0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
83 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas penggolongan dan karakteristik beberapa jenis antibiotik kuinolon, yaitu asam nalidiksat, levofloksasin, moksifloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, enoksin, dan ofloksasin. Antibiotik-antibiotik tersebut memiliki spektrum yang berbeda terhadap bakteri gram positif dan negatif serta digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi.
Dokumen tersebut membahas penggolongan dan karakteristik beberapa jenis antibiotik kuinolon, yaitu asam nalidiksat, levofloksasin, moksifloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, enoksin, dan ofloksasin. Antibiotik-antibiotik tersebut memiliki spektrum yang berbeda terhadap bakteri gram positif dan negatif serta digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi.
Dokumen tersebut membahas penggolongan dan karakteristik beberapa jenis antibiotik kuinolon, yaitu asam nalidiksat, levofloksasin, moksifloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, enoksin, dan ofloksasin. Antibiotik-antibiotik tersebut memiliki spektrum yang berbeda terhadap bakteri gram positif dan negatif serta digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi.
Asam Nalidiksat adalah kuinolon pertama yang ditemukan memiliki aktivitas
antibakteri tapi asam nalidiksat tidak mencapai kadar antibakteri sistemik dan sampai saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran kemih. 2. Levofloksasin C18H20FN3O4
Levofloksasin aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif.
Memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap pneumokokus dibandingkan siprofloksasin. Levofloksasin diindikasikan untuk community acquired pneumonia tapi sebagai terapi lini kedua. Di Indonesia, ketiga obat ini tidak disetujui untuk pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak karena banyak ditemukan stafilokokus yang resisten. Penggunaan obat ini sebaiknya dihindarkan pada MRSA. 3. Moksifloksasin C12H24FN3O4 Moksifloksasin sebaiknya digunakan untuk mengobati eksaserbasi akut dari brokitis krnis hanya bila terapi konvensional tidak berhasil atau dikontraindikasikan dan sebagai terapi lini kedua dari community acquired pneumonia Moksifloksasin aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram Negatif Moksifloksasin memiliki aktivitas yang lebih besar dibandingkan siprofloksasin terhadap organisme Gram positif termasuk pneumokokus. Moksiflokssasin tidak aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa atau meticillinn-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) 4. Siprofloksasin C17H18FN3O3
Siprofloksasin aktif terhadap bakteri Gram Positif dan Gram negatif.
Siproflokasin terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella, shigella, kampilobakter, Neisseria, dan pseudomonas Siprofloksasin hanya memiliki aktivitas yang sedang terhadap bakteri Gram posiif seperti Streptococcus pneumonia dan Enterococcus faecalis karena itu tidak boleh digunakan untuk pneumonia pneumokokus. Siprofloksasin aktif terhadap klamidia dan beberapa mikobakteria. Sebagian besar kuman anaerob tidak sensitive terhadap siprofloksasin. Penggunaan siprofloksasin termasuk untuk infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem pencernaan dan gonore serta septicemia oleh organisme sensitive. Pada anak siprofloksasin digunakan untuk infekssi pseudomonas pada fibrosis sistik dan juga untuk mengatasi dan mencegah antrax anhalation. Jika manfaat pemberian melebihi risiko yang dapat ditimbulkan, siprofloksasin dapat digunakan untuk mengatasi infeksi saluran nafas, saluran kemih dan sistem saluran cerna. Selain itu juga digunakan untuk mengobati septicemia yang disebabkan organisme yang multi resisten dan gonore. Siprofloksasin juga digunakan untuk mencegah penyakit meningokokus. Unuk anak, tetes mata ofloksasin digunakan untuk infeksi mata. Data mengenai penggunaan kuinolon lain pada anak masih terbatas. 5. Norfloxacin C16H18FN3O3 Norfloxacin adalah antibiotik spektrum luas golongan fluorokuinolon generasi pertama, yang banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, prostatitis, maupun infeksi menular seksual gonore. FDA black box side effects untuk semua golongan fluorokuinolon adalah pengawasan atau keterbatasan penggunaan yang berkaitan dengan efek samping berat dan irreversible, seperti tendinitis, ruptur tendon, neuropati perifer, gangguan sistem saraf pusat, dan dapat memperburuk myasthenia gravis. Karena itu norfloxacin hanya diberikan jika tidak ada alternatif terapi lain yang lebih aman. Norfloxacin berkonsentrasi di tubulus renal dan kandung kemih serta dapat mengobati infeksi bakteri aerob gram positif dan gram negatif. Efek terapi dari norfloxacin adalah bakterisid dengan cara menahan pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat enzim bakteri yang berperan dalam regulasi DNA. 6. Enoxacin C15H17FN4O3
Enoxacin adalah antibiotik yang termasuk ke dalam golongan fluoroquinolone
yang sangat efektif melawan bakteri gram negarif. Obat ini telah digunakan untuk mempelajari resistensi silang fluoroquinolone pada bakteri Escehria coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Enoxacin secara struktural terkait dengan asam nalidixic dan menghambat DNA gyrase pada bakteri. Enoxacin dapat digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, terutama gastroenteritis termasuk diare akibat infeksi, infeksi saluran pernapasan, gonore dan infeksi saluran kemih. Enoxacin juga dapat digunakan untuk tujuan selain tercantum dalam panduan pengobatan ini. 7. Ofloxacin C18H20FN3O4
Ofloxacin adalah obat dengan fungsi untuk mengobati berbagai infeksi
bakteri. Ofloxacin sendiri berada di klasifikasi antibiotik quinolone. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Ofloxacin aktif terhadap bakteri aerobik gram positif termasuk penghasil penisilinase dan bukan penghasil penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram negatif termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan terhadap Stafilokokus yang resisten terhadap metisilina. Aktivitas antibakteri ofloxacin dengan jalan menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. Antibiotik ini hanya mengatasi infeksi bakteri. Obat ini tidak akan bekerja untuk mengatasi infeksi virus (seperti flu biasa). Penggunaan yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik apapun dapat menyebabkan efektivitasnya menurun.