Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
ANTI FUNGI
Disusun Oleh
Noverita Febriani 1210015046
Inna Adilah 1510015067
Pembimbing
dr. Ika Fikriah, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “P-Treatment
Anti Fungi”. Makalah ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr.Ika Fikriah, M.Kes, selaku
dosen pembimbing kami. Terdapat ketidak sempurnaan dalam makalah ini,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
A. Definisi 5
B. Epidemiologi 6
C. Etiologi 6
D. Klasifikasi 7
E. Patofisiologi 10
F. Gambaran Klinis 11
G. Diagnosis 13
H. Penatalaksanaan15
BAB III TINJAUAN KASUS DAN P-TREATMENT......................................17
A. Menentukan Problem Pasien 18
B. Menentukan Tujuan Terapi 18
C. Pemilihan Terapi 18
D. Pemberian Terapi 25
E. Komunikasi Terapi 26
F. Monitoring dan evaluasi 27
BAB IV PENUTUP...........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Tinea vesikolor adalah penyakit yang dapat menyerang segala umur
baik pria maupun wanita, tetapi umumnya menyerang pada orang dewasa muda
pada usia 15-24 tahun, dimana pada saat tersebut kelenjar keringat lebih aktif.
Di Indonesia, kelainan ini merupakan penyakit yang terbanyak ditemukan
diantara berbagai penyakit kulit akibat jamur. Daerah beriklim sedang terdapat
sekitar 20% tinea versikolor.
2.1.3 Etiologi
Tinea versikolor disebabkan oleh Malassezia spp. Bersifat lipofilik yang
merupakan flora normal pada kulit. Jamur ini dapat bersifat dimorfik, bentuk
ragi dapat berubah menjadi hifa. Dahulu ragi ini digolongkan sebagai genus
Pityrosporum (yang terdiri dari Pityrosporum ovale dan Pityrosporum
orbiculare), tetapi kemudian mengalami reklasifikasi sebagai genus Malassezia.
Analisis genetik sekarang telah menunjukkan bahwa lebih kompleks dan
setidaknya ada 12 spesies terpisah dari ragi lipofilik. Dimana ada 8 yang umum
pada kulit manusia. Spesies lipid dependent tergolong dalam genus; M.
sympodialis, M. globosa, M. restrica, M. slooffae, M. furfur, M. obtusa dan
5
selanjutnya dilaporkan spesies lain yaitu M.dermatitis, M.japonica,
M.yamotoensis, M.nana, M.caprae dan M.equina. satu lipofilik yang tidak
sepenuhnya spesies lipid dependent yaitu M.pachydermatis yang biasanya
ditemukan pada kulit hewan. Selanjutnya yang lebih dikenal M.furfur karena
mencakup spesies yang kompleks. Kolonisasi spesies ini terutama pada bagian
tubuh atas dan lipatan, area yang banyak kelenjar sebasea dan sekresi.
2.1.4 Patogenesis
Malassezia furfur bersifat dimorfik, merupakan organisme lipofilik yang
tumbuh secara in vitro hanya dengan penambahan asam lemak C12-C14 seperti
minyak zaitun dan lanolin. Di bawah kondisi yang tepat, dapat mengkonversi
dari ragi saprofit ke bentuk miselium didominasi parasit, yang menyebabkan
penyakit klinis. Faktor predisposisi untuk transisi miselium mencakup hangat,
lingkungan lembab, hiperhidrosis, kontrasepsi oral, dan penggunaan
kortikosteroid sistemik, penyakit cushung, immunosupressi, dan keadaan
kurang gizi.
Senyawa tertentu disintesis oleh Malassezia yang disebut pityriacitrin
yang menyerap sinar ultraviolet. Secara khusus, melalui lipase Malassezia me
metabolisme berbagai asam lemak seperti asam arakidonat atau vaccenic dan
kemudian melepaskan asam azeleat sebagai salah satu metabolit. Asam azeleat
menghambat kerja tirosinase dalam jalur produksi melanin, yang menghasilkan
hipopigmentasi yang menetap pada kulit yang terkena selama berbulan-bulan,
dan bahkan bertahun-tahun.
6
Pada keluhan biasanya ada gatal ringan atau tidak ada. Penegakan
diagnosis berdasarkan gambaran klinis dapat didukung dari pemeriksaan lampu
wood yang menampakkan fluresensi warna kuning keemasan, serta untuk
memastikan lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan skuama menggunakan
KOH. Tinea versikolor cenderung dapat kambuh pada keadaan panas.
2.1.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Tinea versikolor umumnya tidak disertai gejala subyektif, hanya
berupa keluhan kosmetik, meskipun kadang ada pruritus ringan.
Umumnya terjadi pada usia 15-24 tahun. Faktor predisposisi tinea
versikolor adalah musim panas, hiperhidrosis, olahraga, kulit yang
berminyak. Lesi berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi,
hiperpigmentasi dan kadang eritematosa.
b. Pemeriksaan Kulit
Lokalisasi: Tubuh bagian atas, lengan atas, leher, perut, ketiak,
selangkangan, paha, genital.
Effloresensi:
1. Makula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan, hingga hitam.
2. Berskuama halus
3. Makula berbentuk bulat atau oval dengan ukuran bervariasi.
c. Pemeriksaan Penunjang
7
diperlukan lipid yang mengandung media (misal; minyak zaitun)
sebagai media pertumbuhannya.
2.1.8 Terapi
Beberapa obat topikal digunakan untuk mengobati tinea
versikolor yaitu selenium sulfida, zinc pyrithione, sodium silfacetamid,
ciclopiroxolamine, serta golongan azol, dan preparat anti jamur
allylamin. Anti jamur topikal azole bekerja sangat baik pada tinea
versikolor. Biasanya masa penyembuhannya 2-3 minggu. Penggunaan
ketokonazol dan itrakonazol oral juga efektif pada kasus tinea
versikolor. Dosis ketokonazol yang direkomendasi bervariasi, tetapi
beberapa pasien berespon pada dosis tunggal 400 mg, lainnya mungkin
memerlukan pengobatan yang panjang. Itrakonazol aktif melawan tinea
versikolor dengan total dosis 800 mg- 1000 mg. Diberikan selama 5
hari. Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi yang luas, kambuhan dan
gagal dengan terapi topikal antara lain:
Ketokonazol 200mg/hari selama 7-10 hari atau 400 mg dosis
tunggal.
8
Itrakonazol 200-400 mg/ hari selama 3-7 hari atau 400 mg dosis
tunggal.
Fluconazol 400 mg dosis tunggal.
Selain itu, Terbinafin 1% selalu efektif pada tinea versikolor.
Penggunaan terbinafin oral tidak disarankan untuk pengobatan
Malassezia karena tidak efisien ke permukaan kulit, potensi toksisitas
obat ketika mempertimbangkan penggunaan golongan azol oral pada
aktivitas isoenzim sitokrom p450 harus diatasi ketika
mempertimbangkan penggunaan agen azol oral untuk mengobati tinea
versikolor.
Selenium sulfida 2,5% (sampo selsun). Penggunaannya efektif,
sampo yang berwarna kuning kemerahan digunakan sebelum tidur lalu
dibilas keesokan harinya. Perkiraan pengobatan yang panjang dan
banyak kasus memerlukan pengobatan teratur. (setiap malam selama 2
minggu). Keuntungan dari selenium sulfida yaitu harga yang murah dan
nyaman. Tetapi, dapat mengiritasi saat digunakan pada wajah dan
genital sertai memberi noda pada pakaian dan seprai. Alternatif lain dari
selenium sulfida adalah sampo ketokonazol 2% dengan menyabuni pada
area yang terkena selama 5 menit lalu dibilas. Ini digunakan selama 3
hari berturut-turut.
2.1.9 Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secara tekun dan
konsisten, serta faktor predisposisi dapat dihindari. Lesi hipopigmentasi
dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif.
2.1.10 Edukasi
Edukasi pada pasien agar menjaga kebersihan kulit dan lingkungan,
memakai pakaian dari katun yang tidak ketat, tidak menggunakan
pakaian yang lembab, serta tidak bertukar pakaian dengan orang lain.
9
Kebersihan pribadi dengan mandi teratur menggunakan sabun dan
menjaga agar kulit tetap kering. Menghindari faktor predisposisi
seperti berkeringat meningkat, berbagi handuk dan pakaian,
kekurangan gizi, pakaian sintetis akan membantu untuk mengontrol
penyakit ini.
10
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel
matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada
pH yang lebih rendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau
fungisidal tergantung pada dosis dan sensitivitas jamur yang
dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapat
menchambat aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus
neoformans, Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candida,
Tondopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis,
Paracoccidioides braziliensis, beberapa spesies Aspergillus,
Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesies
Trichophyton. Secara in vitro bila rifampisin atau minosiklin
diberikan bersama amfoterisin B terjadi sinergisme terhadap
beberapa jamur tertentu.
Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat
pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel
bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan
mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.
Bakteri, virus dan riketsia tidak dipengaruhi oleh antibiotik ini
karena jasad renik ini tidak mempunyai gugus sterol pada membran
selnya. Pengikatan kolesterol pada sel hewan dan manusia oleh
antibiotic ini diduga merupakan salah satu penyebab efek toksiknya.
Resistensi terhadap amfoterisin B ini mungkin disebabkan terjadinya
perubahan reseptor sterol pada membran sel.
Indikasi
Amfoterisin B sebagai antibiotika berspektrum lebar yang bersifat
fungisidal dapat digunakan sebagai obat pilihan untuk semua infeksi
jamur. Biasanya diberikan sebagai terapi awal untuk infeksi jamur
yang serius dan selanjutnya akan diganti dengan salah satu azole baru
untuk pengobatan lama atau pencegahan kekambuhan. Pasien yang
11
diobati dengan amfoterisin B harus dirawat di rumah sakit,karena
diperlukan pengawasan yang ketat selama pemberian obat.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini, ibu menyusui, pada
pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik.
Efek Samping
Infus amfoterisin B seringkali menimbulkan kulit panas,
keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot,
kejang dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapatkan
dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil. Terjadi
penurunan fungsi ginjal sebanyak 80% pada pasien yang diberikan
obar amfoterisin B.
Dosis
Amfoterisin B sangat sedikit sekali dicerna melalui saluran cerna.
Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/KgBB cukup efektif untuk berbagai
infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila
diperlukan akan dilanjutkan sampai 3-4 bulan.
Sediaan
Amfoterisin B untuk injeksi tersedia dalam vial berisi 50 mg
bubuk liofilik, dilarutkan dengan 10 mL akuades steril kemudian
diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% dalam air sehingga didapatkan
kadar 0,1 mg/mL larutan. Selain dalam pemakaian parenteral, tersedia
juga sediaan dalam bentuk krim, losio, dan salep yang mengandung
3% amfoterisin B.
Contoh merek dagang: AmBisome (injeksi)
12
Mekanisme kerja
Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat ini efektif untuk
pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis dan
aspergilosis. Cryptococcus dan Candida dapat menjadi resisten selama
pengobatan dengan flusitosin. Empat puluh sampai 50% Candida
sudah resisten sejak semula pada kadar 100 µg/mL flusitosin. Infeksi
saluran kemih bagian bawah oleh Candida yang sensitif dapat diobati
dengan flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi.
In vitro pemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan
menghasilkan efek supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalis
dan C. albicans yang sensitif.
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin
deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah
mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi. Sintesis
protein sel jamur terganggu akibat penghambatan Iangsung sintesis
DNA oleh metabolit fluorourasil. Keadaan ini tidak terjadi pada sel
mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah menjadi
fluorourasil.
Indikasi
Flusitosin untuk infeksi sistemik kurang toksik daripada
amfoterisin B dan obat ini dapat diberikan secara oral.,tetapi cepat
menjadi resisten.maka pemakaian tunggal flusitosin hanya pada infeksi
Cryptococcus neoformans, beberapa spesies Candida dan infeksi oleh
kromoblastomikosis. Obat ini juga dapat juga dikombinasikan dengan
itrakonazol.
Kontraindikasi
Pasien dengan penyakit gangguan ginjal dan ibu hamil, dan
hipersensitivitas pada golongan obat ini.
Efek samping
Flusitosin menimbulkan efek samping yang sering ditemui seperti
mual, muntah, dan diare. Trombositopenia dan leukopenia dapat terjadi
13
jika konsentrasi didalam darah meninggi, menetap (>100 mg/L) dan
dapat juga dijumpai jika obat dihentikan. Peninggian kadar
transaminase dapat juga dijumpai pada beberapa pasien tetapi dapat
kembali normal setelah obat dihentikan.
Dosis
Flusitosin diawali dengan dosis 100 mg/KgBB perhari,dibagi
dalam 4 dosis dengan interval 6 jam namun jika terdapat gangguan
ginjal pemberian flusitosin diawali dengan dosis 25 mg/KgBB.
Sediaan
Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg. dosis
yang dianjurkan antara 50-150 mg/KgBB/hari yang terbagi dalam 4
dosis. Dosis ini harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi ginjal.
Contoh merek dagang: Ancobon (kapsul).
2.2.4 AZOL
Azol adalah senyawa sintetik yang dapat diklasifikasikan sebagai
imidazol atau triazol sesuai dengan jumlah atom nitrogen di cincin
azol. Iminidazol terdiri dari ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol.
Triazol mencakup itrakonazol, flukonazol, vorikonazol, dan
posakonazol. Farmakologi masing-masing azol bersifat unik dan
menjadi penyebab dari beberapa variasi dalam pemakaian klinis.
Mekanisme kerja
Aktivitas antijamur obat azol terjadi karena reduksi sintesis
ergosterol oleh inhibisi enzim-enzim sitokrom P450 jamur. Tokisitas
selektif obat azol disebabkan oleh afnitas mereka yang lebih besar
terhadap enzim sitokrom P450 jamur daripada manusia. Iminidazol
memperlihatkan selektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
triazol sehingga insidens interaksi obat dan efek samping mereka lebih
tinggi. Resistensi terhadap azol terjadi melalui banyak mekanisme.
Meskipun dahulu jarang, kini semakin banyak jumlah galur resisten
14
yang dilaporkan, mengisyaratkan bahwa peningkatan pemakaian obat-
obat ini untuk profilaksis terapi mungkin menyebabkan seleksi galur
resistensi obat pada keadaan-keadaan tertentu.
Indikasi
Topikal: dermatomikosis yang disebabkan oleh dermatofit, ragi,
jamur dan fungi lain, pityriasis versicolor, dan eritrasma.
Sistemik: Infeksi mikosis sistemik (kandidiasis,
coccidioidomycosis, histoplasmosis). Kandidasis mukokutan resisten
yang kronis, kandidasis vaginal resisten yang kronis, infeksis
dermatofita pada kulit atau kuku tangan (tidak ada kuku kaki),
kandidasis mukokutan kronis yang tidak responsif terhadap nystatin
dan obat-obat lain.
Kontraindikasi
Wanita hamil dan menyusui, gangguan hati dan ginjal berat,
hipersensitif, perdarahan genital abnormal yang tidak terdiagnosa.
Efek samping
Iritasi, gatal, rasa terbakar, maserasi penambahan berat badan,
timbulnya jerawat, terjadi seborhea, tidak nafsu makan, gangguan tidur.
Dosis
- Krim 2% : oleskan 1-2x/hari selama 2-3 minggu
- Bubuk 2% : gunakan 1-2x sehari.
- Shampoo 2% : cuci rambut atau kulit dengan shampo,
biarkann selama 3-5 menit lalu bilas sampai bersih
- Peroral : Dewasa : 1x200-400 mg per hari
Anak : 3,3-6,6 mg/kgBB/hari
Sediaan
Azol tersedi dalam bentuk tablet/kaplet 200mg, kapsul 100mg,
krim 2%, salep 2%, shampoo, dan bubuk.
Contoh merek dagang: Ketoconazole, Daktarin, Ketomed.
15
yang dikaitkan ke sebuah asam lemak rantai panjang. Kaspofungin,
milkafungin, dan anidulafungin adalah obat yang telat mendapatkan
lisensi dalam golongan anti jamur ini.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis beta (1,3)---
glukan, suatu komponen esensial yang membentuk dinding sel jamur.
Dalam darah 97% obat terikat protein dan masa paruh eliminasinya
9-11 jam. Obat ini dimetabolisme secara lambat dengan cara
hidrolisis dan asetilasi. Ekskresinya melalui urin hanya sedikit sekali.
Indikasi:
Kaspofungin diindikasikan untuk infeksi jamur sebagai
berikut:
- Kandidiasis invasif, termasuk kandidemia pada pasien
neutropenia atau non-neutropenia.
- Kandidiasis esofagus
- Kandidiasis orofarings
- Aspergilosis invasif yang sudah refrakter terhadap
antijamur lainnya.
Pengobatan umumnya diberikan selama 14 hari. Keamanan
obat ini belum diketahui pada wanita hamil dan anak berumur kurang
dari 18 tahun.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap kaspofungin asetat
Efek samping
Demam, sakit kepala, nyeri perut, nyeri, kedinginan, mual, muntah,
diare, peningkatan jumlah enzim hati (AST, ALT, alkalin fosfatase,
direct bilirubin dan bilirubin total), peningkatan kreatinin serum,
anemia (penurunan hemoglobin dan hematokrit),
plebitis/tromboplebitis, komplikasi pada tempat pemberian infus, ruam
kulit, pruritus, bengkak pada wajah, sensasi hangat, bronkospasme,
anafilaktik, disfungsi hati, udem perifer, dan hiperkalsemia.
16
Dosis
Kaspofungin diberikan sebagai dosis awal tunggal 70 mg, diikuti
oleh dosis harian 50 mg. Kaspofungin larut dalam air dan sangat
terikat ke protein. Waktu paruh adalah 9-11 jam dan metabolit-
metabolitnya diekskresikan oleh ginjal dan saluran cerna. Diperlukan
penyesuaian dosis hanya jika terdapat insufisiensi hati yang parah.
Sediaan
Ekinokandin tersedia hanya dalam bentuk intravena
Contoh merek dagang: Cancidas (injeksi).
17
pedis, tinea kruris dan tinea korporis), dimana terapi oral diperlukan
(disebabkan tempat, keparahan, atau luas).
Kontraindikasi
Terbinafin tidak di indikasikan untuk pasien azotemia atau
gagal hati karena dapat terjadi peningkatan kadar terbinafin yang sulit
diperkirakan.
Efek samping
Efek samping yang dapat muncul setelah menggunakan
terbinafin adalah sakit kepala, ruam, gatal-gatal, mual, diare, sakit
maag, nyeri lambung, gangguan pada indera pengecap, gangguan
penglihatan, penurunan fungsi hati.
Dosis
Dosis Terbinafin adalah 250 mg per hari, biasanya selama 2-6
minggu untuk tinea pedis, 2-4 minggu untuk tinea kruris, 4 minggu
pada tinea korporis, 6 minggu - sampai 3 bulan untuk infeksi kuku
(kadang-kadang lebih lama pada infeksi toenail); ANAK (tidak
dianjurkan) biasanya selama 2 minggu, tinea kapitis, pada anak berusia
di atas 1 tahun, berat badan 10-20 kg, 62,5 mg sekali sehari; berat
badan 20-40 kg, 125 mg sekali sehari; berat badan lebih dari 40 kg,
250 mg sekali sehari.
Sediaan
Tablet 250 mg dan krim
Contoh merek dagang: Lamisil.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN P-TREATMENT
Kasus :
Seorang laki-laki berkulit sawo matang berusia 20 tahun datang ke
praktek, dengan keluhan gatal dan terdapat bercak-bercak bewarna putih di
daerah punggung. Setelah dilakukan anamnesis diketahui bahwa pasien adalah
seorang yang belakangan ini sering berenang di kolam renang umum. Ia
mengaku bahwa saat berada di kolam renang tersebut sangat ramai dengan
banyak pengunjung. Pada pemeriksaan fisik ditemukan terdapat berbentuk bulat
dan lonjong berdiameter sekitar 1-3cm. asien mengaku bercak tersebut mulai
muncul sekitar 1 bulan yang lalu di daerah leher.
19
A. Menentukan Problem Pasien
- Gatal
- Terdapat bercak putih di daerah punggung dan leher
B. Menentukan Tujuan Terapi
- Mengupayakan kondisi pasien bebas dari rasa gatal.
- Mengupayakan pasien bebas dari bercak putih pada punggung dan
leher untuk tujuan kosmetik.
C. Pemilihan Terapi
1) Terapi Non Farmakologis
- Menghindari faktor pencetus seperti berenang di kolam renang umum
yang kurang terjaga kebersihannya
- Menjaga higiene perseorangan seperti membilas badan dengan air
bersih dan sabun setelah berenang
- Menghindari menggunakan handuk secara bergantian dengan orang
lain
2) Terapi Farmakologis
Pilihan terapi farmakologis untuk tinea versikolor adalah sebagai berikut :
20
kolesterol). dan muntah, obat antineoplastik
Golongan obat ini lemas dan
merupakan obat kelelahan yang
antijamur dengan tidak wajar,
spektrum kerja kehilangan nafsu
paling luas namun makan, demam,
kurang diserap di nyeri pada lokasi
saluran cerna. injeksi
Karenanya,
makrolid polien
hanya efektif
untuk jamur di
lumen saluran dan
tidak dapat
digunakan untuk
penyakit sistemik.
Analog +++ ++ +++ +
Pirimidin: Flusitosin masuk Efek Samping: KI : - Ancobon
Flusitosisn ke dalam sel Mual, muntah, Pasien dengan kapsul
jamur dengan nafsu makan penyakit gangguan 250mg,
bantuan sitosin menurun, diare, ginjal, ibu hamil, 500mg
deaminase dan mulut kering, dan
dalam sitoplasma sakit kepala, hipersensitivitas - Cytoflu
akan bergabung sedasi, reaksi pada golongan obat tablet 250
dengan RNA alergi (kesulitan ini. mg, 500mg
setelah bernapas,
mengalami penyempitan
deaminasi saluran napas,
menjadi 5- pembengkakan
21
fluorourasil dan bibir, lidah, atau
fosforilasi. wajah, atau gatal
Sintesis protein gatal), nyeri dada,
sel jamur kulit atau mata
terganggu akibat menguning,
penghambatan sedikit, tidak ada
Iangsung sintesis urin, halusinasi,
DNA oleh kesemutan,
metabolit gangguan
fluorourasil. pendengaran.
Keadaan ini tidak
terjadi pada sel
mamalia karena
dalam tubuh
mamalia
flusitosin tidak
diubah menjadi
fluorourasil
22
sintesis ergosterol Rp. 58.055
jamur sehingga -Ketomed SS
mengakibatkan 2% Shampo
timbulnya defek 60ml,
pada membran sel Rp. 57.471
jamur
Ekinokandin: ++ + +++ +
Kaspofungin Obat ini bekerja Efek Samping: KI : - Cancidas,
dengan Demam, sakit Hipersensitivitas 50mg/vial
menghambat kepala, nyeri terhadap
sintesis beta perut, nyeri, kaspofungin asetat
(1,3)--glukan, kedinginan, mual,
suatu komponen muntah, diare,
esensial yang peningkatan
membentuk jumlah enzim hati
dinding sel jamur. (AST, ALT,
Dalam darah 97% alkalin fosfatase,
obat terikat direct bilirubin
protein dan masa dan bilirubin
paruh total),
eliminasinya 9-11 peningkatan
jam. Obat ini kreatinin serum,
dimetabolisme anemia
secara lambat (penurunan
dengan cara hemoglobin dan
hidrolisis dan hematokrit),
asetilasi. plebitis/trombople
Ekskresinya bitis, komplikasi
melalui urin pada tempat
23
hanya sedikit. pemberian infus,
Kaspofungin ruam kulit,
diindikasikan pruritus, bengkak
untuk infeksi pada wajah,
jamur kandidasis sensasi hangat,
invasif, bronkospasme,
kandidiasis anafilaktik,
esofagus, disfungsi hati,
kandidiasis udem perifer, dan
orofarings, hiperkalsemia
aspergilos invasif.
Alilamin: ++ ++ +++ ++
Terbinafin Terbianfin Efek Samping: KI : Termisil 1%,
digunakan untuk sakit kepala, pasien azotemia krim Rp.
terapi ruam, gatal-gatal, atau gagal hati 69.000
dermatofitosis, mual, diare, sakit karena dapat Terbinafin
khususnya maag, nyeri terjadi peningkatan 250mg tablet,
onikomikosis. lambung, kadar terbinafin Rp. 25.050
Terbinafin adalah gangguan pada yang sulit
obat keratofilik indera pengecap, diperkirakan.
yang bersifat gangguan
fungisidal. penglihatan,
Seperti obat azol, penurunan fungsi
obat ini hati
mengganggu
pembentukan
ergosterol, tetapi
terbinafin tidak
berinteraksi
24
dengan sistem
P450. Terbinafin
menghambat
enzim skualen
epoksida jamur,
hal ini
menyebabkan
akumulasi
skualen sterol,
yang toksik bagi
organisme.
Berdasarkan tabel diatas, pilihan anti fungi yang sesuai dengan kondisi
pasien adalah golongan azole karena spektrum kerja azole yang luas. Bentuk
sediaan Azole dapat berupa tablet, krim, bubuk dan shampoo.
25
20mg/mL x
80mL x 1
Rp 46.500
Miconazole +++ ++ ++ ++
sel jamur Efek Samping: KI : Funtas krim:
terganggu akibat Mual, muntah, Pasien dengan 20g x 1
penghambatan nafsu makan penyakit gangguan Rp 35.000
Iangsung sintesis menurun, diare, ginjal dan ibu Mycorine
DNA oleh mulut kering, hamil, dan Gelenium
metabolit sakit kepala, hipersensitivitas bubuk : 25 g
fluorourasil. sedasi, reaksi pada golongan obat x1
Keadaan initidak alergi (kesulitan ini. Rp 38.500
terjadi pada sel bernapas,
mamalia karena penyempitan
dalam tubuh saluran napas,
mamalia pembengkakan
flusitosin tidak bibir, lidah, atau
diubah menjadi wajah, atau gatal
fluorourasil gatal), nyeri dada,
kulit atau mata
menguning,
sedikit, tidak ada
urin, halusinasi,
kesemutan,
gangguan
pendengaran.
26
Miconazole +++ ++ ++ ++
Flusitosin masuk Efek Samping: KI : Funtas krim:
ke dalam sel Mual, muntah, Pasien dengan 20g x 1
jamur dengan nafsu makan penyakit gangguan Rp 35.000
bantuan sitosin menurun, diare, ginjal dan ibu Mycorine
deaminase dan mulut kering, hamil, dan Gelenium
dalam sitoplasma sakit kepala, hipersensitivitas bubuk : 25 g
akan bergabung sedasi, reaksi pada golongan obat x1
dengan RNA alergi (kesulitan ini. Rp 38.500
setelah bernapas,
mengalami penyempitan
deaminasi saluran napas,
menjadi 5- pembengkakan
fluorourasil dan bibir, lidah, atau
fosforilasi. wajah, atau gatal
Sintesis protein gatal), nyeri dada,
sel jamur kulit atau mata
terganggu akibat menguning,
penghambatan sedikit, tidak ada
Iangsung sintesis urin, halusinasi,
DNA oleh kesemutan,
metabolit gangguan
fluorourasil. pendengaran.
Keadaan initidak
terjadi pada sel
mamalia karena
dalam tubuh
mamalia
27
flusitosin tidak
diubah menjadi
fluorourasil
D. Pemberian Terapi
1) Non-Farmakologis
- Menghindari faktor pencetus seperti berenang di kolam renang umum
yang kurang terjaga kebersihannya
- Menjaga higiene perseorangan seperti membilas badan dengan air bersih
dan sabun setelah berenang
- Menghindari menggunakan handuk secara bergantian dengan orang lain
2) Farmakologis
Berdasarkan tabel pemilihan obat p-treatment di atas,obat yang dipilih
adalah golongan Ketoconazole, yang ditinjau dari segi
efficacy,suittability,cost, dan safety. Dimana obat ini memiliki keunggulan
dari segi efficacy dan cost dibandingkan obat anti fungi golongan lain. Selain
itu, obat ini merupakan terapi lini pertama
PRAKTEK DOKTERdalam terapi tinea versicolor
BERSAMA
dr. Noverita Adilah
Jalan Perjuangan Nomor 11
Telp.0541-727777
SIP.1910027016
R/ Solinfec krim 5 g I
S 2dd cap I pc
28
E. Komunikasi Terapi
1) Informasi Penyakit
- Penyakit yang disebabkan oleh jamur secara normal berada di kulit
- Penyakit tidak menular
- Bercak putih tidak permanen dan dapat kembali normal dalam 1-2 bulan
setelah pengobatan di mulai
2) Infomasi Terapi Non-Farmakologis
- Menghindari faktor pencetus seperti berenang di kolam renang umum
yang kurang terjaga kebersihannya
- Menjaga higiene perseorangan seperti membilas badan dengan air bersih
dan sabun setelah berenang
- Menghindari menggunakan handuk secara bergantian dengan orang lain
29
F. Monitoring dan evaluasi
- Kontrol pengobatan, pasien harus kontrol kembali sebelum obatnya
habis
- Obat dihentikan minimal setelah 2 tahun bebas serangan, dan tidak
dijumpai retardasi psikomotor dan devisit neurologis. dosis dikurangi
sebesar 25% tiap 2 atau 4 minggu
- Monitoring obat dalam serum.
30
BAB IV
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
32