Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS II

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL MENGGUNAKAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Dosen Pengampu :

Dra. Hj. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt

Ade Yeni Aprilia, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 1 _ 3A Farmasi

31118005 Cindi Kartika


31118004 Gina Nur Fitria M.P
31118020 Mutia Ambar Permatasari
31118048 Rangga Dwi Muharram
31020196 Risnawa Puji Astuti
31118044 Vina Fujiyanti

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2021
Hari, Tanggal : Selasa, 20 April 2021

Praktikum ke- :5

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan kadar parasetamol dari sediaan farmasi dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS.

B. DASAR TEORI
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi (Ibnu
Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013).
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi
elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi
atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi
absorbsi ataupun spektroskopi emisi.Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri
pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau
pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan
cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian
spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk
gelombang elektromagnetik (Ibnu Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (I0), melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hukum Lambert Beer antara lain, radiasi yang digunakan harus
monokromatik, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak
tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut, tidak terjadi peristiwa
fluoresensi atau fosforesensi dan indeks bias tidak bergantung pada konsentrasi
blanko (Ibnu Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013). Dengan gambaran
Spektrum elektromagnetik sebagai berikut :

Gambar 1. Spektrum Elektromagnetik


Prinsip berdasarkan hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi senyawa obat. Dengan rumus
sebagai berikut :
A=ε×b×c
Yang mana: A = absorbansi; ε = absorptivitas molar; b = tebal kuvet (cm); dan c
adalah konsentrasi (M). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas
yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan (Ibnu Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013).

C. PRINSIP DASAR
Spektrofotometri uv-vis merupakan metode penetapan kadar sampel dengan adanya
interaksi antara energi yang berupa sinar monokromatik dari sumber sinar dengan
materi berupa molekul. Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak pada
umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-elektron ikatan, akibatnya panjang
gelombang pita yang mengabsorbsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang
mungkin ada dalam suatu mokeul, dimana biasanya pada senyawa organik terdapat
penyerapan radiasi UV-vis yang terbagi 3 yaitu elektron sigma, elektron phi, dan
elektron bukan ikatan atau non bonding elektron. Besarnya energi yang terserap dan
diteruskan ke detektor merupakan perpindahan energi dari keadaaan elektronik
dasar ke keadaan elektronik tereksitasi. Dengan struktur luminal sebagai berikut:

D. SIFAT FISIKOKIMIA ANALIT


 Nama : Parasetamol/ Acetaminophen
 Struktur :

 Rumus Molekul : C 8 H 9 NO2


 Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
 Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, larut dalam air mendidih dan
NaOH
1 N.
(Farmakope Indoensia Edisi VI,2020. Hal 998)
E. ALAT DAN BAHAN
 Alat yang digunakan : Labu ukur 50 mL dan 10 mL, Mikropipet 10-100
mikroliter, Pipet Volume, gelas kimia 100 mL, kuvet, botol semprot dan lap/tisu.
 Bahan yang digunakan : parasetamol p.a, dan etanol 96%.
 Sampel : Larutan Parasetamol

F. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi dan pengukuran larutan standar

Ukur panjang
Larutkan dalam etanol gelombang maksimum
Menimbang 50 mg
96% 50 ml (larutan menggunakan
Paracetamol p.a Spektrofotometri UV-
standar 1000 ppm)
Vis

Lakukan pengenceran
Catat masing- Larutan standar diukur dengan konsentrasi 2,
absorbansinya (sesuai
masing absorbansi konsentrasi) menggunakan 4, 6, 8, 10, 12, 14
yang diperoleh Spektrofotometri UV-Vis ppm masing-masing
10 ml

Buat kurva
kalibrasi hingga
diperoleh
persamaan y=
bx+a
2. Penetapan kadar analit (Paracetamol)

Ambil 5 ml larutan
Lakukan baseline
analit paracetamol,
dengan pelarut yang
encerkan ad 50 ml
digunakan (etanol
etanol 96% (10x
96%)
pengenceran)

Ukur absorbansi
Masukkan sampel
sampel pada panjang
hasil pengenceran
gelombang max : 245
kedalam kuvet
nm

Catat hasil absorbansi. Hitung kadar sampel


Masukkan ke
- Konsentrasi : x . Faktor pengenceran
persamaan y=bx+a
yang sudah diperoleh - Kadar analit = x 100 %

3. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


1. Pembuatan Larutan Stok
50 mg parasetamol p.a dilarutkan dalam 100 mL etanol 96%

50 mg x
=
100 mL 1000

50.000
x =
100

x = 500 ppm
Konsentrasi
Absorbansi
Standar (ppm)
3,5 0,34
4 0,41
4,5 0,48
5 0,56
5,5 0,68
6 0,75
6,5 0,83

Kurva Kalibrasi Paracetamol


0.9
0.8 f(x) = 0.17 x − 0.26
0.7 R² = 0.99
0.6
Absorbansi

0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Konsentrasi (ppm)

2. Perhitungan Pengenceran
a. Konsentrasi 3,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 3,5 ppm
35
V1 =
500
= 0,07 mL = 70 µL
b. Konsentrasi 4 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 4 ppm
40
V1 =
500
= 0,08 mL = 80 µL

c. Konsentrasi 4,5 ppm


V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 4,5 ppm
45
V1 =
500
= 0,09 mL = 90 µL
d. Konsentrasi 5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 5 ppm
50
V1 =
500
= 0,10 mL = 100 µL
e. Konsentrasi 5,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 5,5 ppm
55
V1 =
500
= 1,1 mL = 110 µL
f. Konsentrasi 6 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 6 ppm
60
V1 =
500
= 1,2 mL = 120 µL
g. Konsentrasi 6,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 ppm = 10 mL . 6,5 ppm
65
V1 =
500
= 1,3 mL = 130 µL

3. Perhitungan Kadar Sampel


Diketahui :
a = 0,2607
b = 0,1679
Absorbansi sampel = 0,4125
Perhitungan Persamaan Regresi Linear :
y = bx + a
0,4125 = 0,01679x + 0,2607
0,4125- 0,2607 = 0,01679x
x = 4,0095

Konsentrasi = 4,0095 x factor pengenceran

Konsentrasi = 4,0095 x 10

Konsentrasi = 40,095 ppm

4. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan analisis kuantitatif yaitu penentuan kadar
luminal dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Prinsip percobaan nya yaitu
berdasarkan penentuan kadar luminal/phenobarbital dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis untuk melihat serapannya ditunjukkan dengan
perhitungan regresi linear.
Spektrofotometri didefinisikan sebagai interaksi antara radiasi elektromagnetik
(REM) dengan sampel. Jika panjang gelombang REM yang digunakan bersesuaian
dengan panjang gelombang ultraviolet-visible maka disebut spektrofotometri
ultraviolet-visible yang biasadisingkat dengan UV-Vis (Ibnu Ghalib Gandjar dan
Abdul Rohman, 2013).
Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber sinar adalah sinar
polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator, sebabkan
perubahan sinar dari polikromatis menjadi monokromatis, kemudian sinar
monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi larutan maka akan
menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah
menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan
yang dihasilkan adalah absorban atau transmittan). Alat ini menggunakan hukum
Lambert Beer sebagai acuan, yaitu A = ε B C, dimana hukum Lambert Beer ini
merupakan hubungan antara Absorbansi dengan konsentrasi/ppm yang linier
terhadap penyerapan cahaya, jika konsentrasinya > 0,01M maka, tidak linier karena
ada elektrostatis antara molekul dalam jarak dekat. Panjang gelombang untuk sinar
ultraviolet antara 200-400nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampak
atau visible antara 400-750nm (Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013).
Parasetamol dianalisis kadaarnya dengan menggunakan spektrofotometer
karena secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor
dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet. Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana
asam pada panjang gelombang 245 nm.

GUGUS
AUSOKROM

GUGUS
AUSOKROM

GUGUS KROMOFOR
Ikatan ganda antara dua atom yang
memiliki pasangan elektron bebas
Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang
disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus
auksokrom ini adalah substituen seperti –OH, -NH2, -NHR dan –NR2. Gugus
ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser maksimum absorpsi
kearah panjang gelombang yang lebih panjang (Roth dan Blaschke, 1985).
Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm,
namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut terikat
(Wiryawan dkk., 2008).

Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah karena spektrofotometer


merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan
ketelitiannya tinggi.Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis
memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan
juga merupakan senyawa aromatic karena memiliki gugus aromatic sehingga
memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometri.
Pada spektrofotometer membutuhkan penentuan panjang gelombang
maksimum, dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang
gelombang yang memberikan absorbansi maksimal terhadap kompleks warna
yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan
dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu sehingga
diperoleh kurva kalibrasi maka larutan standar (senyawa murni obat) dibuat
dalam 7 konsentrasi. Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan
konsentrasi 3,5 ppm; 4 ppm; 4,5 ppm; 5 ppm; 5,5 ppm 6 ppm dan 6,5 ppm.
Sebelumdilakukanpengukuranserapan, maka harus ditentukan panjang
gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang
gelombang maksimum (λ maks) yakni panjang gelombang maksimum
memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling
besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi
memenuhi hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang
gelombang maksimum untuk parasetamol 245 nm sehingga dalam penentuan
kadar parasetamol digunakan panjang gelombang tersebut. Menurut teori,
panjang gelombang maksimum untuk parasetamol adalah 247 nm.
Setelah diperoleh absorbansi sampel pada analisis spektrofotometer
kemudian dihitung dan dihubungkan antara hasil kurva kalibrasi dan
absorbansi sampel berdasarkan perhitungan y=bx+a. Setelah persamaan garis
diperoleh maka kadar parasetamol dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi
obat dalam sampel berdasarkan hukum lambert-beer, hukum Lambert-Beer
menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-
Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :Sinar yang digunakan dianggap
monokromatis; penyerapanterjadidalamsuatu volume yang mempunyai
penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak
tergantung terhadap yang lain dalam larutantersebut; tidak terjadi fluorensensi
atau fosforisensi ; serta indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Hasil perhitungan kadar parasetamol adalah 40,095 ppm.

5. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk penentuan
kadar sampel parasetamol menghasilkan kadar sebesar 40,095 ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Clarke, 2005, Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, Pharmaceutical Press.

Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia, Edisi Kelima. Jakarta Departemen


Kesehatan RI.

Florey, K. 1982. Analytical Profiler of Drug Substances, academic Press. New York.

Gandjar, Ibnu Gholib & Rohman Abdul. 2015. Spektroskopi Molekular Untuk Analisis
Farmasi. Yogyakarta : University Press

Janet L. Stringer, 2009. Konsep Dasar Farmakologi : Panduan untuk Mahasiswa Edisi
3, Jakarta Penerbit Buku EGC

Prof. Dr. Sudjadi, M.S., Apt dan Abdul Rohman, M.Si., Apt, 2008. Analisis Kuantitatif
Obat. Gadjah Mada University Press

Susila Kristianingrum, Handout Spektroskopi Ultra Violet Dan Sinar Tampak


(Spektroskopi Uv – Vis)

Application : ChemBioDrawUltra

Anda mungkin juga menyukai