Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

“S” DENGAN PANU(TINEA VERSICOLOR)

DI WILAYAH KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI

OLEH

SINTIA DAMA 2118017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN
“S” DENGAN PANU(TINEA VERSICOLOR) DI WILAYAH KECAMATAN
PAGUYAMAN PANTAI. Ada pun tujuan saya dari Penyusunan ASKEP ini adalah untuk
memenuhi tugas praktek KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH pada sistem integumen

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.Utuk itu,saya sangat mengharapkan kritikan dan saran dari teman-
teman serta Dosen Pembimbing yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan isi askep
ini..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit kulit panu disebabkan oleh jamur. Biasanya diderita oleh seseorang yang
sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Apakah ia itu anak kecil,
orang muda atau orang tua. Panu, atau biasa disebut Pityriasis versicolor banyak
disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale dan merupakan penyakit kronis yang sering
berulang.Panu atau di dunia medis disebut dengan bahasa aneh Pityriasis versicolor,
merupakan infeksi jamur di permukaan kulit. Biasanya kumat-kumatan dan tak jarang
tanpa keluhan (asimptomatis). Penyakit ini disebabkan oleh Pityrosporum ovale.Definisi
medisnya adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula  di kulit,
skuama halus, disertai rasa gatal. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis
disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis. Pada
awalnya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang akan menderita panu. Tahu-tahu
timbul bercak-bercak di kulit yang terasa gatal. Ada yang unik dari panu, bila diderita
orang yang berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah berwarna kemerahan. Bila
diderita orang berkulit gelap, maka bercak yang tampak adalah warna keputihan
(Pityriasis versicolor). Bila terdapat di daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak
sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis versicolor nigra). Karena terdapat
beberapa warna itulah maka panu disebut Pityriasis versicolor.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan panu
(tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai
2. Tujuan Khusus

1). Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny “S” dengan panu (tinea
versicolor) di kecamatan paguyaman pantai

2). Penulis mampu melakukan penentuan diagnosa keperawatan pada Ny “S” dengan
panu (tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai

3). Penulis mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada Ny “S”


dengan panu (tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai

4). Penulis mampu melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan
panu (tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai

5). Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny “S” dengan panu (tinea versicolor)
di kecamatan paguyaman pantai

C. MANFAAT
1. Bagi penulis
Meningkatkan wawasan, pengetahuang, serta sikap dalam perawatan klien yang
menderita panu (tinea versicolor) untuk mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat / Pasien
1) Dapat memberikan informasi tentang perawatan pasien dengan masalah gout
arthritis
2) Dapat membantu dalam upaya pengendalian serangan berulang yang
mengakibatkan komplikasi.
b) Bagi Institusi / pendidikan
1) Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan
khususnya keperawatan Medikal Bedah dalam sistem integumen.

Tehnik penulisan disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab yaitu:

BAB I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode dan Tehnik
Penulisan.

BAB II : Tinjauan teori yang mencakup konsep dasar medik, terdiri dari; Pengertian,
etiologo,epidemilogi,gejalaklinik,patofisiologo,pemeriksaan
penunjang,komplikasi,pencegahan.

BAB III: Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang meliputi
Pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,perencanaan keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis ini.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Tinea Versicolor atau Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang
kronik danasimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang
bersisik.Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak,
selapaha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh
Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya makula di
kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan
biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher,
badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha.

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan
terataspada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita(jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar
anus, bokong dan kadang-kadangsampai perut bagian bawah.Tinea Cruris adalah
dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan inidapat bersifat
akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumurhidup.
Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan meluas ke
daerahsekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain.
Tinea crurismempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the
groin, dhobie itch(Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)Tinea cruris adalah infeksi dari
permukaan kulit yang mempengaruhi daerah pangkal paha,termasuk alat kelamin ,
daerah kemaluan dandaerah perianal . Hal ini terutama mempengaruhiorang-orang dan
dominan cuaca hangat dan lembab.

B. ETIOLOGI
Pityriasis versicolor atau tinea versicolor adalah kelainan kulit yang umum, jinak,
infeksi jamur superfisial yang biasanya ditandai dengan  makula hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi di dada dan punggung. Pada pasien dengan predisposisi tinea
versicolor bisa terkena penyakit ini berkali-kali. Infeksinya hanya di daerah stratum
korneum.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur
lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa
pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur
memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro,
asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino
lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang
terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien
yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru
akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan
angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh,
faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.

C. EPIDEMILOGI
Pitiriasis versikolor distibusi seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah
subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah
yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi
dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit
kulit. Pitiriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang
terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan
angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika
Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea
(kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah
usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada
usia 10-19 tahun.

D. GEJALA KLINIK
Kelainan kulit Pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama dibadan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai
teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan
lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapatterlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya
asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit
tersebut . Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan
alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan
pengaruh tokis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak
luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapafaktor yang mempengaruhi
infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat
pengobatan steroid dan nutrisi. Pitiriasis versikolor muncul dengan 3 bentuk:
1. Papulosquamous
Paling sering bermanifestasi dalam gambaran bersisik, batas jelas, banyak,makula
bulat sampai oval yang tersebar pada batang tubuh, dada, leher,ekstrimitas dan
kadang pada bagian bawah perut
Makula cenderung untuk menyatu, membentuk area pigmentasi irreguler. Area
yang terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar
Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan
lebih menonjol.
2. Inverse Pityriasis versicolor
Bentuk kebalikan dari Pitiriasis versikolor pada keadaan distribusi yangberbeda,
kelainan pada regio flexural, wajah atau area tertentu pada ekstrimitas. Bentuk ini
lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami gangguan imunodefisiensi.
Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis, dermatitis seborrhoik,psoriasis,
erythrasma dan infeksi dermatophyte.
3. Folliculitis
Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi
ini biasanya terjadi pada area punggung, dada dan ekstrimitas
Bentuk ini secara klinik sulit dibedakan dengan folikulitis bakterial. Infeksi akibat
Pityrosporum folliculitis berupa papula kemerahan atau pustula.
Faktor predisposis diantaranya diabetes, kelembapan tinggi, terapi steroid atau
antibiotika dan terapi immunosupresan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa M.
furfur memiliki peran dalam dermatitis seborrhoik.
E. PATOFISILOGI
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaituMalassezia
furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14. Pityrosporon
orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim dari M. Furfur. M.
Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-
100% dewasa. Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam
bentuk spora dan dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan
berkembang menjadi parasit sebagai berikut:
1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindromCushing,
malnutrisi
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien
yang berminyak.
Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan manifestasi
klinik dari Pitiriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh, pityrosporum merupakan
jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga memiliki kaitan erat dengan
dengan trigliserida dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea. Ketergantungan
terhadap lemak menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor memiliki predileksi pada kulit
secara fisiologik kaya akan kelenjar sebasea, dan tidak muncul pada tangan dan tapak kaki.
Pitiriasis versikolor jarang pada anak-anak dan orang tua karena kulit mereka rendah akan
konsentrasi lemak, berbeda dengan orang muda. Sekresi keringat, pada daerah tropikal
endemikpitiriasis versikolor, suhu akan mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang
mempengaruhi komposis lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasipitiriasis
versikolor. Faktor hormonal, dilaporkan bahwa kasus pitiriasis versikolor meningkat pada
iatrogenik Cushing’s syndrome yang diakibatkan perubahan-perubahan stratum kulit, juga
pada kehamilan dan akne vulgaris.
Proses depigmentasi kulit pada pitiriasis versikolor bersifat subyektif yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit dan efek langsung
Pityrosporum pada melanocytes. Studi histologi, menunjukkan kehadiran sejumlah
melanocytes pada daerah noda lesi degeneratif dari pitiriasis versikolor. Hal ini memberikan
petunjuk terjadinya penurunan produksi melanin, penghambatan transfer melanin pada
keratinocytes, kedua hal tersebut menimbulkan kekurangan melanin pada kulit. Pendapat
lain bahwa lesi hipopigmentasi terjadi karena mekanisme penyaringan sinar matahari oleh
jamur sehingga lesi kulit menjadi lebih terang dibanding dengan kulit sekitar lesi yang
lebihgelap. Namun pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan hipopigmentasi
padapitiriasis versikolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada pitiriasis
versikolortanpa terpapar oleh sinar matahari.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada
penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku.
terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :
a. Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril. Sisik
kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
b. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi
rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan skapel
tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah
lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk
melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea kapitis
tertentu.
c. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam
dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil
juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap,
pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga
mengganggu pembacaan.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000).
1. Penatalaksanaan medis
a) Diagnosis yang tepat
b) Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan,
daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau
kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta
harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau
pun kombinasi.
c) Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain :
Sistemik :
Griseofulvin
Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram
untuk orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg
BB. Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama
makanan berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra
mikrosize 333 mg. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan
keadaan komunitas.Obat diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih
kurang 1 bulan. Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan
reakasi fotosensitifitas pada kulit.
Golongan asol
Ketonasol efektif untuk dermatofitosis.Pada kasus-kasus  resisten terhadap
griseofulfin, obat tersebut dapat diberikan 200mg /hari selama 3-4 minggu pada
pagi hari setelah makan.Ketokonasal merupakan kontra indikasi untuk pasien
kelainan hati. Itrakonazole merupakan derivat triazol yang berspekterum aktifitas
invitro luas dan bersifat fungistatik.Dosis 100 mg perhari selama 2 minggu atau
200 mg per hari selama 1 minggu, memberi hasil baik pada tinea. Pada tinea
ungulium dengan dosis 400 mg perhari selama seminggu tiap bulan dalam 2-3
bulan
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain
adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh
baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk,
imunitas rendah.
b) Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda
disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit  dapat bertahan
hidup dalam waktu yang lama.
Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya,
pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu
diterangkan juga tentang biaya pengobatan.

H. KOMPLIKASI
1) Tinia pedis
 Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki-kaki, kuku-kuku jari kaki, tangan-
tangan, kuku-kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.
2) Tinia kursis
 Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar

I. PENCEGAHAN
Penyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik dari
kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit
tinea sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah,
cara pencegahannya antara lain :
1. Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.
2. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki
yang lembab.
3. Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan
hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari
tanpa dicuci)
4. Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).
5. Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.
6. Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur
kulit.
7. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum
8. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki
dan pelipatan kulit.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN
I. IDENTIFIKASI

A. PASIEN
Nama initial : Ny.S

Umur : 60 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Kawin

Jumlah anak : 1 (satu)

Agama/suku : Islam

Warga Negara : Indoesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa indonesia dan bahasa daerah gorontalo

Pendidikan : SD (sekolah dasar)

Pekerjaan : IRT(ibu rumah tangga)

Alamat rumah : Desa buba’a .kecamatan pag.pantai

II. DATA MEDIK


Diagnosa medic : Panu (tinea versicolor)

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT :
Pasien tampak meringis terhadap gatal yang di rasakan
B. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran: composmostis 15 gcs
Skala koma glaslow

a). Respon motorik : 6

b) Respon bicara : 5
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15

Kesimpulan: pasien berada pada tingkat kesadaran penuh/komposmentis

A. Tekanan darah :140/90 mmHg


MAP: 120 mmHg

Kesimpulan :Hipertensi

2) Suhu : 36,6 °C di Oral axilla Rectal


3) Pernapasan : 15 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea

Jenis : dada Perut

4) Nadi : 70x/menit
Irama : teratur tachikardi Bradichardi

Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 32 cm

2. Tinggi badan : 149 cm

3. Berat badan : 38 kg
4. IMT : 32,20 kg/m²

Kesimpulan : berat badan normal

D. GENOGRAM

A. GENOGRAM

NY “S”

Keterangan :

Laki –laki :

Perempuan :

Meninggal :
Pasien :

bersama :

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan dulu sebelum sakit, rutin berolahraga, pola makan yang teratur 3x
sehari dan selalu beraktivitas dirumah

2) Riwayat penyakit saat ini:


a). Keluhan utama : nyeri

b). Riwayat keluhan utama :-Pada kasus panu(tinea vicklor) ini, ditemukan keluhan
utama adanya gatal di sekitar kulit yang terkena panu(tinea versicolor)

3) Riwayat penyakit yang pernah dialami: Saat dikaji pasien biasanya didapat
riwayat penyakit infeksi pada integritas kulit, muram, kutu air

4) Riwayat kesehatan keluarga:


Riwayat penyakit keluarga tidak ada yang hubungannya dengan adanya infeksi
jamur,gatal

5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : tampak bersih

b) Kulit kepala : tampak bersih dan tampa ketombe

c) Kebersihan kulit : tampak bersih

d). Higiene rongga mulut : tampak bersih

e) Kebersihan genitalia : -
f) Kebersihan anus : -

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit:
Makan 3x sehari, asupan cairan yang di konsumsi dalam sehari minimal 1,5 liter

2) Keadaan sejak sakit:


Makan 3x sehari, pantangan makan ikan ,daging sapi dan daging ayam, minuman
manis, kopi, sayur-sayuran seperti kangkung, daun singkong, daun pepaya, dan
brokoli

Observasi: -

3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Rambut lurus agak jarang, warna putih ,kulit
kepala bersih
b) Hidrasi kulit : bibir tampak kering (di karenakan pasien
sedang berpuasa)
c) Palpebra/conjungtiva : konjungtiva agak pucat
Sclera : tampak putih
d) Hidung : simestris, tidsk ada sekret
e) Rongga mulut : bersih
Gusi : baik / tidak ada lesi

f) Gigi: gigi berlubang, terlihat ada gigi berwarna hitam dan terkadang
merasakan sakit gigi
g) Kemampuan mengunyah keras: sulit mengunyah makanan keras akibat
banyak gigi yang berlubang dan lainya sudah tidak ada.
h) Lidah: terlihat pucat (di karena sedang pasien sedang berpuasa)
i) Pharing: baik
j) Kelenjar getah bening: -
k) Kelenjar parotis: -
l) Abdomen:-
- Inspeksi : tidak ada acistes
- Auskultasi : peristaltik terdengar 10 x/ menit, perkusi terdengar redup, tidak
kembung (bising usus normal)

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : asites positif negatif

n) Kulit

- Edema positif negatif

- Ikterik negatif

o) Lesi :-

5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
d) Terapi : Ny “S” mengkonsumsi obat resep dokter untuk membantu
mengurangi rasa gatal terhadap penyakitnya (panu)

C. POLA ELIMINASI

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny. S mengatakan BAB 2x dalam sehari, kemudian BAK hampir 3 -4 x / hari

2. Keadaan sejak sakit :


N.y S mengatakan jarang atau hampir 1 x BAB dalam sehari dan BAK 2 x
atau 3 x sehari

3. Observasi: -Ny.S tampak risih dengan kondisinya yang selalu BAK dan BAB
terus-menerus tanpa bisa dikontrol
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 10x/menit.
b) palpasi kandung kemih : Kosong
c) nyeri ketuk :Negatif
d) mulut uretra : -
e) anus: -
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi :

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Keadaan sebelum sakit:

Ny.”S” mengatakan rutin berolahraga dan beraktivitas berat dirumah

2. Keadaan sejak sakit :


Ny.”S” mengatakan jarang melakukan olahraga, mudah lelah , dan letih ketika
beraktivitas

3. Observasi :
a) Akitivitas harian :
1. mandiri
- Makan :0 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Mandi :0 4. bantuan alat dan orang
5. bantuan penuh
- Pakaian :0
- Kerapihan :0

- Buang air besar :0

- Buang air kecil :0

- Mobilisasi ditempat tidur: 0

b) Postur tubuh : tidak ada kelainan simetris

c) Gaya jalan : baik (seperti orang sehat)

d) Anggota gerak yang cacat : tidak memiliki kecacatan

e) Fiksasi : -

f) Tracheostomi : -

4. Pemeriksaan fisik

a) JVP : 7 cmH20

Kesimpulan : tekanan veva jugularis normal

b) Perfusi perifer pembuluh kuku :-


c) Thorax dan pernapasan : -
- Inspeksi :
Bentuk thorax : simetris

Sianosis : tidak ada( kebiruan kulit)

Stridor : tidak ada (suara tinggi)

- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : sonor redup pekak.


Batas paru hepar :
Kesimpulan : pada saat melakukan perkusi pada dada
ditemukan bunyi sonor

- Auskultasi :
Suara napas : vesikuler

Suara ucapan : -

Suara tambahan : rales

d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : simetris

- Palpasi :
Ictus cordis : -

- Perkusi :
Batas atas jantung : -

Batas kanan jantung : -

Batas kiri jantung : -

- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : -

Bunyi jantung II P : -

Bunyi jantung I T : -

Bunyi jantung I M : -

Bunyi jantung II irama gallop: -

Murmur : -
HR : 70 x/menit

Bruit : Aorta :-

A. Renalis : -

A. Femoralis : -

e) Lengan dan tungkai

- Atrofi otot : positif negatif

- Rentang gerak : -

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5

Kanan : 1 2 3 4 5

- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif

Kanan : positif negatif

- Clubbing jari-jari : -
- Varises tungkai : -
f) Columna vertebralis :

- Inspeksi -:

- Palpasi : -

N. III-IV-VI :

N. VIII Romberg Test : positif negatif.

N. XI : -
5. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium : -

Hasil pemeriksaan: -

b) Lain-lain :-

6.. Terapi medik : -

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny.”S” mengatakan sebelum sakit, ia bangun jam 04.30 pagi untuk sholat subuh,
istirahat siang 13.00 setelah zuhur, kemudian bangun jam 15.15 sore . tidur jam 21.50
malam.

2. Keadaan sejak sakit :

N.y S mengatakan setelah di diagnosa mengalami penyakit hipertensi , pasien


tetap bangun 04.30 pagi untuk sholat subuh , setelah itu pasien kembali tidur atau
hanya sekedar berbaring di tempat tidur atau membaca al-qur’an, istirahat siang
13.00 sampai jam 15.15 dan istirahat malam 21.50

3. Observasi :-

Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif

Banyak menguap : positif negatif

Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif

4. Therapi : -
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny.”S” mengatakan sebelum sakit penglihatan masih normal,pendengaran


normal

2. Keadaan sejak sakit :


N.y S mengatakan pandangannya kabur(sedikit) dan pendengaran masih normal

3. Obervasi : -

4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan : -

- Cornea :-

- Visus : -

- Pupil : -

- Lensa mata : -

- Tekanan Intra Okuler (TIO) :

b) Pendengaran :

- Pina : -

- Kanalis : -

- Membran timpani : -

- Tes pendengaran : -

c) N. I : (Olfaktorius)
Pasien dapat membedakan bau aroma dengan mata tertutup.
d) N.II : (Optikus)Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak 
30 cm. terdapat penyempitan lapang pandang.
e) N.V :(trochlearis) Pada kedua mata terdapat nistagmus, diplopia dan
deviasi mata.
f) N.VII :(Facialis)Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan
mata tertutup,
g) N.VIII :(Akustikus)Fungsi pendengaran baik
h) Test Romberg : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : -

b) Lain-lain : -

c) Therapi : -

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny.”S” mengatakan, sebelum sakit pasien adalah ibu rumah tangga yang sangat
bertanggung jawab dalam keluarga dan anak-anaknya

2. Keadaan sejak sakit :

Ny”S” mengatakan setelah sakit, yan bertanggung jawab mengurus kebutuhan


hidup sehari-hari adalah sang suami.

3. Observasi :
a) Kontak mata : baik

b) Rentang perhatian : baik

c) Suara dan cara bicara : baik

d) Postur tubuh : sedang


4. Pemeriksaan fisik :

a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak dikaji

b) Abdomen : -tidak dikaji

Bentuk : tidak dkaji

Bayangan vena : -tidak dikaji

Benjolan massa : -tida k dikaji

c) Kulit : lesi kulit : tidak ada

d) Penggunaan protesa :-tidak dikaji

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny’S’ mengatakan sering berinteraksi baik dengan tetangga (di lingkungan


sekitar)

2. Keaadaan sejak sakit :

Ny:”S” mengatakan sering jarang keluar rumah kecuali hal-hal yang peting

3. Observasi : -

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

1. Keadaan sebelum sakit :-tidak terkaji

2. Keadaan sejak sakit :tidak terkaji

3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik :

5. Pemeriksaandiagnostik : -

a). Laboratorium : -

b) lain-lain : -

6. Therapi : -

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny”S” mengatakan untuk mengatasi stress, Ny”S” selalu keluar rumah untuk
refresing / sekedar jalan-jalan saja

2. Keadaan sejak sakit :

Ny.”S” mengatakan semenjak sakit, untuk mengatasi stress selalu mengajak


suaminya untuk berdiskusi berdua.

3. Observasi :

4. Pemeriksaan fisik

a) Tekanan darah :

Berbaring : 130/90 mmHg

Duduk : 140/90 mmHg

Berdiri : 170/90 mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif

b) HR : 70x/menit
c) Kulit :-

Keringat dingin : positif

Basah : -

5. Therapi : -

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Keadaan sebelum sakit :

Ny”S” mengatakan dulu sebelum sakit sering mengalami stress dan kecapean
setelah melakukan aktivitas di rumah.

2. Keadaan sejak sakit :

Ny. S mengatakan setelah sakit hanya bisa sholat dirumah dan istrihat yang
cukup

3. Observasi : -

B. ANALISA DATA
No Data (DO & DS) Etiologi Masalah
.

1. DO : Adanya lesi Ganggua kerusakan


integritas kulit
 Nadi 60x/mnt
 Ttv : 140/90 mmhg
 Tampak adanya lesi,eritema
DS :

 Klin mengatakan g.atal pada


kulitnya (panu)
Gannguan citra
DO :
tubuh
2. pitiriasis versikolor
 Nadi 60x/mnt
 Ttv : 140/90 mmhg
 Klien terlihat tidak percaya diri
terhadap penyakitnya
DS :

 Klien mengatakan selalu tidak


merasa nyaman dengan penyakit
yang di alami (panu)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN\
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis versikolor

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil

1. Gangguan integritas setelah dilakukan 1. Observasi klien


kulit berhubungan tindakan 2. Kompres air
dengan adanya lesi
keperawatan selama 3. Hindari makanan
Di tandai dengan : 3 hari dengan yang mengandung
DS : gangguan integritas tinggi protein.
kulit berangsur- 4. Kolaborasi dengan
 Nadi 60x/mnt
angsur berkurang tim medis dalam
 Ttv : 140/90
dengan pemberian antibiotik.
mmhg
 Tampak adanya kriteria :
lesi,eritema
 Klin
DO :
mengatakan
 Klin mengatakan gatal sudah
g.atal pada berkurang
kulitnya (panu) pada
lukanya
 Lesi
berkurang
2. Gangguan citra setelah dilakukan 1. Kaji adanya
tubuh berhubungan tindakan gangguan citra diri
dengan pitiriasis
keperawatan selama (menghindari
versikolor
3 hari dengan kontak mata,ucapan
Ditandai dengan :
gangguan citra tubuh merendahkan diri
DS : klien teratasi dengan sendiri)
kriteria hasil : 2. Kaji perubahan
 Nadi 60x/mnt
perilaku pasien
 Ttv : 140/90  Mampu
seperti menutup
mmhg beradaptas
diri, malu
 Klien terlihat i dengan
berhadapan dengan
tidak percaya diri keterbatas
orang lain.
terhadap an
3. Bersikap realitis
penyakitnya funsional
dan positif selam
DO :  Mampu
pengobata, pada
menyesuai
Klien mengatakan penyuluhan pasien.
kan
selalu tidak merasa 4. Berikan penguatan
dengan
nyaman dengan positif terhadap
perubahan
penyakit yang di kemajuan
alami (panu) 5. Dorong interaksi
keluarga
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Gangguan Melakukan pengkajian pada S : Klien mengatakan
integritas kulit
klien.Respon klien : klien bahwa klien harus
berhubungan
dengan adanya lesi tampak tenang saat dilakukan menghindari makanan
pengkajian. yang banyak
Melakukan mengandung protein
TTV, O : Klien tampak
hasil : meringis,
TD : 140/ 90mmHg TD:140/90mmHg,
S :35,06 oC. Nadi 60x/mnt, -
Nadi : 60 x/mnt. A : Masalah belum
teratasi
Melakukan pemeriksaan fisik pada P : Intervensi
diagnosa
klien.
keperawatan
pertama dilanjutkan
: mengkaji pola
nafas
2. Gangguan citra  Mengkaji klien S : Klien mengatakan
tubuh berhubungan terhadap dirinya
selalu tidak merasa
dengan pitiriasis sendiri agar
versikolor berpikiran nyaman dengan
positif terhadap
penyakit yang di
dirinya sendiri.
alami (panu)
 Memberikan O : Klien tampak
lingkungan yang
meringis
nyaman dan
tenang pada TD:140/90mmHg,
klien
Nadi 60x/mnt, -
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi diagnosa
kedua dilanjutkan :
mengkaji

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua
bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk
superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris,
tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis).
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis
melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh
jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit
tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal
pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh
bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia.
Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas
tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi
langsung, Pemeriksaan dengan Wood's Lamp.
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol
bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif

B. SARAN
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga dan Ny.S agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah terbina
dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan tindakan sesuai
dengan kemampuan yang telah dicapai.

2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas bekerjasama


dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan keperawatan keluarga yang
telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi pasien untuk tetap memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang di alaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga

Chadrasoma, parakrama. 2006. RingkasanPatologiAnatomi.Jakarta :BukuKedokteranEGC

Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :FakultasKedokteranUI.S

Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II. Ed. 6, Cet. 1 : Jil.

II Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Bukur Ajar Keperawatan Medikal Bedah III, ed. 8, Cet 2, jil. III.

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai