Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas dengan judul “” Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan tugas ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................................
Daftar isi...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................................................
C. Tujuan studi kasus.............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................
A. Pengertian.................................................................................................................................
B. Etiologic ...................................................................................................................................
C. Faktor resiko.............................................................................................................................
D. Patofisiologi..............................................................................................................................
E. Manifestasi klinik......................................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................................
A. Pengkajian.........................................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................
C. Perencanaan keperawatan..................................................................................................................
D. Implementasi keperawatan................................................................................................................
E. Evaluasi keperawatan........................................................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk ginjal
itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml
urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal yang menunjukkan bahwa adanya
kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria
bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan :
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang
lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain
yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang
menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung
kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan
dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah pembentukan selaput
mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba.
Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita
yang sudah mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi
saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai
antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab
yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran
kenari yang terletak tepat di bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat
menyebabkan obstruksi aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan
normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena tingginya kadar
glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih
neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk
berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ISK
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar penulis dapat :
a. Mampu mendefinisikan ISK
b. Mengetahui etiologi dari ISK
c. Mengetahui faktor risiko dari ISK
d. Mengetahui patofisiologi dari ISK
e. Mengetahui manifestasi klinis dari ISK
f. Mengetahui pemiriksaan diagnostik dari ISK
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dari ISK
h. Mengetahui Asuhan keperawatan dari ISK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran kemih mulai dari uretra, buli-buli, ureter, sampai jaringan ginjal dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti
Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp. Infeksi saluran
kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada bayi dan anak dengan gejala demam.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu
sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagaian besar infeksi saluran kemih disebabkan
oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebab. Infeksi bakteri tersering adalah
yanng disebabkan oleh E.coli, suatu organisme yang sering ditemukan di daerah anus.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (biasanya perkembangbiakan bakteri)
pada saluran kemih meliputi uretra hingga ginjal dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Bakteriuria bermakna adalah bila ditemukan dibiakan urin pertumbuhan bakteri sejumlah ˃100.000 per
mL. urin segar atau 10⁵ cfu/mL atau leukosturia ˃10/LPB(yang diperoleh dengan cara pengambilan
yang steril atau tanpa kontaminasi)
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi system nomor dua paling sering setelah ingfeksi saluran
nafas yang terjadi pada populasi dunia dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11%
pada pria diatas 65 tahun. ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan pada
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, yang mencapai kira-kira 40-60% dari infeksi
nosocomial. ISK merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering dikomunitas dan hamper
10% orang pernah terkena ISK dalam hidupnya. Data dari WHO tahun 2011 menunjukkan sekitar 150
juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita ISK.
B. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus
kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata Escharichia coli
menduduki tempat kemudian diikuti oleh:
a. Proteus sp
b. Klebsiella
c. Enterobacter
d. Pseudomonas
Di dunia dilaporkan bahwa Escharichia coli merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran kemih
(ISK) yaitu mencapai 85% untuk infeksi community acquired dan 60% infeksi hospital-acquired. Pada
infeksi community-acquired juga dijumpai kuman enterobactericeae gram negatif lain seperti proteus
mirabilis dan klebsiella pneumoniae, sementara untuk gram positif didapati kuman seperti
enterococcus faecalis dan staphylococcus saprophyticus.
C. Faktor risiko
Dalam kondisi normal saluran kemih bersifat steril dan infeksi berkembang bila virulensi bakteri
melampaui mekanisme pertahanan inang. Terjadinya ISK dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia,
jenis kelamin, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Prevalensi infeksi infeksi asimtomatik hingga 30% pada laki-laki
maupun perempuan bila di serta faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit
ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes melitus pasca transplant asi ginjal, nefropato analgesik,
penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron, dan kateterisasi.
Infeksi asenden sering ditemukan terutama pada perempuan karena uretra pendek sehingga infeksi
mudah naik. Pada lelaki, infeksi asendens dapat terjadi pada instrumentasi atau kateterisasi. Infeksi
saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari kandung kemih bila tahu vesikoureter paten sehingga
tidak terdapat refluks vesikoureter.
Umumnya infeksi dicegah oleh lancarnya arus kemih. Setiap statis, gangguan urodinamik, atau
hambatan arus merupakan faktor pencetus infeksi. Selain faktor lokal tersebut, perlu dipertimbangkan
juga faktor pencetus umum, misalnya diabetes melitus dengan atau tanpa neuropati penurunan
imunitas, supresi sistem imun, atau malnutrisi.
Terdapat hubungan kausal yang erat antara ISK dengan urolithiasis dan obstruksi saluran kemih. Statis
urine, urolithiasis, dan ISK merupakan peristiwa yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling
memicu, saling memberatkan, dan saling mempersulit penyembuhan. Infeksi, trauma, dan tumor dapat
menyebabkan penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis yang
memudahkan infeksi. Lingkungan statis dan infeksi memungkinkan terbentuk batu yang juga akan
menyebabkan bendungan dan memudahkan infeksi karena bersifat sebagai benda asing.
D. Patofisiologi
Saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada
saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urine.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu ascending, hematogen, limfogen,
atau langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari
pemakaian instrumen.
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan ascending, tetapi a
sending lebih sering terjadi.
a. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan immunosuppressive. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya
fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara
hematogen adalah staphylococcus aureus, salmonella so, pseudomonas, candida so, dan
protecus so. Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :
1. Adanya bendungan total aliran urine
2. Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya
presipitasi obat intratubular, misalnya sulfonamide.
3. Terdapat faktor vascular misalnya kontriksi pembuluh darah
4. Pemakaian obat analgesic
5. Pijat ginjal
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Penderita diabetes mellitus
b. Infeksi asending
1. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme
kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit
seperti basil difteroid, streptpkokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada
wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periurethral dan vestibular
vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak
usus tidak jauh dari tempat tersebut pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada
daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. kolonisasi E.coli
pada wanita didaerah tersebut diduga karena:
1) Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
2) Berkurangnya antibodi local
3) Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
2. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan
jelas titik beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam
kandung kemih adalah :
1) Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita
daripada laki-laki disebabkan karena :
a) Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
b) Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret
prostat merupakan antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urine pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena
tekanan urine. Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah
pengeluaran urine.
3) Faktor lain misalnya
a) Perubahan hormonal pada saat menstruasi
b) Bersihan alat kelamin bagian luar
c) Adanya bahan antibakteri dalam urine
d) Pemakaian obat kontrasepsi oral
e) Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan
kandung kemih
Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga
tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung tiga faktor
yaitu:
a) Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pengenceran urine
b) Efek antibakteri dari urine karena urine mengandung asam organik yang bersifat bakteriostatik selain itu
urine mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan PH yang rendah
c) Organisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsic
Organisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan mukopolisakarida dan
glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik yang
dihasilkan bersifat lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel
mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya
infeksi sangat tergantung pada keseimbangan antara kesepakatan proliferasi bakteri dan adanya tahan
mukosa kandung kemih
Eradikasi bakteri dan kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal-hal sebagai berikut: adanya
urine sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih
yang tinggi atau inflamasi sebelumnya pada kandung kemih.
d) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Ini disebabkan ole refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks
internal. Vesicoureteral adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga
aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal tidak berfungsinya valvula vesikoureter ini disebabkan
karena:
Meme dedeknya bagian intravaskuler ureter yang biasa terjadi secara kongenital
Edema mukosa ureter akibat infeksi
Tumor pada kandung kemih
Penebalan dinding kandung kemih
E. Manifestasi klinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh
letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala
umumyaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan
urin bahkan mungkin demam atau tanda siskemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi
tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umunya gejala batu saluran kemih merupakan akibat
obstruksi aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
1. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kosterverbal), dapat dalam bentuk pegal hingga kolik
atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal
yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena.
4. Batu tampak pada pemeriksaan penelitian
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK terdiri dari
analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskopis urin segar tanpa putar kultur urine, serta jumlah
kuman/mal urin.
Pemeriksaan infeksi saluran kemih digunakan urine segar atau urine pagi. Urine pagi adalah urine
yang pertama-tama diambil pada bagian hari setelah bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang
diperlukan adalah pemeriksaan pada sedimen dan protein dalam urine. Sampel urine yang sudah
diambil, harus segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa, maka
sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam format.
Bahan untuk sampel urine dapat diambil dari:
Urine porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air sabun dan NaCl
0,9%
Urine yang diambil dengan kateterisasi 1 kali
Urine hasil aspirasi suprapubik
Bahan yang dianjurkan adalah urine porsi tengah dan aspirasi suprapubik.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
a. Analisa urin (uronalisis) Pemeriksaan urinalisis meliputi:
Leukosuria (ditemukan leukosit dalam urin).Dinyatakan positif jika terdapat 5
atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin
Hematuria (temukan nya eritrosit dalam urin).Merupakan petunjuk adanya
infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per
lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa adanya kelainan atau penyakit
lain misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis) Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
Mikroskopis. Bahan : urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan)Positif jika
temukan satu bakteri ke lapangan pandang
Biakan bakteri Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih
c. Periksaan kimia. Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.
Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:
ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaan nya mencapai 90% dengan spesifitas
99%.
d. Tes dip slide (tes plat-celup) Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan
cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri.
e. Pemeriksaan penunjang lain. Meliputi: radiologi (Rontgen), IVP (pielografi intra Vena),
USG dan scanning, pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya
tidaknya batu atau kelainan lainnya.
f. Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi: Bakteriologi/biakan
urin. Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih
Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
kateterisasi urine
Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan
Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode biakan urine antara lain ialah dengan plat agar konvesional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif relatif praktis digunakan dan
memiliki ambang aktivitas sekitar 10 sampai 10 CFU (colong forming unit) kuman.Pada biakan urin
dinilai jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes tivitas terhadap
antimikroba (dalam satuan mm luas zona hambatan). Pada uretra bagian distal, daerah perianal,
rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat sejumlah flora normal seperti lactobacillus dan
streptococcus epidermis. untuk membedakan infeksi saluran kemih yang sebenarnya dengan
mikroorganisme kontaminan tersebut, maka hal yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering
terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urine yang murni tanpa kontaminasi dan kerap kali
terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang menyulitkan penegakan diagnosis infeksi saluran
kemih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. DENTIFIKASI PASIEN
Nama initial : Ny. T
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak : 3 orang
Agama/suku : islam/Gorontalo
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Gorontalo
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat rumah : Jln. Trans Sulawesi dusun II palu-palu
2. DATA MEDIK
Diagnosa medic : INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
3. KEADAAN UMUM
a. KEADAAN SAKIT :
Pasien terlihat lemas. Pasien juga mengeluh jika ingin BAK pasien merasakan
nyeri pada bagian saluran kemihnya sampai pada bagian pinggang terasa nyeri .
Dan mengeluarkan kencing hanya sedikit saja
b. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik : 6
b) Respon bicara : 4
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 14
Kesimpulan: Compasmentis (CM)
2) Tekanan darah : 110/80 mmHg
MAP: mmHg
Kesimpulan : Normal
3) Suhu : 36 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 26 x/menit
Irama: √teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis : dada Perut
5) Nadi :84 x/menit
Irama : teratur
tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah
B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 35 cm
2. Tinggi badan : 150 cm
3. Berat badan : 43 kg
4. IMT : 19,1 kg/m²
Kesimpulan : normal
C. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : 5 cm
Kesimpulan : normal
b) Perfusi perifer pembuluh kuku: tidak ada
c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : simetris
Sianosis : tidak ada (kebiruan kulit)
Stridor :tidak ada suara tinggi
- Palpasi :
Vocal fremitus :
- Perkusi : sonor redup pekak.
Batas paru hepar : 2 jari
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata: tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris
Bayangan vena :tidak ada
Benjolan massa :tidak ada
c) Kulit : lesi kulit :tidak ada
d) Penggunaan protesa :tidak ada
DO :
Td : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36◦c
RR : 26x/menit
c. Diagnose keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada NY.T dengan infeksi saluran
kemih dirumah pasien dapat disimpulkan :
a) Pengkajian
b) Diagnose
c) Perencanaan asuhan keperawatan
d) Implementasi asuhan keperawatan
e) Evaluasi
B. Saran
Bagi penulis diharapkan bagi penulis dapat mencari tau memberikan lebih banyak lagi
pengetahuan tentang infeksi saluran kemih sehingga penulis bisa memberikan pendidikn
kesehatan bagi masyarakat mengenai infeksi saluran kemih, bagaimana penyebab dan juga
cara pencegahan pada penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
dengan Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada
Aulia,D., Lidya,A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal
Publishing. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/. Diakses
KDT.
Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di
Yogyakarta.
Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam