OLEH
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN
“S” DENGAN PANU(TINEA VERSICOLOR) DI WILAYAH KECAMATAN
PAGUYAMAN PANTAI. Ada pun tujuan saya dari Penyusunan ASKEP ini adalah untuk
memenuhi tugas praktek KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH pada sistem integumen
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.Utuk itu,saya sangat mengharapkan kritikan dan saran dari teman-
teman serta Dosen Pembimbing yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan isi askep
ini..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kulit panu disebabkan oleh jamur. Biasanya diderita oleh seseorang yang
sudah mulai banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Apakah ia itu anak kecil,
orang muda atau orang tua. Panu, atau biasa disebut Pityriasis versicolor banyak
disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale dan merupakan penyakit kronis yang sering
berulang.Panu atau di dunia medis disebut dengan bahasa aneh Pityriasis versicolor,
merupakan infeksi jamur di permukaan kulit. Biasanya kumat-kumatan dan tak jarang
tanpa keluhan (asimptomatis). Penyakit ini disebabkan oleh Pityrosporum ovale.Definisi
medisnya adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit,
skuama halus, disertai rasa gatal. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis
disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis. Pada
awalnya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang akan menderita panu. Tahu-tahu
timbul bercak-bercak di kulit yang terasa gatal. Ada yang unik dari panu, bila diderita
orang yang berkulit putih, maka bercak yang tampak adalah berwarna kemerahan. Bila
diderita orang berkulit gelap, maka bercak yang tampak adalah warna keputihan
(Pityriasis versicolor). Bila terdapat di daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak
sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis versicolor nigra). Karena terdapat
beberapa warna itulah maka panu disebut Pityriasis versicolor.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan panu
(tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai
2. Tujuan Khusus
1). Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny “S” dengan panu (tinea
versicolor) di kecamatan paguyaman pantai
2). Penulis mampu melakukan penentuan diagnosa keperawatan pada Ny “S” dengan
panu (tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai
4). Penulis mampu melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan
panu (tinea versicolor) di kecamatan paguyaman pantai
5). Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny “S” dengan panu (tinea versicolor)
di kecamatan paguyaman pantai
C. MANFAAT
1. Bagi penulis
Meningkatkan wawasan, pengetahuang, serta sikap dalam perawatan klien yang
menderita panu (tinea versicolor) untuk mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat / Pasien
1) Dapat memberikan informasi tentang perawatan pasien dengan masalah gout
arthritis
2) Dapat membantu dalam upaya pengendalian serangan berulang yang
mengakibatkan komplikasi.
b) Bagi Institusi / pendidikan
1) Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan
khususnya keperawatan Medikal Bedah dalam sistem integumen.
Tehnik penulisan disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab yaitu:
BAB I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode dan Tehnik
Penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang mencakup konsep dasar medik, terdiri dari; Pengertian,
etiologo,epidemilogi,gejalaklinik,patofisiologo,pemeriksaan
penunjang,komplikasi,pencegahan.
BAB III: Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang meliputi
Pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,perencanaan keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. PENGERTIAN
Tinea Versicolor atau Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur kulit yang
kronik danasimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat yang
bersisik.Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat di ketiak,
selapaha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh
Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya makula di
kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan
biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher,
badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha.
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan
terataspada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita(jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar
anus, bokong dan kadang-kadangsampai perut bagian bawah.Tinea Cruris adalah
dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan inidapat bersifat
akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsun seumurhidup.
Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan meluas ke
daerahsekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain.
Tinea crurismempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the
groin, dhobie itch(Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)Tinea cruris adalah infeksi dari
permukaan kulit yang mempengaruhi daerah pangkal paha,termasuk alat kelamin ,
daerah kemaluan dandaerah perianal . Hal ini terutama mempengaruhiorang-orang dan
dominan cuaca hangat dan lembab.
B. ETIOLOGI
Pityriasis versicolor atau tinea versicolor adalah kelainan kulit yang umum, jinak,
infeksi jamur superfisial yang biasanya ditandai dengan makula hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi di dada dan punggung. Pada pasien dengan predisposisi tinea
versicolor bisa terkena penyakit ini berkali-kali. Infeksinya hanya di daerah stratum
korneum.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur
lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa
pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur
memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro,
asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino
lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang
terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien
yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru
akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan
angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh,
faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.
C. EPIDEMILOGI
Pitiriasis versikolor distibusi seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah
subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah
yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi
dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit
kulit. Pitiriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang
terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan
angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika
Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea
(kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah
usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada
usia 10-19 tahun.
D. GEJALA KLINIK
Kelainan kulit Pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama dibadan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai
teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan
lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapatterlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya
asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit
tersebut . Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan
alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan
pengaruh tokis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak
luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapafaktor yang mempengaruhi
infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat
pengobatan steroid dan nutrisi. Pitiriasis versikolor muncul dengan 3 bentuk:
1. Papulosquamous
Paling sering bermanifestasi dalam gambaran bersisik, batas jelas, banyak,makula
bulat sampai oval yang tersebar pada batang tubuh, dada, leher,ekstrimitas dan
kadang pada bagian bawah perut
Makula cenderung untuk menyatu, membentuk area pigmentasi irreguler. Area
yang terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar
Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan
lebih menonjol.
2. Inverse Pityriasis versicolor
Bentuk kebalikan dari Pitiriasis versikolor pada keadaan distribusi yangberbeda,
kelainan pada regio flexural, wajah atau area tertentu pada ekstrimitas. Bentuk ini
lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami gangguan imunodefisiensi.
Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis, dermatitis seborrhoik,psoriasis,
erythrasma dan infeksi dermatophyte.
3. Folliculitis
Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi
ini biasanya terjadi pada area punggung, dada dan ekstrimitas
Bentuk ini secara klinik sulit dibedakan dengan folikulitis bakterial. Infeksi akibat
Pityrosporum folliculitis berupa papula kemerahan atau pustula.
Faktor predisposis diantaranya diabetes, kelembapan tinggi, terapi steroid atau
antibiotika dan terapi immunosupresan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa M.
furfur memiliki peran dalam dermatitis seborrhoik.
E. PATOFISILOGI
Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaituMalassezia
furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14. Pityrosporon
orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim dari M. Furfur. M.
Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-
100% dewasa. Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam
bentuk spora dan dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan
berkembang menjadi parasit sebagai berikut:
1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindromCushing,
malnutrisi
2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien
yang berminyak.
Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan manifestasi
klinik dari Pitiriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh, pityrosporum merupakan
jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga memiliki kaitan erat dengan
dengan trigliserida dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea. Ketergantungan
terhadap lemak menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor memiliki predileksi pada kulit
secara fisiologik kaya akan kelenjar sebasea, dan tidak muncul pada tangan dan tapak kaki.
Pitiriasis versikolor jarang pada anak-anak dan orang tua karena kulit mereka rendah akan
konsentrasi lemak, berbeda dengan orang muda. Sekresi keringat, pada daerah tropikal
endemikpitiriasis versikolor, suhu akan mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang
mempengaruhi komposis lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasipitiriasis
versikolor. Faktor hormonal, dilaporkan bahwa kasus pitiriasis versikolor meningkat pada
iatrogenik Cushing’s syndrome yang diakibatkan perubahan-perubahan stratum kulit, juga
pada kehamilan dan akne vulgaris.
Proses depigmentasi kulit pada pitiriasis versikolor bersifat subyektif yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit dan efek langsung
Pityrosporum pada melanocytes. Studi histologi, menunjukkan kehadiran sejumlah
melanocytes pada daerah noda lesi degeneratif dari pitiriasis versikolor. Hal ini memberikan
petunjuk terjadinya penurunan produksi melanin, penghambatan transfer melanin pada
keratinocytes, kedua hal tersebut menimbulkan kekurangan melanin pada kulit. Pendapat
lain bahwa lesi hipopigmentasi terjadi karena mekanisme penyaringan sinar matahari oleh
jamur sehingga lesi kulit menjadi lebih terang dibanding dengan kulit sekitar lesi yang
lebihgelap. Namun pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan hipopigmentasi
padapitiriasis versikolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada pitiriasis
versikolortanpa terpapar oleh sinar matahari.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada
penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku.
terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :
a. Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril. Sisik
kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
b. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi
rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan skapel
tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah
lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk
melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea kapitis
tertentu.
c. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam
dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil
juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap,
pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga
mengganggu pembacaan.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000).
1. Penatalaksanaan medis
a) Diagnosis yang tepat
b) Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan,
daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau
kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta
harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau
pun kombinasi.
c) Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain :
Sistemik :
Griseofulvin
Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram
untuk orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg
BB. Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama
makanan berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra
mikrosize 333 mg. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan
keadaan komunitas.Obat diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih
kurang 1 bulan. Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan
reakasi fotosensitifitas pada kulit.
Golongan asol
Ketonasol efektif untuk dermatofitosis.Pada kasus-kasus resisten terhadap
griseofulfin, obat tersebut dapat diberikan 200mg /hari selama 3-4 minggu pada
pagi hari setelah makan.Ketokonasal merupakan kontra indikasi untuk pasien
kelainan hati. Itrakonazole merupakan derivat triazol yang berspekterum aktifitas
invitro luas dan bersifat fungistatik.Dosis 100 mg perhari selama 2 minggu atau
200 mg per hari selama 1 minggu, memberi hasil baik pada tinea. Pada tinea
ungulium dengan dosis 400 mg perhari selama seminggu tiap bulan dalam 2-3
bulan
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain
adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh
baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk,
imunitas rendah.
b) Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda
disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit dapat bertahan
hidup dalam waktu yang lama.
Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya,
pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu
diterangkan juga tentang biaya pengobatan.
H. KOMPLIKASI
1) Tinia pedis
Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki-kaki, kuku-kuku jari kaki, tangan-
tangan, kuku-kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.
2) Tinia kursis
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar
I. PENCEGAHAN
Penyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik dari
kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit
tinea sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah,
cara pencegahannya antara lain :
1. Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.
2. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki
yang lembab.
3. Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan
hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari
tanpa dicuci)
4. Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).
5. Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.
6. Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur
kulit.
7. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum
8. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki
dan pelipatan kulit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny.S
Umur : 60 Tahun
Agama/suku : Islam
b) Respon bicara : 5
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan :Hipertensi
4) Nadi : 70x/menit
Irama : teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 32 cm
3. Berat badan : 38 kg
4. IMT : 32,20 kg/m²
D. GENOGRAM
A. GENOGRAM
NY “S”
Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
bersama :
b). Riwayat keluhan utama :-Pada kasus panu(tinea vicklor) ini, ditemukan keluhan
utama adanya gatal di sekitar kulit yang terkena panu(tinea versicolor)
3) Riwayat penyakit yang pernah dialami: Saat dikaji pasien biasanya didapat
riwayat penyakit infeksi pada integritas kulit, muram, kutu air
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : tampak bersih
e) Kebersihan genitalia : -
f) Kebersihan anus : -
Observasi: -
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Rambut lurus agak jarang, warna putih ,kulit
kepala bersih
b) Hidrasi kulit : bibir tampak kering (di karenakan pasien
sedang berpuasa)
c) Palpebra/conjungtiva : konjungtiva agak pucat
Sclera : tampak putih
d) Hidung : simestris, tidsk ada sekret
e) Rongga mulut : bersih
Gusi : baik / tidak ada lesi
f) Gigi: gigi berlubang, terlihat ada gigi berwarna hitam dan terkadang
merasakan sakit gigi
g) Kemampuan mengunyah keras: sulit mengunyah makanan keras akibat
banyak gigi yang berlubang dan lainya sudah tidak ada.
h) Lidah: terlihat pucat (di karena sedang pasien sedang berpuasa)
i) Pharing: baik
j) Kelenjar getah bening: -
k) Kelenjar parotis: -
l) Abdomen:-
- Inspeksi : tidak ada acistes
- Auskultasi : peristaltik terdengar 10 x/ menit, perkusi terdengar redup, tidak
kembung (bising usus normal)
n) Kulit
- Ikterik negatif
o) Lesi :-
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
d) Terapi : Ny “S” mengkonsumsi obat resep dokter untuk membantu
mengurangi rasa gatal terhadap penyakitnya (panu)
C. POLA ELIMINASI
3. Observasi: -Ny.S tampak risih dengan kondisinya yang selalu BAK dan BAB
terus-menerus tanpa bisa dikontrol
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 10x/menit.
b) palpasi kandung kemih : Kosong
c) nyeri ketuk :Negatif
d) mulut uretra : -
e) anus: -
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi :
3. Observasi :
a) Akitivitas harian :
1. mandiri
- Makan :0 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Mandi :0 4. bantuan alat dan orang
5. bantuan penuh
- Pakaian :0
- Kerapihan :0
e) Fiksasi : -
f) Tracheostomi : -
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : 7 cmH20
- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi :
Suara napas : vesikuler
Suara ucapan : -
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : simetris
- Palpasi :
Ictus cordis : -
- Perkusi :
Batas atas jantung : -
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : -
Bunyi jantung II P : -
Bunyi jantung I T : -
Bunyi jantung I M : -
Murmur : -
HR : 70 x/menit
Bruit : Aorta :-
A. Renalis : -
A. Femoralis : -
- Rentang gerak : -
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif
- Clubbing jari-jari : -
- Varises tungkai : -
f) Columna vertebralis :
- Inspeksi -:
- Palpasi : -
N. III-IV-VI :
N. XI : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
Hasil pemeriksaan: -
b) Lain-lain :-
Ny.”S” mengatakan sebelum sakit, ia bangun jam 04.30 pagi untuk sholat subuh,
istirahat siang 13.00 setelah zuhur, kemudian bangun jam 15.15 sore . tidur jam 21.50
malam.
3. Observasi :-
4. Therapi : -
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
3. Obervasi : -
4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan : -
- Cornea :-
- Visus : -
- Pupil : -
- Lensa mata : -
b) Pendengaran :
- Pina : -
- Kanalis : -
- Membran timpani : -
- Tes pendengaran : -
c) N. I : (Olfaktorius)
Pasien dapat membedakan bau aroma dengan mata tertutup.
d) N.II : (Optikus)Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak
30 cm. terdapat penyempitan lapang pandang.
e) N.V :(trochlearis) Pada kedua mata terdapat nistagmus, diplopia dan
deviasi mata.
f) N.VII :(Facialis)Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan
mata tertutup,
g) N.VIII :(Akustikus)Fungsi pendengaran baik
h) Test Romberg : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : -
b) Lain-lain : -
c) Therapi : -
Ny.”S” mengatakan, sebelum sakit pasien adalah ibu rumah tangga yang sangat
bertanggung jawab dalam keluarga dan anak-anaknya
3. Observasi :
a) Kontak mata : baik
Ny:”S” mengatakan sering jarang keluar rumah kecuali hal-hal yang peting
3. Observasi : -
3. Observasi : -
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik : -
a). Laboratorium : -
b) lain-lain : -
6. Therapi : -
Ny”S” mengatakan untuk mengatasi stress, Ny”S” selalu keluar rumah untuk
refresing / sekedar jalan-jalan saja
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah :
b) HR : 70x/menit
c) Kulit :-
Basah : -
5. Therapi : -
Ny”S” mengatakan dulu sebelum sakit sering mengalami stress dan kecapean
setelah melakukan aktivitas di rumah.
Ny. S mengatakan setelah sakit hanya bisa sholat dirumah dan istrihat yang
cukup
3. Observasi : -
B. ANALISA DATA
No Data (DO & DS) Etiologi Masalah
.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN\
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis versikolor
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua
bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk
superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris,
tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis).
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis
melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh
jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit
tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal
pada keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh
bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia.
Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas
tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi
langsung, Pemeriksaan dengan Wood's Lamp.
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol
bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif
B. SARAN
Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi keluarga dan Ny.S agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah terbina
dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan tindakan sesuai
dengan kemampuan yang telah dicapai.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II. Ed. 6, Cet. 1 : Jil.
II Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Bukur Ajar Keperawatan Medikal Bedah III, ed. 8, Cet 2, jil. III.
Jakarta : EGC