Abstrak
Abstract
WHO declared the coronavirus disease (COVID-19) a global health emergency. The
Indonesian government has designated the non-natural disaster of the spread of COVID-19 as
a National Disaster. In the face of the non-natural disaster outbreak of COVID-19, a Large-Scale
Social Restriction (PSBB) policy was implemented to prevent the transmission of COVID-19.
This condition has an impact on the continuity of public health services, including family
planning and reproductive health services. This study used quantitative techniques using a
quick survey in June-August 2020 using dependent T-test analysis. The sample in this study
were 290 respondents. In the results of the bivariate analysis, it was found that there was no
difference between the use of contraceptive tools / drugs / methods before and during the
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Article History :
Submitted 04 Oktober 2020, Accepted 30 Oktober 2020, Published 31Oktober 2020 190
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
pandemic, this is because if we look at the highest percentage of contraceptive tools / drugs /
methods used are the IUD, as it is known that the IUD is a Long-acting reversible
contraceptives (LARC). The IUD is one of the contraceptives recommended by experts,
ensuring proper contraception use during COVID-19 is very important. We encourage women,
health workers (midwives, nurses and doctors), policymakers and communities to consider
sexual and reproductive health services as priorities.
Keywords: Contraception, IUD, PUS, Pandemic, COVID-19, Family planning
pneumonia yang tidak diketahui pandemi ini diharapkan PUS terutama PUS
itu dengan cepat ditentukan sebagai hamil sehingga petugas kesehatan perlu
negara lainnya dan wilayah, dengan lebih distribusi kontrasepsi menurun sebesar 65%
dari empat juta kasus yang dikonfirmasi dan di Liberia dan 23% di Sierra Leone pada
lebih dari 280.000 kematian di seluruh puncaknya Epidemi Ebola Afrika Barat[5].
dunia hingga 11 Mei 2020[2]. Oleh karena Pasien dan petugas kesehatan berisiko
itu, pada 30 Januari 2020, Organisasi terinfeksi itu dapat diantisipasi dan
menyatakan penyakit virus korona (COVID- menjadi masalah besar pada layanan
19) sebagai darurat kesehatan global [3]. kesehatan selama puncak pandemi COVID-
Menurut Keputusan Presiden No. 12 tahun 19 saat ini akan berlangsung antara 3 dan 6
2020 tentang Penetapan Bencana non alam bulan dengan gangguan tingkat rendah
Nasional. Dalam menghadapi wabah setelah ini [6]. Karena itu, konseling
bencana non alam COVID-19 ini dilakukan reproduksi harus dilakukan selama Pandemi
(PSBB) untuk pencegahan penularan COVID- makalah terbaru tentang COVID-19 dan
19. Kondisi ini menyebabkan dampak kontrasepsi [6]. Perilaku pasangan usia
terhadap kelangsungan pelayanan subur dengan adanya aturan PSBB akan ada
191
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
menghentikan kesuburan yang digunakan lain lain yang akan berakibat pada perilaku
dengan jangka panjang,yang meliputi IUD pasangan usia subur (PUS). Lebih lanjut,
(Intra Uterine Device), Implant (susuk KB) laporan saat ini menunjukkan peningkatan
dan Kontrasepsi mantap (MOP dan MOW). kekerasan dalam rumah tangga terhadap
Metode MKJP dikenal juga dengan istilah perempuan dan anak-anak selama pandemi
LARC (Long-acting reversible COVID19 serta kekerasan berbasis gender,
contraceptives), Metode LARC/ MKJP sehingga lebih sulit untuk mencari bantuan
merupakan metode yang direkomendasikan atau layanan dan ketersediaan karena
pada saat pandemic COVID 19 ini. penerapan isolasi [9].
Pelayanan kontrasepsi untuk pengguna
METODE
baru jika memungkinkan dengan memadai
Penelitian ini menggunakan teknik
persiapan keselamatan untuk prosedur ini.
kuantitatif dengan menggunakan metode
Buat aturan untuk menghindari terlalu
survei online pada bulan Juni-Agustus 2020
banyak klien di ruang tunggu, seperti
menggunakan media google form yang
menjadwalkan klien secara individual, agar
disebarkan melalui email, whatsapp grup,
klien menunggu di luar, dan memastikan
facebook, dan media sosial lainnya [13].
klien menejaga jarak sosial yang memadai
Penelitian ini menggunakan analisis
sementara. Jika MKJP tidak tersedia,
deskriptif yang dilakukan untuk
tawarkan metode yang alami yang dapat
menggambarkan karakteristik responden,
dikendalikan oleh klien[11]. Untuk menjaga
analisis Uji-T dependen utk membandingkan
agar semua orang aman di rumah, dan
apakah kedua data variabel tersebut sama
terlindungi dari virus, terdapat panduan
atau berbeda, dalam variabel ini yg dilihat
untuk dokter dan pekerja perawatan
perbandingannya adalah cara penggunaan
kesehatan yang bekerja untuk
kontrasepsi disusun berdasarkan dari yang
mempertahankan akses keperawatan
paling mempunyai peluang hamil tinggi
kesehatan reproduksi untuk pasien di
sampai peluang hamil terendah. Sampel
seluruh negara selama krisis COVID-19 [12].
pada penelitian ini sebanyak 290 responden
Perilaku pasangan usia subur dengan
dengan kriteria inklusi perempuan usia
adanya aturan PSBB dan adaptasi kebiasaan
subur (19-50 tahun).
baru atau new normal akan ada perubahan
seperti mengurangi kunjungan ke fasilitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan, semua aktifitas berkumpu
Sampel pada penelitian ini sebanyak
dirumah baik aktifitas bekerja, sekolah, dan
290 responden dengan kriteria inklusi
193
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
194
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
sedangkan dipedesaan hanya 62% pernapasan pada ibu hamil [18]. Melalui
memungkinkan untuk akses internet yang evaluasi yang dilakukan dalam wabah
terbatas [14]. koronavirus sebelumnya (SARS dan MERS),
ibu hamil telah terbukti memiliki risiko
Dari data terlihat bahwa responden
kematian yang tinggi, keguguran spontan,
yang mempunyai anak kandung ≤ 2 anak
kelahiran prematur, dan IUGR (intrauterine
sebanyak 220 (75,9%) responden dengan
growth restriction). Tingkat fatalitas SARS
jumlah anak terkecil adalah 1 dan terbanyak
dan MERS di antara pasien hamil adalah
adalah 5 anak. Sebanyak 48 (16,6%)
25% dan 40%, masing-masing terdapat
responden merencanakan kehamilannya
beberapa risiko seperti ketuban pecah dini,
sebelum terjadinya pandemi dan berkurang
kelahiran prematur, takikardia janin, dan
menjadi 22 (7,6%) responden yang
gawat janin [19]. Namun, Apakah COVID-19
merencanakan kehamilan saat terjadi
meningkatkan risiko keguguran dan
pandemi. Terlihat bahwa sebagian
kelahiran mati belum diketahui [15] [20].
responden berniat merencanakan
kehamilan sebelum pandemi lebih tinggi Pesan Bagi Masyarakat terkait
dan setelah pandemi mengalami Pelayanan KB Pandemi COVID-19 sebagai
penurunan, hal tersebut wajar mungkin berikut : Menunda kehamilan sampai
karena ibu khaatir tentang kondisinya ketika kondisi pandemi berakhir; Akseptor KB
hamil, karena ibu hamil merupakan salah sebaiknya tidak datang ke petugas
satu kelompok rentan. Kondisi kehamilan Kesehatan, kecuali yang mempunyai
menyebabkan penurunan kekebalan parsial keluhan, dengan syarat membuat perjanjian
karena perubahan fisiologi pada saat terlebih dahulu dengan petugas Kesehatan;
kehamilan, sehingga mengakibatkan ibu Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis
hamil lebih rentan terhadap infeksi virus. masa pakainya, jika tidak memungkinkan
Oleh karena itu, pandemi COVID-19 sangat menggunakan kondom; Bagi akseptor
mungkin menyebabkan konsekuensi yang Suntik diharapkan datang ke petugas
serius bagi ibu hamil [15] [16] [17]. kesehatan sesuai jadwal dengan membuat
perjanjian sebelumnya; Bagi akseptor Pil
Perubahan fisiologis dan imunologis
diharapkan dapat menghubungi petugas
yang
PLKB atau kader atau Petugas Kesehatan
terjadi pada kehamilan normal dapat
untuk mendapatkan Pil KB dan melakukan
memiliki efek sistemik yang meningkatkan
cara tradisional; Ibu yang sudah melahirkan
risiko komplikasi obstetrik dari infeksi
sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca
195
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
196
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
penggunaannya saat pandemic, hal ini atau steroid [21]. IUD sangat efektif untuk
disebabkan karena beberapa responden menjarangkan kehamilan dibandingkan
dengan
penggunaan AKDR/IUD yang sudah habis
MKJP lainnya seperti tubektomi, vasektomi
masa pakainya, dikuatkan dengan serta implan. IUD merupakan metode
penggunaan kondom yang semula sebelum kontrasepsi jangka panjang yang paling
banyak digunakan dalam Program KB di
pandemi merupakan urutan ketiga
Indonesia [22]. Pengguna IUD di Indonesia
terbanyak yaitu sebesar 44 (15,2%) mencapai 22,6% dari semua pengguna
responden kemudian naik menjadi urutan metode kontrasepsi [23]. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
kedua sebagai alat/obat/cara kontrasepsi
keuntungan dari penggunaan kontrasepsi
yang dipakai saat pandemi 49 (16,9%) ini, antara lain: efektifitasnya tinggi sekitar
responden. 0,6 sampai 0,8 kehamilan per 100
perempuan, kegagalan dalam 125 sampai
170 kehamilan; segera efektif saat
Tabel 4. Perbedaan Penggunaan terpasang di Rahim; tidak memerlukan
Alat/Obat/Cara Kontrasepsi Sebelum dan
kunjungan ulang; tidak mempengaruhi
Saat Pandemik
hubungan seksual; tidak
Alat/Obat/Cara Mean SD p value memiliki efek samping hormonal; tidak
Kontrasepsi mempengaruhi kualitas dan volume ASI;
1. Sebelum 6,28 2.806 0,165 dapat dipasang segera setelah melahirkan
pandemik atau
2. Saat 6,15 2.886 0,169 sesudah abortus dengan catatan tidak
Pandemik
terjadi
infeksi; membantu mencegah kehamilan
Pada hasil analisis bivariat tabel 4 ektopik; tidak ada interaksi dengan
perbedaan penggunaan alat/obat/cara obatobatan; dapat digunakan hingga
kontrasepsi sebelum dan saat pandemi menopause.
didapatkan bahwa tidak terdapat Sedangkan kekurangan dari penggunaan
perbedaan antara penggunaan IUD
alat/obat/cara kontrasepsi sebelum dan antara lain: perubahan siklus haid, periode
saat pandemi, hal ini disebabkan bahwa jika haid lebih lama, perdarahan atau spotting
kita lihat persentase tertinggi pada antar menstruasi, nyeri saat haid [21][24].
alat/obat/cara kontrasepsi yang digunakan
BKKBN menghimbau masyarakat
adalah AKDR/IUD, sebagaimana yang
diketahui bahwa AKDR/IUD merupakan untuk bisa menggunakan Alat Kontrasepsi
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP). jangka panjang (MKJP) adalah alat
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
(Intra Uterine Device), Implant (susuk KB) terdapat panduan untuk dokter dan pekerja
dan Kontrasepsi mantap (MOP dan MOW). perawatan kesehatan yang bekerja untuk
Metode MKJP dikenal juga dengan istilah mempertahankan akses keperawatan
LARC (Long-acting reversible kesehatan reproduksi untuk pasien di
contraceptives), Metode LARC merupakan seluruh negara selama krisis COVID-19 [12].
metode yang direkomendasikan pada saat Kontrasepsi selama pandemi COVID-19,
pandemic COVID 19 ini. dengan penekanan khusus pada keluarga
layanan perencanaan, penggunaan jangka
Pelayanan kontrasepsi untuk
panjang metode kontrasepsi jangka panjang
pengguna baru jika memungkinkan dengan
(LARC) atau yang dikenal MKJP. Pendapat
memadai persiapan keselamatan untuk
ahli memastikan penggunaan kontrasepsi
prosedur ini. Buat aturan untuk
yang tepat pada saat COVID-19 sangat
menghindari terlalu banyak klien di ruang
penting. Kita mendorong perempuan,
tunggu, seperti menjadwalkan klien secara
tenaga kesehatan (bidan, perawat dan
individual, agar klien menunggu di luar, dan
dokter), pembuat kebijakan, dan
memastikan klien menejaga jarak sosial
masyarakat untuk mempertimbangkan
yang memadai sementara. Jika MKJP tidak
layanan seksual dan kesehatan reproduksi
tersedia, tawarkan metode yang alami yang
sebagai prioritas [25].
dapat dikendalikan oleh klien[11]. Bisa juga
memanfaatkan penggunaan teknologi KESIMPULAN DAN SARAN
informasi dalam rangka pencegahan COVID-
19 seperti yang disampaikan melalui Dari hasil penelitian didapatkan tidak
Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas saat pandemi, hal ini disebabkan bahwa jika
Pelayanan Kesehatan dan surat Edaran kita lihat persentase tertinggi pada
pencegahan penyebaran COVID-19 [14]. IUD merupakan salah satu alat kontrasepsi
yang disarankan oleh ahli, memastikan
Untuk menjaga agar semua orang
penggunaan kontrasepsi yang tepat pada
aman di rumah, dan terlindungi dari virus,
saat COVID-19 sangat penting. Kita
198
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
199
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS)
200
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/jukmas