Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT SCABIES

DI SUSUN
OLEH :

FATRA TAIB
(2118016)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SCABIES” dan
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna
dan juga bermanfaat serta menambah wawasan tentang pengetahuan kita semua
tentang pentingnya Mempelajari Kesehatan Komunitas. Dalam pembuatan
makalah ini kami sangat menyadari masih sangat banyak terdapat kekurangan di
sana sini dan masih butuh saran untuk perbaikannya.

 Akhir kata, semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah di


mengerti dan dapat di pahami maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan
kata dalam penulisan makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan di
hati pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAK.......................................................................
Konsep Dasar Penyakitscabies.............................................................
A. Definisi scabies...................................................................................
B. etilogi scabies.....................................................................................
C. Klasifikasi scabies..............................................................................
D. patofisologis scabies...........................................................................
E. menifestasi klinisscabies.....................................................................
F. cara penularan scabies........................................................................
G. penatalaksanaan scabies.....................................................................
H. komplikasih scabies............................................................................
Konsep dasar asuhan keperawatan scabies........................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Simpulan .........................................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS menjadi
salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu menyelesaikan
berbagai penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya PHBS tersebut tentunya
tidak bisa dilaksanakan secara sendirian oleh masyarakat.Dalam hal ini
dibutuhkan peran kerjasama dengan berbagai pihak terkait.Peran tenaga
kesehatan dalam hal ini menjadi sesuatu yang amat penting. Dengan
lingkungan yang kurang bersih dan kurang nya pengetahuan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat maka akan menimbulkan dampak buruk di lingkungan
serta pribadi setiap individu. Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan
berbagai macam penyakit menular seperti diare, demam berdarah, thypoid,
muntaber dan sebagainya (Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat,
misalnya di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di
tempat-tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga,
di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa
indikator perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan,
diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah
siswa, tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada
sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
(Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-
kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks,
elastic dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda , dari kulit yang
berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak
kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang
dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya;
kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium,
kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang
berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m².
Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan
dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga
lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau
subkutis (Harahap, 2000).
infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.Terutama di
negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit kulit antara lain karena
terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di indonesia penyakit kulit menempati
urutan ke -3 setelah infeksi saluran napas dan diare. Penyakit kulit tidak dapat
disembunyikan dan tidak mengenal usia. Oleh karena itu dewasa maupun anak-
anak dapat terkena penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang merupakan
daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga memudahkan
tumbuhnya jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur juga banyak
ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah pemukiman
rentan terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu skabies. Maka itu
perlu adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi dan
perawatan pada klien yang menderita penyakit kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies
telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat menjangkiti
semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Angka kejadian
skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Kejadian
skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang maupun juga terjadi pada
negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi secara sporadik atau dalam
bentuk Universitas Sumatera Utara endemik yang panjang. Angka kejadian
skabies di India adalah 20,4%. Menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6-
12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-gatal
terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan tidur. Gatal-
gatal ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan sekret tungau pada
bagian yang terinfeksi yang didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah
(rash). Tempat predileksi terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis seperti
jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak
depan, pusar, daerah pantat, alat kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola
pada wanita. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada
tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan
panjang yang bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok.
Terowongan ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung
terowongan dapat ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit
diabetes melitus, rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah asuhan
keperawatan pasien dengan scabies?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
pasien scabies
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien scabies
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien scabies
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR SCABIES


1. pengertian
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei
var. Hominis.penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit,
terutama di antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa
muda.kadang terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa
lainnya, tempat skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan
kemungkinan melalui busana dan sprei yang tercemar.diagnosis sering
terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk waktu yang lama (goodheart,
2013).
Penyakit skabies pada manusia dapat menimbulkan gejala klinis gatal, oleh
karena itu dapat menyebabkan kegelisahan pada penderita.penyakit ini banyak
dijumpai di daerah tropis terutama dikalangan anak-anak dari masyarakat yang
hidup dalam lingkungan yang tertutup atau berkelompok, dengan tingkat
sanitasi dan sosial ekonomi yang relative rendah.timbulnya penyakit ini
disebabkan oleh pola dan kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar, salah
satu faktor yang dominan yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan
bersama dengan kontakyang relative erat (martadinata, 2000).
Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, norwegian itch, gudikan,
gatal agogo, budukan, penyakit ampera.skabies adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh sarcoptes scabeivarian hominis, yang penularannya terjadi
secara kontak langsung (harahap, 2000).
Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies akan
menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanandalam
menjalani aktivitas kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal, terutama
pada malam hari. Gatal yang terjadi terutama di sela-sela jari tangan, di bawah
ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola (area sekeliling putting
susu) dan permukaan depan pergelangan, sehingga akan timbul perasaan malu
karena sangat mempengaruhi penampilan seseorang (Aminah dkk, 2015).
Skabies sering di jumpai pada orang-orang yang seksual-aktif.Namun
demikian, infestasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena
kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat
menimbulkan infeksi.Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang
terinfeksi atau sering berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber
infeksi.Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan
pasien skabies juga dapat terinfeksi (Muttaqin dkk, 2011).
Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat
menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti infeksi sekunder. Hal inilah
yang harus di cegah dalam pola perilaku masyarakat yang menganggap enteng
suatu penyakit yang padahal bisa menjadi penyakit lain yang lebih serius.
Untuk itu, perlu sekali tindakan berupa penyuluhan untuk menambah wawasan
masyarakat dan juga tindakan pencegahan dari masyarakat agar keadaan tidak
menjadi memburuk (Prabowo, 2016).
Diagnosis skabies perlu dipertimbangkan jika seseorang mengeluh gatal hebat
dan menetap, terutama jika anggota keluarga lain, pasangan, atau sesama
penghuni suatu institusi, misalnya panti asuhan maupun sekolah, mengalami
gejala serupa.Meskipun skabies paling sering dijumpai pada kondisi
lingkungan yang kumuh dan padat namun penyakit ini terdapat di seluruh
dunia dan tidak terbatas pada mereka yang kurang mampu atau yang hygiene
perorangannya kurang.Orang Amerika-Afrika dan Afro-Karibia janrang
terjangkit skabies; penyebabnya tidak diketahui (Goodheart, 2013).
B. etiologi
Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit kulit scabies
adalah scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak
fisik yang erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat tidur,
perabot rumah, jarang terjadi.Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan
pada suhu kamar 21°c dengan kelembaban relative 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina, dan
kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
dalam epidermis; kemudian membentuk terowongan di dalam stratum
korneum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari.Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian
berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi kutu dewasa
dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari. Kemudian kutu
mati di ujung terowongan.Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang
berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea (Harahap,
2000).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x
150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di
depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2008).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat
hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari,
dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki.Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari (Djuanda, 2008).
C. klasifikasi scabies
Skabies berdasarkan tingkat keparahannya yaitu diantaranya :
a. Skabies pada orang bersih
Skabies pada orang yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya
cukup bisa salah didiagnosis.Biasanya sangat sukar ditemukan
terowongan.Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada bayi, lesi terdapat di muka.
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan
gembala.Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan,
lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh
sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
d. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksihipersensitivitas.Tempat yang sering dikenai
adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap
beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun
walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.
e. Skabies incognito
Obat steroid atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada.Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical
yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini mungkin
disebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
f. Skabies terbaring di tempat tidur (bed-ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
g. Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata,
eritema, dan distrofi kuku.Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini
melindungiSarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena
populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini
sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat
ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang
banyak.Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia
dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan
diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau
setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksik jangka panjang)
(Harahap, 2000).

D. patofisiologi

Tungau skabies
penderitasendiri dan
digaruk

Kontak kulit kuat


(bersalaman dan bergandengan)

Timbul Lesi pada


pergelangan tangan

yang menyebabkan
sensitivitas terhadap
secret

Waktu 1 bulan
setelah infestasi

Timbul papul,
vesikel, urtika timbul
erosi, eks koriosi, krusta

Digaruk infeksi sekunder

Kelainan kulit
dermatitis menyebar luas
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling
efisien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu
yang terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan hingga tiap hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan matidan
kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva
dan kutu dewasa.Kurang dari 10 % dari telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala
(kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui
epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons
imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk (Mutaqqin,2011).
E. menifestasi klinis
Ada 4 tanda cardinal berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan
daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak
dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup tungau ini.      
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
tersebut. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul
hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika
penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan
furunkulsis.
6. cara penularan
1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes
scabiei var, animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,
terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
7. penatalaksanaan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh
dipakai bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari
karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian
dan dapat menimbulkan iritasi.   
b. Emulsi benzyl-benzoat
20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama
3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida
(gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk obat pilihan
arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi
seminggu kemudian.
d. Krokamiton
10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax)
hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-
turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin
5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia.
f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat
8. komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari
pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia
pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Fatra taib NIM: 2118014

Unit : lingkungan stik gia Autoanamnese : ya


Kamar : Alloananmnese : tidak
Tgl masuk RS :
Tgl pengkajian:

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny R
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : islam/Gorontalo
Warga Negara : indonesia
Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : klining serfis
Alamat rumah : desa bubaa

II. DATA MEDIK


Diagnosa medic :-

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT : merasa tidak nyaman saat berdekatan
dengan orang lain dan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.
B. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik :6
b) Respon bicara
: 5
c) Respon membuka mata
:4
Jumlah : 15
Kesimpulan:
2) Tekanan darah : 130/80 mmHg
MAP: - mmHg
Kesimpulan :
3) Suhu : 36,9 °C Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 22 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea

Jenis : dada Perut


5) Nadi : 76x/menit
Irama : teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas :-
2. Tinggi badan : 153
3. Berat badan : 63
4. IMT :-
Kesimpulan :
D. GENOGRAM
Keterangan :

Laki-laki
Perempuan
Meninggal

Pasien
------- Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit: semua aktifitas dilakukan

2) Riwayat penyakit saat ini:


a). Keluhan utama : gatal

b). Riwayat keluhan utama: gatal

3) Riwaya penyakit yang pernah dialami:-

4) Riwayat kesehatan keluarga:-


5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : tampak normal
b) Kulit kepala : normaltidak berketombe
c) Kebersihan kulit : normal tidak sianosis
d). Higiene rongga mulut : tampak normal
e) Kebersihan genitalia : -
f) Kebersihan anus : -

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan makannya 2-3 dalam
sehari.

2) Keadaan sejak sakit:sama seperti biasa

Observasi:kurang semangat

3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : bersih tapi sudah beruban
b) Hidrasi kulit : tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c) Palpebra/conjungtiva: tampak normal
d) Sclera: tampak normal
e) Hidung: tampak bersih
f) Rongga mulut: tampak bersih
Gusi: tampak normal
g) Gigi: tampak berwaran putih
h) Kemampuan mengunyah keras: ya
i) Lidah: tampak berwarna ping
j) Pharing: -
k) Kelenjar getah bening: -
l) Kelenjar parotis: -
m) Abdomen: -
- Inspeksi :
- Auskultasi :
- Palpasi :
- Perkusi : asites positif negatif
n) Kulit
-Edema negatif
-Ikterik negatif

o) Lesi:pada kulit
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
4) Terapi :

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :normal

2. Keadaan sejak sakit :normal

3. Observasi: pasien tidak dehidrasi

4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif
d) mulut uretra :
e) anus:
- peradangan :
- Hemoroid :
- Fistula :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit:
mengerjakan pekerjaannya sebagaimana biasanya

2. Keadaan sejak sakit : tetap melakukan aktivitas biasanya

3. Observasi :
a)Akitivitas harian :
- Makan :0
- Mandi :0
- Pakaian :0 1. mandiri
- Kerapihan :0 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Buang air besar :0 4. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil :0 5. bantuan penuh

- Mobilisasi ditempat tidur:0


b) Postur tubuh : simetris
c) Gaya jalan : tegak
d) Anggota gerak yang cacat : berfungsi semua
e) Fiksasi : -
f) Tracheostomi :-
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : -
Kesimpulan : -
b) Perfusi perifer pembuluh kuku : -
c) Thorax dan pernapasan :-
- Inspeksi :-
Bentuk thorax : -
Sianosis : -
Stridor : -
- Palpasi :
Vocal fremitus :
- Perkusi : sonor redup pekak.
Batas paru hepar :
Kesimpulan :

- Auskultasi :
Suara napas : -
Suara ucapan : -
Suara tambahan : -
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis :
- Palpasi :
Ictus cordis :
- Perkusi :
Batas atas jantung :
Batas kanan jantung :
Batas kiri jantung :
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : -
Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -
Bunyi jantung I M : -
Bunyi jantung II irama gallop: -
Murmur : -
HR : x/menit
Bruit : Aorta :
A. Renalis : -
A. Femoralis : -
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak :

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif
Kanan : positif negatif
- Clubbing jari-jari :
- Varises tungkai :
f) Columna vertebralis :
- Inspeksi :
- Palpasi :
N. III-IV-VI :
N. VIII Romberg Test : positif negatif.
N. XI :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
Hasil pemeriksaan:-
b) Lain-lain :- -
6.. Terapi medik :
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :baik

2. Keadaan sejak sakit :tidur, tapi bbangun ketika mengalami gatal


3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif
Banyak menguap : positif negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif
4. Therapi : -

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit : mampuh mengambil keputusan sendri

2. Keadaan sejak sakit : mengambil keputusan, dan melibatkan


keluarga

3. Obervasi :-

4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : -
- Visus : -
- Pupil : -
- Lensa mata : -
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : -
b) Pendengaran :
- Pina :
- Kanalis :
- Membran timpani :
- Tes pendengaran :
c) N. I :
d) N.II :
e) N.V :
f) N.VII :
g) N.VIII :
h) Test Romberg :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium :
b) Lain-lain :
c) Therapi :

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit : selalu percya diri

2. Keadaan sejak sakit :pasrah dengan keadaan yang di hadapi.

3. Observasi :tetap menjalani segala cobaan yang di alaminya


a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : baik
d) Postur tubuh : gemuk

4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata :
b) Abdomen :buncit
Bentuk :lipatan
Bayangan vena : warna biru
Benjolan massa :-
c) Kulit : lesi : keriput
d) Penggunaan protesa :-
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit : selalu berhubungan baik

2. Keaadaan sejak sakit : baik

3. Observasi :
tetap berhubungan baik dengan orang lain tetapi kadang tidak mau
bergabung dengan lingkungan sekitar

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit : normal

2. Keadaan sejak sakit : normal

3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium :
b) lain-lain :
6. Therapi :
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES
1. Keadaan sebelum sakit :-

2. Keadaan sejak sakit : -


3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
Berbaring : mmHg
Duduk :130/80 mmHg
Berdiri : mmHg
Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif
b) HR : x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : -
Basah : -
5. Therapi : -

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit : masih melakukan perintah-perintah yang
di ajarkan dalam agama

2. Keadaan sejak sakit : jarang sekali melakukan perintah yang di


ajarkan oleh agama, tetapi percaya bahwa dengan keadaan seperti
itu merupakan bagian dari pengguggur dosanya
3. Observasi : pasien masih berusaha untuk membiasakan kebersihan
terhadap dirinya sendiri

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji


C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengeluh merah Kurangnya
pengetahuan serta
dan basah yang terasa gatal
kemampuan
pada kulit. financial
DO : Tampak merah pada
kulit klien dan kelihatan Hygiene yang buruk
basah dan klien
menggaruknya dengan Liur dan secret dari gangguan rasa nyaman
kutu masuk ke dalam
kuku.
kulit
TTV :
TD : 130/80 mmHg
Merangsang respon
HR : 78 x/i gatal pada tubuh
RR : 20 x/i
T : 36,9ºc Timbul rasa gatal
2 DS :
− Klien mengatakan gatal
dan sering terjadi pada
Gatal
malam hari.
− Klien mengatakan apabila
Mengaktifasi RAS
sudah terbangun karena
gatal akan sulit untuk Gangguan pola tidur
Klien terjaga
memulai tidur lagi.
− Klien mengatakan
Klien sulit tidur
tidurnya kurang.
DO :
Di sekitar tangan klien
tampak banyak lecet dan
bekas garukan.
Tampak lingkaran hitam
hitam di sekitar mata klien.
− Klien tampak lelah.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ketidak patuhan dalam
membersihkan diri.
2. gangguan pola tidur berhubungan dengan timbulnya rasa gatal pada malam
hari
E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan rasa nyaman Setelah 1. Agar dapat
berhubungan dengan dilakukan meningkatkan
ketidak patuhan dalam intervensi 1. Siapkan jadwal efektivitas obat
membersihkan diri. keperawatan 3x pemberian obat. dengan
24 jam di pemberian secara
harapkan tepat dan teratur.
Integritas kulit
klien membaik 2. Bantu klien 2. Agar tidak
dan dapat untuk pemberian terjadi kerusakan
dipertahankan obat topical untuk kulit dengan
dengan. daerah yang sulit pemberian obat
Kriteria hasil: dijangkau. topical secara
Gatal pada kulit menyeluruh pada
klien tidak daerah yang
menyebar, lesi susah di jangkau
dan rasa gatal klien.
pada kulit klien 3. Ajarkan 3. Agar tidak
berkurang. teknik-teknik terjadi infeksi
mencegah infeksi yang disebabkan
yaitu tidak oleh kerusakan
menggaruk lesi integritas kulit.
dan menjaga
kebersihan kulit.

4. Anjurkan 4. Agar tidak


memakai pakaian menekan dan
yang longgar dan memberikan rasa
mampu menyerap nyaman.
keringat
5.Kolaborasi 5.Membantu
dalam pemberian mencegah
obat sesuai terjadinya infeksi
program
pengobatan.
2. gangguan pola tidur Setelah 1. Kaji waktu 1.Mengetahui
berhubungan dengan dilakukan tidur klien. apakah
timbulnya rasa gatal intervensi kebutuhan tidur
pada malam hari keperawatan 3x klien terpenuhi
24 jam di klien terpenuhi.
harapkan
Istirahat tidur 2. Klien tidak 2. Untuk
terpenuhi karena sering terbangun memenuhi
berkurangnya pada malam hari. kebutuhan
rasa gatal. istirahat tidurnya.
Dengan kriteria
hasil: 3. Ciptakan 3. Agar klien
Rasa gatal suasana yang istirahat dengan
berkurang dan membuat klien tenang.
klien dapat tidur merasa nyaman
nyenyak pada misalnya tempat
malam hari tidur yang bersih
dan rapi

F. Implementasi

No Hari/Tanggal jam Implementasi


1. Senin 1. Menyiapkan jadwal pemberian obat yaitu
17/05/2021 09:00- dengan melibatkan klien dan keluarga Ny. S dalam
12:00 pemberian jadwal pengobatan dengan salap yang
digunakan adalah Ultrasiline. Jadwal pemberian
obat yaitu pada saat pagi hari setelah mandi dengan
air yang bersih dan pada sore hari setelah mandi.
2. Membantu klien untuk pemberian obat topical
untuk daerah yang sulit dijangkau seperti
pemberian salap pada daerah punggung klien.

3. Mengajarkan teknik-teknik mencegah infeksi


yaitu tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan
kulit dengan cara tidak menggaruk lesi ataupun
daerah yang gatal dengan menggunakan kuku yang
panjang dan kotor sebaiknya menggunakan sarung
tangan yang bersih dan mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum mengoleskan salap pada daerah
yang gatal.

4. Menganjurkan memakai pakaian yang longgar


dan mampu menyerap keringat tujuannya supaya
gatal tidak meradang dan tidak lengket apabila
adanya gatal yang masih bernanah.

5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat


sesuai program pengobatan seperti bekerja sama
dengan klien maupun keluarga klien untuk rutin
memberikan obat salap
2 Selasa 08:00- 1. Mengkaji waktu tidur klien seperti klien
18/05/2021 11:00 mengatakan tidur pada pukul 10 malam dan sering
terbangun pada malam hari apabila merasa gatal
kulit dan sulit untuk memulai tidur lagi.

2. Menanyakan klien masih sering terbangun pada


malam hari atau tidak. Ny. S mengatakan setelah
teratur mengoleskan salap pada pagi hari dan sore
hari setelah mandi menggunakan sabun dan air
bersih, tidak menggaruk lesi dan gatal dengan
menggunakan tangan yang bersih dan kuku yang
tidak panjang, gatal yang dirasakan pada malam
hari berkurang.
G. Evaluasi

No Diagnose keperawatan Evaluasi


1. S: klien mengatakan sudah tidak
memerah dan sudah mulai
mengering.

O : Lesi dan bekas gatal sudah tidak


memerah lagi dan tidak ditemukan
tanda-tanda menyebarnya lesi. TD :
130/80 mmHg HR : 78 x/i RR : 20
x/i

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi di lanjutkan.

2. S : Klien mengatakan istirahat tidur


terpenuhi, klien dapat tidur nyenyak
dan rasa gatal berkurang atau hilang.

O : Tidak ditemukan lingkaran hitam di


sekeliling mata klien dan wajah
klien tampak segar.
TD : 120/80 mmHg
HR :84 x/i
RR : 22 x/i

A :Masalah teratasi sebagian.

P :Intervensi dilanjutkan.
BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya
di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-
tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga, di
lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa
indikator perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan,
diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah
siswa, tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada
sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
(Azizah, 2012).

B. SARAN
Demi kesembuhan pasien kita mengharapkan keluarga selalu mengawasi dan
memantu pasien untuk menghindari faktor-faktor pencetus yang dapat
membuat penyakit Bronkitis pada pasien kambuh. Dan Disarankan untuk
memahami hal-hal yang berkaitan dengan Bronkhitis sehingga dapat dilakukan
upaya-upaya yang bermanfaat untuk mencegah maupun menangani penyakit
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Patricia A. Dan Anne Griffin Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta:
EGC

Djuanda, Adh. Hamzah, Mochtar. Dan Aisah, Siti, (2008). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKUI

Goodheart, Herbert, (2013). Buku Ajar Diagnosis Fotografik Dan


Penatalaksanaan Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Nursalam, (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep & Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Hartanti.meilani.co.id, 2014. Asuhan Keperawatan pada Skabies. Diakses


pada tanggal 27 Mei 2016.

Azizah.umi.co.id, 2012. Skabies pada Manusia. Diakses pada tanggal 28 Mei


2016.

Wartonah.go.id, 2003. Asuhan Keperawatan pada Skabies. Diakses pada


tanggal 01 Juni 2016.

Repository.unand.ac.id, 2010. Laporan Kasus pada Skabies Kepaniteraan


Klinik. Diakses pada tanggal 01 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai