Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA PASIEN DENGAN NON TRAUMA DIARE

DISUSUN OLEH :

Erik pratama
1018031037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
A. Konsep diare

1. Definisi diare
Menurut (Zulkifl Amin 2015 )Diare merupakan kondisi dimna seseorang buang air
besar dengan konsistensi tidak keras atau tidak padat yang dapat berupa air saja dan
frekuensinya tiga kali atau lebih dalam sehari. diare atau menret ialah buang air besar
dengan feses tidak terbentuk, atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari. diare
dibagi menjadi dua yaitu diare akut dimana berlangsung kurang dari 14 hari dan diare
kronis ialah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Elfira, et al., 2021)

Menurut (Mims dan Clearence, 2008).Diare terjadi karena meningkatnya frekuensi


buang air besar dan menurunnya konsistensi feses dibandingkan dengan orang
normal. Diare merupakan sebuah symptom (gejala) dari penyakit sistemik
Farmakoterapi Penyakit Sistem Gastrointestinal (Lüllmen et al., 2005). Dare bukan
merupakan penyakit, tetapi merupakan sebuah gejala dari penyakit. Marker diare
ditandai meningkatnya frekuensi buang air besar (biasanya lebih dari 3x dalam
sehari), feses cair dan menurunnya konsistensi feses dibandingkan pasien normal
(Pusmarani, 2019)

2. Etiologi diare
a. Bakteri atau virus
Kasus diare akut banyak disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau
protozona (lullmen et al., 2005) bebrapa bakteri penyebab diare diantaranya
Escherichia coli, salmonella species, shigela species, vibro cholreae, and
clostridium dificile (Chilsom Bums et al.,2008).
salah satu bakteri penyebab diare adalah vibro cholera, bakteri ini
mengeluarkan toksin yang dapat menghambat kemampuan mukosa lambung
untuk mengabsorpsi Nacl dan air dan pada waktu bersamaan dapat merangsang
aktivitas secret pada mukosa
Bakteri atau virus tersebut masuk ke dinding usus sehingga menyebabkan
inflamasi melalui peninggkatan cairan sekresi ke dalam lumen, bakteri enteric ini
meningkatkan peristaltic usus, bakteri atau virus yang menyerang dinding usus
menyebabkan peradangan ditandai dengan meningkatkan sekresi cairan pada
lumen
Disentri biasanya disebabkan karena inflamasi bakteri yang ditandai
adanya darah pada feses/tinja, penyebab tersebut diare meliputi sanitasi yang
buruk, gizi buruk dan anak-anak yang kurang dari 5 tahun.

Menurut (Rapida, 2019) etiologi diare yaitu :

a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus


(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang
metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus
paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
3. Fatofisiologi

Menurut (Dipiro et al., 2009) Empat mekanisme fatofisiologi terjadinya


gangguan keseimbangan air dan elektrolit yang menyebabkan diare yaitu perubahan
transport ion aktif melalui penurunanan absorpsi sodium atau peningkatan sekresi
klorida, perubahan motilitas intestinal, meningkatnya osmoloritas pada luminal dan
meningkatnya tekanan hirostatik pada jaringan, mekanisme tersebut berhubungan
dengan empat macam terjadinya diare secara klinik yaitu diare sekretori, diare
osmotic, diare eksudat, dan diare berhubungan dengan transit intestinal

a. Diare sekrotori
diare yang disebakan karena adanya rangsangan oleh subtansi tertentu (misalnya
vasoactive intestinal peptide (VIP) dari tumor pancreas diet lemak yang tidak
dapat diaborbsi di dalam steatori, laksatif, hormone (seperti hormmon sekrtin)
atau toksin dari bakteri), meningkatnya sekresi atau menurunya absopsi sejumlah
air dan elektrolit.
b. diare osmotic
Burknya absorbs subtansi yang menahan cairan intestinal, menyebakan terjadinya
diare osmotic, diare ini berhubungan dengan sindrom malabsorpsi, intoleransi
laktosa,pemberian ion divalent(seperi magnesium dari anatsida) atau buruknya
konsumsi karbohidrat yang larut air (seperti laktosa) burujnya solute yang larut air
dibawa ke usu menyebabkan terjadinya penyesuaian osmolitas pada plsm,
sehingga air dan elektrolit berubah secara terus menerus didalam lumen secara
klinik diare osmotic dapat dibedakan dari tipe diare yang lain karena dapat
sembuh dengan sendirinya jika pasien istirahat.
c. Penyakit inflamasi pada saluran cerna
penyakit pada saluran cerna, menyebakan berhenti mucus, protein serum, ddan
darah yang masuk ke ddalam usus, kadang defekasi terjadi secara konsisten
karena perubahan mucus, eksudat dan darah. diare eksudat mampu mempengaruhi
absorpsi, sekretori, atau fungsi motolitas sejumlah besar volume feses yang
berhubungan dengan inflamasi

diare eksuddat disebabkan karena adanya perubahan mucus saluran cerna, protein
atau arrah yang masuk ke usus.
d. Transit intestinal
Hbungan motilitas usus dengan diare terjadi melaui tiga ekanisme yaitu
menurunya kontak waktu dengan usu halus, pengosongan kolon yang terlaku
cepat, dan menigkatnya jumlah bakteri. hanyaterurai pada epitelium intestinal
selama beberapa waktu yng mampu menormalkan proses ansorpsi dan sekresi
yang terjadi.
e. Intoleransi laktosa
Makanan yang mengandung lemak, produk susu, dan produk makanan yang
mengandung karbohidrat non absorpsi. sebagian besar bayi atau balita yang
inoleransi pada laktosa yang terkandung pada susu menyababkan terjadinya diare.
4. Tanda dan Gejala
Tanda objektif
a. Mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, keringat dingin dan rasa tidak
enak badan yang terjadi secara tiba-tiba
b. lemas karena kekurangan cairan
c. Terjadi pergerakan isi perut
d. kadang terjadi sakit perut yang mencengkram
e. sakit atau nyeri pada abdomen terjadi di daerah hypogastric, sebelah kana atau kiti
bawah perut (Dipiro et al., 2009)

Tanda objektif

a. pemeriksaan tinja atau feses termasuk adalah mikroorganisme, darah, mucus,


lemak dan kultur bakter.
b. evaluasi terjadinya osmolalitas usus, PH, kadar elektrolit dan mineral
c. pemeriksaan feses untuk mendeteksi adanya virus pada saluran cerna terutama
adanya rotavirus
d. feses atau tinja cair atau lembek
e. uji endoskopi atau biopsy pada kolon terlihat adanya kolotis ataunkanker. colitis
atau kanker dapat menyebakan terjadnya diare

5. Klasifikasi diare
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan, Universitas Airlangga dalam
Nursalam (2015), diare dapat dikelompokan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu
kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus dikerjakan maka
dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2015), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefinisikan
sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan
oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini
dapat menyertai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih
(ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)
dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.Lama
waktu diare Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
b. Diare kronis
Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi atau kandungan
air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrompada bayi dalam usia
minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya dari
mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau
membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling sering adalah diare
infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare toddler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak dicerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anak-anak yang menderita diare kronis nonspesifikini akan tumbuh secara
normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada daearh dalam fesesnya serta
tidak tampak infeksi enteric.
6. Faktor-Faktor Risiko Kejadian diare
Faktor risiko yang dapat menyebabkan diare diantaranya adalah faktor lingkungan,
faktor sosiodemografi, dan faktor perilaku (Setyawan & Setyaningsih, 2021)
a) Faktor Lingkungan, diperkirakan setidaknya 94% kejadian diare disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti sumber-sumber kotoran
(pembuangan limbah, tempat sampah, pengolahan industri) dan kaitannya dengan
faktor risiko seperti, sumber air minum yang tidak sehat, rendahnya sistem
sanitasi dan higienitas (Pruss-Ustun & Corvalan, 2006). Meskipun demikian
sebuah penelitian Oleh Oria et menunjukkan bahwa faktor genetika juga memiliki
pengaruh pada kejadian diare, terutama diare yang berulang. Faktor lingkungan
tersebut terdiri dari:
1. Sarana air bersih.Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting dalam
kehidupan.Air digunakan untuk kebutuhan makan, minum, mandi dan
kebersihan lainnya. Beberapa sumber air bersih yang bisa digunakan
masyarakat diantaranya adalah sumur gali (SGL), sumur pompa tangan
dangkal dan dalam (SPTDK/DL), penampungan air hujan (PAH),
perlindungan mata air (PMA), dan perusahaan daerah air minum (PDAM).
Kondisi air bersih baik digunakan bila memenuhi persyaratan fisik, kimia,
bakteorologis, dan radioaktif (Depkes RI, 2002).
2. Pembuangan kotoran (Jamban).Kotoran manusia (tinja) mengandung
mikroorganisme dan dapat menjadi sumber penyakit menular seperti
diare,maka dari itu pembuangan kotoran perlu dikelola dengan baik dan
memenuhi syarat- syarat kesehatan.MenurutDepkes RI (2002) ada 7 syarat
jamban sehat, yaitu tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan,
bebas dari serangga, tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, aman
digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan
gangguan bagi pemakainya dan tidak menimbulkan pandangan yang kurang
sopan. Tempat pembuangan kotoran dikatakan sehat jika tertutup sehingga
kotoran tidak dihinggapi lalat (vektor penyakit) dan jarak pembuangan
dengan sumber air bersih lebih dari 10 meter.Hal ini penting agar kotoran
tidak mencemari sumber air tersebut.
3. Sarana Pembuangan Air limbah (SPAL). Membuang air limbah secara
sembarangan dapat menyebabkan pencemaran air sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang dapat menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.Air limbah yang mencemari biasanya berasal
dari limbah industri maupun limbah rumah tangga.Bahan pencemar yang
berasal dari air pembuangan limbah dapat meresap ke dalam air tanah yang
menjadi sumber air untuk minum, mencuci, dan mandi. Air tanah yang
tercemar limbah apabila tetap dikonsumsi akan menimbulkan penyakit seperti
diare. Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan
teknis (Depkes RI, 2002).yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak
limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis (Depkes RI,
2002).yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan
air yang yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan bau,
tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak
menyenangkan.
4. Sarana Pembuangan Sampah. Pembuangan sampah juga merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan diare, karena pembuangan sampah yang tidak
sesuai pada tempatnya dapat menjadi tempat hinggapnya hewan (vektor
penyakit), misalnya lalat yang membawa bakteri atau kuman penyakit dari
tempat pembuangan sampah tersebut ke makanan.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Penggantin cairan dan elektrolit
dengan jumlah cairan yang keluar. untuk mengetahui cairan yang dibutuhkan
dapat menggunakan rumus.
- Dehidrasi ringan
kebutuhan cairannya 5%x KgBB
- Dehidrasi sedang
kebutuhan cairannya 8%xKgBB
- Dehidrasi berat
kebutuhan cairan 10%%xKgBB
b. Pemberian antibiotic
antibiotic di indikasikan pada pasien yang memiliki gejala dan ditandai dengan
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurwngi ekresi dan kontaminasi
lingkungan.
c. obat anti diare
a) kelompok anti-sekresi selektif yaitu racecadotril yang bermanfaat untuk
meghabmbat enzim enkephalinase sehingga erikephin dapat bekrja normal
kembali
b) kelompok opiat yaitu kodein fisfat, loperamid HCL, serta kombinasi
difenoksilat dan atropine sulfat, penggunan kodein adalah 15-60 mg di
konsumsi 3xsehari, loperamid 2-4 mg/3-4 sehari.
c) Kelompok absorbent yaitu arangaktif, attapulgit aktif, bismuth subsalisilat,
pectin, kaolin atau smekit yang dugunakan atas dasar argument bahwa zat
tersebut dapat menyerap bahan infekius atau toksin
d) zat hidrofilik yaitu ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari plantago,
oveta psyllium, karaya, yang apat membentuk koloid dengan cairan dalam
lumen usu dan akan mengurangi frekuensi dan elektrolit, adapun pemakainya
adalah 5-10 ml/2 kali sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk
kapsul.

8. Komplikasi
Menurut windraan 2015 komplikasi diare yaitu :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Menurut Setiawan, 2015 akibat dari diare yaitu :

a. Kehilangan cairan (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan air.
b. Ganagguan Keseimbangan asam basa
Terjadi karena kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja, metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam tubuh, terjadi penimbunan
asam laktak karena adanya anireksia jaringan. Produk metabolisme yng bersifat
asam meningkat karena dapat dikeluarkan oleh ginjal dan terjadinya pemindahan
ion natrium dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluluer.
c. Gangguan sirkulasi
Dapat terjadi syok hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia asidosis yang bertambah berat dapat mengakibatkan pendarahan pada
ota, kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kematian.

9. Pemeriksaan Diagnostik
Biasanya pasien dengan diare akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memrlukan
laboratorium atau pencitraan. kultur tinja diperlukan pada pasien dengan diare
berdarah atau penyaakit parah untuk meyingkirkan penyebab bakteri, feses berdarah
memerlukan pengujian tmbahan untukthoksin shiiga dan latoferin. seorang pasien
dengan menggunakan antibiotic atau rawat inap akan memerlukan pengujian untuk
infeksi clostridium difficile.
anamnesis yang menyeluruh penting untuk menentukkan laboratorium dan pencitraan
apa yang perlu dilakukan untuk membedakan penyebab diare kronis, pemeriksaan
laboratorium dasar untuk pasien diare kronis meliputi hitung darah lengkap, panel
hati, dan analisis feses. (Jainurakhma, et al., 2021)

Menurut andriwan 2015 pemriksaan penunjang yaitu :


Laboratorium :
a. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
e. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

10. Phatway

Factor infeksi, factor non


infeksi,factor makanan, factor
psikologis

Peradangan pada lambung


dan usus

Gangguan osmotic, sekresi akibat


toksin di dinding usus

Diare

Kekurangan volume cairan

Hypovolemia Dehidrasi

Hipertermia
B. Konsep dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengakajian
Primary survey
1) Airway + control cervical
a) bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas (gurgling,snoring,
stridor)
b) Kaji indikasi curiga fraktur cervical (Multiple Trauma, Jejas/Luka diatas
klavikula, Trauma Kepala disertai penurunan kesadaran, Biomekanik Trauma
mendukung)
2) Breathing + control ventilasi
a) rekuensi nafas, saturasi oksigen kesimetrisan dada kiri dan kanan, adanya
deviasi trakhea, pelebarahan vena jungularis, luka atau jejas)
b) auskultasi suara paru (vesikuler, terdengar menjauh, tidak terdengar)
c) perkusi bagian dada 10 titik (sonor, hipersonor, redup)
d) palpasi adanya krepitasi kalivikula sternum kosta

3) Circulation + control pendarahan


a) Hentikan pendarahan dengan balut tekan/bidai
b) Kaji tanda tanda syok ( tekanan darah, frekuensi nadi, akral, sinosis, crt) Infus
2 jalur

4) Disability
a) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
b) Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi.

5) Ekposure
a) Buka pakain penderita
b) cegah hipotermi : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat
6) Folly catheter
7) Gastriktube
8) R-Evaluasi
a) Evaluasi ABCD
b) Airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation

Primary sekunder

1) Head toe toe (bentuk, tumor, luka, sakit)


2) Vital sign
a) Tensi
b) Frek nafas
c) Suhu
d) Nadi

3) Anamnesa KOMPAK
keluhan, obat, makanan, penyakit, alergi, kejadian
4) Pemeriksaan penunjang (Xray dan laboratorium)

2. Diagnosa keperawatan
1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3) Hipertermia b.d dehidrasi
Analisa Data
No Data Pathway Masalah
1 Ds: Factor infeksi, factor non Diare
infeksi,factor makanan, factor
- Pasien mengeluh psikologis

nyeri/kram
Peradangan pada lambung dan usus
obdomen ↓
Do: Gangguan osmotic, sekresi akibat
toksin di dinding usus
- Defekasi lebih dari ↓

3 kali dalam 24 jam Diare

- Feses lembek atau


cair
- Bising usus
hiperaktif

2 Ds: Factor infeksi, factor non Hypovolemia


infeksi,factor makanan, factor
- Pasien mengeluh psikologis

badan terasa lemas
Peradangan pada lambung dan usus
- Pasien merasa haus ↓
Do: Gangguan osmotic, sekresi akibat
toksin di dinding usus
- Hipotensi ↓

- Takikardi Diare

- Nadi teraba lemah
Kekurangan volume cairan

Hypovolemia

3 Ds: Factor infeksi, factor non Hipertemia


infeksi,factor makanan, factor
- Pasien mengatakan psikologis

badan terasa panas
Do: Peradangan pada lambung dan usus

- Mukosa mulut Gangguan osmotic, sekresi akibat
tampak kering toksin di dinding usus

- Suhu : 38,5 C
Diare
- RR: 26x/menit ↓
- nadi: 115x/menit Kekurangan volume cairan

Hypovolemia

Dehidrasi

Hipertermia
Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


keperawatan
Diare b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Observasi:
inflamasi keperawatan selama 1x24 cairan - Monitor status hidrasi
gastrointestinal jam, eliminasi fekal (frekuensi/kekuatan nadi, akral,
membaik dengan kriteria pengisapan kapiler, kelembapan
hasil: mukosa,turgor kulit,tekanan
- Control pengeluaran darah)
feses meningkat
- Monitor berat badan harian
- Keluhan defekasi lama
- Monitor berat badan sebelum
dan sulit menurun
dan sesudah dialysis
- Mengejan saat defekasi
- Monitor hasi. Pemeriksaan
menurun
laboratorium (mis. hematocrit,
- Konsistensi feses Na, K, Cl, berat jenis urin,
membaik BUN)

- Frekuensi defekasi Terapeutik:


membaik - Catat intake-output dan hitung
balance cairan 24 jam
- Peristaltic usus
membaik - Berikan asupan cairan, sesui
kebutuhan

- Berikan cairan intravena, jika


perlu

Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian diuretic,
jika perlu
Hypovolemia Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Observasi:
b.d kehilangan keperawatan selama 1x24 cairan - Monitor frekuensi dan
cairan aktif jam, status cairan kekuatan nadi
membaik dengan kriteria
- Monitor frekuensi napas
hasil:
- Kekuatan nadi - Monitor tekanan darah
meningkat
- Monitor berat badan
- Turgor kulit meningkat
- Monitor elastisitas atau turgor
- Output urine meningkat kulit

- Frekuensi nadi membaik - Monitor jumlah, warna dan


berat jenis urine
- Tekanan darah membaik
- Monitor intake dan output
- Tekanan nadi membaik
cairan
- Membrane mukosa
- Identifikasi tanda-tanda
membaik
hipovlemia (mis. frekuensi nadi
- Berat badan membaik meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun,
- Intake output membaik
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin
menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam
waktu singkat)
Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Observasi:
b.d dehidrasi keperawatan selama 1x24 hipertermia - Identifikasi hipertermia (mis.
jam, termogulasi dehidrasi, terpapar lingkungan
membaik dengan kriteria panas,penggunaan incubator
hasil:
- Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh

- Pucat menurun - Monitor komplikasi akibat


hipertermia
- Takipnea menurun
Terapeutik:
- Takikardi menurun
- Sediakan lingkungan yang
- Bradypnea menurun
dingin
- Hipoksia menurun
- Longgarkan atau lepasskan
- Suhu tubuh menbaik pakaian

- Tekanan darah membaik - Bahasi dan kipasi permukaan


tubuh

- Berikan cairan oral

- Anjurkan tirah baring

- Berikan oksigen jika perlu

- Hindari pemberian antipiretik


atau aspirin

Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena,
jikaperlu
Daftar pustaka

Elfira, E., Faswita, W., Siregar, N. A., Yuliani, N., Tanjung, P. G., Pasaribu, M., & Sari, R. N. (2021). Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah 1. Bandung: Media Sains Indonesis.

Jainurakhma, J., Koeimiawan, D., Supriadi, E., Zuliani, Budiono, Malisa, N., . . . Rantung, J. (2021). Dasar-
Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam Dengan Pendekatan Klinis. Yayasan Kita Menulis.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Nasional Indonesia.

Pusmarani, J. (2019). Farmakoterapi Penyakit Sistem Gastrointestinal. Yayasan Kita Menulis.

Rapida. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Ny“F” Dengan Diagnosa
Medis Diare Akut Di Instalasi Gawat Daruration Bedah. Karya Ilmiah Akhir, 1-100.

Setyawan, D. A., & Setyaningsih, W. (2021). Studi Epidemiologi Dengan Pendekatan Analisis Spasial
Terhadap Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Di
Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Karang Malang: Penerbit Tahta Media Group.

Anda mungkin juga menyukai