DI SUSUN
OLEH :
FATRA TAIB
(2118016)
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAK.......................................................................
Konsep Dasar Penyakitscabies.............................................................
A. Definisi scabies...................................................................................
B. etilogi scabies.....................................................................................
C. Klasifikasi scabies..............................................................................
D. patofisologis scabies...........................................................................
E. menifestasi klinisscabies.....................................................................
F. cara penularan scabies........................................................................
G. penatalaksanaan scabies.....................................................................
H. komplikasih scabies............................................................................
Konsep dasar asuhan keperawatan scabies........................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Simpulan .........................................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat yang popular dengan istilah PHBS menjadi
salah satu program pemerintah yang diharapkan mampu menyelesaikan
berbagai penyakit dan masalah kesehatan.Terciptanya PHBS tersebut tentunya
tidak bisa dilaksanakan secara sendirian oleh masyarakat.Dalam hal ini
dibutuhkan peran kerjasama dengan berbagai pihak terkait.Peran tenaga
kesehatan dalam hal ini menjadi sesuatu yang amat penting. Dengan
lingkungan yang kurang bersih dan kurang nya pengetahuan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat maka akan menimbulkan dampak buruk di lingkungan
serta pribadi setiap individu. Lingkungan yang kumuh juga akan menimbulkan
berbagai macam penyakit menular seperti diare, demam berdarah, thypoid,
muntaber dan sebagainya (Rahayu dkk, 2012).
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat,
misalnya di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di
tempat-tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
individu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga,
di lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa
indikator perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan,
diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah
siswa, tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada
sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
(Azizah, 2012).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-
kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks,
elastic dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda , dari kulit yang
berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak
kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitaliaa orang
dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya;
kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium,
kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa.Kulit
yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang
berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2008).
Kulit merupakan pembungkus yang elastic yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15 persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m².
Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan
dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit terbagi atas tiga
lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau
subkutis (Harahap, 2000).
infeksi kulit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.Terutama di
negara berkembang. Beberapa penyebab penyakit kulit antara lain karena
terinfeksi bakteri, jamur ataupun virus. Di indonesia penyakit kulit menempati
urutan ke -3 setelah infeksi saluran napas dan diare. Penyakit kulit tidak dapat
disembunyikan dan tidak mengenal usia. Oleh karena itu dewasa maupun anak-
anak dapat terkena penyakit ini.Kondisi geografis Indonesia yang merupakan
daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi juga memudahkan
tumbuhnya jamur, sehingga penyakit kulit karena terinfeksi jamur juga banyak
ditemukan (Prakoso, 2009).
Pada masyarakat yang tinggal di daerah kumuh dan daerah pemukiman
rentan terjadinya infeksi virus pada kulit salah satunya yaitu skabies. Maka itu
perlu adanya pergerakan dari tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi dan
perawatan pada klien yang menderita penyakit kulit seperti skabies.
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies
telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Skabies dapat menjangkiti
semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Angka kejadian
skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun. Kejadian
skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang maupun juga terjadi pada
negara maju, seperti di Jerman skabies terjadi secara sporadik atau dalam
bentuk Universitas Sumatera Utara endemik yang panjang. Angka kejadian
skabies di India adalah 20,4%. Menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh indonesia tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6-
12,95%. Skabies di indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering (Prabowo, 2016).
Pada manusia gejala klinis skabies yang ditimbulkan adalah gatal-gatal
terutama pada malam hari, yang dapat mengganggu ketenangan tidur. Gatal-
gatal ini disebabkan karena sensitiasi terhadap ekskret dan sekret tungau pada
bagian yang terinfeksi yang didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah
(rash). Tempat predileksi terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis seperti
jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipatan ketiak
depan, pusar, daerah pantat, alat kelamin bagian luar pada laki-laki dan aerola
pada wanita. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada
tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dan
panjang yang bervariasi, rata-rata 1 cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok.
Terowongan ini ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder, di ujung
terowongan dapat ditemukan vesikel atau papula kecil (Iskandar, 2000).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit
diabetes melitus, rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah asuhan
keperawatan pasien dengan scabies?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
pasien scabies
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien scabies
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien scabies
BAB II
PEMBAHASAN
D. patofisiologi
Tungau skabies
penderitasendiri dan
digaruk
yang menyebabkan
sensitivitas terhadap
secret
Waktu 1 bulan
setelah infestasi
Timbul papul,
vesikel, urtika timbul
erosi, eks koriosi, krusta
Kelainan kulit
dermatitis menyebar luas
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling
efisien adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu
yang terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan hingga tiap hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan
sumber alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan matidan
kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total
60-90 telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva
dan kutu dewasa.Kurang dari 10 % dari telur yang dapat menghasilkan kutu
dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala
(kotoran) yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui
epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons
imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk (Mutaqqin,2011).
E. menifestasi klinis
Ada 4 tanda cardinal berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan
daerah dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak
dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina
bermukim agak dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup tungau ini.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
tersebut. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul
hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika
penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan
furunkulsis.
6. cara penularan
1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes
scabiei var, animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,
terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
7. penatalaksanaan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh
dipakai bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari
karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian
dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat
20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama
3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida
(gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk obat pilihan
arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi
seminggu kemudian.
d. Krokamiton
10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax)
hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-
turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin
5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia.
f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin)
akibat
8. komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari
pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia
pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny R
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : islam/Gorontalo
Warga Negara : indonesia
Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : klining serfis
Alamat rumah : desa bubaa
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas :-
2. Tinggi badan : 153
3. Berat badan : 63
4. IMT :-
Kesimpulan :
D. GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
------- Tinggal serumah
Observasi:kurang semangat
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : bersih tapi sudah beruban
b) Hidrasi kulit : tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c) Palpebra/conjungtiva: tampak normal
d) Sclera: tampak normal
e) Hidung: tampak bersih
f) Rongga mulut: tampak bersih
Gusi: tampak normal
g) Gigi: tampak berwaran putih
h) Kemampuan mengunyah keras: ya
i) Lidah: tampak berwarna ping
j) Pharing: -
k) Kelenjar getah bening: -
l) Kelenjar parotis: -
m) Abdomen: -
- Inspeksi :
- Auskultasi :
- Palpasi :
- Perkusi : asites positif negatif
n) Kulit
-Edema negatif
-Ikterik negatif
o) Lesi:pada kulit
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
4) Terapi :
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :normal
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif
d) mulut uretra :
e) anus:
- peradangan :
- Hemoroid :
- Fistula :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -
3. Observasi :
a)Akitivitas harian :
- Makan :0
- Mandi :0
- Pakaian :0 1. mandiri
- Kerapihan :0 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Buang air besar :0 4. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil :0 5. bantuan penuh
- Auskultasi :
Suara napas : -
Suara ucapan : -
Suara tambahan : -
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis :
- Palpasi :
Ictus cordis :
- Perkusi :
Batas atas jantung :
Batas kanan jantung :
Batas kiri jantung :
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : -
Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -
Bunyi jantung I M : -
Bunyi jantung II irama gallop: -
Murmur : -
HR : x/menit
Bruit : Aorta :
A. Renalis : -
A. Femoralis : -
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak :
3. Obervasi :-
4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : -
- Visus : -
- Pupil : -
- Lensa mata : -
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : -
b) Pendengaran :
- Pina :
- Kanalis :
- Membran timpani :
- Tes pendengaran :
c) N. I :
d) N.II :
e) N.V :
f) N.VII :
g) N.VIII :
h) Test Romberg :
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium :
b) Lain-lain :
c) Therapi :
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata :
b) Abdomen :buncit
Bentuk :lipatan
Bayangan vena : warna biru
Benjolan massa :-
c) Kulit : lesi : keriput
d) Penggunaan protesa :-
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit : selalu berhubungan baik
3. Observasi :
tetap berhubungan baik dengan orang lain tetapi kadang tidak mau
bergabung dengan lingkungan sekitar
3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium :
b) lain-lain :
6. Therapi :
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP
STRES
1. Keadaan sebelum sakit :-
F. Implementasi
P : Intervensi di lanjutkan.
P :Intervensi dilanjutkan.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya
di lingkungan rumah tangga, di lingkungan pendidikan maupun di tempat-
tempat umum.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah tangga, di
lingkungan pendidikan maupun di tempat-tempat umum. Terdapat beberapa
indikator perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pendidikan,
diantaranya adalah tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah
siswa, tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas, tidak ada
sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
(Azizah, 2012).
B. SARAN
Demi kesembuhan pasien kita mengharapkan keluarga selalu mengawasi dan
memantu pasien untuk menghindari faktor-faktor pencetus yang dapat
membuat penyakit Bronkitis pada pasien kambuh. Dan Disarankan untuk
memahami hal-hal yang berkaitan dengan Bronkhitis sehingga dapat dilakukan
upaya-upaya yang bermanfaat untuk mencegah maupun menangani penyakit
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. Dan Anne Griffin Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta:
EGC
Djuanda, Adh. Hamzah, Mochtar. Dan Aisah, Siti, (2008). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKUI