LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI DI RUANG FLAMBOYAN 2
KEPERAWATAN ANAK
USWATUN HASANAH
5022031120
A. PENGERTIAN
Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola, morbili ialah penyakit
infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium
kataral, stadium erupsi dan stadium konvelensi. Campak adalah organisme
yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang
terinfeksi pada orang lain yang rentan. Campak, measles atau rubeola adalah
penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Campak adalah
demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala
prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik.
B. ETIOLOGI
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rubella, oleh
karena itu campak juga sering disebut dema rubella. Virus penyebab campak
ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan dan saluran pernapasan. Virus
campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan,
hidung dan saluran pernapasan. Anak yang terinfeksi oleh virus campak dapat
menuularkan virus ini kepada lingkungannya, terutama orang-orang yang
tinggal seruma dengan penderita. Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau
batuk, virus juga dibatukkan dan terbawa oleh udara. Anak dan orang lain
yang belum mendapatkan imunisasi campak, akan mudah sekali terinfeksi jika
menghidup udara pernapasan yang mengandung virus. Penularan virus juga
dapat terjadi jika anak memgang atau memasukkan tangannya yang
terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung dan mulut. Biasanya virus dapat
ditularkan 4 hari sebelum ruam timbul sampai 4 hari setelah ruam pertama
kali timbul.
C. PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus
dari secret nasofaring pasien campak. Ditempat masuk kuman, terjadi periode
pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh virema
primer singkt bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen
utnuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri
di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan
dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu (kira-kira 9
sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai permulaan keluarnya ruam, virus
dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan
limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring urine, dan darah
pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam (kira-kira 14 hari setelah terinfeksi awal),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali
di urine, tempat virus bisa menetap seama beberapa hari lagi. Insiden
bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak
yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari
ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala kllinis dimulai saat ini, kecuali pada
beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder
yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel
traktrus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
D. PATHWAY
Reflek Batuk
Mengalami replikasi Ruam
Peristaltik
Ketidakefektifan
Virus dilepas ke dalam Gangguan bersihan jalan
Gangguan Diare
aliran darah (viremia Integritas nafas
citra diri
primer) Kulit
Dehidrasi
Virus sampai RES
Nafsu makan
Pengeluaran
mediator kimia
Intake nutrisi
Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebtuhan tubuh
E. MANIFESTASI KLINIS
Campak memiliki masa tuntas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga
stadium, yaitu
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi
oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum.
Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza
dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah
di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula
bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula
disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang
normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,
muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah
leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang
disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah
“black measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada kulit,
mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema
ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
normal kecuali bila ada komplikasi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
4. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cells yang khas
5. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test
dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang
spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya
pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 2011 : 94).
6. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
7. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2
minggu kemudian.
G. PENATALAKSANAAN
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita
campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar
selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila
penyakit bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.
H. PENCEGAHAN
1. Imunisasi pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak
yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah
campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien
dengan campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran
klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan berbagai
keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebgai sumber
penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh
karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus
diikuti oleh imunisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis
besar immunoglobulin saat ini sering diberikan untuk pencegahan atau
pengobatan sejumlah gangguan (misal infeksi HIV, penyakit
kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela)
interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak.
Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan
jumlah globulin yang diberikan
2. Imunisasi aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak
menular dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder
dan komplikasi neurologi. Efek profilaksis vaksin hidup yang
diberikan mencapai 97%. Vaksin yang dilemahkan menimbulkan
reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak.
I. KOMPLIKASI
1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten,
atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis
media
5. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah),
menderita komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)
KONSEP KEPERAWATAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang
diperlukan.
3. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
penggarukan pruritus.
4. Hipertermia berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu
tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.
C. ANALISA DATA
Defisit nutrisi b.d kegagalan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi Observasi :
untuk mencerna atau ketidak keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan status nutrisi Identifikasi status nutrisi
mampuan mencerna makanan Identifikasi alergi dan intoleransi
membaik dengan kriteria hasil :
atau absorpsi nutrien yang makanan
Identifikasi makanan yang disukai
diperlukan ditandai dengan : Kekuatan otot menelan
Identifikasi perlunya penggunaan
DS : meningkat selang nasogastrik
ibu klien mengatakan Diare menurun Monitor berat badan
anaknya nafsu Monitor asupan makanan
makannya menurun Berat badan membaik Monitor hasil pemeriksaan
cepat kenyang setelah laboratorium
Bising usus membaik
makan
Membran mukosa Terapeutik :
DO :
membaik Lakukan oral hygiene sebelum
berat badan menurun makan, jika perlu
minimal 10% dibawah Berikan medikasi sebelum makan
rentang ideal (mis. Pereda nyeri), jika perlu
otot pengunyah lemah Sajikan makanan secara menarik
bising usus hiperaktif dan suhu yang sesuai
membran mukosa pucat Berikan makanan tinggi serat untuk
diare mencegah konstipasi
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :