Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH INTEGUMEN TINEA

VERSICOLOR

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. ADHE YULFIYAH GANI (PO.713241191003)


2. ADINDA AYUNINGTYAS SIKALA (PO.713241191005)
3. FATIMAH SYAHRANI HUSNI (PO.713241191015)
4. IIN ADE SAPUTRA (PO.713241191018)
5. IRWANTO (PO.713241191020)
6. NIZHAMUL HUKMI (PO.713241191025)
7. NUR IFFAH SASMITA ANAS (PO.713241191029)
8. RATIH TAMBING (PO.713241191038)
9. SITI RAHMA ULYA (PO.713241191042)

DIPLOMA III FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

DIPLOMA III FISIOTERAPI 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyusun dan menyajikan
makalah yang berisi tentang “Tinea Versicolor”

Maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai pelaksanaan tugas kami
sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar untuk mata kuliah
FT – Integumen.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat
menjadi acuan dalam menyusun makalah selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.

Akhir kata, semoga Tuhan tetap melimpahkan taufik dan hidayah-Nya


kepada kita semua. Aamiin.

Makassar, 26 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..3
BAB II KAJIAN TEORI………………………………………………………...4
A. LANDASAN TEORI……………………………………………………….4
1) Definisi Tinea Versicolor…………………………………………………...4
2) Proses Tinea Versicolor…………………………………………………….4
3) Etiologi Tinea Versicolor……………...........................................................4
4) Epidemiologi Tinea Versicolor……………………………………………..5
5) Diagnosis Tinea Versicolor…………………………………………………5
6) Prognosis Tinea Versicolor………………………………………………....7

7) Penanganan Fisioterapi pada Tinea Versicolor……………………………..7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tinea Versicolor memang sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur.
Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah,
air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit
tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis
akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan
misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.

2
Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan
toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal.
Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit
dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik
pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis
Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit
akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan kali ini yaitu :
1. Apa definisi dari Tinea Versicolor?
2. Bagaimana proses patofisiologi dari Tinea Versicolor?
3. Bagaimana etiologi dari Tinea Versicolor?
4. Bagaimana Epidemiologi Tinea Versicolor?
5. Bagaimana diagnosis Tinea Versicolor?
6. Bagaimana prognosis Tinea Versicolor?
7. Bagaimana penanganan fisioterapi pada Tinea Versicolor?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini sejalan dengan rumusan masalah, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari Tinea Versicolor.
2. Untuk mengetahui proses patofisiologi dari Tinea versicolor.
3. Untuk mengetahui gejala dari Tinea Vrsicolor.
4. Untuk mengetahui penyebab dari Tines Versicolor.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan dari Tinea Versicolor.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1) Definisi Tinea Versicolor
Tinea versicolor atau pityriasis versicolor adalah penyakit infeksi
kulit yang disebabkan oleh Malassezia. Manifestasi klinis dapat berupa
perubahan pigmentasi (hiperpigmentasi, hipopigmentasi, atau eritema),
disertai skuama halus dan pruritus. Predileksi penyakit ini adalah di dada
dan punggung, tetapi dapat pula mengenai lengan atas, leher, dan wajah.

2) Patofisiologi Tinea Versicolor

3
Patofisiologi tinea versicolor dimulai ketika Malassezia furfur
berubah bentuk menjadi miselia. Malassezia merupakan jamur kulit
yang secara komensal terdapat pada kulit yang sehat dan biasa terdapat
pada area yang berminyak seperti daerah muka, kulit kepala dan
punggung. Orang imunokompeten dapat mengeleminasi Malassezia
melalui monocyte-derived dendritic cells yang memfagosit organisme
ini, sehingga mengaktifkan respon adaptif sel T-helper.Malassezia
dapat menyebabkan tinea versicolor ketika berubah menjadi bentuk
filamentosa patogenik. Faktor yang menyebabkan perubahan patogenik
ini dapat disebabkan oleh predisposisi genetik, kondisi lingkungan yang
hangat dan lembap), imunodefisiensi, kehamilan, kulit berminyak, dan
aplikasi lotion atau krim dengan kandungan minyak tinggi.

3) Etiologi Tinea Versicolor

Etiologi tinea versicolor adalah jamur dimorfik, lipofilik


bergenus Malassezia, yang dahulu dikenal sebagai Pityrosporum dan
memiliki 13 spesies. Jamur ini berbentuk bulat, oval, atau silinder,
memiliki tunas monopolar dan ukuran yang bervariasi antara 2,5-8
mcm.

Faktor Resiko

Telah diketahui bahwa Malassezia bersifat lipofilik dan keberadaan


asam lemak pada kulit membuat organisme ini semakin berkembang.
Pada masa anak, tingkat produksi lemak pada kelenjar sebasea
tergolong rendah. Namun, pada masa remaja terjadi pelepasan lapisan
lemak yang lebih tinggi, sehingga kemungkinan infeksi Malassezia sp
ikut meningkat.

4) Epidemiologi Tinea Versicolor

Epidemiologi tinea versicolor lebih tinggi pada area beriklim


tropis dan kelembapan yang tinggi.

Angka kejadian global tinea versicolor di negara dengan iklim panas


seperti Samoa Barat memiliki angka tinggi yaitu 50%. Sedangkan pada
negara beriklim dingin seperti Swedia, angka kejadian tinea versicolor
rendah dengan angka 1,1%.

5) Diagnosis Tinea Versicolor

4
Diagnosis tinea versicolor dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
mikroskopis dengan KOH akan menunjukkan gambaran spaghetti and
meatballs.

 Anamnesis

Pasien tinea versicolor umumnya datang dengan keluhan bercak pada


kulit yang disertai pruritus. Lesi umumnya muncul di dada dan
punggung, namun juga bisa melibatkan wajah, leher, dan lengan atas.
Pada pasien dengan warna kulit yang cerah, lesi depigmentasi dapat
berwana putih hingga merah-kecoklatan. Pada pasien berkulit gelap,
area yang terkena bisa mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.

Pasien akan mengeluhkan lesi yang bertambah banyak seiring waktu.


Lesi juga akan dirasakan lebih gatal ketika pasien berkeringat atau
berada di tempat yang panas dan lembap.

 Pemeriksaan Fisik

Pada pasien dengan tinea versicolor dapat dijumpai makula


hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, disertai skuama halus.

Dengan melakukan Zireli’s propedeutic maneuver, suatu manuver


dengan cara meregangkan kulit yang terinfeksi dengan kedua ibu jari
tangan membuat pelepasan pada sisik korneum, membuat tinea
versicolor lebih mudah diidentifikasi.

 Diagnosis Banding

Tinea versicolor dibedakan dari pitiriasis alba, vitiligo, dan dermatitis


seboroik yaitu :

Pitiriasis Alba

Pitiriasis alba merupakan penyakit kulit yang sering timbul pada anak-
anak dan remaja. Lesi awalnya berupa makula berskuama dengan warna
kemerahan dan batas tidak tegas, yang kemudian menghilang dan
meninggalkan bekas hipopigmentasi. Predileksi pityriasis alba adalah di
wajah, lengan atas, leher, dan bahu.

Vitiligo

Vitiligo merupakan penyakit gangguan pigmen yang ditandai dengan


perkembangan bercak putih tanpa pigmen. Secara mikroskopis, vitiligo

5
disebabkan tidak adanya melanosit. Pemeriksaan dengan menggunakan
lampu wood menunjukkan daerah depigmentasi berwarna lebih cerah.
Pada biopsi didapatkan amelanosit pada kulit.

Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah chronic papulosquamous dermatosis yang


sering ditemukan pada usia bayi dan dewasa yang disebabkan
peningkatan aktivitas kelenjar seboroik. Dermatitis seboroik sering
mengenai kulit kepala, wajah, dan telinga. Manifestasi klinis berupa
plak eritema berbatas tegas, disertai skuama berminyak disertai dengan
krusta.

 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada tinea versicolor jarang dilakukan, karena


diagnosis pityriasis versikolor pada umumnya mudah ditegakkan
berdasarkan manifestasi klinis. Namun, bila pada beberapa kasus
dengan manifestasi klinis yang tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti dengan pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan
sediaan langsung dengan mikroskop.

Pemeriksaan dengan Lampu Wood

Pemeriksaan lampu wood sebaiknya dilakukan di ruangan yang gelap.


Pada pemeriksaan ini, kulit yang terkena tinea versicolor akan
berfluoresensi menjadi kuning keemasan dengan batas lesi yang jelas.

Pemeriksaan Sediaan Langsung dengan Mikroskop

Preparat sediaan dibuat dari kerokan kulit yang terinfeksi yang


diletakkan pada gelas objek dan ditetesi kalium hidroksida 10%. Pada
pemeriksaan ini akan ditemukan sel yeast-like yang berkumpul seperti
anggur dan memiliki pseudohifa yang pendek dan tebal, atau disebut
gambaran “spaghetti and meatballs.

6) Prognosis Tinea Versicolor

Prognosis Tinea Versicolor baik karena penyakit ini jinak dan


tidak menular. Terapi antifungal topikal umumnya cukup untuk
mengatasi tinea versicolor, namun jika terjadi rekurensi atau penyakit
melibatkan area kulit yang luas, dapat dipertimbangkan pemberian
antifungal sistemik. Komplikasi Meski tinea versicolor mudah untuk
diobati, namun kekambuhan sering terjadi. 35% pasien yang menerima

6
terapi adekuat dilaporkan mengalami rekuren. Lesi kulit yang telah
diobati dengan antifungal dapat meninggalkan bekas yang menetap
selama beberapa bulan hingga tahunan (28-47% kasus).

7) Penanganan Fisioterapi pada Tinea Versicolor

Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh seorang Fisioterapis


dalam menangani kasus jamur kulit. Ini dikarenakan masyarakat
memeriksakan penyakitnya ke dokter atau langsung membeli obat-
obatan yang beredar di pasaran, sehingga fisioterapis jarang menemui
kasus-kasus ini. Walaupun demikian tidak berarti seorang Fisioterapis
tidak dapat dan mengabaikan penanganan terhadap kasus-kasus ini.
Penanganan yang dapat seorang Fisioterapis berikan kepada
seorang dengan keluhan dan kasus yang diakibatkan oleh jamur kulit
diantaranya adalah :
1.      Edukasi
Seorang Fisioterapis dapat memberikan edukasi kepada pasien
apa penyebab jamur kulit dan bagaimana cara mencegah terkena atau
terserang kembali jamur kulit ini.
Penyebab Jamur Kulit :
  Lingkungan tertentu yang menguntungkannya akan tumbuh
menginvasi jaringan kulit, rambut, atau kuku. Kondisi demikian, atau
disebut faktor predisposisi, antara lain adalah kelembaban, suhu
panas, trauma, respons imunitas yang turun, dsb. Sehingga untuk
mendapatkan kesembuhan dan mencegah kekambuhan, selain
pengobatan yang tepat dan adekuat, sangat penting menghilangkan
berbagai faktor predisposisi tersebut.
  Faktor pencetus panuan dapat berupa udara panas dan lembab,
kehamilan, pil KB, faktor genetik, pemakaian obat golongan steroid
(anti-inflamasi, misalnya: prednison, deksametason, betametason, dan
lain-lain)
Pencegahan Jamur Kulit :

7
  Menghilagkan faktor predisposisi
  Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari
bahan katun.
  Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari
memakai kaos kaki yang lembab.
  Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering.
Menggunakan sepatu yang tidak lembab dan jangan lupa menjemur
sepatu.
  Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.
  Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita
infeksi jamur kulit.
  Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat
umum.
  Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di
sela-sela jari kaki dan pelipatan kulit.

2.      Hidroterapi
Hidroterapi adalah bentuk pelayanan medis yaitu terapi
menggunakan air sebagai media. Disini Fisioterapi dapat memadukan
air hangat dan bubuk sulfur atau belerang yang digunakan pasien
untuk berendam. Berendam dengan air hangat yang mengandung
belerang atau sulfur dapat memberikan efek menghaluskan kulit,
memperlancar aliran darah, dan membunuh jamur dan kuman yang
ada pada tubuh. Terapi ini dapat dilakukan dua kali sehari selama 3-4
minggu.

3.      Terapi Ultra Violet


Ultra Violet adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang
mempunyai panjang gelombang sekitar 100 nm hingga 380 nm.
Sedangkan Sinar Ultra Violet dengan panjang gelombang dibawah
290 nm sering dikenal sebagai abiotic rays karena dapat membunuh

8
jamur dan bakteri yang berada di permukaan kulit. Sebelum
melakukan terapi ini perlu dilakukan tes dosis agar terapi yang
diberikan tepat dan tidak membahayakan pasien. Setelah melakukan
tes  dosis akan ditemukan waktu E1 dan dilanjutkan pada kriteria
aplikasi lokal untuk ukuran jamur yang masih kecil dan kriteria
aplikasi general untuk ukuran jamur yang besar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Panu definisi medisnya adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai
dengan adanya makula  di kulit, skuama halus, disertai rasa gatal. Infeksi
jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis   disebabkan oleh
Malassezia furfur menyerang stratum    korneum dari epidermis. Gejala
pada penderita panu yaitu adanya bercak-bercak entah itu putih, coklat
atau merah, tergantung warna kulit. Kemudian teraba seperti bersisik
halus. Sisik itu bila digaruk, akan keluar putih-putih kecil seperti butiran
bedak. Selain itu, bila sedang berkeringat akan terasa sangat gatal.
Penyebab penyakit panu diantaranya adalah kondisi kulit yang terlalu
lembab, keringat berlebih, keseimbangan flora dalam kulit terganggu, dll.
Cara pengobatan apabila sudah terinfeksi panu bersihkan kulit yang
terkena panu, olesi dengan obat atau salep anti jamur,. Jika sudah
menyebar, konsultasi dengan dokter kulit. Pencegahan agar tidak terkena

9
pwnyakit panu antara lain, mandi 2 kali sehari secara rutin, mengeringkan
badan dengan handuk seusai mandi, mandi menggunakan air bersih, tidak
bertukar pakaian dengan orang yang terkena penyakit panu dan memotong
kuku secara rutin..

B. Saran

Di harapkan setiap orang dapat menjaga kebersihan tubuhnya sendiri


agar terhindar dari penyakit panu,tidak bergantian pakaian dengan
sembarangan orang terutama pada penderita panu.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/tinea-
versicolor/prognosis

http://yuniindriawinarti14.blogspot.com/2016/12/makalah-panu_21.html

http://jagatreviewsite.blogspot.com/p/blog-page_24.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai