemeriksaan tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar
gula dalam tinja, Biakan dan resistensi feses (colok dubur)) dan foto x-ray
abdomen. Pasien dengan diare karena virus biasanya mempunyai jumlah dan
hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi
bakteri terutama bakteri yang invasi ke mukosa, memiliki leukositosis
dengan kelebihan darah putih. Neutropenia dapat timbul pada samnellosis.
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan volume
cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja di lakukan untuk melihat adanya
leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri, adanya telur
cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan
antibiotik dalam tiga bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah
sakit sebaiknya di periksa tinja untuk pengukuran toksin slostridium
difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu di pertimbangkan pada
pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan
diare akut perristen. Pada sebagian besar, sigmoidoskopi mungkin adekuat
sebagai pemeriksaan awal (Wong, 2009).
7. PENANGANAN
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dengan keadaan umum.
b. Diatetik
Pembenaan makanan dan minuman khusus pada pasien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu di
perhatikan adalah:
1) Memberikan ASI
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c. Obat-obatan
1) Obat anti sekresi
2) Obat anti sparmolitik
3) Anti biotic (Nursalam, 2008)
8. KOMPLIKASI
Menurut Suhayono dalam (Nursalam, 2008) komplikasi yang dapat terjadi
dari diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolic), karena:
1) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam waktu
yang terlalu lama
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik adanya hiperstaltik.
b. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak,
kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita
meninggal.
c. Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130
mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif
untuk terapi darin hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila
tidak berhasi, koreksi Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat.

9. PENATALAKSAAN
Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan.
1) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral: NaCl,
isotonic, infuse RL
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
3) Jalan masuk atau cairan pemberian
a) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL, dan glukosa.
b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
4) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian obat
anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus, antimetik.
5) Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula
yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,
misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah
padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.
Pentalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
penyembuhan penyakit yang mendasari
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif)
dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-
sumber non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius
atau diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang
sangat muda atau lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1
ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan
diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah
dehidrasi dengan segala akibatnya.

b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.


Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan
cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
x BB x 4 ml
0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:

A. Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran


1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
1 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.

B. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau


10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
C. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau


3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

D. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :


Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
E. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO
A. KONSEP DASAR ANAK MELIPUTI:
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Identitas orang tua
c. Identitas saudara kandung
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
(Khusus anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
2. Natal
3. Post natal
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
7. Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
d. Hubungan antara anggota keluarga
e. Pengasuh anak
8. Riwayat spritural
a. Support system dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hipotalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
c. Eliminasi
1. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
2. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
d. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
e. Olahraga
f. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
g. Aktivitas / mobilitas fisik
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Sistem pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
g. Sistem indra
1. Mata
2. Hidung
3. Telinga

h. Sistem saraf
1. Fungsi cerebra
2. Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
3. Fungsi motorik
4. Fungsi sensori
5. Reflex bisep
i. Sistem muskulo skeletal
Kepala, vertebra, pelvis, lutut, kaki dan tangan
j. Sistem integument
Rambut, kulit, kuku
k. Sistem endokrin
Kelenjar thyroid dan eksreasi urine
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
n. Sistem imunisasi Riwayat alergi
12. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. 0 – 6
Dengan
meggunakanDSST
a. Motorik dasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal sosial
b. 6 tahun keatas
a. Perkembangan kongnitif
b. Perkembangan psikosexsual
c. Perkembangan psicososial

A. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Mengkonsumsi mie Diare
- Ibu klien mengatakan dan ciki
sebelumnya klien
makan mie dan jajan Masuk ke dalam
ciki saluran cerna
- Ibu klien mengatakan
klien BAB cair dengan Iritasi mukosa usus
warna kekuningan dan
ada lendirnya Gangguan fungsi
DO: untuk absorbsi cairan
-Bising usus 20x/menit dan elektrolit
-Leukosit 12000
-Bab 5x sehari Pengingkatan sekresi
-Bab berwarna kuning cairan dan elektrolit
dalam rongga usus

Diare

DS: Pendarahan saluran cerna Hipovolemia


- Ibu pasien
mengatakan pasien Peningkatan volume
muntah-muntah cairan pada abdomen
DO:
- Pasien tampak lemas Penekanan pada abdomen
- Pasien tampak pucat
Refluks cairan

Hematomesis

Tubuh kehilangan banyak


cairan

Hipovolemia
DS: Bersihan Jalan Nafas
- Mengeluh sesak Gagal ginjal kronis Tidak Efektif
nafas
DO: Sekrresi entropoetin
- Tampak bunyi nafas
tambahan Kadar HB turun

Oksihemoglobin naik

Transport oksigen
menurun

Inflamasi paru dan edema


paru

Suara ronki paru

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita diare adalah:


1. Diare b/d proses infeksi, inflamasi diusus
2. Hivopolemia b/d kehilangan cairan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Hasil Intervensi
1. Diare Setelah dilakukan intervensi Manajemen diare
berhubungan dengan : keperawatan selama 3x24 Observasi:
o proses infeksi jam maka eleminasi fekal 1. Identifikasi penyebab diare
o malabsorsi membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
o kecemasan hasil : 3. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi
o terpapar toksin 1. kosistensi feses tinja.
o penyalahgunaan membaik 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia.
laksatif 2. frekuensi defekasi 5. Monitor jumlah pengeluaran diare.
o program membaik 6. Monitor ulserasi dan iritasi kulit di daerah perineal.
pengobatan 3. peristaltik usus Terapeutik:
(pelunak feses membaik 1. Berikan asupan cairan oral
o perubahan air dan 4. nyeri /kram 2. Berikan cairan intravena
maklanan abdomen menurun 3. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
dibuktikan dengan : lengkap dan elektrolit.
o defekasi >3x dalam 4. Ambil sampel feses untuk kultur jika diperlukan.
24 jam Edukasi :
o feses lembek atau 1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
cair bertahap
o nyeri/kram 2. Ajurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
abdomen
1. Kolaborasi pemberian obat
o bising usus
hiperaktif
2. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan: keperawatan selama Observasi:
o Kehilangan cairan 3x24.maka statu cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
aktif membaik, dengan kriteria 2. Monitor intake dan output cairan
o Peningkatan hasil : Terapeutik :
permeabilitas 1. Turgor kulit 1. Hitung kebutuhan cairan
kapiler meningkat 2. Berikan asupan cairan oral
o Kekurangan intake 2. Output urine Edukasi :
cairan meningkat 1. Anjurkan memperbanyak cairan oral
o Evaporasi 3. Kekuatan nadi Kolaborasi :
o Kegagalan meningkat 1. Kolaborasi pemeberian cairan intravena (cairan
mekanisme regulasi 4. Frekuensi nadi isotonis, hipotonis, dan koloid)
dibuktikan dengan : membaik 2. Kolaborasi pemberian produk darah
o Frekuensi nadi 5. Tekanan darah Manajemen syok hipovolemik
meningkat membaik Observasi :
o Nadi teraba lemah 6. Tekanan nadi 1. Monitor status cairan
o Tekanan darah membaik 2. Monitor status kardiopulmonal
menurun 7. Membrane mukosa 3. Monitor status oksigenasi
o Tekanan nadi membaik 4. Periksa tingkat kesadaran
menyempit 8. Kadar hematokrit Terapeutik :
o Turgor kulit membaik 1. Pertahankan jalan nafas
menurun 9. Status mental 2. Berikan oksigen
o Membran mukosa membaik 3. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
kering 10. Suhu tubuh membaik Kolaborasi :
o Volume urine 11. Keluhan haus 1. Kolaborasi pemeberian cairan infus kristaloid 20
menurun ml/kg/bb
menurun
12. Mata cekung
o Hematokrit
membaik
meningkat
13. Berat badan
o Mengeluh haus
membaik
o Suhu tubuh
meningkat
o Status mental
berubah
o Berat badan tiba-
tiba turun
3. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif
efektif keperawatan selama 3x24 observasi :
berhubungan dengan : maka bersihan jalan nafas 1. Identifikasi kemampuan batuk
o Spasme jalan nafas meningkat, dengan kriteria 2. Monitor adanya retensi sputum
o Hipersekresi jalan hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
nafas 1. Batuk efektif 4. Monitor input dan output cairan
o Disfungsi meningkat Terapeutik :
neuromuskular 2. Produksi sputum 1. Atur posisi semifowler atau fowler
o Benda asing dalam menurun 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
jalan nafas 3. Mengi menurun 3. Buang sekret pada tempat sputum
o Hiperplasi dinding 4. Wheezing menurun Edukasi :
jalan nafas 5. Mekonium menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
o Sekresi yang 6. Sianosis menurun 2. Anjurkan tarik nafas dalam
tertahan 7. Gelisah menurun 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
o Proses infeksi 8. Frekuensi nafas 4. Anjurkan batuk dengan kuat setelah tarik nafas
o Respon alergi membaik dalam yang ke tiga
o Efek agen 9. Pola nafas membaik Kolaborasi :
farmakologis 1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
dibuktikan dengan : Pemberian obat inhalasi
o Batuk tidak efektif Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan alergi obat
o Tidak mampu batuk
2. Validasi order
o Sputum berlebih
3. Periksa tanggal kadaluarsa obat
o Mengi, wheezing,
4. Monitor tanda vital
atau ronki
5. Monitor efek terapeutik obat
o Mekonium dijalan
6. Monitor efek samping obat
nafas (pada
Terapeutik :
neonatus)
1. lakukan prinsip 7 benar
o Gelisah
2. siapkan peralatan nebulizer
o Sianosis Edukasi :
o Pola nafas berubah 1. anjurkan bernafas lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Buku Bagan manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2019. Jakarta
Bulechek M. Gloria. 2016. Nursing Interventions Clasification. Edisi 6. Indonesia
Carman Susan. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Hassan Rusepno & Alatas Husein. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta
Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta
Moorhead Sue. 2016. Nursing Outcomes Clasification. Edisi kelima. Indonesia
Muttaqin arif dan Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika
Nanda Diagnosis Keperawatan. 2017. Definisi & klasifikasi. Edisi 10. Indonesia.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta
Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai