Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

NAMA : SEKAR AYU KUMARA

NIM : 1811102415125

KELAS :B

KELOMPOK :5

DOSEN PENGAMPU : Apt. DWI LESTARI, S.Farm.,M.Si

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2020
I. Judul
Kromatografi Lapis Tipis
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan
metode krommatografi lapis tipis (KLT)
2. Untuk mengetahui cara pemisahan pigmen warna dari tinta
dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
III. Latar Belakang
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik kromatografi
yang digunakan untuk memisahkan campuran. Kromatografi lapis
tipis dilakukan pada selembar kaca, plastic, atau alumunium foil yang
dilapisi dengan silica gel/selulosa. Setelah sampel diaplikasikan pada
plat, fase gerak ditarik plat melalui aksi kapiler (Bele, 2019).
Alat yang digunakan pada kromatografi lapis tipis yaitu
chamber yang berfungsi untuk merendam kertas pada analisa
kromatografi lapis tipis, cawan porselin, pinset, gelas ukur, pipet
volume, vial, batang pengaduk, sendok tanduk, alat uv. Fase diam
pada kromatografi lapis tipis yaitu plat KLT/selulosa (Rompas, 2015).
Pereaksi spesifik adalah pereaksi/reagensia yang jika
ditambahkan kedalam sampel akan menghasilkan reaksi yang khas
dibandingkan dengan reaksi lainnya. Pereaksi spesifik harus peka
terhadap analit, sehingga pereaksi hanya bereaksi dengan satu
analit. Beberapa jenis pereaksi untuk KLT yaitu vanilin asam sulfat,
asam fosfomolibdat, reagen dragendorff, FeCl3, Sitroborat (Alen,
2017).
Metode kromatografi lapis tipis menggunakan plat kaca tipis
yang dilapisi dengan silica gel sebagai fase diam dan menggunakan
fase gerak. Prinsip KLT adalah distribusi suatu senyawa antara fase
diam yang diterapkan pada plat kaca dan fase gerak cair, yang
bergerak diatas fase diam (Kumar, 2015).
Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan
analisis. Tujuan dilakukan pengamatan yaitu untuk mengetahui cara
mengidentifikasi noda. Pengamatan KLT dapat menggunakan
penampak bercak uv 254 untuk melihat flouresensi pada lempeng
dan penampak bercak uv 366 untuk melihat flouresensi pada noda
(Alen, 2017).
Fase gerak adalah pelarut yang dipilih menurut sifat-sifat
komponen dalam campuran. Fase gerak harus mempunyai
kemurnian yang sangat tinggi. Fase gerak yang biasa digunakan
yaitu Heksan : Etil Asetat, Petrol : Dietileter, Petrol : Kloroform,
Toluen : Etil Asetat : Asam Asetat, Kloroform : Aseton, n-Butanol :
Asam Asetat : air, Metanol : air (Oktaviantari, 2019).
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Vial
c. Cawan porselin
d. Sendok tanduk
e. Gelas ukur
f. Pinset
g. Alat uv
2. Bahan
a. Ekstrak tanaman
b. Alumunium foil
c. Lempeng silica
d. Tisu
V. Cara Kerja
1. Penyiapan lempeng KLT dan penjenuhan chamber
a. Penyiapan lempeng silica gel
b. Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20x20 cm. Dipotong
dengan ukuran 7 cm x 1 cm (untuk satu ekstrak). Lempeng
diberi garis penotolan menggunakan pensil 3b pada bagian
bawah dengan 1 cm dan garis bagian atas 0,5 cm dari bagian
atas
c. Penjenuhan chamber
d. Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan
penutupnya. Chamber (1) dan chamber (2) diisi dengan eluen
dengan kepolaran yang berbeda. Kemudian dimasukkan
potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi
chamber dan kemudian di tutup. Eluen dibiarkan hingga naik
melalui kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber
dianggap telah jenuh)
2. Penotolan sampel pada lempeng
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan:
Ekstrak n-Heksan (dilarutkan dengan etil asetat), ekstrak etil
asetat (dilarutkan dengan n-Heksan). Ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada
lempeng yang telah disiapkan (jika memngkinkan untuk tujuan
kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5-20 mikroliter).
Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang
telah dijenuhkan. Bila eluen telah mencapai batas atas dari
lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak
bercak UV254 dan UV366
VI. Hasil
Rf Rf
No Sampel Fase Gerak (thymoquinon (dithymoqu
e) inone)
Methanolic benzene : glacial
1 < 0.3 < 0.3
extract acetic acid (1 : 1)
carbon
Water tetrachloride/aceton
2 0.6 0.5
extract e glacial acetic acid
(15.2 : 3 : 1)
3 Oil chloroform 0.62 0.45
VII. Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul kromatografi lapis tipis (KLT).
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa mengetahui cara pemisahan
dengan menggunakan metode krommatografi lapis tipis (KLT) dan
untuk mengetahui cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis (KLT) adalah teknik kromatografi yang digunakan untuk
memisahkan campuran. Kromatografi lapis tipis dilakukan pada
selembar kaca, plastic, atau alumunium foil yang dilapisi dengan
silica gel/selulosa. Setelah sampel diaplikasikan pada plat, fase
gerak ditarik plat melalui aksi kapiler (Bele, 2019).
Nigella sativa L. atau yang biasa disebut jinten hitam, jinten
ireng, black cumin, merupakan tanaman asli dari Eropa Selatan yang
mempunyai beragam kandungan. Kandungan kimia yang ada pada
biji tanaman jinten hitam adalah minyak atsiri, minyak lemak,
saponin, melantin, nigellein, zat samak, nigellon, thymoquinone,
dithymoquinone, hymohydroquinone, thymol, dan komponen gizi
seperti karbohidrat, lemak, vitamin, unsurunsur mineral, protein,
asam amino esensial, monosakarida dalam bentuk glukosa,
rhamnosa, xylose, dan arabinose (Mahfur, 2018).
Hasil pengamatan plat KLT di bawah sinar tampak, UV 366,
dan UV 254 menunjukkan adanya bercak golongan terpenoid
ditandai dengan pendaran berwarna biru pada masing-masing
bercak. Bercak profil KLT senyawa golongan terpenoid memiliki
pendaran warna biru apabila disemprot dengan pereaksi semprot
vanilin-asam sulfat (Fadliyah, 2018).
Faktor retensi (Rf) nilai dari berbagai jenis sampel dari analisis
jintan hitam baik ekstrak maupun minyak komersial menggunakan
fase gerak yang berbeda. Pilihan pelarut untuk proses
pengembangan tergantung dari perilaku komponen yang mana harus
dipisahkan. Pemisahan terbaik tercapai ketika nilai faktor retensi (Rf)
di antara 0,3 dan 0,6 karena pengembangan noda sedang dalam
perkembangan ke titik akhir proses pengembangan (Popovska,
2020).
VIII. Kesimpulan
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik kromatografi yang
digunakan untuk memisahkan campuran
2. Kandungan kimia yang ada pada biji tanaman jinten hitam adalah
minyak atsiri, minyak lemak, saponin, melantin, nigellein, zat
samak, nigellon, thymoquinone, dithymoquinone,
hymohydroquinone, thymol, dan komponen gizi
3. Hasil pengamatan plat KLT di bawah sinar tampak, UV 366, dan
UV 254 menunjukkan bercak warna biru
4. Pendaran warna biru apabila disemprot dengan pereaksi semprot
vanilin-asam sulfat
IX. Daftar Pustaka
Alen, Yohanes. 2017. “Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dan
Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Pada Mencit Putih
Jantan”. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Hal 148.
Bele, Archana. 2019. “An Overview On Thin Layer Chromatography”.
International Journal Of Pharmaceutical Sciences And
Research. Page 127.
Fadliyah, Hilyatul. 2017. “Ekstrak n-Heksana Jinten Hitam (Nigella
sativa Linn) Meningkatkan Aktivitas Estrogenik pada Sel CHO-
K1”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kumar, Sanjeet. 2015. “Thin Layer Chromatography”. International
Journal Of Pharmaceutical Sciences Review And Research.
Page 127.
Mahfur. 2018. “Profil Metabolit Sekunder Senyawa Aktif Minyak Atsiri
Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Dari Habasyah Dan India. Jurnal
Farmasi Indonesia. Hal 92.
Oktaviantari, Destiana Eka. 2019. “Identifikasi Hidrokuinon Dalam
Sabun Pemutih Pembersih Wajah Pada 3 Klinik Kecantikan Di
Bandar Lampung Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dan
Spektrofotometri Uv-Vis”. Jurnal Analis Farmasi. Hal 95.
Popovska, Olga. 2020. “Thin-Layer Chromatography Analysis Of
Nigella sativa L. Essential Oil”. Journal of Hygienic Engineering
and Design. Page 155.
Rompas, Romario Aldi. 2015. “Isolasi Dan Identifikasi Flavonol
Flavonoid Dalam Daun Lamun”. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai