Anda di halaman 1dari 21

ASKEP HERPES

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing :
Andi Nurhikma Mahdi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

Afrianti
Selvi
Hisrina Stiani Lastari
ruwiyani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
BAUBAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahamatnya sehingga
makalah dengan judul “Askep Herpes” dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran mupun materi. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Baubau, 03 Oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah infeksi
virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus
varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya
lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat
menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV),
Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama
dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart. 2002)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.
Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di
atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun. (Bruner dan Suddart.
2002)
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus
varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf
sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion
sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak
bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.
Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk
pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak
adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat
aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena
defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing
dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang. Lesi biasanya
hilang dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada
mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet. (Bruner dan Suddart. 2002)
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu dengan
mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
Dari Latar belakang diatas maka penulis dapat meyimpulkan bahwa herpes zoster
adalah penyakit kulit disebabkan karena virus varisela zoster yang ditandai dengan adanya
nyeri hebat dan lesi pada kulit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
varicella zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan terkadang berada
pada sel satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial kemudian
menyebar ke jaringan saraf yang sesuai dengan dermatomnya atau persyarafannya. Herpes
zoster ini menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi
primer dengan gejala nyeri, parestesia, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
erimatous dan edema (Sinaga, 2014).
Herpes zoster merupakan radang kulit akut dan setempat, biasanya terjadi pada orang
tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler
(Sihotang dkk., 2018). Biasanya infeksi virus bersifat ringan dan dapat sembuh sendirinya,
tetapi Herpes Zoster ini dapat menimbulkan keluhan nyeri yang menetap atau neuralgia paska
herpetik (NPH) yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup (Evina dkk., 2016).
Infeksi ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella,
seperti seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air.
Herpes zoster sering dikatakan sebagai cacar api atau cacar ular yang biasanya menyerang
kulit karena reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer dan kadang-kadang infeksi
berlangsung sub kronis (Pusponegoro dkk., 2014).
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster yaitu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles.
Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan sebutan dampa, cacar ular, dan cacar
api.Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh virus
Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles.
Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”.
2.2 Klasifikasi
1. Herpes zoster oftalmika

Herpes zoster oftalmika merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus. Biasanya ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit
dan infeksi ini diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai
gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal dapat berlangsug 1
sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata,
kelopak mata bengkak dan sukar dibuka (Sihotang dkk., 2018).

Gambar 1. Herpes zoster oftalmika sinistra

2. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis ditandai dengan adanya infeksi yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis. Biasanya ditandai dengan
erupsi herpetik unilateral pada kulit (Sihotang dkk., 2018).
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3. Herpes zoster Otikum

Herpes zoster otikum merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian telinga yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit (Sihotang dkk.,
2018).

4. Herpes zoster Servikalis

Herpes zoster servikalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian pundak dan lengan (Sihotang dkk., 2018).

5. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis dapat mengenai pleksus brakialis yang ditandai


erupsi herpetik unilateral pada kulit (Sihotang dkk., 2018). 

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra


6. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian dada dan perut terutama pada pleksus torakalis yang ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit (Sihotang dkk., 2018).

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra

7. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian bokong dan paha terutama pada pleksus lumbalis yang ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit. (Sihotang dkk., 2018).

Gambar 5. Herpes zoster lumbalis

8. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
sekitar anus dan genitalia terutamanya pada pleksus sakralis yang ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit (Sihotang dkk., 2018).
Gambar 6. Herpes zoster sakralis dekstra.
2.3 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus yang tergolong memiliki
inti DNA dan mempunyai kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk
simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200
nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat
menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan
ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise,
beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan
menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu
ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom (Pusponegoro dkk., 2014).

2.4 Manifestasi klinis


1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal
lokal (nyeri otot tulang, gatal, pegal) (Tabery, 2012).

2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta (Tabery, 2012).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan ham-
pir selalu selalu unilateral. Menurut daerah penyerangnya dikenal (Tabery,
2011):
a. Herpes zoster of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar getalia mata
b. Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
c. Herpes zoster torakalis : menyerang perut dan dada
d. Herpes lumbalis : menyerang bokong dan paha
e. Herpes sakralis : menyerang anus
f. Herpes zoster atikum : menyerang telinga
2.5 Patofisiologi
Menurut (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

VIRUS VARISELA ZOESTER

Infeksi primer ,infeksi virus alfa menetap


dalam bentuk laten neuron dari ganglion

Presdisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan maglinitas

Reaksi virus varisela zoester

Vesikula tersebar

Respon inflamasi respon inflamasi kondisi kerusakan Ganggilion posterior , ganggilion


anterior
lokal sistemik integritas kulit susunan saraf tepi dan bagian
motorik ganggion kranilas
kranialis

kerusakan saraf perifer gangguan respon psikologis gejala prodomal


gastroinstestinal sistemik
nyeri terjadi lesi pada kulit nyeri otot

Mk : gangguan demam,
Mk: gangguan kerusakan integritas mual,anoreksia pusing
kulit dan malesie citra tubuh
pola tidur Mk :Gangguan

Mk : gangguan rasa nyaman


Mk : deficit reaksi inflamasi
citra tubuh nutrisi
MK

Mk:hipertermi

Kurangnya pengetahuan

Terjadinya garukan pada lesi

Port de entree kuman

Mk : resiko infeksi

11
2.6 Pemeriksaan penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :

1. Tzanck Smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue
ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus

2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemerikasaan mikroskop electron
5. Kultur virus
6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
8. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya
lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

2.7 Penatalaksanaan medis


Berikut merupakan beberapa penatalaksanaan menurut Sinaga (2014):

a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah

 vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan


antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit

 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik

12
(basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x
sehari

2. Pengobatan sistemik
 Acyclovir dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya namun tidak
menyembuhkan infeksi herpes karena hanya dapat menurunkan keparahan
penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan
vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neu-
ralgia.

 Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara - A, Vira - A) dapat


diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
 Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune.
 Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri
dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
3. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan
dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi
opthamologis.

2.8 Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
13
jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
5) Paralisis motoric
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika
urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.

2.9 Prognosis
Herpes zoster merupakan penyakit self limiting atau dapat sembuh sendiri dan biasanya
sembuh dalam waktu 10:15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda dan sehat sangat baik
karena Pada orang tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya komplikasi herpes
zoster seperti neualgia pascaherpes, infeksi sekunder dan timbulnya jaringan parut.
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi
prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak imunokompromais, angka morbiditas
dan mortalitasnya signifikan. (Blackwell Science, 2000)

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien,
umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai
dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan
dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada
fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini
E. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam keluarga dan
masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.

3. Pola Kehidupan

A. Aktivitas dan Istirahat

15
Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan gatal.
B. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster oftalmik , pasien mengalami penurunanan nafsu makan ,
karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa nyeri
C. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola saat
aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan aktivitas .
D. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
2) Head To Toe
a. Kepala
wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran : merata
dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak
terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
 Inspeksi
 Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
 Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
 Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
f. Mulut dan gigi

16
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak terdapat
perdarahan gusi, dan gigi bersih.

g. Abdomen
 Inspeksi
 Bentuk : normal simetris
 Benjolan : tidak terdapat lesi
 Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Tidak terdapat massa / benjolan
 Tidak terdapat tanda tanda asites
 Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah

3. Diagnosa keperawatan herpes zooster.

1. nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis


2. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi

1.3 Rencana keperawatan/intervensi.

NO Luaran INTERVENSI RASIONAL


1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri untuk
intervensi keperawatan Observasi mengetahui
selama 3 X 24 Jam maka 1. Identifikasi lokasi, berapa berat
tingkat nyeri menurun karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, nyeri yang
intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : dialami
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang memperberat pasien.
dari meningkat dan memperingan nyeri untuk
menjadi cukup
Terapeutik mengajarkan
menurun
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
2. Meringis dari pasien apa
17
meningkat mengurangi rasa nyeri (teknik bila nyeri
menjadi cukup relaksasi nafas dalam) timbul
menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
3. Gelisah dari rasa nyeri (mis. Suhu  untuk
meningkat ruangan,kebisingan) mengurangi
menjadi menurun 3. Fasilitas istirahat dan tidur rasa nyeri
4. Kesulitan tidur
Edukasi
dari menurun
1. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu
menjadi menurun untuk
nyeri
5. Pola tidur dari mengetahui
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
cukup memburuk
3. Ajarkan teknik non farmakologis keadaan
menjadi membaik
untuk mengurangi rasa nyeri umum
Kolaborasi pasien.

Kolaborasi pemberian analgetic


untuk
mengurangi
rasa nyeri
secara
adekuat
 untuk
mengetahui
kebutuhan
tidur pasien
setiap hari
 agar pasien
lebih nyaman
dan dapat
tidur dengan
nyenyak
 Agar pasien
dapat
istirahat
dengan
nyaman.

2 Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit untuk


tindakan keperawatan mengetahui
18
selama 6x24 jam maka keadaan
Tindakan
Integritas Kulit dan umum
Jaringan meningkat pasien.
Observasi
dengan kriteria hasil : Untuk
- Identifikasi penyebab gangguan mengetahui
- Kerusakan
integritas kulit perkembanga
jaringan menurun
Terapeutik n peradangan
- Kerusakan
- Gunakan produk berbahan  Menurunkan
lapisan kulit
ringan/alami dan hipoalerguk pada resiko infeksi
menurun
kulit sensitive untuk
- Nyeri cukup
- Hindari produk berbahan dasar mengetahui
menurun
alcohol pada kulit kering berapa berat
- Kemerahan
Edukasi nyeri yang
cukup menurun
- Anjurkan menggunakan pelembab dialami
- Anjurkan minum air yang cukup pasien.
- Anjurkan meningkatkan asupan  Memberi
nutrisi informasi
- Anjurkan meningkatkan asupan dasar
buah dan sayur tentang
kondisi luka
dan cara
perawatan

Pengubahan
posisi
menurunka
n tekanan
pada
jaringan
edema
untuk
memperbai
ki sirkulasi

19
BAB IV

4.1 Kesimpulan
Herpes Zoster merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela yang berada laten di jaras saraf sensorik yang bersifat khas seperti
gerombolan vesitel unilateral dan radang ini dialami oleh seseorang yang tidak
mempuyai kekebalan terhadap varisela.

4.2 Saran
Berdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas , maka penulis
mencoba mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim baik
dokter , perawat sebagai pelaksana , klien maupun keluarga klien untuk
mendapatkan kemudahan didalam pelaksanaan asuhan keperawatan demi
terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik
2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah terjadinya infeksi
virus Herpes Zoster.

DAFTAR PUSTAKA
20
Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan
Noc. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Pusponegoro dkk., 2014. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Sinaga, 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. EGC: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai