Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela
zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara ,!"# per
$$$ orang per tahun. %ebih dari &'! kasus berusia di atas #$ tahun dan
kurang dari $( kasus berusia di bawah &$ tahun. )elama terjadi varisela,
virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa
ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan se*ara sentripetal melalui
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. +ada ganglion terjadi infeksi
laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius ,I -ede, &$./.
0aktor resiko utama untuk herpes zoster adalah bertambahnya usia.
Dengan meningkatnya waktu setelah infeksi virus vari*ella ada penurunan
tingkat kekebalan sel 1 terhadap virus vari*ella zoster. 2rang dengan
riwayat keluarga menderita herpes zoster akan lebih besar terkena herpes
zoster darpada orang yang tidak ada riwayat keluarga. 3omplikasi herpes
zoster dapat terjadi pada $"#( kasus, komplikasi yang terbanyak adalah
neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah
krusta terlepas. 3omplikasi jarang terjadi pada usia di bawah .$ tahun,
tetapi hampir '! kasus terjadi pada usia di atas 4$ tahun. +enyebaran dari
ganglion yang terkena se*ara langsung atau lewat aliran darah sehingga
terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek
imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. )e*ara umum
pengobatan herpes zoster mempunyai ! tujuan utama yaitu 5 mengatasi
inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes
zoster dan men*egah timbulnya neuralgia paska herpeti* ,I -ede, &$./.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, kami dapat menarik beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut 5
. Apa definisi dari Herpes 6oster 7
&. 8agaimana epidemiologi dari Herpes 6oster di dunia 7
!. Apa saja etiologi dari Herpes 6oster 7
.. 8agaimana patogenesis dari Herpes 6oster 7
#. Apa saja faktor resiko dari Herpes 6oster 7
4. Apa saja manifestasi klinis dari Herpes 6oster 7
9. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Herpes 6oster 7
:. 8agaimana menentukan diagnosis dari Herpes 6oster 7
;. Apa saja diagnosis banding dari Herpes 6oster 7
$. 8agaimana penatalaksanaan dari Herpes 6oster 7
. Apa saja komplikasi dari Herpes 6oster 7
&. 8agaimana manajemen nutrisi dari Herpes 6oster 7
!. 8agaimana melakukan pen*egahan dari Herpes 6oster 7
.. 8agaimana konsep asuhan keperawatan dari Herpes 6oster 7
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, sebagai berikut 5
. <emahami konsep dari Herpes 6oster dan perawatannya.
&. <engetahui epidemiologi dari Herpes 6oster.
!. <engetahui dan memahami etiologi dari Herpes 6oster.
.. <engetahui dan memahami patogenesis dari Herpes 6oster.
#. <engetahui faktor resiko dari Herpes 6oster.
4. <engetahui manifestasi klinis dari Herpes 6oster.
9. <engetahui pemeriksaan diagnostik dari Herpes 6oster.
:. <emahami *ara menentukan diagnosis dari Herpes 6oster.
;. <engetahui diagnosis banding dari Herpes 6oster.
$. <engetahui dan memahami penatalaksanaan dari Herpes 6oster.
. <engetahui komplikasi dari Herpes 6oster.
&. <engetahui dan memahami manajamen nutrisi dari Herpes 6oster.
!. <engetahui dan memahami pen*egahan dari Herpes 6oster.
.. <engetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan dari Herpes
6oster.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
,persyarafannya/. Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap vari*ella ,misalnya
seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh vari*ella dalam bentuk
*a*ar air/. Herpes zoster merupakan manifestasi oleh reaktivasi virus
=arisela"zoster laten dari syaraf pusat dorsal atau kranial. =irus vari*ella
zoster bertanggung jawab untuk dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu
varisela atau *hi*kenpo> ,*a*ar air/ dan Herpes zoster ,*a*ar ular/. =arisela
merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang
berkontak dengan virus vari*ella zoster. +ada !"# dari $$$ individu, virus
=arisela"zoster mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang
dikenal dengan nama Herpes zoster atau )hingles. Herpes zoster adalah
infeksi virus akut yang memiliki karakteristik unilateral, sebelum timbul
manifestasi klinis pada kulit wajah dan mukosa mulut biasanya akan
didahului oleh gejala odontalgia. 1imbulnya gejala odontalgia pada Herpes
zoster belum sepenuhnya diketahui ,Isna, &$$:/.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Herpes zoster dapat mun*ul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara laki"laki dan perempuan, angka
kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 4( setahun, di Inggris $,!.(
setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang ( setahun. Herpes zoster
terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena
varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus
varisela zoster. )etelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion
sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya
tahan tubuh menurun. %ebih dari &'! usia di atas #$ tahun dan kurang dari
3
$( usia di bawah &$ tahun ,Isna, &$$:/.
2.3 ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus vari*ella zoster yang
laten di dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. =irus dibawa
melalui sternus sensory ke tepi ganglia spinal atau ganglia trigeminal
kemudian menjadi laten. =ari*ella zoster, yaitu suatu virus rantai ganda D?A
anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neuroder"
matotropik. @eaktivasi virus vari*ella zoster dipi*u oleh berbagai ma*am
rangsangan seperti pembedahan, penyinaran, penderita lanjut usia, dan
keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seorang yang sedang dalam
pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit
sistemik. Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus vari*ella zoster aktif
kembali dan terjadi ganglionitis. =irus tersebut bergerak melewati saraf
sensorik menuju ujung"ujung saraf pada kulit atau mukosa mulut dan
mengadakan replikasi setempat dengan membentuk sekumpulan vesikel
,Isna, &$$:/.
2.4 PATOGENESIS
Infeksi primer dari ==6 ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. 3eadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam @eti*ulo Andothelial )ystem ,@A)/ yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. )ebagian virus
juga menjalar melalui serat"serat sensoris ke satu atau lebih ganglion
sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. )elama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster
,Isna, &$$:/. (LAMPIRAN)
2.5 FAKTOR RESIKO
Adapun faktor resiko dari herpes zoster meliputi sebagai berikut 5
. Bsia lebih dari #$ tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
4
daya tahan tubuhnya melemah. <akin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
&. 2rang yang mengalami penurunan kekebalan ,immuno*ompromised/
seperti HI= dan leukimia. Adanya lesi pada 2DHA merupakan
manifestasi pertama dari immuno*ompromised.
!. 2rang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
.. 2rang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang ,%ukman, &$!/.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
<anifestasi klinis dari herpes zoster, meliputi 5
. -ejala prodormal 5
a. Demam.
b. <alaise.
*. ?yeri kepala.
d. <ual.
e. Anoreksia.
-ejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan
parestesi pada dermatom yang terkena. -ejala ini terjadi beberapa hari
menjelang timbulnya erupsi. -ejala konstitusi, seperti sakit kepala,
malaise, dan demam, terjadi pada #( penderita ,terutama pada anak"
anak/ dan timbul "& hari sebelum terjadi erupsi.
&. 3erusakan integritas kulit
-ambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi
yang lokalisata dan unilateral. Carang erupsi tersebut melewati garis
tengah tubuh. Bmumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi
oleh salah satu ganglion saraf sensorik. Arupsi mulai dengan eritema
makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian
terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga.
)eminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
3rusta ini dapat menetap menjadi &"! minggu. 3eluhan yang berat
biasanya terjadi pada penderita usia tua. +ada anak"anak hanya timbul
keluhan ringan dan erupsi *epat menyembuh. @asa sakit segmental pada
penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah
menghilang. 0rekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak
5
pada dermatom torakal ,##(/, kranial ,&$(/, lumbal ,#(/, dan sakral
,#(/
!. -atal"gatal.
.. 3elemahan.
#. %engket pada kulit.
4. Adanya jaringan parut ,Isna, &$$:/.
<enurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi 5
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster
yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf
dari *abang ophtalmi*us saraf trigeminus ,?.=/, ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
-ejala prodromal berlangsug sampai . hari sebelum kelainan kulit
timbul. 0otofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar
dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
,?.=II/, ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster
yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster
yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.
5. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

7
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Bntuk pemeriksaan virus vari*ella zoster ,vzv/ dapat dilakukan
beberapa test yaitu 5
1. Tz!"# $%&'
a. +eparat diambil dari dis*raping dasar vesikel yang masi baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hemato>ylin"eosin,
giemsDs, wrightDs, toluidine blue ataupun papani*olaouDs. Dengan
menggunakan mikroskop *ahaya akan dijumpai multinuleated giant
*ells.
b. +emeriksaan ini sangat sensitifitasnya sekitar :.(.
*. 1est ini tidak dapat membedakan antara virus vari*ella zoester
dengan herpes simpleks virus.
2. D('&") *+,-'&$"&!) $$. (DFA)
a. +reparat diambil dari s*raping dasar vesikel tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan D0A kurang sensitive.
b. Hasil pemeriksaan *epat.
*. <embutuhkan mikroskop fluores*en*e.
d. 1est ini dapat menemukan antigen virus vari*ella zoester.
e. +emeriksaan ini dapat memebedakan antara vzv dengan herpes
simpleks virus.
3. P-+.%&'$& "/(! '&")(-! (P0R)
a. +emeriksaan dengan metode ini sangat *epat dan sangat sensitive.
b. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
s*raping dasar vesikel dan apabila sudah terbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat, dan E)0.
*. )ensifitasnya berkisar ;9"$$(.
d. 1est ini dapat menemukan ni*lei* a*id virus vari*ella zoester.
4. B(-1$( #,+()
Hasil pemeriksaan histopatologis 5 tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi epidemal dan a*antholysis. +ada dermis bagian atas
dijumpai adanya iympho*yti* infiltrate ,@amona, &$$;/.
2.2 DIAGNOSIS
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa
neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama"sama dengan timbulnya
kelainan kulit.! Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala
prodromal seperti demam, pusing dan malaise. 3elainan kulit tersebut mula"
mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula
yang dengan *epat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi
vesikel mula"mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat
pula ber*ampur darah. Cika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi
8
krusta. Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering diran*ukan dengan
penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis,
apendisitis, kolik renal, dan sebagainya.. ?amun bila erupsi sudah terlihat,
diagnosis mudah ditegakkan. 3arakteristik dari erupsi kulit pada herpes
zoster terdiri atas vesikel"vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa,
unilateral, dan mengenai satu dermatom ,Isna, &$$:/.
2.3 DIAGNOSIS BANDING
. =ari*ella
a. Herpes simpleks diseminata.
b. Herpes zoster diseminata.
*. Impetigo.
&. Herpes 6oster
a. Herpes simpleks virus.
b. Dermatitits kontak ,@amona, &$$;/.
2.14 PENATALAKSANAAN
1ujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah memper*epat proses
penyembuhan, mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik,
serta mengurangi risiko komplikasi. Bntuk )&'1( $(%)-%)(# terhadap
keluhan nyeri dapat diberikan !+5&)(# 5-+-!5! NSAID seperti asam
mefenamat ! > #$$mg per hari, indometasin ! > &# mg per hari atau
ibuprofen ! > .$$ mg per hari. 3emudian untuk infeksi sekunder dapat
diberikan !)(6(-)(#. )edangkan pemberian !)(7('+ $($)&%(#
direkomendasikan untuk pasien berikut 5
. Infeksi menyerang bagian kepala dan leher, terutama mata ,herpes
zoster oftalmikus/. 8ila tidak diterapi dengan baik, pasien dapat
mengalami keratitis yang akan menyebabkan penurunan tajam
penglihatan dan komplikasi o*ular lainnya.
&. +asien berusia lebih dari #$ tahun.
!. Herpes zoster diseminata ,dermatom yang terlibat multipel/
direkomendasikan pemberian antiviral intravena.
.. +asien yang imunokompromais seperti koinfeksi HI=, pasien
kemoterapi, dan pas*a transplantasi organ atau bone marrow. +ada
pasien HI=, terapi dilanjutkan hingga seluruh krusta hilang untuk
9
mengurangi risiko relaps.
#. +asien dengan dermatitis atopik berat
2bat antiviral yang dapat diberikan adalah asiklovir atau
modifikasinya, seperti valasiklovir, famsiklovir, pensiklovir. 2bat antiviral
terbukti efektif bila diberikan pada tiga hari pertama sejak mun*ulnya
lesi, efektivitas pemberian di atas ! hari sejauh ini belum diketahui.
Dosis asiklovir adalah # > :$$mg per hari dan umumnya
diberikan selama 9"$ hari. )ediaan asiklovir pada umumnya adalah
tablet &$$ mg dan tablet .$$ mg. +ilihan antiviral lainnya adalah
valasiklovir ! > $$$mg per hari, famsiklovir atau pensiklovir ! > &#$ mg
per hari, ketiganya memiliki waktu paruh lebih panjang dari asiklovir.
2bat diberikan terus bila lesi masih tetap timbul dan dihentikan & hari
setelah lesi baru tidak timbul lagi ,@amona, &$$;/.
Bntuk pengobatan topikal, pada lesi vesikular dapat diberikan
6&8# #+%(! ), 1/&!-+9z(!" untuk pen*egahan pe*ahnya vesikel.
8ila vesikel sudah pe*ah dapat diberikan antibiotik topi*al untuk men*egah
infeksi sekunder. 8ila lesi bersifat erosif dan basah dapat dilakukan
kompres terbuka. )ebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga
kebersihan lesi agar tidak terjadi infeksi sekunder. Adukasi larangan
menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih sulit untuk
sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi
sekunder. )elanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat
meredakan gatal. Bntuk mengurangi gatal dapat pula menggunakan losio
kalamin. Bntuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian dapat digunakan
dressing .!5 $)&'(+: !-!9-#+,$(* 8! non-adherent ,@amona, &$$;/.
+asien dengan komplikasi neuralgia postherpeti* dapat diberikan
)&'1( #-%6(!$( ), ),!55+ dengan pilihan sebagai berikut 5
. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dengan dosis $"&# mg per hari
pada malam hari.
&. -abapentin bila pemberian antidepresan tidak berhasil. Dosis
gabapentin $$"!$$mg per hari.
!. +enambahan opiat kerja pendek, bila nyeri tidak tertangani dengan
gabapentin atau antidepresan trisiklik saja.
.. 3apsai*in topi*al pada kulit yang intak ,lesi telah sembuh/,
10
pemberiannya dapat menimbulkan sensasi terbakar.
#. %ido*aine pat*h #( jangka pendek.
+ada herpes zoster otikus ,sindroma @amsay Hunt/ diindikasikan
pemberian #-')(#-$)&'-(8. 3ortikosteroid oral diberikan sedini mungkin
untuk men*egah paralisis dari nervus kranialis =II. Dosis prednisone ! > &$
mg per hari, kemudian perlu dilakukan tapering off setelah satu minggu.
+emberiannya dikombinasikan dengan obat antiviral untuk men*egah
fibrosis ganglion karena kortikosteroid menekan imunitas. ?amun perlu
diingat kontraindikasi relatif atau absolut kortikosteroid seperti diabetes
mellitus. +ada komplikasi seperti ini, rujukan kepada spesialis terkait sangat
dianjurkan ,@amona, &$$;/.
2.11 KOMPLIKASI
1. N&,'+5( 1$# /&'1&)("
?euralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuhan. ?euralgia ini dapat berlangsung selama
berbulan"bulan sampai beberapa tahun. 3eadaan ini *enderung timbul
pada umur diatas .$ tahun, persentasenya $ " # ( dengan gradasi
nyeri yang bervariasi. )emakin tua umur penderita maka semakin tinggi
persentasenya.
2. I!*&#$( $&#,!8&'
+ada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. )ebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.= keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. =esikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
3. K&+(!! 18 %)
+ada herpes zoster oftalmikus, kelainan yang mun*ul dapat
berupa 5 ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan
neuritis optik.
4. S(!8'-% R%$. H,!)
)indrom @amsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus
fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka
,paralisis 8ell/, kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan,
tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan
gangguan penge*apan.
11
5. P'+($($ %-)-'(#
+aralisis motorik dapat terjadi pada "#( kasus, yang terjadi
akibat perjalanan virus se*ara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke
sistem saraf yang berdekatan. +aralisis ini biasanya mun*ul dalam &
minggu sejak mun*ulnya lesi. 8erbagai paralisis dapat terjadi seperti5 di
wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Bmumnya akan sembuh spontan ,@amona, &$$;/.
2.12 MANAJEMEN NUTRISI
<anajemen nutrisi herpes zoster yang dimaksud disini adalah
memilih makanan yang senantiasa dapat meningkatkan sistem imun tubuh
dan memperbaiki pola hidup kearah yang lebih menyehatkan.
Diit untuk pasien herpes zoster 5
. <engkonsumsi makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori.
Angka kebutuhan -izi energi dan protein berdasarkan usia'umur
dan jenis kelamin 5
a. 3elompok usia $" 4 bulan
3e*ukupan energi 5 ##$ kkal
3e*ukupan protein 5 $ gr
b. 3elompok usia 9"& bulan
3e*ukupan energi 5 4#$ kkal
3e*ukupan protein 5 4 gr
*. 3elompok usia "! tahun
3e*ukupan energi 5 $$$ kkal
3e*ukupan protein 5 &# gr
d. 3elompok usia ."4 tahun
3e*ukupan energi 5 ##$ kkal
3e*ukupan protein 5 !; gr
e. 3elompok usia 9"; tahun
3e*ukupan energi 5 :$$ kkal
3e*ukupan protein 5 .# gr
f. 3elompok usia $"& tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &$#$ kkal
3e*ukupan protein 5 #$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 &$#$ kkal
3e*ukupan protein 5 #$ gr
g. 3elompok usia !"# tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &.$$ kkal
3e*ukupan protein 5 4$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
12
3e*ukupan energi 5 &!#$ kkal
3e*ukupan protein 5 #9 gr
h. 3elompok usia 4": tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &4$$ kkal
3e*ukupan protein 5 4# gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 &&$$ kkal
3e*ukupan protein 5#$ gr
i. 3elompok usia ;"&; tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &##$ kkal
3e*ukupan protein 5 4$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 ;$$ kkal
3e*ukupan protein 5 #$gr
j. 3elompok usia !$".; tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &!#$ kkal
3e*ukupan protein 5 4$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 :$$ kkal
3e*ukupan protein 5 #$gr
k. 3elompok usia #$"4. tahun
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &&#$ kkal
3e*ukupan protein 5 4$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 9#$ kkal
3e*ukupan protein 5 #$gr
l. 3elompok usia 4. tahun ke atas
Cenis kelamin laki"laki 5
3e*ukupan energi 5 &$#$ kkal
3e*ukupan protein 5 4$ gr
Cenis kelamin perempuan 5
3e*ukupan energi 5 4$$ kkal
3e*ukupan protein 5 .#gr
&. <eningkatkan asupan vitamin A dan E, karena kedua vitamin tersebut
merupakan vitamin yang sifatnya antioksidan serta men*egah dan
memperbaiki kerusakan sel tubuh.
a. =itamin A ,apri*ot, mangga dan ubi jalar/.
b. =itamin E ,paprika merah dan hijau, alpukat, jeruk, bawang dan
stroberi/.
!. Asupan vitamin 8& dan asam folat untuk memberikan perlindungan
pada saraf.
a. 8& ,daging tanpa lemak, kepiting dan susu/.
b. Asam 0olat ,kubis, beras merah dan jamur/.
SEBELUM TERKENA HERPES ;OSTER
13
Asupan mineral selenium untuk melengkapi sistem kekebalan tubuh
dan menjaga kulit agar tetap sehat dikombinasi dengan minyak biji rami
dan asam amino lisin dapat ditemukan pada biji"bijian, unggas, salmon dan
lobster.
<eningkatkan asupan vitamin A dan E, karena kedua vitamin
tersebut merupakan vitamin yang sifatnya antioksidan serta men*egah dan
memperbaiki kerusakan sel tubuh. =itamin A ,apri*ot, mangga, ubi jalar,
ikan dan telur/, vitamin E ,paprika merah dan hijau, alpukat, jeruk, bawang
dan stroberi/.
Asupan vitamin 8& dan asam folat untuk memberikan perlindungan
pada saraf. 8& ,daging tanpa lemak, kepiting dan susu/, asam folat
,ka*ang"ka*angan, kubis, beras merah dan jamur/.
SESUDAH TERKENA HERPES ;OSTER
+antangan makanan penyakit herpes zoster adalah makanan yang
mengandung arginine atau asam amino tingkat tinggi seperti ka*ang"
ka*angan, *okelat dan almond. Asam amino arginine ini diperlukan virus
herpes untuk proses replikasi. <engkonsumsi makanan yang mengandung
arginin tinggi dapat membuat herpes lebih sering kambuh.
2.13 PEN0EGAHAN
1indakan pen*egahan ditunjukan pada kelompok yang beresiko
tinggi untuk menderita vari*ella yang fatal seperti neonatus, pubertas atau
pun orang dewasa dengan tujuan men*egah atau pun mengurangi gejala
vari*ella. 1indakan pen*egahan yang dapat diberikan yaitu 5
1. I%,!($$( 1$(*
a. <enggunakan =6I-,vari*ella zoster immunoglobulin/.
b. +emberiannya dalam waktu ! hari ,kurang dari ;4 jam/ setelah
terpajang =6=,pada anak"anak imunokompeten terbukti men*egah
vari*ella sedangkan pada anak imunokompromais pemberian =6I-
dapat meningkat kan gejala vari*ella.
*. =6I- dapat diberikan pada yaitu 5
/ Anak"anak yang berusia F # tahun yang belum pernah
menderita vari*ella atau herpes zoster.
&/ Bsia pubertas G # tahun yang belum pernah menderita
vari*ella atau herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi
terhadap =6=.
!/ 8ayi yang baru lahir,dimana ibunya menderita vari*ella dalam
kurun waktu # hari sebelum atau .: jam setelah melahirkan.
14
./ 8ayi premature dan bayi usia kurang lebih . hari yang ibunya
belum ernah menderita vari*ella atau herpes zoster.
#/ Anak"anak yang menderita leukemia atau lymphoma yang
belum pernah menderita vari*ella.
d. Dosis 5 &# B'$ kg 88.
Dosis minimum 5 &# B dan dosis ma>simal 5 4&# B.
e. +emberian se*ara I< tidak diberikan I=.
f. +erlindungan yang dapat bersifat sementara.
2. I%,!($$( #)(*
a. =aksinasinya menggunakan vaksin vari*ella virus ,2ka strain/ dan
kekebalan yang didapat bertahan hingga $ tahun.
b. Digunakan di Amerika sejak tahun ;;#.
*. Daya proteksi melawan vari*ella berkisar antara 9"$$(.
d. =aksin efektif jika diberikan pada umur kurang lebih tahun dan
direkomendasikan diberikan pada usia &": bulan.
e. Anak yang berusia kurang lebih ! tahun yang tidak menderita
vari*ella direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih
tua diberikan dalam & dosis dengan .": minggu.
f. +emberian se*ara subkutan.
g. Afek samping 5 kadang"kadang dapat timbul deman atau pun reaksi
lokal seperti ruam makulopapular atau vasikel pada !"#( anak"
anak dan timbul $"& hari setelah pemberian pada lokasi
penyuntikan.
h. =aksin vari*ella 5 variva>
i. 1idak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat
menyebabkan terjadinya kongenital vari*ella ,@amona, &$$;/.
15
BAB III
ASUHAN KEPERA<ATAN PADA PASIEN
DENGAN HERPES ;OSTER
3.1 PENGKAJIAN
1. I8&!)()$ #+(&!
a. ?ama 5
b. Alamat 5
*. Bmur 5
d. Cenis kelamin 5
e. @as'suku bangsa 5
f. 8erat badan 5
g. 0aktor lingkungan 5
2. R(=.) K&$&/)!
a. 3eluhan Btama
-ejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal"
gatal pada daerah yang terkena pada fase"fase awal baik pada
herpes zoster maupun simpleks.
b. @iwayat penyakit sekarang
+enderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit
yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain
itu juga terdapat lesi'vesikel perkelompok dan penderita juga
mengalami demam.
*. @iwayat penyakit keluarga
1anyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau
teman dekat yang terinfeksi virus ini.
d. @iwayat penyakit dahulu
)ering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami
penyakit herpes simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
e. @iwayat psikososial
3aji respon pasien terhadap penyakit byang diderita serta peran
dalam keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun
masyarakat.
3. P-+ K&/(8,1!
a. Aktivitas dan Istirahat
Apakah pasien mengeluh merasa *emas, tidak bisa tidur karena
nyeri dan gatal.
b. +ola ?utrisi dan <etabolik
8agaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi penurunan nafsu
makan atau anoreksia.
16
*. +ola Aktifitas dan %atihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan
pola akifitas pasien.
d. +ola Hubungan dan peran
3lien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena
adanya gangguan *itra tubuh.
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. K&8! ,%,%
a. 1ingkat 3esadaran 5
b. 11= 5
2. H&8 T- T-&
a. 3epala
" 8entuk 5
" 3ulit kepala 5
b. @ambut
" Harna 5
" 8au 5
" 3eadaan 5
*. <ata ,+englihatan/
" +osisi 5
" +upil 5
" <assa'nyeri tekan 5
" +enurunan fungsi 5
d. Hidung ,+en*iuman/
" +osisi 5
" )ekret 5
" %esi 5
e. 1elinga ,+endengaran/
" +osisi 5
" %esi 5
" ?yeri tekan 5
" 1es pendengaran 5
f. <ulut dan gigi
" <ukosa 5
" Harna gusi 5
" +erdarahan 5
" 3ebersihan 5
g. %eher
" +osisi 5
" 3elenjar tiroid 5
" =ena jugularis 5
" ?yeri tekan 5
h. 1horak
" 8entuk 5
" +ernafasan 5
" 2tot bantu 5
i. Abdomen
" 8entuk 5
" 8enjolan 5
" <assa'nyeri tekan 5
" 1anda asites 5
17
" +embesaran hepar 5
" )uara abdomen 5
j. @eproduksi
+ada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra dan daerah anus.
)edangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayora dan minora, klitoris, introitus vagina dan serviks. Cika timbul
lesi, *atat jenis, bentuk, ukuran'luas,warna dan keadaan lesi. +alpasi
kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaranI pada beberapa
kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional
k. Akstremitas
1idak terdapat luka dan spasme otot.
l. Integumen
Ditemukan adanya vesikel"vesikel berkelompok yang nyeri,edema
di sekitar lesi dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
3.3 DIAGNOSA KEPERA<ATAN
. ?yeri akut berhubungan dengan agen injury.
&. 3erusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit.
!. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
3.4 INTER>ENSI KEPERA<ATAN
D(5!-$ 1 ?
D(5!-$
K&1&'=)!
NO0
(T,@,! A #'()&'( /$(+)
NI0
(I!)&'7&!$()
?yeri akut
berhubungan
dengan 5
agen injury
)etelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama J>&. jam pasien
dapat mengontrol nyeri
dengan indikator 5
" <engenali faktor
penyebab
" <engenali onset
" <enggunakan
metode pen*egahan
" <enggunakan
metode nonanalgetik
" <enggunakan
analgetik sesuai
kebutuhan
" <en*ari bantuan
" %akukan pengkajian
nyeri se*ara
komprehensif
" 2bservasi reaksi non
verbal
" -unakan teknik
komunikasi
terapeutik
" 3aji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
" Avaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
" Avaluasi bersama
pasien dan tim
18
tenaga kesehatan
" <elaporkan gejala
pada tenaga
kesehatan
" <enggunakan
sumber yang
tersedia
" <engenali gejala
nyeri
" <en*atat
pengalaman nyeri
sebelumnya
" <elaporkan nyeri
sudah terkontrol
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
*ontrol nyeri msa
lampau
" 8antu pasien dan
keluarga untuk
men*ari dan
menemukan
dukungan
" 3ontrol lingkungan
" 3urangi faktor
presipitasi
" 3aji tipe dan sumber
nyeri
" Ajarkan teknik
nonfarmakologi
" 8erikan analgetik
" Avaluasi keefektifan
kontrol nyeri
" 1ingkatkan istirahat
" 3olaborasi dengan
dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
D(5!-$ 2 ?
D(5!-$
K&1&'=)!
NO0
(T,@,! A #'()&'( /$(+)
NI0
(I!)&'7&!$()
3erusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan 5
kelembapan kulit
)etelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama J>&. jam
integritas jaringan kulit
dan mukosa normal
dengan indikator 5
" 1emperatur jaringan
" Inspeksi kondisi luka
" 2bservasi
ekstremitas untuk
warna, panas,
keringat, nadi,
tekstur, edema dan
luka
19
dalam rentang yang
diharapkan
" Alastisitas dalam
rentang yang
diharapkan
" Hidrasi dalam
rentang yang
diharapkan
" +igmentasi dalam
rentang yang
diharapkan
" Harna dalam
rentang yang
diharapkan
" 1ekstur dalam
rentang yang
diharapkan
" 8ebas dari lesi
" 3ulit utuh
" Inspeksi kulit dan
membran mukosa
untuk kemerahan,
panas, drainase
" <onitor kulit pada
area kemerahan
" <onitor penyebab
tekanan
" <onitor adanya
infeksi
" <onitor kulit adanya
rashes dan abrasi
" <onitor warna kulit
" <onitor temperatur
kulit
" Eatat perubahan kulit
dan membrane
mukosa
" <onitor kulit di area
kemerahan
D(5!-$ 3 ?
D(5!-$
K&1&'=)!
NO0
(T,@,! A #'()&'( /$(+)
NI0
(I!)&'7&!$()
Hipertermi
berhubungan
dengan 5
penyakit
)etelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama J>&. jam
pengaturan suhu tubuh
pasien normal dengan
indikator 5
" )uhu tubuh dalam
rentang normal
" ?adi dan @@ dalam
rentang normal
" 1emperatur kulit
sesuai dengan
" <onitor minimal tiap
& jam
" @en*anakan
monitoring suhu
se*ara kontinyu
" <onitor 1D, nadi dan
@@
" <onitor warna dan
suhu kulit
" <onitor tanda
hipertermi dan
hipotermi
20
rentang yang
diharapkan
" 1idak ada sakit
kepala
" 1idak ada nyeri otot
" 1idak lekas marah
" 1idak ada perubahan
warna kulit
" 1idak ada tremor
" 8erkeringat saat
kepanasan
" <enggigil saat
kedinginan
" Denyut nadi sesuai
dengan yang
diharapkan
" +ernafasan sesuai
dengan yang
diharapkan
" Hidrasi adekuat
" <elaporkan
kenyamanan suhu
tubuh
" 1ingkatkan intake
*airan dan nutrisi
" )elimuti pasien untuk
men*egah hilangnya
kehangatan tubuh
" Ajarkan pada pasien
*ara men*egah
keletihan akibat
panas
" Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
" 8eritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergensi yang
diperlukan
" Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
" 8erikan antipiretik
jika perlu
21
BAB I>
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela"zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. 8erdasarkan lokasi lesi,
herpes zoster dibagi atas5 herpes zoster oftalmikus, fasialis, brakialis,
torakalis, lumbalis, dan sakralis. <anifestasi klinis herpes zoster dapat
berupa kelompok"kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang
eritematosa. %esi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai
dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Cika diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu tes 1zan*k dengan menemukan
sel datia berinti banyak. +ada umumnya penyakit herpes zoster dapat
sembuh sendiri ,self limiting disease/, tetapi pada beberapa kasus dapat
timbul komplikasi. )emakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya
komplikasi.
4.2 SARAN
. <emberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
men*egah penularan dan memper*epat penyembuhan.
&. +enatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan men*egah terjadinya komplikasi.
"
"
22
DAFTAR PUSTAKA
"
Hartadi, )umaryo ). Infeksi =irus. Ilmu +enyakit 3ulit. Cakarta5 Hipokrates, &$$$I
;&"..
Handoko @+. +enyakit =irus. Ilmu +enyakit 3ulit dan 3elamin. Adisi 3e"..
Cakarta5 0akultas 3edokteran Bniversitas Indonesia, &$$#I $"&.
<artodihardjo ). +enanganan Herpes 6oster dan Herpes +rogenitalis. Ilmu
+enyakit kulit dan 3elamin. )urabaya5 Airlangga Bniversity +ress, &$$.
<ansjoer A, )uprohaita, Hardhani HI, )etiowulan H. +enyakit =irus. 3apita
)elekta 3edokteran. Adisi 3e"!. Cilid &. Cakarta5 <edia Aes*ulapius. &$$$, &:";.
%ynda Cuall *arpernito, @en*ana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis 3eperawatan dan <asalah 3olaboratif, ed. &, A-E,
Cakarta, ;;;.
<arilynn A. Doenges, @en*ana Asuhan 3eperawatan pedoman untuk
peren*anaan dan pendokumentasian pasien, ed.!, A-E, Cakarta, ;;;.
23

Anda mungkin juga menyukai