Anda di halaman 1dari 12

ASKEP PADA GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

PADA PASIEN HERPES ZOZTER

Kelompok I
Nama :
Hildayanti 201901008
Yayan 201901041
Irnawati 201901012
M. Hian Akhir 201901016
Sakina.W 201901030
Fenly Febrian 201701105
Cantika Larasati 201901005
Windy Indriani Pawane 201901040
Sarva M. Somat 201901031
Abuyasidul Bustani 201901001
Siti Rahayu 201901034
Muthiara Andini 201901021
Nadia 201901023

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah
infeksi virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan
varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat
unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.
Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia
yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein
Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8).
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya
melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart. 2002)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan
angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih
dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20
tahun. (Bruner dan Suddart. 2002)
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela,
virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung
saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris
ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi
menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah
menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan
lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena
keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular
merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang
terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten
setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi
hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang
terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster
generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau
pengobatan imunosupresi.

Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang


disertai pusing dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau
kejang. Lesi biasanya hilang dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang berdormansi
tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada
makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar
ultraviolet. (Bruner dan Suddart. 2002)

Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu


dengan mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh
virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.

Dari Latar belakang diatas maka penulis dapat meyimpulkan bahwa herpes
zoster adalah penyakit kulit disebabkan karena virus varisela zoster yang ditandai
dengan adanya nyeri hebat dan lesi pada kulit.

B. Tujuan.
1. Untuk memahami definisi dari herpes zoster.
2. Untuk memahami klasifikasi dari herpes zoster.
3. Untuk memahami etiologi dari herpes zoster.
4. Untuk memahami manifestasi klinis dari herpes zoster
5. Untuk memahami patofisiologi dari herpes zoster.
6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari herpes zoster.
7. Untuk memahami penatalaksanaan dari herpes zoster.
8. Untuk memahami komplikasi dari herpes zoster.
9. Untuk memahami prognosis dari herpes zoster.
10. Untuk memahami asuhan keperawatan dari herpes zoster.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut Smeitzer, Suzanne C (2002) Herpes Zoster adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini
merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan
kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi
ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella
(misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk
cacar air). (Smeitzer, Suzanne C.2001)
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982)  herpes zoster adalah radang kulit
dengan sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.

Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit
yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa
infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-
kadang infeksi berlangsung sub kronis.

Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik
yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks
posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit yang
dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.

Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh
virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.

Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang


disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes
zoster disebut juga shingles. Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”.

B. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes
viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik
dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan
gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer
pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer,
infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari
ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara
periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas
dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk
replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine
(thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi. (Harahap,Marwali.
2000)

C. Manifestasi klinis

1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal


lokal (nyeri otot tulang, gatal, pegal).

2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda,
199:107).

3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir
selalu unilateral menurut daerah penyerangnya dikenal :

a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata

b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan

c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut

d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.

e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia

f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.

(Prof.dr.Adhi Juwanda, 199:107)

D. Patofisiologi

Menurut (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

VIRUS VARISELA ZOESTER

Infeksi primer ,infeksi virus alfa menetap


dalam bentuk laten neuron dari ganglion

Presdisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan
maglinitas
Reaksi virus varisela zoeste

Vesikula tersebar

Respon inflamasi respon inflamasi kondisi kerusakan Ganggilion posterior, ganggilion


anterior lokal sistemik integritas kulit susunan saraf tepi dan bagian
motorik ganggion kranilas
kranialis

kerusakan saraf perifer gangguan respon psikologis gejala prodomal


gastroinstestinal sistemik
nyeri terjadi lesi pada kulit nyeri otot

Mk : gangguan demam,
Mk: gangguan kerusakan integritas mual,anoreksia kepercayaan diri pusing
istirahat dan tidur kulit dan malesie
Mk :Gangguan
rasa
reaksi inflamasi ketidaknyamanan
Mk : gangguan Mk :keseimbangan
gambar diri nutrisiMK
kurang dari
kebutuhan
Mk:hipertermi
Kurangnya pengetahuan

Terjadinya garukan pada lesi

Portde entree kuman

Mk : resiko infeksi

E. Pemeriksaan penunjang

Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :

1. Tzanck Smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya
akan dijumpai multinucleated giant cells

- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus

2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus

3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit

4. Pemerikasaan mikroskop electron

5. Kultur virus

6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ

7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

8. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal dengan


degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya
lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

F. Penatalaksanaan medis

Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik,


jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.Pada herpes zoster oftalmikus
mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau imunostimulator. Obat-obat ini
juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi imunitas.Indikasi pemberian
kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk
mencegah terjadinya parasialis. ( Judith M. Wilkinson. 2006)

Terapi serng digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah fibrosis


ganglion.Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi
dapat diberikan salep antibiotik.( Judith M. Wilkinson. 2006)

Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan
menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada
gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus.( Judith M. Wilkinson. 2006)
Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir,
famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda
kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda
sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami
kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang
dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau
salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan untuk
mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada
wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang
diteliti.

G. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika
urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata
a. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara
anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji
untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien
agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan
petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah
yang terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
b. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
d. Riwayat penyakit dahulu
Diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes
simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini
e. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.

3. Pola Kehidupan
a. Aktivitas dan Istirahat
Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster oftalmik, pasien mengalami penurunanan nafsu
makan karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien
tidak dapat mengunyah makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa
nyeri
c. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola
saat aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan
aktivitas .
d. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena
adanya gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran
2) TTV
b. Head To Toe
1) Kepala
Wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran :
merata dengan kulit )
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut
tertata rapi.
3) Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
4) Hidung (Penciuman)
Septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi,
dan tidak terdapat hiposmia.
5) Telinga (Pendengaran)
 Inspeksi
 Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
 Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
 Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media
dan mastoidius.
6) Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda,
tidak terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
7) Abdomen
 Inspeksi
 Bentuk : normal simetris
 Benjolan : tidak terdapat lesi
 Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Tidak terdapat massa / benjolan
 Tidak terdapat tanda tanda asites
 Tidak terdapat pembesaran hepar
8) Integument
 Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
 Edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.
 Akral hangat
 Turgor kulit normal/ kembali <1 detik
 Terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
B. Diagnosa keperawatan herpes zooster.
1. Gangguan nyeri b/d proses peradangan
2. Gangguan integritas kulit b/d proses peradangan

C. Rencana keperawatan/intervensi.
 DATA FOKUS
- Data Subjektif : Klien mengatakan terasa nyeri yang sangat sehingga
mengganggu istirahat tidurnya
- Data Objektif : Terdapat bintik merah dan vesikel serta bulat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herpes Zoster merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus varisela
yang berada laten di jaras saraf sensorik yang bersifat khas seperti gerombolan
vesitel unilateral dan radang ini dialami oleh seseorang yang tidak mempuyai
kekebalan terhadap varisela.

B. Saran
Berdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas , maka penulis mencoba
mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim
baik dokter , perawat sebagai pelaksana , klien maupun keluarga klien
untuk mendapatkan kemudahan didalam pelaksanaan asuhan keperawatan
demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik
2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya
infeksi virus Herpes Zoster.

Anda mungkin juga menyukai