Disusun oleh :
Else Putri Hartaningsih 15/379354/FA/10443
Gemilang Sekar Hapsari 15/379355/FA/10444
Nadia Kusuma Putri 15/379364/FA/10453
Omi Enda Naomi 15/379366/FA/10455
Prisla Diva Ukhibba 15/379369/FA/10458
Tanggal Praktikum : 15 Maret 2018
Dosen Pengampu : Dr. Tatang Irianti, M. Si., Apt
Dosen Jaga : Prof. Dr. Abdul Rochman, M. Si., Apt.
B. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Spektrofotometri UV
C. DASAR TEORI
Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk
memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat
pada khususnya, dan dari bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif merupakan
analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa - senyawa yang
ada di dalam sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar)
absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Sedangkan
analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom dalam suatu
elemen atau molekul, serta identifikasi gugus – gugus karakteristik (Gandjar dan Rohman,
2007)
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy
relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna
yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu daerah
akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi
dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu
daerah panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi
sampai pada panjang gelombang mikro (Asnah, 2012).
Beberapa survey literatur mengungkapkan metode UV, KCKT, RP KCKT,
densiometri dan polarografi dapat digunakan untuk menentukan formulasi atau kadar
paracetamol dan lornoxicam. Tidak ada metode yang ditawarkan untuk menentukan dosis
paracetamol dan lornoxicam dengan metode panjang gelombang-ganda. Dalam analisis
formulasi yang mengandung dua atau lebih obat, satu obat dapat mengganggu dalam
penilaian obat yang lainnya. Untuk menghindari hal tersebut, pemisahan komponen
campuran dengan ekstraksi yang biasanya dilakukan (Kondawarl, dkk, 2011).
Selain itu, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
kandungan Parasetamol dalam tablet Parasetamol menurut literatur lain. Beberapa metode
yang umum digunakan yaitu metode HPLC (menurut Farmakope Indonesia),
spektrofotometri UV (British Pharmacopoiea dan USP), serta nitrimetri. Dalam percobaan
ini digunakan metode spektrofotometri UV (menurut British Pharmacopoiea).
1. Titrimetri
a) Diazotasi (Nitrimetri)
Metode ini melibatkan hidrolisis parasetamol untuk menghasilkan amin
aromatis primer lalu diikuti dengan titrasi menggunakan larutan baku natrium nitrit
dalam suasana asam.
b) Titrasi dengan DBH
Merupakan metode titrimetri yang sederhana dan akurat menggunakan
titran larutan baku N,N-dibromo dimetilhidantoin (DBH). Dalam keseluruhan
reaksi, parasetamol dioksidasi menjadi p-quinon oleh DBH. Indikator yang
digunakan pada metode ini adalah larutan Amaranth 0.2% dalam etanol. Titik akhir
titrasi ditandai dengan hilangnya warna pink.
2. Spektrofotometri visibel
a) Metode Bratton-Marshall
Metode ini dilakukan dengan cara menghidrolisis parasetamol dengan asam
sehingga terbentuk amin aromatis primer yang selanjutnya di diazotasi dengan
asam nitrit membentuk garam diazonium lalu dikopling dengan naftil etilen diamin
(NED).
b) Metode Amonium molibdat
Metode ini didasarkan pada reaksi antara parasetamol dengan ammonium
molibdat dalam medium asam kuat untuk menghasilkan molibdenum berwarna biru
yang dapat dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 670 nm.
3. Spektrofluorometri
Parasetamol merupakan senyawa yang tidak berfluorosens maka parasetamol
dapat ditetapkan kadarnya secara tidak langsung dengan metode spektrofluorometri
dengan mereaksikannya lebih dulu menggunakan Ce(IV) sebagai agen pengoksidasi
dan mengukur intensitas fluorosensi relatif Ce(III) yang berasal dari Ce(IV).
Penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri secara langsung
sebelumnya menggunakan tahap derivatisasi. Agen penderivat parasetamol
diantaranya seperti reagen fluoresamin dan dansil klorida.
4. Kromatografi
a) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Metode KLT-Densitometri telah digunakan untuk analisis parasetamol
secara simultan. Keuntungan metode ini dibanding spektrofotometri adalah
kemampuan KLT untuk memisahkan komponen-komponen dalam sampel yang
dianalisis sehingga menghilangkan adanya kemungkinan saling mengganggu antar
komponen.
b) Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Metode KCKT ini bersifat sederhana, cepat, dan sesuai untuk penetapan
kadar parasetamol secara simultan. Pemisahan kromatografi dilakukan dengan
kolom karbon grafit yang porous. Fase gerak yang digunakan adalah campuran
asetonitril-buffer kalium fosfar 0,05M (pH 5,5) dengan perbandingan 80:20 v/v dan
dihantarkan secara isokratik. Detektor yang digunakan adalah spektriotometer UV
pada panjang gelombang 244 nm.
5. Spektrofotometri UV
Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri UV karena
parasetamol mempunyai kromofor yang mampu menyerap sinar UV. Parasetamol
1%
dalam etanol mempunyai panjang gelombang maksimal 249 nm dengan nilai E1𝑐𝑚
sebesar 900.
Spektroskopi merupakan studi antar aksi radiasi elekromagnetik dengan materi.
Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang diteruskan melalui ruang
dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi elektromagnetik dan
yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Daerah sinar tampak mulai dari warna
merah pada panjang gelombang 780 nm sampai warna ungu pada panjang gelombang 380
nm (kisaran frekuensi 12800 – 26300 cm-1). Sedangkan daerah ultraviolet berkisar dari 380
nm sampai 180 nm (kisaran frekuensi 2630 – 55500 cm-1). Energi pada daerah
ultraviolet dan sinar tampak berkisar dari 140 sampai 660 kj/mol (Gandjar dan Rohman,
2007).
Struktur parasetamol terdiri dari sebuah cincin benzen yang tersubstitusi oleh
gugus hidrokdil (-OH) dan atom nitrogen dari gugus amida yang berada pada posisi para
(1,4), sehingga senyawa tersebut dinamai dengan para-asetaminofenol yang kemudian
lebih dikenal dengan parasetamol. Parasetamol merupakan metabolit aktif dari
phenacetine, yang juga merupakan agen analgesik dan antipiretik. Parasetamol lebih
disukai karena parasetamol tidak bersifat karsinogenik pada dosis terapi (Anonim, 2014)
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim
siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat
ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan
analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor,
salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain, karena
selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas
tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.
D. ALAT BAHAN
Alat :
1. Corong pisah
1. Gelas ukur 25 ml
2. Beaker glass 50 ml ; 100 ml ; 250 ml
3. Labu takar 10 ml; 50 ml; 100 ml; 500 ml
4. Kuvet dan spektrofotometer UV
5. Pipet tetes dan pipet volume
6. Mikropipet dan bluetip
7. Mortir dan stamper
8. Neraca analitik dan kertas timbang
9. Corong dan kertas saring
Bahan :
1. Tablet PanadolExtra®20 buah
1. NaOH 0,1 N
2. Aquadest
3. Parasetamol serbuk (standard)
4. Kloroform
E. CARA KERJA
a. Pembuatan larutan stok dan menentukan λ maksimum
Timbang 100 mg parasetamol standar
↓
Dalam labu takar 100 ml, tambah NaOH 0,1 N hingga tanda
↓
Digojog dan didapatkan konsentrasi 1 mg/ml.
↓
Discanning pada spektrofotometer UV λ : 200 – 400 nm, blanko NaOH
b. Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet PanadolExtra® satu per-satu
↓
Dihitung rata-ratanya dan tentukan keseragaman bobot berdasarkan ketentuan
Farmakope Indonesia Edisi III
e. Preparasi sampel
Ditimbang seksama kurang lebih 700 mg serbuk Panadol
↓
Ditambahkan 50 NaOH 0,1 N, 100 ml aquadest, dicampur dan disaring larutan
↓
Ditambahkan 50 ml kloroform, digojog
↓
Disahkan dengan ekstrasi cair – cair (NaOH-kloroform), diambil fase NaOH
↓
Dibaca absorbansi di λ maks dan ditentukan kadar dengan memplotkan pada nilai
absorbansi (y) pada persamaan kurva baku
↓
Direplikasi 3x
3. Pembuatan NaOH
Membuat 500 mL NaOH 0,1 N, maka bobot NaOH yang harus di timbang
𝑔 1000
𝑁= 𝑥
𝐵𝐸 𝑉
𝑥 1000
0,1 𝑁 = 𝑥
40 500
𝑥 = 2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Penimbangan NaOH:
1. 2,015 g
2. 2,056 g
3. 2,091 g
r = 0,9899 𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
b = 0,0999 𝑦 = 0,0999𝑥 − 0,1626
a = -0,1626 Scaning pada λ = 256 nm
5. Penimbangan Sampel
Sampel ke- Bobot sampel (mg) Absorbansi
1 692,0 0,500
2 689,3 0,485
3 691,0 0,472
4 692,7 0,513
Faktor pengenceran: 666,67 x
a. Sampel 1
𝑦 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
0,500 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
𝑥 = 6,633 µg/ml
b. Sampel 2
𝑦 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
0,485 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
𝑥 = 6,482 µg/ml
c. Sampel 3
𝑦 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
0,472 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
𝑥 = 6,352 µg/ml
d. Sampel 4
𝑦 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
0,513 = 0,0999 𝑥 − 0,1626
𝑥 = 6,763 µg/ml
7. Perhitugan Kadar Sampel dalam tablet
a. Sampel 1
6,633 𝑥 100 𝑥 666,67
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 =
692,0 𝑥 1000
𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,639
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 0,639 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 688,6
𝑚𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
440,03 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 =
𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
b. Sampel 2
6,482 𝑥 100 𝑥 666,67
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 =
689,3 𝑥 1000
𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,627
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 0,627 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 688,6
𝑚𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
431,697 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 =
𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
c. Sampel 3
6,352 𝑥 100 𝑥 666,67
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 =
691,0 𝑥 1000
𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,613
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 0,613 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 688,6
𝑚𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
421,998 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 =
𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
d. Sampel 4
6,763 𝑥 100 𝑥 666,67
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 =
692,7 𝑥 1000
𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,651
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 0,651 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 688,6
𝑚𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
448,2 𝑚𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 =
𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Uji Pencilan
Kadar dicurigai : 421,998 mg
421,998 − 431,697
𝑄ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = | |
448,200 − 421,998
𝑄ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,701
Kadar rata-rata
440,030 + 431,697 + 448,200
Kadar rata-rata = = 440,066 𝑚𝑔/𝑡𝑎𝑏
3
SD = 8,25
CV
𝑆𝐷 8,25
𝐶𝑉 = = 𝑥 100% = 1,87 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 440,066
SE
𝑆𝐷
SE=
√𝑛
8,25
=
√3
= 4,769
LE
LE = ± t x SE
= ± 3,18 x 4,769
= ± 15,165
Rentang Kadar
Kadar rata-rata – LE ≤ x ≤ kadar rata-rata + LE
424,901 mg ≤ x ≤ 455,231 mg
Perhitungan Recovery
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Recovery = x 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Sampel I
440,030
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100% = 88,006 %
500
Sampel II
431,697
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100% = 86,339 %
500
Sampel III
Tidak dihitung karena data merupakan pencilan
Sampel IV
448,200
𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100% = 89,640 %
500
H. KESIMPULAN
1. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar parasetamol dalam tablet
parasetamol adalah dengan menggunakan spektrofotometri UV (menurut FI II, FI
III, British Pharmacopeiea).
2. Tablet parasetamol (Panadol) memenuhi keseragaman bobot tablet menurut
Farmakope Indonesia.
3. Panjang gelombang maksimum parasetamol yang didapatkan sesuai dengan teori
yaitu 256 nm.
4. Kadar parasetamol rata-rata dalam tiap tablet adalah 440,066 mg/tablet. Kadar yang
didapat tidak sesuai dengan etiket pada panadol (600 mg paracetamol).
5. Harga SD yang diperoleh sebesar 8,25. Harga CV yang diperoleh sebesar 1,87%.
CV kurang dari 5% sehingga data presisi.
6. Metode ini tidak cukup tepat untuk menganalisis parasetamol karena memiliki %
recovery (perolehan kembali) sebesar 87,995% (kurang dari 95%).
I. DAFTAR PUSTAKA
American Hospitally Formulary Services, 2015, AHFS Drug Information, American
Society of Health Services, USA.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2011, UV-Visible, http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/01/uv-
visible.html, diakses pada 5 April 2018 pukul 18.55 WIB.
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2015, Bodrex Tablet, https://www.klik-apotek.com/bodrex-tablet.html, diakses
pada 5 April pukul 19.05 WIB.
Asnah, Marzuki, 2012, Kimia Analisis Farmasi, Dua Satu Press, Makassar.
Gandjar dan Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Katzung, Bertram G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi pertama, Salemba
Medika, Jakarta.
Kondawarl, M.S., dkk., 2011, Spectrophotometric estimation of Paracetamol and
Lornoxicam in Bulk drug and Tablet dosage form using Multiwavelength
method. International Journal of PharmTech Research. Vol. 3. Maharashtra.
India.
Larson, A.M., Polson, J., Fontana, R.J., Davern, T.J., Hynan, L.S., dan ALF Study
Group, 2005, Acetaminophen-Induced Acute Liver Failure: Result of a United
States Multicenter, Prospective Study, Hepatology Vol. 42, No.6.
Lusiana Darsono, 2002, Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol,
JKM. Vol. 2. No. 1.
Sartono, 1993, Pengaruh Pemberian Dosis Tunggal Parasetamol Terhadap Komposisi
Metabolit Parasetamol Dalam Urin Tikus Jantan Malnutrisi. Dalam:
Darsono, I., 2002, Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol. Diakses tanggal 20 April 2015, http://cls.maranatha.edu.
Sumar, Hendayana, 1994, Kimia Analisis Instrumen, IKIP Semarang Press, Semarang.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.