Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HERPES ZOSTER

Disusun oleh :

Diah Ayu Afriani (2002019) Nurul Jannah (2004041)

Dona Agustia (2002022) Nurul Syifa Ramadina (2004042)

Fitriana Mozart (2004024) Sevi Hertina Sari (2002051)

Dosen Pengampu : Poppy Indrianti, S.Si, M.Farm

AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA JAKARTA

2020-2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 3

2.1 Definisi ........................................................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi ................................................................................................................... 4

2.3 Penyebab Herpes ........................................................................................................ 6

2.4 Faktor Resiko .............................................................................................................. 7

2.5 Gejala Herpes.............................................................................................................. 8

2.6 Diagnosis Herpes ...................................................................................................... 10

2.7 Pengobatan Herpes ................................................................................................... 11

2.8 Komplikasi Herpes ................................................................................................... 19

2.9 Pencegahan Herpes .................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 21


3.2 Saran ........................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah
infeksi virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan
varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat
unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang
dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes
pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang
samadan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart. 2002).

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan
angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih
dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah
20 tahun.(Bruner dan Suddart. 2002).

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi


varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,
virus tersebut tidak lagimenular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai
kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi
pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus
varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan
imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan
pejamu terhadap infeksi endogen.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang
terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten

1
setelah krusta terlepas.Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi
hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion
yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster
generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan
atau pengobatan imunosupresi.

Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang.
Lesi biasanya hilang dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang berdormansi
tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi
pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur
dan sinar ultraviolet.(Bruner dan Suddart. 2002). Secara umum pengobatan herpes
zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu dengan mengatasi inveksi virus akut,
mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah
timbulnya neuralgia paska herpetik.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
yg menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang
terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin). Herpes zosteradalah
radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai
dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang yang
tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982)herpes zoster adalah radang kulit dengan
sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.

Menurut Arif Mansyur, herpes zoster(campak, cacar ular) adalah penyakit


yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa
infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-
kadang infeksi berlangsung sub kronis.

Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik
yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks
posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit yang
dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.

Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan
oleh virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan
sensorik. Secara keseluruhan, virus herpes terbagi ke dalam tiga kelompok. Pembagian
kelompok virus herpes adalah sebagai berikut:

1. Alfa herpesvirus

Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang cepat, memiliki fase
infeksi laten (tersembunyi tanpa gejala), dan bisa kambuh. Contoh alfa herpesvirus
adalah HSV tipe 1 dan 2, serta varicella-zoster virus.

2. Beta herpesvirus

3
Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang panjang. Sel yang
terinfeksi sering kali membengkak dan virus dapat tersembunyi di dalam tubuh.
Beberapa sel yang sering terinfeksi virus ini adalah sel darah merah, ginjal, dan kelenjar
sekretori. Contoh beta herpesvirus adalah cytomegalovirus, herpesvirus 6, dan
herpesvirus 7.

3. Gamma herpesvirus

Kelompok virus ini khusus menyerang bagian sel atau limfosit T atau B pada tubuh
manusia. Contoh gamma herpesvirus adalah Epstein-Barr virus dan human herpesvirus
8.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap, Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:

A. Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf
trigeminus(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali
dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi
seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari
sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.

B. Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.

4
C. Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandaierupsi herpetik unilateral pada kulit.

D. Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

E. Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

F. Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

5
2.3 Penyebab Herpes

Terdapat delapan jenis virus herpes yang dapat menyerang manusia, yaitu
herpes simplex virus type 1 (HSV 1), herpes simplex virus type 2 (HSV 2), varicella-
zoster virus (VZV), Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus (CMV), herpesvirus 6
(HBLV), herpesvirus 7, dan herpesvirus 8 sarkoma kaposi.Artikel ini akan fokus
membahas kelompok alfa herpesvirus yang paling sering menyebabkan infeksi, yaitu:

1. Herpes simplex virus type 1 (HSV 1)

HSV 1 merupakan jenis virus herpes yang sering menyebabkan herpes oral
(mulut) atau herpes labial (bibir). Akan tetapi, HSV 1 juga dapat menyebar dari mulut
ke alat kelamin dan menyebabkan terjadinya herpes kelamin (genital) pada orang yang
menerima seks oral dari penderita herpes oral.

HSV 1 dapat menyebar melalui kontak langsung dari penderita herpes ke orang
yang sehat. Contohnya adalah lewat berciuman, berbagi pakai peralatan makan, atau
berbagi kosmetik bibir, seperti lipstik.HSV 1 juga dapat ditularkan dari penderita HSV
1 yang tidak mengalami gejala. Faktanya, sebagian besar penderita HSV 1 tertular oleh
penderita yang tidak mengalami gejala. Namun, risiko penularan akan lebih tinggi jika
terjadi kontak dengan penderita yang mengalami luka terbuka akibat HSV 1.

2. Herpes simplex virus type 2 (HSV 2)

HSV 2 merupakan penyebab utama penyakit herpes genital. Infeksi virus ini
bisa kambuh, frekuensi kekambuhannya akan bervariasi pada tiap penderitanya. Virus
HSV 2 menyebar melalui kontak langsung dengan luka yang dimiliki penderita herpes,
misalnya saat hubungan seksual. Selain itu, HSV 2 juga dapat ditularkan dari ibu kepada
bayinya pada saat persalinan.

3. Varicella-zoster virus (VZV)

VZV merupakan virus yang menjadi penyebab cacar air (varicella) dan cacar
ular (herpes zoster). Cacar air terjadi ketika varicella-zoster virus menginfeksi seorang
untuk pertama kali. Sedangkan, herpes zoster atau dikenal juga dengan herpes kulit
terjadi saat virus VZV yang mengalami fase laten kambuh kembali atau saat seseorang
terinfeksi virus ini dari seseorang yang sedang menderita herpes zoster.

6
VZV utamanya menular melalui kontak langsung dengan penderita cacar air.
Infeksi virus ini dapat dikenali dengan timbulnya bintil kulit yang berisi cairan
(vesikel). VZV juga dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan yang ada di
dalam vesikel atau percikan liur yang keluar saat penderita bersin atau batuk. Biasanya,
virus sudah berada di dalam tubuh penderita selama 7–21 hari sebelum ruam atau gejala
lainnya muncul. Namun, penderita sudah dapat menularkan virus varicella-zoster ke
orang lain sejak 48 jam sebelum munculnya ruam.

2.4 Faktor Risiko

Herpes dapat diderita oleh siapa saja dalam semua golongan usia. Akan tetapi,
infeksi virus herpes ini lebih rentan terjadi pada seseorang yang sering kontak dengan
penderita virus ini, seperti petugas medis atau anggota keluarga yang merawat
penderita herpes.Untuk jenis virus herpes simplex tipe 2, beberapa faktor berikut dapat
meningkatkan risiko terinfeksi virus ini:

a. Berjenis kelamin perempuan.


b. Bergonta-ganti pasangan seksual.
c. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
d. Menderita penyakit menular seksual.
e. Melakukan hubungan seksual di usia muda

Untuk infeksi virus VZV, beberapa faktor yang membuat seseorang lebih
berisiko terinfeksi adalah:

a. Berusia di bawah 12 tahun.


b. Pernah kontak langsung dengan penderita cacar air.
c. Bekerja atau beraktivitas di sekolah atau fasilitas khusus anak-anak, terutama jika ada
anak yang sedang mengalami cacar air.
d. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik akibat penyakit maupun obat-
obatan.
e. Tinggal bersama anak-anak yang mengalami cacar air

Selain bisa menyebabkan cacar air, virus VZV juga bisa menyebabkan herpes
zoster. Ada beberapa faktor dan kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami herpes zoster, yaitu:

7
a. Pernah menderita cacar air
b. Berusia 60 tahun ke atas
c. Sedang menjalani kemoterapi, radioterapi, atau menggunakan obat imunosupresan
d. Menderita penyakit yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti
HIV/AIDS atau kanker

2.5 Gejala Herpes

Infeksi herpes biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Gejala atau keluhan yang
bisa timbul pada tiap tahapan dapat berbeda-beda. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut
adalah tahapan-tahapan infeksi herpes:

I. Stadium primer
Stadium primer terjadi pada hari ke-2 hingga ke-8 setelah terjadinya infeksi
herpes. Gejala yang muncul pada fase ini adalah blister, vesikel, atau ruam lepuh pada
kulit yang berukuran kecil dan terasa sakit.Blister biasanya berisi cairan berwarna
bening atau keruh. Blister dapat pecah sehingga menimbulkan luka terbuka. Daerah
di sekitar blister juga akan berwarna kemerahan.
II. Stadium laten

Pada stadium ini, blister dan luka yang sebelumnya muncul akan mereda. Namun,
pada fase ini, virus sedang berkembang dan menyebar ke saraf dekat saraf tulang
belakang yang ada di bawah kulit.

III. Stadium peluruhan

Virus mulai berkembang biak pada ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang
terinfeksi terletak pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau
vagina, maka virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti air mani dan
lendir vagina. Biasanya, pada fase ini, penderita tidak mengeluhkan gejala khusus.

IV. Stadium rekurensi (muncul kembali)

Pada stadium ini, blister pada kulit yang terjadi di stadium primer dapat muncul
kembali, tapi biasanya tidak separah lepuhan dan luka yang sebelumnya. Gejala lain
yang bisa timbul pada stadium rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di
daerah infeksi pada stadium pertama.

8
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gejala atau keluhan saat terinfeksi virus
herpes bisa bervariasi, tergantung pada fase yang sedang terjadi, jenis virus yang
menginfeksi, dan bagaimana sistem kekebalan tubuh penderita. Perlu diingat, bahwa
tidak semua penderita herpes akan mengalami gejala yang sama. Pada beberapa orang,
kondisi ini kadang tidak menimbulkan gejala apa pun. Saat mengalami infeksi virus
herpes, akan muncul gejala umum penyakit infeksi. Beberapa gejala atau keluhan
tersebut adalah:

a. Demam.
b. Kelelahan.
c. Sakit kepala.
d. Nyeri otot.
e. Penurunan nafsu makan.
f. Pembengkakan kelenjar getah bening

Selanjutnya, akan muncul gejala sesuai dengan jenis virus herpes yang menginfeksi
dan lokasi atau bagian tubuh yang terinfeksi. Pada infeksi HSV 1 atau herpes oral,
gejala akan timbul pada mulut dan area di sekitarnya. Gejala yang dapat muncul
adalah:

a. Nyeri.
b. Gatal.
c. Rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi

Blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh berukuran kecil dan berwarna abu
kemerahan yang dapat pecah dan mengering dalam beberapa hari. Blister yang pecah
dapat menimbulkan luka dengan rasa nyeri sehingga bisa mengganggu proses makan.
Untuk penderita infeksi HSV 2 atau herpes genital, beberapa gejala yang umumnya
dialami adalah:

a. Pembengkakan pada kulit kelamin atau area di sekitarnya yang terasa gatal,
nyeri, dan disertai sensasi terbakar
b. Luka yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha
c. Sakit pada saat buang air kecil
d. Keluarnya cairan dari vagina
e. Kulit penis kering, perih, dan gatal

9
Sedangkan saat terinfeksi herpes zoster virus yang menyebabkan cacar air, akan
muncul ruam kulit berisi cairan (vesikel) yang gatal. Ruam cacar air ini akan tersebar
di seluruh tubuh. Jika penderita cacar air yang sudah sembuh kemudian mengalami
herpes zoster, akan muncul keluhan dan gejala, seperti rasa nyeri, panas, yang diikuti
dengan munculnya lepuh, pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.

2.6 Diagnosis Herpes

Untuk mendiagnosis herpes, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai


gejala, riwayat aktivitas, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan
melakukan pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya demam, jenis ruam atau lesi kulit
yang timbul, serta pola penyebaran lesi.

Dokter dapat mendiagnosis herpes melalui tanya jawab dan hasil pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan. Namun, pada beberapa kasus, untuk memperkuat diagnosis
dan memastikan jenis virus herpes yang menginfeksi, dokter bisa melakukan beberapa
pemeriksaan lanjutan, seperti:

a. Kultur virus

Kultur virus herpes bertujuan untuk mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur
virus herpes dilakukan dengan mengambil sampel melalui metode swab dari area kulit
atau genital yang terinfeksi, untuk selanjutnya di periksa di laboratorium. Pemeriksaan
kultur virus ini terutama dilakukan untuk mendeteksi atau mengkonfirmasi keberadaan
virus herpes, sekaligus menentukan jenis virus herpes yang menginfeksi.

b. Pemeriksaan Tzank

Pemeriksaan Tzank dilakukan dengan mengambil sampel dari ruam kulit untuk
selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan ini bisa menentukan
apakah lesi yang timbul disebabkan oleh virus herpes. Kendati demikian, pemeriksaan
ini tidak bisa mengidentifikasi jenis virus herpes yang menyebabkan infeksi.

c. Tes antibody

Saat terserang virus, tubuh memproduksi antibodi sebagai perlawanan. Tes


antibodi bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi terhadap virus herpes. Tes
10
antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah, kemudian dianalisis di
laboratorium untuk dicek keberadaan antibodi yang terbentuk akibat infeksi virus
herpes. Hasil tes antibodi akan sangat membantu diagnosis pada pasien yang tidak
mengalami luka atau lepuhan pada kulit. Pemeriksaan ini sering digunakan
mendiagnosis infeksi HSV 1 atau pun HSV 2.

Selain tes yang disebutkan di atas, pada beberapa kasus, dokter bisa
mempertimbangkan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), untuk mendeteksi
infeksi virus herpes, terutama yang telah menyebabkan infeksi pada mata atau sistem
saraf pusat.

2.7 Pengobatan Herpes dan mekanisme kerja obat

Pada umumnya, luka dan lepuhan akibat herpes dapat sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus masih mungkin tetap ada di
dalam tubuh penderita tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Hingga kini, belum ada
metode pengobatan yang dapat menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh. Fokus
pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan keluhan, mencegah penyebaran
herpes, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi Beberapa obat-obatan antivirus
dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:

 Acyclovir

11
Merek Dagang Topikal: Aciclovir, Acifar, Acyclovir, Azofir, Clinovir, Hufaclovir,
Inclovir, Lacyvir, Matrovir, Mediclovir, Molavir, Scanovir, Zenclovir, Zovirax, Zoter,
Acyclovir STADA.

Merek Dagang Oral: Acyclovir, Zovirax, Acifar, Clinovir, Zoter, Poviral, Atevir, Zorel
400.

Mekanisme Kerja Acyclovir / Farmakologinya:

Acyclovir adalah zat anti virus yang sangat aktif secara in vitro melawan virus herpes
simplex tipe I dan II, serta virus varicella zoster, setelah masuk kedalam sel terinfeksi,
acyclovir terfosforilasi membentuk senyawa aktif trifosfate. Tahap awal proses tergantung
pada enzim viral-coded thymidine kinase, acyclovir trifosfate berperan sebagai inhibitor
dan substrat untuk herpes-specified DNA polymerase yang mencegah sintesis DNA virus
tanpa mempengaruhi proses sel normal.

Dosis dan indikasi :

Varicella

 Dewasa : 5 x 800 mg selama 7 hari


 Pada anak dengan berat < 40 kg : 20 mg/kb/kali, 5 dosis sehari, selama 5 hari

Herpes Zoster

 Dewasa : 5 x 800 mg selama 7-10 hari


 Sediaan acyclovir intravena dapat dipertimbangkan pada pasien immunocompromised

Herpes Labialis

 Acyclovir topikal, dioleskan pada lesi sebanyak 5 kali sehari selama 4-5 hari.
 Acyclovir oral diberikan 5 x 200 mg selama 10 hari

Anak di bawah 2 tahun menggunakan ½ dosis dewasa. Anak di atas 2 tahun


menggunakan dosis dewasa.

Herpes Genitalis Primer

12
 Acyclovir oral diberikan 5 x 200 mg selama 10 hari.

Anak di bawah 2 tahun menggunakan ½ dosis dewasa. Anak di atas 2 tahun


menggunakan dosis dewasa.

 Acyclovir topikal, dioleskan pada lesi sebanyak 6 kali sehari selama 7 hari

Herpes Genitalis Rekuren

 Acyclovir diberikan 2 x 400 mg atau 3 x 200 mg atau 5 x 200 mg setiap hari selama
maksimal 12 bulan.

Keratitis Herpes

 Acyclovir diberikan secara oral dalam dosis 5 x 400 mg selama 10 hari, disertai salep
mata acyclovir, selama 10-14 hari.

Ensefalitis Herpes

 Ensefalitis akibat herpes simpleks dapat terjadi pada pasien dengan imunokompromais,
seperti pasien dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Pasien dengan
kondisi tersebut memerlukan terapi acyclovir intravena dengan dosis 10-15 mg/kgBB/8
jam selama 14-21 hari.

 Valacyclovir

13
Merek Dagang: Valtrex, Valcor, Centrex-1000, Herclov, Zostavir, Valcivir-500 /
1000, Inclovir, Valclovir-500, Valvir, Viranet-500, Iclofar

Mekanisme Kerja Valacyclovir / Farmakologinya:


Valacyclovir bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan virus penyebab
infeksi. Di dalam tubuh, valacyclovir akan diuraikan menjadi acyclovir. Obat ini tidak
dapat menghilangkan virus dalam tubuh tetapi mampu mengurangi gejala yang
ditimbulkan, mempercepat penyembuhan, serta mencegah infeksi kambuh kembali.

Dosis dan Aturan Pakai Valacyclovir

Tujuan: Mengatasi herpes genital

 Dewasa dan anak-anak: 500 mg, 2 kali sehari, selama 3–5 hari untuk kondisi herpes
genital yang mengalami kekambuhan atau sampai 10 hari untuk herpes genital yang
baru pertama kali terjadi.

Tujuan: Mengatasi herpes genital pada pasien dengan sistem imun lemah

 Dewasa dan anak-anak: 1.000 mg, 2 kali sehari, selama 5 hari untuk kondisi herpes
genital yang mengalami kekambuhan atau sampai 10 hari untuk herpes genital yang
baru pertama kali terjadi.

Tujuan: Mengatasi herpes zoster

 Dewasa: 1.000 mg, 3 kali sehari, selama 7 hari. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh
yang lemah dapat melanjutkan pengobatan selama 2 hari setelah bintil kering.

Tujuan: Mengatasi herpes labialis

 Dewasa dan anak-anak: 2.000 mg, setiap 12 jam untuk hari pertama.

Tujuan: Mencegah cytomegalovirus pada pasien dengan sistem imun yang


lemah

 Dewasa dan anak-anak: 2.000 mg, 4 kali sehari, pengobatan segera dilakukan setelah
transplantasi dan dilakukan selama 90 hari.

14
Tujuan: Mencegah kekambuhan herpes genital

 Dewasa dan anak-anak: 500 mg, sehari sekali. Dosis untuk pasien dengan sistem
kekebalan tubuh lemah adalah 500 mg, 2 kali sehari. Pengobatan akan dievaluasi ulang
setelah 6–12 bulan masa pengobatan.

Interaksi Valacyclovir dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi yang dapat terjadi jika valacyclovir dikonsumsi dengan
obat-obatan tertentu, antara lain:

 Peningkatan risiko terjadinya gagal ginjal jika dikonsumsi dengan obat-obatan yang
dapat mengganggu fungsi ginjal, seperti antibiotik aminoglikosida, methotrexate,
ciclosporin, pentamidine, atau tacrolimus
 Penurunan kemampuan ginjal untuk membersihkan valacyclovir jika dikonsumsi
dengan probenecid atau cimetidine

Efek Samping dan Bahaya Valacyclovir

 Sakit kepala
 Pusing
 Mual atau muntah
 Diare atau konsitipasi
 Sakit perut

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung reda atau
semakin parah. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau kesulitan
bernapas, atau mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

 Perubahan warna urine


 Penyakit kuning
 Hilang kesadaran atau kejang
 Denyut jantung tidak teratur
 Rasa lelah yang tidak biasa
 Mudah memar
 Gangguan mental, seperti perubahan mood, halusinasi, kebingungan

15
 Famciclovir

Merek Dagang: Famvir, Famcimac 500 / 250, Famciclovir Once, Herpinil-F 500,
Virovir 500, Penvir 250, Famzivir-250, Microvir-250, Viracure, Famtrex-250

Mekanisme Kerja Valacyclovir / Farmakologinya:


Farmakologi Famcyclovir melibatkan efek antivirus dengan cara menghambat
sintesis DNA sehingga mencegah replikasi virus. Farmakodinamik dimulai saat
Famcyclovir masuk ke dalam sel, kemudian dikonversi menjadi monofosfat oleh
enzim thymidine kinase yang diproduksi virus.

Efek samping famciclovir yang umum terjadi adalah:

 Mual, perut bergas, sakit perut


 Diare
 Sakit kepala, perasaan lelah
 Pusing, mengantuk
 Gatal ringan atau ruam kulit
 Mati rasa atau perasaan geli

Hentikan penggunaan Famciclovir dan hubungi dokter jika Anda memiliki efek
samping yang serius seperti:

 Kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali


 Kelemahan, kebingungan, rasa haus meningkat, kehilangan nafsu makan, muntah,
detak jantung berdebar atau berjeda di dada
 Bengkak, peningkatan berat badan, merasa sesak napas

Interaksi Obat :

16
Obat-obatan apa yang bisa mengganggu kerja obat Famciclovir?

Meskipun obat-obat tertentu tidak boleh digunakan bersamaan sekaligus, dalam kasus
lain dua obat yang berbeda dapat digunakan bersama bahkan jika interaksi mungkin
terjadi. Dalam kasus ini, dokter Anda mungkin dapat mengubah dosis, atau melakukan
tindakan pencegahan lainnya mungkin diperlukan. Beri tahu ahli kesehatan Anda jika
Anda sedang mengonsumsi obat resep atau obat non resep lainnya.

Apakah makanan dan minuman tertentu bisa mengganggu kerja obat Famciclovir?

Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan makanan
tertentu karena interaksi obat dapat terjadi. Mengonsumsi alkohol atau tembakau
dengan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan interaksi terjadi. Diskusikan
penggunaan obat Anda dengan makanan, alkohol, atau tembakau dengan penyedia
layanan kesehatan Anda.

Dosis :

Dosis famciclovir untuk herpes genital

Episode awal: 250 mg secara oral tiga kali sehari selama 7-10 hari telah
direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Episode berulang: 1000 mg secara oral dua kali sehari selama 1 hari; alternatif, 125 mg
secara oral dua kali sehari selama 5 hari telah direkomendasikan oleh CDC.

Famciclovir harus dimulai pada saat tanda atau gejala pertama dari episode berulang
muncul (seperti kesemutan, terbakar, gatal, nyeri, atau luka). Manfaatnya belum
diketahui bila obat mulai diminum lebih dari 6 jam setelah timbulnya gejala atau luka.

Dosis famciclovir untuk herpes simplex

Episode berulang herpes orolabial atau genital pada pasien yang terinfeksi HIV: 500
mg secara oral dua kali sehari selama 7 hari (5-10 hari direkomendasikan oleh CDC)
Famciclovir harus dimulai pada saat tanda pertama atau gejala dari episode berulang
muncul (seperti kesemutan, rasa panas, gatal, nyeri, atau luka). Manfaatnya belum
diketahui jika dimulai lebih dari 48 jam setelah timbulnya gejala atau luka.

17
Dosis famciclovir untuk herpes zoster

500 mg oral setiap 8 jam selama 7 hari. Famciclovir paling efektif jika dimulai dalam
waktu 48 jam dari timbulnya ruam. Manfaat belum diketahui jika dimulai lebih dari 72
jam setelah timbulnya ruam.

Dosis famciclovir untuk herpes simplex labialis

Herpes labialis berulang: 1500 mg secara oral sebagai dosis tunggal

Penggunaan Famciclovir paling efektif jika dimulai pada saat tanda awal atau gejala
dari sakit dingin muncul(seperti kesemutan, terbakar, gatal, nyeri, atau luka)

Berapa dosis famciclovir untuk anak-anak?

<18 tahun: Keamanan dan kemanjuran tidak diketahui; dapat dipertimbangkan pada
remaja

 episode awal: 250 mg PO tiap 8 jam selama 7-10 hari


 terapi penekanan: 250 mg PO tiap 12 jam hingga selama 12 bulan
 episode berulang: 125 mg PO tiap 12 jam selama 3-5 hari

Dalam dosis dan sediaan apa Etoposide tersedia?

Tablet, Oral: 125 mg, 250 mg, 500 mg

Selain obat antivirus, ada beberapa hal yang bisa Anda dilakukan untuk meredakan
keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes, yaitu:

1) Konsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.


2) Gunakan air suam kuku untuk mandi.
3) Kompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin.
4) Gunakan pakaian dalam berbahan katun.
5) Gunakan pakaian longgar.
6) Jaga area luka tetap kering dan bersih.

2.8 Komplikasi Herpes

18
Secara umum, infeksi akibat virus herpes jarang menimbulkan komplikasi
serius. Komplikasi infeksi virus herpes umumnya terjadi pada kondisi tertentu.
Misalnya, penderita herpes simpleks yang juga menderita HIV biasanya mengalami
gejala herpes yang lebih parah dan lebih sering kambuh.

Komplikasi akibat infeksi virus herpes juga bisa tergantung pada jenis virus
yang menginfeksi. Saat terinfeksi virus herpes simpleks, berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang bisa timbul:

 Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain


 Hepatitis
 Radang paru-paru
 Radang otak dan selaput otak
 Esofagitis
 Kematian jaringan retina mata

Pada cacar air, risiko terjadinya komplikasi umumnya akan meningkat pada
anak-anak, lansia, wanita hamil, atau orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah.
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat cacar air adalah:

 Ruam menyebar ke bagian mata


 Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala
 Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah yang terinfeksi

Jika dialami oleh ibu hamil, cacar air yang tidak ditangani dengan benar dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada bayi yang dikandungnya. Gangguan
tersebut bisa berupa gangguan penglihatan, retardasi mental, pertumbuhan lambat,
atau kepala yang memiliki ukuran lebih kecil.Sementara itu, komplikasi yang bisa
terjadi saat mengalami herpes zoster adalah:

 Post herpetic neuralgia, yaitu nyeri yang masih dirasakan walaupun lesi pada kulit
sudah menghilang
 Infeksi bakteri pada lokasi ruam
 Nyeri dan ruam yang menjalar hingga ke mata
 Sindrom Ramsay-Hunt, yaitu kondisi yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
wajah dan gangguan pendengaran

19
2.9 Pencegahan Herpes

Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan


dengan langkah-langkah berikut ini:

 Sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama yang memiliki luka
terbuka.
 Selalu cuci tangan secara rutin.
 Jika diberikan obat oles untuk mengatasi ruam, oleskan obat dengan menggunakan
kapas agar kulit tangan tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan makeup.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya
gejala penyakit herpes.
 Khusus bagi penderita herpes genital, segala bentuk aktivitas seksual selama masa
munculnya gejala herpes harus dihindari. Perlu diingat bahwa meskipun sudah
menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit yang
tidak terlindungi kondom

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu virus Herpes Simpleks tipe 1 dan 2.
dimana akibat yang ditimbulkan berupa luka pada kulit, rasa nyeri, panas, dan lepuhan
seperti luka terbakar.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung,


memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung, tidak memakai
benda bersama-sama dengan penderita herpes, dan menghindari faktor pencetus.

Upaya pengobatan yang dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat kumur


anestetik, mengkonsumsi vitamin C, dan memakai salep asiklovir.

3.2 Saran

Hendaknya kita selalu waspada terhadap virus herpes, karena virus herpes ini
penularannya sangat cepat dan berbahaya bisa menyebabkan kematin, vaksin cacar air sangat
membantu kita untuk membantu mencegah kita dari gejala penyakit yang parah serta
komplikasi yang ditimbulkan untuk itu semua anak perlu melakukan imunisasi varicella,
begitupun dengan orang dewasa yang belum pernah terserang cacar air perlu melakukan vaksin
ini, dan untuk orang tua yang memasuki usia 50 tahun perlu melakukan vaksin herpes zoster
yang dikenal dengan imunisasi varicella zoster, vaksin ini nantinya yang akan membantu
mencegah keparahan gejala dan komplikasi akibat herpes zoster.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://studylibid.com/doc/203106/makalah-herpes-zoster

https://www.alodokter.com/herpes

https://www.alomedika.com/obat/antiinfeksi/antivirus/asiklovir/indikasi-dan-dosis

https://www.alodokter.com/valacyclovir

https://hellosehat.com/obat-suplemen/famciclovir/

22

Anda mungkin juga menyukai