Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ISK

KMB II SISTEM PERKEMIHAN

ADELYA PRATIWI RAHIM 2118023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas dengan judul “” Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan tugas ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................................
Daftar isi...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................................................
C. Tujuan studi kasus.............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................
A. Pengertian.................................................................................................................................
B. Etiologic ...................................................................................................................................
C. Faktor resiko.............................................................................................................................
D. Patofisiologi..............................................................................................................................
E. Manifestasi klinik......................................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................................
A. Pengkajian.........................................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................
C. Perencanaan keperawatan..................................................................................................................
D. Implementasi keperawatan................................................................................................................
E. Evaluasi keperawatan........................................................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal
itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml
urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal yang menunjukkan bahwa adanya
kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria
bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan :
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang
lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain
yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang
menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung
kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan
dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah pembentukan selaput
mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba.
Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita
yang sudah mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi
saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai
antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab
yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran
kenari yang terletak tepat di bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat
menyebabkan obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan
normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena tingginya kadar
glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih
neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk
berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ISK

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar penulis dapat :
a. Mampu mendefinisikan ISK
b. Mengetahui etiologi dari ISK
c. Mengetahui faktor risiko dari ISK
d. Mengetahui patofisiologi dari ISK
e. Mengetahui manifestasi klinis dari ISK
f. Mengetahui pemiriksaan diagnostik dari ISK
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dari ISK
h. Mengetahui Asuhan keperawatan dari ISK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran kemih mulai dari uretra, buli-buli, ureter, sampai jaringan ginjal dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti
Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp. Infeksi saluran
kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada bayi dan anak dengan gejala demam.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu
sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagaian besar infeksi saluran kemih disebabkan
oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebab. Infeksi bakteri tersering adalah
yanng disebabkan oleh E.coli, suatu organisme yang sering ditemukan di daerah anus.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (biasanya perkembangbiakan bakteri)
pada saluran kemih meliputi uretra hingga ginjal dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Bakteriuria bermakna adalah bila ditemukan dibiakan urin pertumbuhan bakteri sejumlah ˃100.000 per
mL. urin segar atau 10⁵ cfu/mL atau leukosturia ˃10/LPB(yang diperoleh dengan cara pengambilan
yang steril atau tanpa kontaminasi)
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi system nomor dua paling sering setelah ingfeksi saluran
nafas yang terjadi pada populasi dunia dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11%
pada pria diatas 65 tahun. ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan pada
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, yang mencapai kira-kira 40-60% dari infeksi
nosocomial. ISK merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering dikomunitas dan hamper
10% orang pernah terkena ISK dalam hidupnya. Data dari WHO tahun 2011 menunjukkan sekitar 150
juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita ISK.
B. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus
kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata Escharichia coli
menduduki tempat kemudian diikuti oleh:
a. Proteus sp
b. Klebsiella
c. Enterobacter
d. Pseudomonas
Di dunia dilaporkan bahwa Escharichia coli merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran kemih
(ISK) yaitu mencapai 85% untuk infeksi community acquired dan 60% infeksi hospital-acquired. Pada
infeksi community-acquired juga dijumpai kuman enterobactericeae gram negatif lain seperti proteus
mirabilis dan klebsiella pneumoniae, sementara untuk gram positif didapati kuman seperti
enterococcus faecalis dan staphylococcus saprophyticus.
C. Faktor risiko
Dalam kondisi normal saluran kemih bersifat steril dan infeksi berkembang bila virulensi bakteri
melampaui mekanisme pertahanan inang. Terjadinya ISK dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia,
jenis kelamin, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Prevalensi infeksi infeksi asimtomatik hingga 30% pada laki-laki
maupun perempuan bila di serta faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit
ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes melitus pasca transplant asi ginjal, nefropato analgesik,
penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron, dan kateterisasi.
Infeksi asenden sering ditemukan terutama pada perempuan karena uretra pendek sehingga infeksi
mudah naik. Pada lelaki, infeksi asendens dapat terjadi pada instrumentasi atau kateterisasi. Infeksi
saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari kandung kemih bila tahu vesikoureter paten sehingga
tidak terdapat refluks vesikoureter.
Umumnya infeksi dicegah oleh lancarnya arus kemih. Setiap statis, gangguan urodinamik, atau
hambatan arus merupakan faktor pencetus infeksi. Selain faktor lokal tersebut, perlu dipertimbangkan
juga faktor pencetus umum, misalnya diabetes melitus dengan atau tanpa neuropati penurunan
imunitas, supresi sistem imun, atau malnutrisi.
Terdapat hubungan kausal yang erat antara ISK dengan urolithiasis dan obstruksi saluran kemih. Statis
urine, urolithiasis, dan ISK merupakan peristiwa yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling
memicu, saling memberatkan, dan saling mempersulit penyembuhan. Infeksi, trauma, dan tumor dapat
menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis yang
memudahkan infeksi. Lingkungan statis dan infeksi memungkinkan terbentuk batu yang juga akan
menyebabkan bendungan dan memudahkan infeksi karena bersifat sebagai benda asing.
D. Patofisiologi
Saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada
saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urine.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu ascending, hematogen, limfogen,
atau langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari
pemakaian instrumen.
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan ascending, tetapi a
sending lebih sering terjadi.
a. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan immunosuppressive. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya
fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara
hematogen adalah staphylococcus aureus, salmonella so, pseudomonas, candida so, dan
protecus so. Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :
1. Adanya bendungan total aliran urine
2. Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya
presipitasi obat intratubular, misalnya sulfonamide.
3. Terdapat faktor vascular misalnya kontriksi pembuluh darah
4. Pemakaian obat analgesic
5. Pijat ginjal
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Penderita diabetes mellitus
b. Infeksi asending
1. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme
kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit
seperti basil difteroid, streptpkokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada
wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periurethral dan vestibular
vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak
usus tidak jauh dari tempat tersebut pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada
daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. kolonisasi E.coli
pada wanita didaerah tersebut diduga karena:
1) Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
2) Berkurangnya antibodi local
3) Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
2. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan
jelas titik beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam
kandung kemih adalah :
1) Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita
daripada laki-laki disebabkan karena :
a) Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
b) Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret
prostat merupakan antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urine pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena
tekanan urine. Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah
pengeluaran urine.
3) Faktor lain misalnya
a) Perubahan hormonal pada saat menstruasi
b) Bersihan alat kelamin bagian luar
c) Adanya bahan antibakteri dalam urine
d) Pemakaian obat kontrasepsi oral
e) Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan
kandung kemih

Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga
tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung tiga faktor
yaitu:

a) Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pengenceran urine
b) Efek antibakteri dari urine karena urine mengandung asam organik yang bersifat bakteriostatik selain itu
urine mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan PH yang rendah
c) Organisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsic
Organisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan mukopolisakarida dan
glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik yang
dihasilkan bersifat lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel
mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya
infeksi sangat tergantung pada keseimbangan antara kesepakatan proliferasi bakteri dan adanya tahan
mukosa kandung kemih
Eradikasi bakteri dan kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal-hal sebagai berikut: adanya
urine sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih
yang tinggi atau inflamasi sebelumnya pada kandung kemih.
d) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Ini disebabkan ole refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks
internal. Vesicoureteral adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga
aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal tidak berfungsinya valvula vesikoureter ini disebabkan
karena:
 Meme dedeknya bagian intravaskuler ureter yang biasa terjadi secara kongenital
 Edema mukosa ureter akibat infeksi
 Tumor pada kandung kemih
 Penebalan dinding kandung kemih
E. Manifestasi klinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh
letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala
umumyaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan
urin bahkan mungkin demam atau tanda siskemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi
tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umunya gejala batu saluran kemih merupakan akibat
obstruksi aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
1. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kosterverbal), dapat dalam bentuk pegal hingga kolik
atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal
yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena.
4. Batu tampak pada pemeriksaan penelitian
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK terdiri dari
analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskopis urin segar tanpa putar kultur urine, serta jumlah
kuman/mal urin.
Pemeriksaan infeksi saluran kemih digunakan urine segar atau urine pagi. Urine pagi adalah urine
yang pertama-tama diambil pada bagian hari setelah bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang
diperlukan adalah pemeriksaan pada sedimen dan protein dalam urine. Sampel urine yang sudah
diambil, harus segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa, maka
sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam format.
Bahan untuk sampel urine dapat diambil dari:
 Urine porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air sabun dan NaCl
0,9%
 Urine yang diambil dengan kateterisasi 1 kali
 Urine hasil aspirasi suprapubik
Bahan yang dianjurkan adalah urine porsi tengah dan aspirasi suprapubik.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
a. Analisa urin (uronalisis) Pemeriksaan urinalisis meliputi:
 Leukosuria (ditemukan leukosit dalam urin).Dinyatakan positif jika terdapat 5
atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin
 Hematuria (temukan nya eritrosit dalam urin).Merupakan petunjuk adanya
infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per
lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa adanya kelainan atau penyakit
lain misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis) Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
 Mikroskopis. Bahan : urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan)Positif jika
temukan satu bakteri ke lapangan pandang
 Biakan bakteri Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih
c. Periksaan kimia. Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.
Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:
ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaan nya mencapai 90% dengan spesifitas
99%.
d. Tes dip slide (tes plat-celup) Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan
cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri.
e. Pemeriksaan penunjang lain. Meliputi: radiologi (Rontgen), IVP (pielografi intra Vena),
USG dan scanning, pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya
tidaknya batu atau kelainan lainnya.
f. Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi: Bakteriologi/biakan
urin. Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
 Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
 Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih
 Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
kateterisasi urine
 Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan
 Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode biakan urine antara lain ialah dengan plat agar konvesional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif relatif praktis digunakan dan
memiliki ambang aktivitas sekitar 10 sampai 10 CFU (colong forming unit) kuman.Pada biakan urin
dinilai jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes tivitas terhadap
antimikroba (dalam satuan mm luas zona hambatan). Pada uretra bagian distal, daerah perianal,
rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat sejumlah flora normal seperti lactobacillus dan
streptococcus epidermis. untuk membedakan infeksi saluran kemih yang sebenarnya dengan
mikroorganisme kontaminan tersebut, maka hal yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering
terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urine yang murni tanpa kontaminasi dan kerap kali
terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang menyulitkan penegakan diagnosis infeksi saluran
kemih.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. DENTIFIKASI PASIEN
Nama initial : Ny. T
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : islam/Gorontalo
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Gorontalo
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat rumah : Jln. Trans Sulawesi dusun II palu-palu
2. DATA MEDIK
Diagnosa medic : INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
3. KEADAAN UMUM
a. KEADAAN SAKIT :
Pasien terlihat lemas. Pasien juga mengeluh jika ingin BAK pasien merasakan
nyeri pada bagian saluran kemihnya sampai pada bagian pinggang terasa nyeri .
Dan mengeluarkan kencing hanya sedikit saja
b. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik : 6
b) Respon bicara : 4
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 14
Kesimpulan: Compasmentis (CM)
2) Tekanan darah : 110/80 mmHg
MAP: mmHg
Kesimpulan : Normal


3) Suhu : 36 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 26 x/menit
Irama: √teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis :  dada Perut
5) Nadi :84 x/menit
Irama : teratur
 tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah

B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 35 cm
2. Tinggi badan : 150 cm
3. Berat badan : 43 kg
4. IMT : 19,1 kg/m²
Kesimpulan : normal
C. GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

------- : Tinggal serumah

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit
Sebelum pasien mengetahui bahwa dia terkena penyakit infeksi saluran kemih. Pasien
biasanya mersakan nyeri pada saluran kemih dan merasakan jarang untuk BAK dan pasien
mengira bahwa itu hal yang wajar sehingga pasien tidak memeriksanya di Puskesmas
terdekat atau di klinik terdekat.
2) Riwayat penyakit saat ini: pasien mengeluh mersakan nyeri pada saluran kemihnya
dan rasa nyerinya tidak seperti sebelmunya pasien juga merasa pada bagian saluran kemihnya
sudah mulai bengkak.
3) Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada bagian saluran kemihnya
4) Riwayat keluhan utama : pada saat pengkajian pasien terlihat lemas pasien juga
mengatakan jika pasien ingin BAK saluran kemihnya terasa nyeri sehingga pola tidurnya
terganggu dan cairan kencing tidak keluar.
5) Riwaya penyakit yang pernah dialami : dari hasil wawancara pasien mengatakan
tidak ada riwayat penyakit lainnya. Pasien juga pengatakan belum pernah di rawat inap di RS.
4) Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan bahwa dalam keluarga pasien, tidak ada
yang menderita penyakit yang sama seperti di derita oleh pasien yaitu infeksi saluran kemih
(ISK)
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : rambut tampak bersih
b) Kulit kepala : tampak bersih dan tanpa ketombe
c) Kebersihan kulit : tampak bersih
d). Higiene rongga mulut : tampak bersih
e) Kebersihan genitalia :-
f) Kebersihan anus :-
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1) Keadaan sebelum sakit : pasien makan 3x sehari, satu porsi habis. Makanan yang
dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian pasien minum 8 sampai 10 gelas
perhari berupa air putih. Pasien juga sering minum teh manis setiap hari.
2) Keadaan sejak sakit: pasien mengatakan mengalami perubahan dalam mengkonsumsi
makanan lebih sedkit sejak sakit dan tidak memiliki hasrat untuk makan berlebih atau tidak
memiliki nafsu makan yang berlebihan dan pasien hanya mengkonsumsi bubur.
3) Observasi : pasien Nampak lemas dan pusing
4) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : rambut pendek sebahu tampak beruban
b) Hidrasi kulit : turgor kulit kasar, warna sawo matang
c) Palpebra/conjungtiva : warna merah muda
d) Sclera : warna putih
e) Hidung : bentuk simetris
f) Rongga mulut : bersih
g) Gusi : bersih dan tidak ada luka atau sariawan
h) Gigi : bersih dan masih lengkap
i) Kemampuan mengunyah keras : masih berkuat untuk mengunyah makanan
yang keras
j) Lidah : bersih
k) Pharing : baik
l) Kelenjar getah bening : tidak ada
m) Kelenjar parotis : tidak ada
n) Abdomen :
- Inspeksi : simetris
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : asites positif negatif

a) Kulit
- Edema negatif 
- Ikterik negatif 
b) Lesi : tidak ada
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :-
b) USG : -
c) Lain-lain : -
5) Terapi : -
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
BAK teratur setiap hari dan tidak mengganggu aktivitas dan tidur pasien
2. Keadaan sejak sakit : selama di rumah pasien jarang buang air kecil (BAK) pasien
tampak lemas dan sering merasa pusing disaat melakukan aktivitas sebagai ibu rumah
tangga
3. Observasi:
pasien tampak lemas dan tidak nyaman dengan kondisinya
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 28 x/menit.
b) palpasi kandung kemih √penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif

d) mulut uretra :-
e) anus : -
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -
C. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1) Keadaan sebelum sakit : pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah
tangga dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi makan, mandi,
BAB/BAK dan berpakaian pasien melakukannya secara mandiri dan
tidak menggunakan alat bantu
2) Keadaan sejak sakit : pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah
tangga akan tetapi sudah tidak sepenuhnya di kerjakan dan pekerjaan
lainnya di bantu oleh anaknya. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
meliputi mandi, makan, BAK/BAB dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu
3) Observasi :
Pasien tampak lesu dan tidak bersemangat
a) Akitivitas harian :
- Makan :2x/hari
- Mandi :2x/hari
- Pakaian :0 1. mandiri
- Kerapihan :0 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Buang air besar :0
4. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil :0 5. bantuan penuh
- Mobilisasi ditempat tidur:0
b) Postur tubuh : simetris
c) Gaya jalan : baik
d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
e) Fiksasi : tidak ada
f) Tracheostomi : tidak ada

4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : 5 cm
Kesimpulan : normal
b) Perfusi perifer pembuluh kuku: tidak ada
c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : simetris
Sianosis : tidak ada (kebiruan kulit)
Stridor :tidak ada suara tinggi
- Palpasi :
Vocal fremitus :
- Perkusi :  sonor redup pekak.
Batas paru hepar : 2 jari

Kesimpulan : pada saat melakukan perkusi pada dada


ditemukan bunyi sonor
- Auskultasi :
Suara napas : tidak ada
Suara ucapan : tidak ada
Suara tambahan : tidak ada
d) Jantung
- Inspeksi : dada simetris
Ictus cordis : tidak ada
- Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavikula
Ictus cordis :
- Perkusi : pekak
Batas atas jantung : ICS 2
Batas kanan jantung : ICS 6
Batas kiri jantung : ICS 4
- Auskultasi : S1>S2 regukr tidak ada bunyi, suara tambahan
Bunyi jantung II A : tidak ada
Bunyi jantung II P : tidak ada
Bunyi jantung I T : tidak ada
Bunyi jantung I M : tidak ada
Bunyi jantung II irama gallop: tidak ada
Murmur : tidak ada
HR : x/menit
Bruit : Aorta : tidak ada
A. Renalis : tidak ada
A. Femoralis : tidak ada
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot : positif negatif
- Rentang gerak : baik

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi : normal
- Refleks patologi :normal
Babinski, kiri :  positif negatif
Kanan :  positif negatif
- Clubbing jari-jari : tidak ada
- Varises tungkai : tidak ada
f) Columna vertebralis : tidak ada
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : normal
N. III-IV-VI : normal
N. VIII Romberg Test : positif
 negatif.
N. XI : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : tidak ada
Hasil pemeriksaan: tidak ada
b) Lain-lain : -
6.. Terapi medik : tidak ada
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Sebelum sakit kebutuhan istrahat-tidur pasien tercukupi, pasien biasanya dalam sehari
tidur 6-8 jam dan merasa segar atau bersemangat dalam beraktivitas kembali.
2. Keadaan sejak sakit :
Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidurnya hanya saja
pasien lebih sering capek
1. Observasi :
Pasien tampak biasa dan terlihat tidak bergairah atau lemas
Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif
Banyak menguap : positif negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif
2. Therapi : -

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di
klinik terdekat. Pasien belum terlalu mengerti tentang pengobatan rutin dan masih acu ta acuh dengan
kesehatannya
2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sudah mulai melakukan pengobatan sesuai
anjuran dokter dan selalu di bantu oleh anaknya untuk menyajikan obat untuk di minum
oleh pasien.
3. Obervasi :
Tampak biasa dan berkomunikasi seperti biasanya
4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : baik
- Visus : baik
- Pupil :
- Lensa mata : tidak ada
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : tidak ada
b) Pendengaran :
- Pina : baik
- Kanalis : baik
- Membran timpani : baik
- Tes pendengaran : baik
c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V :
f) N.VII : normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada
b) Lain-lain : tidak ada
c) Therapi : tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya dan pasien menghargai dirinya
dan selalu mempunyai harapan terhadap hidupnya.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan aktivitas karena
merasa lemas dan seperti tidak menghargai dirinya sendiri.
b. Observasi :
Pasien tampak tidak menghargai dirinya sendiri tetapi masih bisa melakukan aktivitas
seperti Ibu rumah tangga.
a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : baik
d) Postur tubuh : simestris

4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata: tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris
Bayangan vena :tidak ada
Benjolan massa :tidak ada
c) Kulit : lesi kulit :tidak ada
d) Penggunaan protesa :tidak ada

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien sering mengujungi rumah saudara atau keluarga untuk jalan-jalan dan bertamu di
rumah keluarganya
2. Keaadaan sejak sakit :
Pasien sudah jarang berkunjung ke tempat keluarga
3. Observasi :
Pasien tampak ingin berkunjung ke tempat keluarganya
Data focus
Data subjektif
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit :Tidak dikaji
2. Keadaan sejak sakit :Tidak dikaji
3. Observasi :Tidak dikaji
4. Pemeriksaan fisik :tidak ada
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium : tidak ada
b) lain-lain : tidak ada
6. Therapi : -

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sering emosi tapi tidak berlebihan saat ada yang tidak dituruti.
2. Keadaan sejak sakit : pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, demi kebaikan dan perkembangan kesehatan pasien
3. Observasi :
Pasien tampak pasrah dengan keputusan keluarga asal demi kebaikan dirinya.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
Berbaring : - mmHg
Duduk : - mmHg
Berdiri : - mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif


b) HR : - x/menit
c) Kulit : kering
Keringat dingin : tidak
Basah : tidak
5. Therapi : tidak ada

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien sering menjalankan ibadah shalat berjamaah di masjid dan mengikuti tadarus
Qur’an di masjid dan di arisan desa
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit pasien tetap sholat 5 waktu tetapi dilakukan dirumah
saja. Dan mengaji dilakukan di rumah.
3. Observasi :
Pasien tampak tepat waktu dalam beribadah 5 waktu
B. Analisa data

NO DATA ETIMOLOGI MASALAH


1 Ds : Infeksi traktus urianus Nyeri
Pasien mengeluh
merasakan nyeri pada
bagian saluran
kemihnya
Pasien juga merasa pada
bagian saluran
kemihnya sudah mulai
bengkak.

DO :
Td : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36◦c
RR : 26x/menit

c. Diagnose keperawatan

No Diagnose Tanggal di Tanggal teratasi TTD/nama jelas


keperawatan temukan
1 Nyeri 20/5/21 22/5/21
berhubungan
dengan infeksi
traktus urianus
d. Intervensi keperawatan

N Diagn Tujuan dan kriteria intervensi Rasional


o ose
kepera
watan
1 Nyeri Tujuan : nyeri berkurang dengan  Lakukan  Peningkata
b/d kriteri hasil : pengkajian n
infeksi a. Mampu nyeri secara mengetahui
traktus mengontrol komprehensif penguranga
urianu nyeri (tahu termasuk n nyeri
s penyebab, lokasi, yang
mampu karakteristik, berlebih
menggunakan durasi, secara
teknik non frekuensi, komprehens
farmakologi kualitas, dan if
untuk factor  Mampu
mengurangi presipitasi. mengetahi
nyeri, mencari  Observasi skala nyeri
bantuan) reaksi  Mencegah /
b. Melaporkan nonverbal menurunka
bahwa nyeri dari n rasa nyeri
berkurang ketidaknyama  Menurunka
dengan nan n terjadinya
menggunakan  Evaluasi resiko
manejemen pengalaman terjadinya
nyeri nyeri masa komplikasi.
c. Mampu lampau
mengenali nyeri  Kaji tipe dan
(skala, sumber nyeri
intensitas, untuk
frekuensi, dan menentukan
tanda nyeri) interfensi
d. Tanda-tanda  Tingkatkan
infeksi tidak istrahat.
terjadi, calor
(panas), dolor
(rasa
sakit/nyeri).
Rubor
(kemerahan),
tumor
(pembengkakan
), functiolaesa
(adanya
perubahan
fungsi)

e. Implementasi dan evaluasi


No diagnose Hari/tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
Nyeri 20/5/21  Melakukan pengkajian nyeri S : Pasien
berhubungan secara komprehensif mengeluh
dengan infeksi termasuk lokasi, merasakan
traktus urianus karakteristik, durasi, nyeri pada
frekuensi, kualitas, dan bagian
factor presipitasi. (P: nyeri saluran
timbul saat kencing keluar kemihnya
Q : seperti di tusuk-tusuk, R Pasien juga
: nyeri pada daerah perut merasa pada
kuadran ke IV, S: skala 4-6 bagian
T: ± 30 detik sampai 1 saluran
menit) kemihnya
 Menggunakan teknik sudah mulai
manejemen nyeri bengkak.
 Mengoobservasi reaksi
nonverbal dari O:
ketidaknyamanan (ekspresi Td : 110/80
wajah meringis) mmHg
Nadi :
84x/menit
Suhu : 36◦c
RR :
26x/menit
A : nyeri b/d
infeksi
traktus
urinarius
P : ----
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada NY.T dengan infeksi saluran
kemih dirumah pasien dapat disimpulkan :
a) Pengkajian
b) Diagnose
c) Perencanaan asuhan keperawatan
d) Implementasi asuhan keperawatan
e) Evaluasi
B. Saran
Bagi penulis diharapkan bagi penulis dapat mencari tau memberikan lebih banyak lagi
pengetahuan tentang infeksi saluran kemih sehingga penulis bisa memberikan pendidikn
kesehatan bagi masyarakat mengenai infeksi saluran kemih, bagaimana penyebab dan juga
cara pencegahan pada penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:

Selemba Medika.

Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA

NIC – NOC. Yogyakarta :Mediaction

Ardhiyand.S dan Habib,I. 2011. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Urinalisis Nitrit

dengan Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada

Pasien Dengan Kateterisasi Uretra. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aulia,D., Lidya,A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal

Publishing. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI 2014, Waspada Infeksi Saluran Kemih:

http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/. Diakses

tanggal 02 Maret 2016.

Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT.

Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta:

KDT.

Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di

Urin Pada Pasien Klinis Infeksi Saluran Kemih RS PKU Muhammadiyah,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah,

Yogyakarta.

Marlina dan Samad,R.A., 2013. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian

Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai