Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

K
DENGAN DIAGNOSA HERPEZ ZOSTER DI RUANG
PENYAKITA DALAM WANITA RSUD ABEPURA

OLEH :
ROSIDA LAUSIRY
YEHUDA WONATOREY

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. MARTHEN
INDEY
JAYAPURA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Defenisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg
menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi
setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin)
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya
tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
Varisela adalah infeksi virus akut yang di tandai dengan adanya vesikel pada
kulit yang sangat menular .
Penyakit ini disebut juga denga chicken pox,Cacar air,atau varisela
Zoster.Herpes Zoster mempunyai manifestasi klinis yang berbeda dengan
vasirela ,meskipun penyebabnya sama.

2.2 Etiologi
Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella zoster.
Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan herpes zoster.
Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh dalam tahap
laten seumur hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak akan menunjukkan gejala
apapun, tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada tahap reaktivitas, Varicella
muncul sebagai Herpes zoster yang sering disebut sebagai shingles. Virus
varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.
Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein-virion yang lengkap dengan
diameternya 150-200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat
infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organik,
deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya
14-21 hari.
Faktor resiko herpes zoster:
1.      Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.
2.      Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3.      Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4.      Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
Faktor pencetus kambuhnya herpes zoster:
1.      Trauma/ luka
2.      Kelelahan
3.      Demam
4.      Alkohol
5.      Gangguan pencernaan
6.      Obat-obatan
7.      Sinar ultraviolet
8.      Haid
9.      Stress

2.3. Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh
musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan
antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan
usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun,
di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya
karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus
varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris
tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh
menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah
20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11
bulan.

2.4 Potofosiologi
Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan varicella yang
mula-mula adalah penyebab dari cacar air atau varicella yang sudah tidak aktif
atau dorman dan kemudian diaktifkan lagi oleh tubuh.
Herpes zoster disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan virus penyebab
varisella. Herpes zoster atau shingles, biasanya menyerang pasien yang berusia
lanjut.
Virus varicella yang dorman atau tidak aktif, akan diaktifkan lagi dan timbul
vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit di
sekitarnya mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahului atau
disertai dengan rasa nyeri hebat dan atau disertai dengan rasa terbakar.
Meskipun setiap syaraf dapat terkena, tetapi syaraf torakal, lumbal atau kranial
agaknya paling sering terserang. Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang
lebih tiga minggu. Rasa nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut
neuralgie posterpetika dan biasanya berlangsung beberapa bulan, bahkan kadang-
kadang sampai beberapa tahun. Neuralgie posterpetika lebih sering dialami pasien
yang lanjut usia. Jika herpes zoster menyerang ke seluruh tubuh, paru-paru dan
otak maka mungkin akan terjadi suatu kefatalan. Penyebaran ini biasanya tampak
pada pasien menderita limfoma atau leukemia. Dengan demikian setiap pasien
yang menderita herpes zoster yang tersebar harus dievaluasi kemungkinan adanya
factor keganasan.
2.5 Patwey

Invasi Virus Varisela Zoster Replikasi


virus varisela zoster
Susunan saraf tepi penyebar di
aliran darah perifer
Menyerang ganglion antarior
Masuk melalui aliran darah Reaksi
sensitasi tubuh
Menetap di ganglion sensorik
Pruritus(gatal)
Reaktivasi Virus varisela Zoster
Kelainan/lesi kulit pada daerah gangglion
GANGGUAN
RASA
NYAMAN
HERPES ZOZTER
Merangsang pelepasan mediator kimiawi
Reaksi alergi
Timbul
eritema
Pelepasan zat bradiakimin Pelepasan zat pirogen endogen
vesikel berkelompok
Serotin & histamine Merangsang Peningkatan titik
patokan suhu tubuh Tonjolan
kulit < 0.5 cm & tensi air
Merangsang Nosiseptor gejala sistematik
Gejala Lokal demam
KERUSAKAN
INTEG
RITAS KULIT
Nyeri kesimutan/rasa terbakar
Di daerah dada HIPERTERMIA

NYERI AKUT

2.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)


a.       Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung selama 1-
4 hari.
1.      Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea,
rash, kemerahan, sensitive, sore skin (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan
kesemutan.
2.      Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi.
3.      Gejala yang mempengaruhi mata: berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan
sensasi penglihatan dan lain-lain.
b.      Timbul erupsi kulit
1.        Kadang terjadi limfadenopti regional
2.        Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3.        Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul
dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga
berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari.
Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang.
4.        Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang-kadang sampai hari
ke-7.
5.        Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar).
6.        Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.

2.7 Komplikasi
1.      Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan
spasmodie (singkat dan tidak terus-menerus) sepanjang nervus yang terlihat.
Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
2.      Herpes zoster menghilang batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul
satu bulan setelah timbulnya erupasi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 1-6 bulan.
3.      Gangren superfisialis, menunjukkan herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4.      Komplikasi mata, antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola
mata.
5.      Herpes zoster diseminata/ generalisata
6.      Komplkasi sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis, paralysis saraf
motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral
granulomatosa disertai hemiplegi (2 terakhir ini merupakan komplikasi herpes
zoster optalmik).

2.8 Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik
limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.
Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau
komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus
yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko
terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan
penderita imunokompeten serta imunosupresi.

2.9 Penatalaksanaan medis


1.      Pengobatan
a)      Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah.
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 menit.
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic
(basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari
b)      Pengobatan sistemik
Drug of choise-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat
menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical,
atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca
kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A Vira-A) dapat diberika
lewat infuse intravena atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif
namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan dan menekan
respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan pruritus.
2.      Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus harus ditangani dengan konsultasi
opthalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topical dan mydriatik anti
virus dapat diberikan.
3.      Neuralgia pasca herpes zoster
a.       Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut
maka dapat diberikan anti depresan trisiklik (misalnya: amitriptilin 10-75mg/ hari)
b.      Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan
c.       Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat
yang tidak teratasi.

2.10  Pemeriksaan penunjang


a.       Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b.      Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan
diagnostic herpes virus.
c.       Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
d.      Pemeriksaan histopatologik
e.       Pemeriksaan mikroskop electron
f.       Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media
virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman
cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-
zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-
70% dengan spesifitas mencapai 100%.
g.      Identifikasi antigen/ asam nukleat VVZ
h.      Deteksi antibody terhadap infeksi anti virus
Deteksi antigen, Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan
dengan teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan
scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai
dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini
akan mendeteksi glikoproten virus.
i.        Uji serologi, Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes
zoster adalah ELISA.
j.        PCR, PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam
cairan tubuh, contohnya cairan serebrospinal.

A. PENGERTIAN LANJUT USIA


Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau lebih
(Bustan, 2000).

Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan
berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

B.       TEORI-TEORI PROSES PENUAAN


1.    Teori Biologis
a.    Teori Genetik dan Mutasi
Teori genetik menyatakan bahwa menua itutelah terprogram secara genetik untuk
spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua terjadi karena perubahan
molekul dalam sel tubuh sebagai hasil darimutasi spontan yang tidak dapat dan
yang terakumulasi seiring dengan usia.Sebagai contoh mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuanfungsional sel (Suhana,1994;
Constantinides,1994).

b.    Teori Imunologis


Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh Walford
1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yangtidak terdiferensiasi
meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapatmenyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinyasendiri. Jika
mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidakmengenal
dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasaripeningkatan
penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein,1989).

c.    Teori Stres


Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibathilangnya sel-sel yang
biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidakdapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stressyang menyebabkan sel-
sel tubuh lemah.

d.   Teori Pakai dan Usang


Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-
sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalkan oleh Weisman
(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak
digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri.Teori ini memandang bahwa
proses menua merupakan proses pra–program yaitu proses yang terjadi akibat 
akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses
fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ
seseorang yang terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988)

2.    Teori Psikologis


a.    Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara
lain adalah :
1)   Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2)   Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
3)   Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4)   Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
5)   Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6)   Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang


spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
1)   Kematangan fisik
2)   Harapan dan kebudayaan masyarakat
3)   Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

b.   Teori Delapan Tingkat Kehidupan


Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi
dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson
(1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat
kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus
dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan
putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson dengan
mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat
yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh
terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas


perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah  menerima identitas diri
sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan
untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya
pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan
harga diri dari orang tua tersebut.

Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah satu
gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola fikir yang
menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat mengkibatkan
konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus dijalaninya.

Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah bahwa
mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam
kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk aktivitas sehari-hari dapat
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan moral individu dalam menerima
perubahan ego menuju keselarasan diri.

c.    Teori Jung


Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa
perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan : masa kanak-
kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian
personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan
ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan
perkembangan kehidupan, pada masa usia pertengahan maka seseorang mulai
mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia
pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri
secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert sangat berpengaruh
sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah kehidupan saat usia pertengahan.
Pencapaian keselarasan hidup merupakan salah satu indikator telah
tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan pencapaian ini sangat
dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert). Berdasar pada
pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu dianggap sukses
dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi “orang yang
berfokus pada orang lain” dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap
kehidupan sosial.

3.    Teori sosial


a.    Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam
kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua.
(Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai
sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri
yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik daripada
pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan
adalah orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan
aktif dan bergembira.

b.    Teori Kontinuitas


Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan
secara berkesinambungan  yang harus dihadapi oleh orang lanjut usila.
C.      Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1.    Perubahan Fisik
a.    Sistem pernafasan pada lansia
1)   Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)   Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
3)   Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4)   Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal
50m²), sehingga menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)   Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu proses oksigenasi
dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)   CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun
yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)   Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b.    Sistem persyarafan.


1)   Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2)   Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3)   Mengecilnya syaraf panca indera.
4)   Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium
& perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.

c.    Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.


1)   Penglihatan
a)    Kornea lebih berbentuk skeris.
b)   Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c)    Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)   Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e)    Hilangnya daya akomodasi.
f)    Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g)   Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

2)   Pendengaran.
a)    Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun.
b)   Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c)    Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin.

3)   Pengecap dan penghidu.


a)    Menurunnya kemampuan pengecap.
b)   Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang.

4)   Peraba.
a)    Kemunduran dalam merasakan sakit.
b)   Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

5)      Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.


a)    Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
b)   Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur
20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
c)    Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya efektifitasnya
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
d)   Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg ).

6)      Sistem genito urinaria


a)      Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria (biasanya + 1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
b)   Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi
urin.
c)   Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
d)  Atropi vulva.
e)   Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
f)    Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

7)      Sistem endokrin / metabolik pada lansia.


a)   Produksi hampir semua hormon menurun.
b)   Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
c)   Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
d)  Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
e)   Menurunnya produksi aldosteron.
f)    Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen, testosteron.
g)   Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
8)      Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
a)      Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b)   Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c)   Esofagus melebar.
d)  Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e)   Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f)    Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
g)   Liver (hati)makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

9)      Perubahan sistem muskuloskeletal


a)   Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.
b)   Resiko terjadi fraktur.
c)   Kyphosis.
d)  Persendian besar & menjadi kaku.
e)   Pada wanita lansia > resiko fraktur.
f)    Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
g)   Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang).

10)  Perubahan sistem kulit & karingan ikat


a)      Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b)   Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa.
c)   Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d)  Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
e)   Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
f)    Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
g)   Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
h)   Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
i)     Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
j)          Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.

11)  Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual


1)   Perubahan sistem reprduksi
a)    Selaput lendir vagina menurun/kering.
b)   Menciutnya ovarium dan uterus
c)    Atropi payudara.
d)   Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
e)    Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.
2)   Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,
disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual
akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan
proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan seksualitas
melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial
kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu
alat yang apling diharapkan dalammenjalani seksualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara
yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat
berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tanpa harus berhubungan
badan, masih banyak cara lain untuk dapat bermesraan dengan pasangan.
Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.

2.    Perubahan-perubahan mental/ psikologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a.    Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b.    Kesehatan umum
c.    Tingkat pendidikan
d.   Keturunan (herediter)
e.    Lingkungan
f.     Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g.    Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h.    Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili
i.      Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena
faktor lain seperti penyakit-penyakit.Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan
jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa
perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan
buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan


verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.

Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:


a.    Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi mereka.
b.    Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
c.    Gangguan halusinasi.
d.   Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
e.    Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

3.    Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami


perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:
a.    Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b.    Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
c.    Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d.   Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e.    Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.K DENGAN
HERPES ZOSTER DI RUANG PENYAKIT
DALAM WANITA RSUD ABEPURA

Tanggal /jam MRS : 24 September 2020


Ruang : Penyakit dalam Wanita
No Register : 060100
Tgl /pengkajian : 25 September 2020
Diagnosa Keperawatan : Herpes Zoster
A. Pengkajian
1. Indentitas
Nama : Ny. K
Umur : 63 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Suku / bangsa : Jawa
Status : Menikah
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perumahan Tanah Hitam
Hubungan dengan Klien : Anak Klien
2.Keluhan UtamaKlien mengatakan di bagian wajahnya terasa nyeri,gatal dan
kemerahan, di sertai bruntus bruntusan berisi cairan. Nyeri di tandai dengan
P:Saat menggerakan bagian wajah
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Bagian wajah
S:Skala 5(1-10)
T: 3 Menit hilang timbul

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien datang ke IGD RSUD Abepura pada tanggal 24 September 2020
diantar oleh anaknya dengan keluhan wajah terasa nyeri,gatal,dan
kemerahan di sertai bruntus-bruntus berisi cairan sejak 2 hari yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rs dengan penyakit
malaria.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram
Keterangan
= Laki laki = garis tinggal satu rumah
= Perempuan = pasien
= garis keturunan
= garis hubungan

a. Penyakit keturunan
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dari keluarganya
b. Penyakit menular
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular.
c. Genogram
6. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit.
a. Keadaan rumah: ventilasi, lantai
Klien mengatakan Ventilasi baik dan lantai bersih tidak licin dan
setiap hari dibersihkan.
b. Pembuangan sampah
Klien mengatakan Tempat sampah sementara ada dibelakang rumah
apabila sudah banyak dibuang di tempat sampah umum.
c. Halaman
Klien mengatakan Halaman klien tidak terlalu luas, tetapi bersih dan
banyak pohonnya.
d. Kamar mandi/wc
Klien mengatakan kamar mandi dan wc ada dilamam rumah dan tiap
minggu dibersihkan.
e. Konsumsi air dari
Klien mengatakan konsumsi Air untuk MCK dari PDAM, untuk air
minum beli air isi ulang.
7. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan merupakan hal penting
a. Pola nutrisi dan metabolisme

Keterangan Sebelum sakit Selama sakit


Frekuensi makan 3x/hari 2x/hari
Jenis makanan Nasi, sayur, buah Bubur, sayur, lauk
Porsi 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
Keluhan yang Tidak ada Kurang nafsu makan
menyertai
Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu

b. Pola eliminasi (bab/bak)


a.BAB
Keterangan Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
Bau Khas feses Khas feses
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat Tidak Ada Tidak ada
bantu
Keterangan Sebelum Sakit Saat sakit
Frekuensi 5x/hari 5x/hari
Jumlah 250 ml 250 ml
Warna Kuning jernih Kuning keruh
Bau Amoniak Amoniak
Masalah yang Tidak ada Tidak ada
dirasakan
Total produksi urin 1200cc 1200cc
Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu

c. Pola aktivitas
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Mobilitas Rutin Membersihkan rumah Berbaring

Waktu Senggang Berkumpul dengan keluarga Berbaring

Mandi Mandiri Dibantu

Berpakaian Mandiri Dibantu

Berhias Mandiri Tidak berhias

Toileting Mandiri Dibantu

Makan Minum Mandiri Dibantu

Tingkat Tidak ada Dibantu


Ketergantungan

Penggunaan Alat Tidak ada Tidak ada


Bantu

D. Pola Istirahat Tidur


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah Jam Tidur Siang 2 jam Tidak tidur

Jumlah Jam Tidur Malam 7-8 Jam < 5 Jam

Pengantar Tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan Tidur Tidak ada Susah tidur

Perasaan Waktu Bangun Baik Lemas

b. Pola Hubungan Peran


Hubungan dengan keluarga : Harmonis
Hubungan dengan tenaga kesehatan : Baik
c. Pola Fungsi Seksual
Klien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dam mempunyai 2
anak.
d. Pola Mekanisme Koping
Klien merasa terganggu dengan penyakitnya
e. Pola Nilai Dan Kepercayaan
Klien beragama islam dan rajin beribadan dan berdoa untuk
kesembuhannya.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan /penampilan Umum : Sakit sedang
Kesadaran :
Kualitatif : Composmentis
Kuantitiatif : Gcs 15 ( E4, V5, M6 )
BB saat ini : 50 kg
TB saat ini : 158cm
IMT :20 normal
Tanda-tanda vital :
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 90x/ Menit
SB : 36,7⁰C
RR : 22x / menit
a. Kepala
1) Inspeksi
Bentuk : Normocepalus
Warna rambut : Hitam bercamur putih
Kebersihan rambut : Tampak bersih
Penyebaran rambut : Merata
2) Palpasi
Benjolan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
b. Muka
1) Inspeks: terdapat kemerahan dan bruntus-bruntus berisi cairan di
wajah

Ekspresi : Tampak meringis


2) Palpasi
Benjolan : ada
Nyeri : ada
c. Mata
1) Inspeksi
Simetris : Simetris antara kiri dan kanan
Sklera : Putih
Konyungtiva : Anemist
Pupil : Isokor
Pakai alat bantu : Tidak ada
Penglihatan : Baik
d. Hidung
1) Inspeksi
Bentuk : Simetris
Polip : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Tanda radang : Tidak ada
2) Palpasi
Benjolan : ada
Nyeri : ada
e. Telinga
1) Inspeksi
Bentuk : simetris
Serumen : Terdapat Serumen
Cairan : Tidak ada
Warna : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Alat bantu dengar : Tidak ada
2) Palpasi
Nyeri : Tidak ada
Tekstur daun telinga : Tidak ada kelainan
f. Mulut
1) Inspeksi
Jumlah gigi : 20
Karang gigi : Terdapat karies
Gigi berlobang :4
Warna gusi : Merah Tua
Lidah : tampak bersih
Bibir : Kering
Palatum : Tampak
Tonsil : Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
g. Leher
1) Inspeksi
Pembesaran : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
2) Palpasi
Kelenjar : Teraba
h. Thoraks dan Perhafasan
1) Inspeksi
Bentuk
Frekuensi respirasi : 22x / menit.
Benjolan pada payudara : Tidak ada
Irama Pernafasan : Reguler
Sifat pernafasan : Dada
2) Palpasi
Nyeri : Tidak ada
Benjolan/massa : Tidak ada
3) Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
4) Perkusi
Terdengar suara : Sonor
i. Jantung
1) Inspeksi
Iktus cordis : Teraba
2) Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak ada
3) Auskultasi
Bunyi jantung
BJ I : LUB
BJ II : DUB
j. Abdomen
1) Inspeksi
Buncit : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Luka/ jaringan parut : Tidak ada
Pembuluh darah vena : Tidak ada
Striae : Tidak ada
2) Auskultasi
Peristaltik usus : 15x / menit
3) Palpasi
Hepar : Teraba
Nyeri tekan Epigastrium : Tidak ada
4) Perkusi
Bunyi : Tympami
k. Genetalia dan Anus
1) Inspeksi
Perdarahan : Tidak ada
Luka : Tidak ada
Bengkak : Tidak ada
Terpasang kateter : Tidak ada
l. Ekstremitas
1) Atas
Kekuatan otot : 5/5
Akral teraba : Hangat
Koordinasi gerakan : Normal
ROM : Normal
CRT : <2 detik
Terpasang IVFD “ RL “ ditangan sebelah kiri 20 tpm.
2) Bawah
Kekuatan Otot : 5/5
Akral teraba : Hangat
Koordinasi gerak : Normal
ROM : Normal
CRT : <2 Detik
Terdapat luka pada telapak kaki bagian kanan dengan panjang ±4
cm dan kedalaman luka ± 2 cm dibalut dengan kasa.

B. Pengkajian Gerontik
1.Menguji Aspek2 Kognitif dan Fungsi Mental

Nilai Pasien Pertanyaan


Maksimu
m
Orientasi

5 5 (tahun)(musim)(tanggal) (bulan apa


sekarang?)
5 5 Dimana kita: (Negara bagian) (Wilayah)
(Kota) (Rumah sakit) (lantai)
Registrasi
3 2 Sebutkan nama 3 objek :
1 detik utk mengatakan masing2, Beri 1 poin
utk setiap jawaban yg benar
Perhatian dan Kalkulasi
5 4 Seri 7’s 1 poin utk setiap kebenaran
Berhenti setelah 5 jawaban
Berganti eja “kata” ke belakang
Mengingat
3 3 Meminta utk mengulang ketiga objek diatas
Berikan 1 poin utk setiap kebenaran
Bahasa
9 8 Nama pensil dan melihat (2poin)
Mengulang hal berikut: tidak ada jika, dan
atau tetapi (1poin)
27 Nilai Total

Ket: Nilai 30-22 normal


Nilai < 22 ada kerusakan kognitif yg memerlukan pengamatan
lanjut
2. Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Skore no Pertanyaan Jawaba


n
+ _
+ 1 Tanggal berapa hari ini ? 25
+ 2 Hari apa sekarang ? Rabu
+ 3 Apa nama tempat ini ? Rumah
sakit
- 4 Berapa nomor telepon anda ? Lupa
Dimana alamat anda ?
( tanyakan bila tidak memiliki telepon)
+ 5 Berapa umur anda ? 65
tahun
- 6 Kapan anda lahir ? Lupa
+ 7 Siapa nama presidan sekarang ? Jokowi
+ 8 Siapa nama presiden sebelumnya ? Sby
+ 9 Siapa nama ibu anda ? Halima
+ 10 20 – 3 berapa ? 17
( begitu seterusnya sampai bilangan
terkecil)

Ket : 1. Kesalahan 0-2 : Fungsi Utuh


2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat.

3.Pengkajian Skore Norton


No Keadaan pasien Skore
1 Kondisi umum:
Baik
Lumayan 3
Buruk
Sangat buruk
2 Kesadaran:
Compos mentis 4
Apatis
Confise/ Sopor
Coma
3 Aktivitas:
Ambulan
Ambulan dengan bantuan 1
Hanya bisa duduk
Tiduran
4 Mobilitas:
Bergerak bebas
Sedikit bergerak
Sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak
5 Inkontinensia:
Tidak ada
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi dan urine
TOTAL 13

Skore 20 : normal
Skore 15-19 : kerusakan ringan
Skore 10-14 : ,, sedang
Skore 4-9 : ,, berat

4. Pengkajian ADL dgn Indeks Barthel (IB) dan Indeks Katz (IK)
1) Indeks Barthel

N Item yg Skore Nilai


o dinilai
1 Makan 0= tidak mampu 1
( Feeding 1= butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll
) 2= mandiri
2 Mandi 0= tergantung orang lain 0
( Bathing 1= mandiri
)
3 Perawata 0= membutuhkan orang lain 1
n diri 1= mandiri dlm perawatan muka, rambut, gigi,
(Groomi bercukur
ng)
4 Berpakai 0= Tergantung orang lain 0
an 1= Sebagian dibantu ( mis mengancing baju)
(Dressin
g)
5 Buang 0= Inkontinensia/pakai kateter dan tdk terkontrol 1
air kecil 1= Kadang inkontinensia ( maks 1x24jam)
(Bladder 2=Kontinensia (teratur utk lebih dari 7 hari)
)
6 Buang 0= Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
air besar 1=kadang inkontinensia ( sekali seminggu)
(Bowel) 2= Kontinensia (teratur)
7 Penggun 0=tergantung bantuan orang lain 0
aan toilet 1=membutuhkan bantuan, tapi dpt melakukan
beberapa hal sendiri
2=mandiri
8 Tranfer 0=tidak mampu 1
1=butuh bantuan utk bisa duduk(2 orang)
2=bentuan kecil(1 orang)
3=mandiri
9 Mobilita 0=immobile(tdk mampu) 0
s 1=menggunakan kursi roda
2=berjalan dgn bantuan 1 orang
3=mandiri( meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
1 Naik 0=tidak mampu 0
0 turun 1=membutuhkan bantuan
tangga 2=mandiri
TOTAL 6
Ket: hasil:
20= Mandiri
12-19= ketergantungan ringan
9-1= ketergantungan sedang
5-8 = ketergantungan berat
0-4 = ketergantungan total
2)Penilaian Indeks Katz

Skor Kriteria
e
A Kemandirian dlm hal makan,
kontinen(BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil
mandi dan berpakaian
B Kemandirian dlm semua hal kecuali 1 dari
fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari
1 fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dari
berpakaian dan 1 fungsi tambahan
E Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan 1 dari fungsi
tambahan
F Kemandirian dlm semua hal kecuali mandi dan
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan 1
fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya 2 fungsi, tetapi tdk
lain dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F

5. Tabel Modifikasi Indeks Katz

No Aktivitas Mandiri Bergantun


Nilai g
(1) Nilai (0)
1 Mandi dikamar mandi(menggosok, 0
membersihkan dan mengeringkan badan
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 0
menggunakannya
3 Memakan makanan yg telah disajikan 1
4 Memelihara kebersihan diri utk penampilan diri 1
(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok
gigi, mencukur kumis)
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan 0
mengeringkan bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses 1
7 BAK di kamar mandi (membersihkan dan 0
mengeringkan kemaluan
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih 1
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 0
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10 Menjalankan agama sesuai agama dan 1
kepercayaan yg dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti merapikan 0
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja utk kebutuhan sendiri atau keluarga 0
13 Mengelola keuangan (menyimpan/ 1
menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi umum utk 0
bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai takaran 1
(takaran, waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan utk 1
kepentingan keluarga dlm hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yg dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan 0
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi
TOTAL 8
Ket:Hasil: 13- 17 : mandiri, 0 - 12: ketergantungan
. Skala Jatuh dari Morse
No Pengkajian skala Nilai
1 Apakah Jatuh: Riwayat jatuh 3 bulan terakhir Tidak: 0
0
Ya :
25
2 Apakah lansia memiliki penyakit > 1 penyakit Tidak: 0
0
Ya :
25
3 Alat bantu jalan + berpegangan pada benda: Tidak : 0
- Bedrest/ dibantu perawat……………………………………… 0
- Kruk/ tongkat,erpegangan pada benda-benda disekitar( kursi, 15
lemari, meja, tembok, dll)
………………………………………………………… 30
4 Apakah terpasang infus Tidak : 20
0
Ya :
20
5 Gaya berjalan 10
 Normal………………………………………………………… 0
 Bedrest/ immobile ( tidak dapat bergerak sendiri, lemah (tidak
bertenaga)…………………. 10
 Gangguan / tidak normal ( pincang/diseret) 20
6 Lansia: 0
 Menyadari dirinya…………………………………………. 0
 Mengalami keterbatasan daya ingat……………… 15
Skore 30
Jumlah :
Keterangan:
 Resiko Rendah : 0-24
 Resiko Tinggi : >24

B. Terapi

METODE JAM
NO NAMA OBAT DOSIS
PEMBERIAN PEMBERIAN
1 RL IVFD 500 ml /8 jam
2 FARNCICLOVIR ORAL 500 mg /8 jm
3 PREDNISON ORAL 30 mg /8 jam
KLASIFIKASI DATA

No
Data Subjektif Data Objektif
.
Pasien mengatakan : Pasien tampak :
Di bagian wajahnya terasa  KU : Sakit sedang
nyeri,gatal dan kemerahan,di sertai  Kualitatif : composmentis
bruntus bruntusan berisi ciran  Kuantitatif GCS : 15 (E4
Nyeri di tandai dengan V5 M6)
P: saat menggerakan bagian  BB saat ini : 50 kg
wajah  TB : 158 cm
Q: Tertusuk-tusuk  IMT : 20 normal
R: bagian wajah
 TTV :
S: 5 (1-10)
TD : 110/80 mmHg
T: 3 menit hilang timbul
N : 90 x/menit
 Pasien mengatakan wajahnya RR : 22 x/menit
terasa nyeri,gatal dan kemerahan SB : 36,7 oC
di seratai bruntus bruntusan
 Mimik wajah gelisah dan cemas
berisi cairan sejak 2 hari yang
 Pola aktivitas tampak di bantu
lalu
 Tampak meringis
 Sulit tidur
 Kunyung tiva: anemis
 Lemas
 Bibir: kering
 Terdapat karies gigi
 Terpasang IVFD RL pada tangan
kiri
 Penilaian untuk mengetahui
fungsi intelektual lansia
Kesalahan 0-2 : fungsi utuh
 Pengkajian skore Norton
Skore 10-14 :kerusakan sedang
 Pengkajian ADL dengan indeks
barthel (IB) dan indeks katz (IK)
Skore 5-8 : ketergantungan berat
 Score klien
G: Ketergantungan pada ke enam
fungsi tersebut
 Table modifikasi indeks katz
0-12: ketergantungan
 Skala jatuh dari morse
Resiko tinggi : >24
Analisa Data ( DS/DO, Penyebab dan masalah)
No Data Etiology Problem
.
1. DS : Proses peradangan Nyeri akut
Pasien mengatakan : ↓
Dibagian wajahnya terasa Virus herpes zoster
nyeri,gatal dan kemerahan di ↓
sertai dengan bruntus Infeksi primer
bruntusan berisi cairan ↓
Nyeri Respon inflamasi local
P: saat menggerakan ↓
bagian wajah Kerusakan saraf perifer
Q: Tertusuk-tusuk
R: bagian wajah ↓
S: 5 (1-10) Nyeri akut
T: 3 menit hilang timbul

DO :
Pasien tampak :
 KU : sakit sedang
 Kualitatif: Composmentis
 Kuantitatif GCS: 15(E4 V5
M6)
 TTV :
TD : 110/80mmHg
N : 90/menit
R : 20 x/menit
SB : 36,7 oC

2. DS : Virus herpez zoster Kerusakan


Pasien mengatakan : ↓ integritas kulit
 Bagian wajahnya terdapat Infeksi primer
kemerahan dan bruntus ↓
bruntusan berisi cairan Respon ininflamasi
local
DO :
Pasien tampak : Kerusakan saraf perifer
 Lemas ↓
 Gelisa
Terjadi lesi pada kulit

Kerusakan integrasi
kulit

3. Ds : Herpes Gangguan rasa


Klien mengatakan : ↓ nyaman
 Sulit tidur Aliran darah perifer
 Aktivitas dibantu keluarga ↓
Do : Bruntus(gatal)
Klien tampak : ↓
 Lemas Gangguan rasa nyaman
 Pengkajian skore Norton
Skore 10-14 :kerusakan
sedang
 Pengkajian ADL dengan
indeks barthel (IB) dan
indeks katz (IK)
Skore 5-8 : ketergantungan
berat
 Score klien
G: Ketergantungan pada
ke enam fungsi tersebut
 Table modifikasi indeks
katz
0-12: ketergantungan
 Skala jatuh dari morse
Resiko tinggi : >24
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi virus
2. Kerusakan integrasi kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
(timbul bula,kemerahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus
RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NAMA PASIEN : Ny.K TANGGAL MRS : 24 september 2020 / 09.50 WIT

NO RM : 060100 DIAGNOSA MEDIS : HERPEZ ZOSTER

No Diagnosa Perencanaan Tgl/


Implementasi Evaluasi
. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Jam

1. Nyeri akutSetelah 1. Kaji 1. Menentuka 25 1.Mengkaji skala 12.00 wit


berhubungan dilakukan tingkat n tingkat sept nyeri dan reaksi S :
dengan prosestindakan skala nyeri skala nyeri nonverbal
inflamasi virus 2020 Klien mengatakan
keperawatan dan reaksi ringan/ Hasil :
selama 3x24 nonverbal sedang/ber 08.00 masih merasakan
Pasien tampak
jam nyeri 2. Gunakan at wit nyeri di bagian
meringis
berkurang teknik 2. Melihat
wajah
sampai komunikasi riwayat menanhan rasa
DS : menghilang teraputik nyeri P : saat
sakit
Pasien dengan kriteria untuk pasien menggerakan wajah
mengatakan : Nyeri sedang
hasil: mengetahui sebelumny
 Nyeri Q : seperti di tusuk
1. Mampu pengalama a dan cara skala 5 (1-10)
P:pada saat mengontrol n nyeri mengatas tusu
menggeraka nyeri: tahu 3. Ajarkan 3. Membuat 1. Menggunakan R : Bagian wajah
bagian wajah penyebab, teknik suasana teknik
S : 4 (1-10)
Q: Tertusuk- mampu relaksasi,ci rileks pada komunikasi
tusuk menggunak ptakan lingkunga teraputik untuk T : 2-3 mnt hilang
R: bagian an teknik lingkungan 4. Pada nyeri mengetahui timbul
wajah nonfarmak nyaman skala pengalaman
O:
S: 5 (1-10) ologi untuk dan tenang sedang nyeri Hasil :
T: 2-3 menit mengurang 4. Kolaborasi hingga Klien  Klien
hilang timbul i nyeri) medis berat, mengatakan tampak
2. Melaporka analgesik nyeri di bagian
untuk 08.35 meringis
DO : n bahwa dapat wajah pada saat
Pasien tampak : nyeri pemberisn menghilng wit menggarakan  Klien tampak
 KU : sakit berkurang analgetik. kan nyeri wajah . pucat
sedang dengan 2. mengajarkan
 Kualitatif: menggunak teknik
Composmenti an relaksasi,ciptaka A:
s manajemen n lingkungan
nyeri nyaman dan masalah belum
 Kuantitatif 08.50
GCS: 15(E4 3. Mampu tenang teratasi
mengenali wit Hasil :
V5 M6)
 TTV : nyeri Klien tampak P:
TD : (skala, mengikuti
Lanjutkan
110/80mmHg intensitas, perintah dan
N : 85/menit frekuensi sedikit relaks. intervensi 1,2,3.
R : 20 dan tanda 3. Kolaborasi medis 4, dan 5
x/menit nyeri) untuk pemberisn
o
SB : 36,7 C 4. Tidak
analgetik.
menunjukk
 Meringis an respon Hasil :
non verbal Pemberian obat
adanya prednison 3x1
nyeri
5. Tanda vital 09.05
dalam wit
rentang
yang
diharapkan

09.28
wit

2. Gangguan Setelah 1. Anjurkan 1. Menjaga 09.45 1. Menganjurkan 12.30 wit


integritas kulit dilakukan klien untuk kebersihan wit klien klien untuk S :
b/d timbulnya tindakan menjaga kulit agar menjaga Klien
bula kemerahan asuhan kebersihan tetap bersih kebersihan kulit mengatakan
keperawatan kulit agar dan kering agar tetap bersih
wajahnya masi
DS : selam 3 x 24 tetap bersih untuk dan kering
Pasien jam gangguan dan kering mengurang Hasil : terdapat bula
mengatakan : integritas i resiko Klien dapat dan kemerahan
wajahnya jaringan 2. Ajarkan infeksi
mengikuti
terdapat bruntus membaik keluaraga 2. Melatih
bruntusan berisi dengan kriteria tentang keluarga nstruksi dan O:
cairan hasil: luka dan perawatan menjaga  Klien tampak
1. Perfusi perawatan secara
kebersihan kulit lemas
jaringan luka mandiri
DO : normal 3. Kolaborasi .  Lukanya
2. Mengajarkan
 Wajahnya 2. Tidak ada ahli gizi 3. Meningkat tampak
keluarga tentang
terdapat tanda- untuk kan proses
luka dan masih ada
: kemerahan tanda pemberian pembentuk
09.55 perawatan bula
dan bruntus infeksi protein kan
Hasil: keluarga
bruntusan 3. Ketebalan 4. Kolaborasi jaringan wit kemerahan
mampu
Nyeri : dan ahli gizi
mendengar dan
terdapat nyeri tekstur pemberian
memahami
Luka : jaringan diet A:
penjelasan
terdapat luka normal
perawat
4. Menunjuk Masalah belum
3. Mengajarkan
kan teratasi
10.00 keluarga tentang
pemahama
n dalam wit luka dan
proses perawatan luka
perbaikan Hasil : P:
kulit dan Klien mampu Lanjutkan
mencegah mendengar dan
intervensi 1, 2, 3
terjadinya memahami
cidera penjelasan dan 4
berulang perawat.
5. Menunjuk 4. Kolaborasi ahli
kan gizi pemberian
terjadinya diet
proses Hasil :
penyembu Klien makan
han luka daging
10.19 ayam,ikan,susu,n
asi,roti, dan
wit
puding.
10.30
wit

3. Gangguan rasa
Setelah 1. Instruksika 1. Cara yang 10.48 1. Menginstruksika 13.40 wit
nyaman dilakukan pasien aman bagi wit n pasien untuk S:
berhubungan tindakan untuk klien untuk memakai pakaian
Klien mengatakan
dengan keperawatan memakaian 2. Menciptaka yang berbahan
penampakan kulit selama 3 x 24 yang n wol masi merasa tidak
yang tidak bagus jam di berbahan lingkungan Hasil: pasein nyaman
harapkan wol yang aman dapat memakai
O:
Ds : penampakan 2. Ciptakan mengurang pakaian yag
Klien kulit yang lingkungan i gangguan berbahan wol  Klien tampak
mengatakan : tidak bagus yang rasa bebaring
 Wajahnya dapat dapat nyaman nyaman 2. Menciptakan
 dibantu keluarga
terdapat berkurang 3. Berikan 3. lingkungan yang
bruntus dengan kriteria krim atau nyaman A:
bruntusan hasil: losion yang Hasil : Masalah belum
yang berisi 1. Klien mengandun lingkungan klien
teratasi
cairan nyaman g obat pada tempat tidur
ekspresi sesuai 11.10 nyaman
 Aktivitas
dibantu wajahnya dengan wit P:
tenang kebutuhan
keluarga 2. Dapat Lanjutkan
Do : tidur intervensi 1, 2, 3
Klien tampak : denagn
dan 4.
 Lemas baik
 Susa tidur 3. Membutu
hkan
bantuan
keluarga

11.25
wit

11.40
wit

Anda mungkin juga menyukai