Anda di halaman 1dari 9

Reaktivasi Virus Varisela Zoster

Abstrak
Virus Varicella-zoster (VZV) merupakan agen penyebab cacar air, yang merupakan
infeksi umum yang terjadi pada anak-anak. Setelah cacar air sembuh,VZV tinggal secara
dorman ganglion akar dorsal spinalis sampai muncul reaktivasi berupa herpes zoster. Herpes
zoster biasanya memiliki gejala yang ringan, namun dapat terjadi komplikasi, mulai dari yang
ringan sampai yang mengancam jiwa.
Kata Kunci : Virus varisela zoster,herpes zoster,cacar air

Abstract
Varicella-zoster virus (VZV) is the causative agent of chicken pox, which is a
common infection that occurs in children. Once cured chickenpox, VZV stay dormant in the
spinal dorsal root ganglia until reactivation appears in the form of shingles. Shingles usually
have mild symptoms, but there can be complications, ranging from mild to life-threatening.
Keywords: Varicella zoster virus, herpes zoster, chickenpox

Pendahuluan
Herpes zoster ( shingles ) adalah infeksi varisela-zoster laten yang timbul lagi. Setelah
masa gatal singkat atau rasa sakit di sepanjang salah satuatau kadang-kadang pada beberapa
dermatom di tubuh, muncul bercak merahyang cepat sekali berubah menjadi papul dan
vesikel. Yang lebih sering terkena adalah dermatom torakal dan servikal. Apabila mengenai
cabang optalmik dari saraf trigeminal,bisa menyebabkan radang kornea dan dapat berakibat
kebutaan. Setelah 1-2 minggu, krusta akan mulai lepas. Lebih dari 10% pasien mengalami
neuralgia pascaherpetik (rasa panas terbakar berkelanjutan atau sakit di area yang telah
sembuh). Ini bisa berlangsung dari hanya beberapa bulan sampai tahun.

1
Herpes zoster sebaliknya bisa juga menyerang orang yang sehat,terutama lansia, namun lebih
sering menimpa orang yang menderita penyakit parah dan infeksi HIV. Ini merupakan
indikator awal atas terjangkitnya infeksi HIV di kalangan orang-orang usia muda.

Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.
Anamnesa mengambil peran besar dalam menentukan diagnosis. Oleh sebab itu,
anamnesis harus dilakukan sebaik mungkin sehingga dapat mengambil diagnosis dengan baik
pula dan mampu memberikan pertolongan bagi pasien.
Anamnesis antara dokter dan pasien harus membina hubungan yang baik dapat
dilakukan dengan cara menyampaikan ucapan selamat datang dan mempersilahkan pasien
duduk dengan sopan, serta menampilkan sikap dan wajah yang ramah. Anamnesis dapat
dilakukan dengan menanyakan; (1) menanyakan identitas pasien, (2) keluhan utama dan
lamanya sakit, (3) riwayat penyakit sekarang dengan menanyakan karakter keluhan
utama,perkembangan keluhan utama seperti obat-obat yang telah diminum dan hasilnya, (4)
riwayat penyakit dahulu, (5) riwayat pribadi seperti kebiasaan makan, kebiasaan merokok,
alkohol, dan penggunaan narkoba, serta riwayat imunisasi, (6) riwayat sosial ekonomi seperti
lingkungan tempat tinggal dan hygiene, (7) riwayat kesehatan keluarga, dan (8) riwayat
penyakit menahun keluarga seperti alergi, asma, hipertensi, kencing manis, dll.

Pemeriksaan Fisik
Temuan utama pada pemeriksaan fisik adalah rash yang tersebar pada dermatom
unilateral; di mana rash tersebut dapat membentuk eritem, vesikel, pustule, atau krusta,
tergantung pada tahapan penyakit. Rash yang muncul berbentuk khas herpetik: vesikel-
vesikel kecil berkelompok pada dasar yang eritematous. Jarang terjadi rash bilateral
Lesi zoster timbul secara simultan dan menetap pada tahap penyembuhan yang
sama,Lesi pada ujung hidung menunjukkan adanya keterlibatan nervus nasosiliaris; temuan
ini mengharuskan dilakukannya pemeriksaan slit-lamp dengan pewarnaan fluoresens untuk
mencari adanya lesi kornea dari keratitis herpetik,Temuan pada pemeriksaan fisik juga
2
bergantung pada dermatom yang terlibat, misalnya : Ulkus kornea,Limfadenopati
regional,Kelumpuhan saraf cranial,Kelumpuhan nervus fasialis perifer,Delirium, konfusi,
koma (pada pasien dengan meningoensefalitis

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Diagnosis herpes zoster terutama didasarkan pada temuan klinis, terutama dari lokasi
dan bentuk erupsi kulit yang khas dan berhungan dengan nyeri yang terlokalisasi. Namun
pada beberapa pasien, gambaran herpes zoster dapat tidak khas dan mungkin memerlukan
beberapa pemeriksaan tambahan. Hal ini sangat nyata pada pasien dengan gangguan
imunitas.Virus varicella-zoster dapat dikultur hal ini memiliki kegunaan terbatas hanya dalam
penelitian karena memerlukan waktu lama untuk pertumbuhan virusnya.Jika diperlukan,
diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan mengirimkan hasil swab ke laboratorium. Angkat
bagian puncak lesi dan lakukan swab pada dasar lesi. Kemudian buat sediaan hapus yang
dikeringkan di udara lalu dikirim ke laboratorium untuk pewarnaan dengan antibody
immunoflurescent.1 Sebab ini juga dapat ditempatkan di dalam media transport untuk
mendeteksi adanya DNA virus menggunakan PCR (polymerase chain reaction).Percobaan
Tzanck dapat diperoleh dari lesi vesikuler, namun percobaan ini tidak dapat membedakan
jenis-jenis infeksi virus varicella-zoster seperti herpes zoster dengan herpes simpleks.Bila ada
indikasi, pengobatan dilakukan secara empiris, jangan menunda pengobatan untuk menunggu
hasil tes diagnostik.2

Uji Lainnya
Uji antibodi monoklonal
Uji sel mononuklear darah untuk mencari DNA virus (penelitian)

Differential diagnosis

Herpes simplek

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simplek (virus herpes hominis) tipe I
atau tipe II yang ditandai oleh adalah vesikel yang berkelompok diatematosa pada daerah

3
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi
dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

Dermatitis herpetiformis

Merupakan penyakit kronik yang ditandai pada kulit terdapat lepuhan yang berisi
cairan. Penyakit ini biasa menyebar diseluruh tubuh.

Dermatitis kontak iritan

Merupakan penyakit yang disebabkan bahan atau substansi yang menempel pada
kulit. Biasanya disebabkan oleh racun dari seranga yang lebih sering terbang pada malam
hari sehingga pasien akan merasa kulitnya pedih dipagi hari dan pada sore harinya
muncul vesikel. Seranga yang sering menyebabkan penyakit ini adalah paederus.

Working diagnosis

Herpes zoster

Merupakan penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vasikular berkelompok


dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas pada satu
dermatom saja.1

Epidemiologi
Penyakit herpes zoster terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Insidensnya 2-3 kasus per-100 orang/tahun. Insiden dan keparahan penyakitnya meningka
dengan bertambahnya usia. Lebih dari setengah jumlah keseluruhan kasus dilaporkan terjadi
pada usia 60 tahun dan komplikasi terjadi hampir 50% di usia tua. Jarang di usia dini.
Penyakit ini bersifat menular namun daya tularnya kecil bila dibanding dengan varisela.

Etiologi

4
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui sternus sensory ke tepi
ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Varicella zoster, yaitu suatu
virus rantai ganda DNA anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau
neuroder-matotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dipicu oleh berbagai macam
rangsangan seperti pembedahan, penyinaran, penderita lanjut usia, dan keadaan tubuh yang
lemah meliputi malnutrisi, seorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka
panjang, atau menderita penyakit sistemik. Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus
varicella zoster aktif kembali dan terjadi ganglionitis. Virus tersebut bergerak melewati saraf
sensorik menuju ujung-ujung saraf pada kulit atau mukosa mulut dan mengadakan replikasi
setempat dengan membentuk sekumpulan vesikel.3

Patogenesis

Mengajukan hipotesis bahwa imunitas terhadap varisela zoster virus berperan dalam
patogenesis herpes zoster terutama varisela zoster, partikel virus dapat tetap tinggal didalam
ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis ataupun otonom selama tahunan. Pada saat respon
imunitas selular dan titer antibodi spesifik terhadap virus varisela zoster menurun sampai
tidak lagi efektif mencegah infeksi virus, maka partiket virus varisela zoster yang laten
tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di dalam satu
dermatom.3 Faktor lain seperti radiasi, trauma fisis, obat-obat tertentu, infeksi lain, atau stres
dapat dianggap sebagai pencetus walaupun belum pasti.

Gejala Klinis

Herpes zoster dapat dimulai dengan timbulnya gejala prodromal berupa sensa
abnormal atau nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatom, gatal, rasa
gatal, rasa terbakar dari ringan sampai berat. Nyeri dapat menyerupai sakit gigi, pleuritis,
infark jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau empedu, apendisitis. Dapat juga
dijumpai gejala konstitusi misalnya nyeri kepala, malaise dan demam. 1 Gejala prodromal
dapat berlangsung beberapa hari 1 hingga 10 hari rata-rata 2 hari. Setalah awitan gejala

5
prodromal, timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau nyeri terlokalisata atau terbatas dalam
satu dermatom berupa makula kemerahan. Kemudian berkembang menjadi papul, vesikel
jernih berkelompok selama 3-5 hari. Selanjutnya isi vesikel menjadi keruh dan akhirnya
pecah menjadi krusta dan ini berlangsung selama 7-10 hari.

Gambar1. Herpes zoster

Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit herpes zoster ialah berupa kelainan
mata 10 -20% penderita bila menyerang daerah mata, infeksi sekunder, dan neuropati
motorik. kadang-kadang dapat terjadi meningitis, ensefalitis atau mielitis. Komplikasi yang
sering terjadi ialah neuralgia pasca herpes (NPH), yaitu nyeri yang masih menetap di area
yang terkena walaupun kelainan kulitnya sudah mengalami resolusi.

Penatalaksanaan

Sistemik

Obat anti virus

Obat anti virus dapat digunakan untuk menurunkan durasi lesi herpes zoster dan
derajat keparahan nyeri herpes zoster akut. Obat antivirus oral yang disetujui food and drug

6
administration(FDA) untuk terapi herpes : famsiklovir ( 3x500mg),valasiklovir (3x1000 mg),
asiklovir ( 5x800mg) diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama 7 hari.

Kortikosteroid

Prednison digunakan dengan asiklovir dapat mengurangi nyeri akut. karena


komplikasi pemberian kortikosteroid lebih berat daripada keuntungannya sehingga
kortikosteroid tidak dianjurkan.

Analgesik

Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukkan respon baik terhadap AINS
( asetosal,piroksikam,ibuprofen,diklofenak) atau analgetik non
opioid( paaracetamol,tramadol,asam mefenamat). kadang-kadang dibutuhkan opioid
( kodein,morfin, atau oksikodon) untuk pasien dengan nyeri kronik hebat.

Antidepresan dan antikonvulsan

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kombinasi terapi asiklovir denagn


antidepresan trisiklik atau gabapentin sejak awal mengurangi prevalensi NPH.

Topikal

Analgetik topikal

Kompres : Kompres terbuka dengan solusio burowi dan solusio calamin dapat
digunakan pada lesi akut untuk mengurangi nyeri dan pruritus. Kompes dengan solusio
burowi (aluminium asetat 5%) dilakukan 4-6 kali/hari selama 30-6- menit.Kompres dingin
atau cold pack juga sering digunakan.

Antiinflamasi nonsteroid(AINS) : berbagai AINS topikal seperti bubuk aspirin dalam


kloroform atau etil eter ( aman dan bermanfaat menghilangkan nyeri untuk beberapa
jam ),krim indometasin dan diklofenak banyak dipakai.

Anastetik Lokal

Pemberian anestetik lokal pada berbagai lokasi sepanjang jaras saraf yang terlibat
dalam herpes zoster telah banyak dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Pendekatan seperti
infiltrasi lokal subkutan,blok saraf perifer,ruang paravertebral atau epidural dan blok simpatis
untuk nyeri yang berkepanjangan sering digunakan.4

7
Prognosis

Herpes zoster biasanya memiliki gejala yang ringan, namun dapat terjadi komplikasi,
mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa. Complicated herpes zoster menunjuk
kepada infeksi yang terjadi pada pasien gangguan sistem imun atau yang manifestasinya
melibatkan mata. Pada pasien tertentu, pengobatan dini dengan antivirus dan mungkin
kortikosteroid telah menunjukkan penurunan lamanya penyakit dan untuk mencegah atau
memperbaiki komplikasi.

Pencegahan

Pemberian booster vaksin varisela strain Oka terhadap orangtua harus dipikirkan
untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap varisela zoster virus sehinggal dapat
memodifikasi perjalanan penyakit herpes zoster

Kesimpulan
Herpes zoster merupakan penyakit yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok
dan terdapat nyeri serta rasa terbakar yang bersifat unilateral yang pada umumnya hanya pada
satu dermatom saja dan penyakit ini dapat dapat dicegah dengan pemberian booster vaksin
varisela stein Oka terdapat orang tua karena penyakit ini menyerang pada usia yang lebih tua
sehingga pemberian vaksin ini dapat memberikan kekebalan spesifik terdapat virus varisela
zoster.5

Daftar pustaka

1. Pusat Penerbit IPD FKUI. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007

2. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.


Jakarta:EGC;2007

3. Price AS, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi VI.
Jakarta:EGC;2007

8
4. Dewoto HR. Farmakologi dan terapi. Edisi VII. Jakarta; Fakultas Kedokteran
universitas Indonesia;2007

5. Menaldi SLS,Bramono K,Indriatmi W.Ilmu penyakit kulit dan kelamn edisi


ketujuh.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2016

Anda mungkin juga menyukai