KIMIA PEMISAHAN
ISOLASIPIGMEN DARI DAUN BAYAM SECARA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH:
NAMA : M. DWI JEFRY ARDIANSYAH
NIM : K1A021065
SHIFT :A
HARI/TANGGAL : SELASA/22 MARET 2022
ASISTENSI : VIKRI FADILA
ii
ISOLASI PIGMEN DARI DAUN BAYAM SECARA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I. TUJUAN
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui dan memahami teknik dasar kromatografi.
2. Mengenali cara isolasi bahan alam yang mengandung senyawa
bermolekul besar.
3. Trampil dalam melakukan pemisahan dan isolasi senyawa bahan alam
dengan cara kromatografi lapis tipis.
1
2
terjadi pada plat kromatografi lapis tipis atau pun jumlah puncak
kromatogram kromatografi lapis tipis (Handayani, 2005).
Fase diam dan fase gerak mempunyai arti masing-masing. Fase diam
merupakan salah satu fase komponen yang penting. Terjadinya perbedaan
kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diam yang menyebabkan
terjadinya perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya komponen -
komponen dari suatu senyawa. Fase gerak merupakan pembawa analit
dapat bersifat berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa
bahan cair dan berupa gas yang umumnya dapat dipakai sebagai gas
senyawa yang mudah menguap. Fase diam juga merupakan proses yang
dilalui oleh fase gerak untuk mengetahui jarak antara noda dengan jarak
pelarutnya (Basri, 2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan
sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi lapis tipis
dapat di gunakan untuk pemisahan senyawa - senyawa yang bersifat
hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dijelaskan
dengan kromatografi kertas (Kurniawan dan Santosa, 2004). Kromatografi
lapis tipis merupakan cara cepat dan mudah untuk dapat melihat kemurnian
suatu sampel maupun karakterisasi sampel dengan menggunakan standar.
Cara ini praktis untuk analisis data skala kecil karena hanya memerlukan
bahan yang sangat sedikit dan waktu yang dibutuhkan singkat. Kemurnian
suatu senyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi pada plat
kromatografi lapis tipis atau pun jumlah puncak kromatogram kromatografi
lapis tipis. Uji kualitatif pada kromatografi lapis tipis dapat dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi kromatogram sampel dengan
kromatogram senyawa standar. Pada plat kromatografi lapis tipis atau pun
jumlah puncak kromatogram kromatografi lapis tipis. Uji kualitatif pada
kromatografi lapis tipis dapat dilakukan dengan membandingkan waktu
retensi kromatogram sampel dengan kromatogram senyawa standar
(Handayani,et al., 2005).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan pemisahan kation secara
kromatografi kertas antara lain mortar, perlengkapan KLT,
perlengkapan kromatografi kolom, corong buchner, dan pengisapan
corong pisah.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan pemisahan kation
secara kromatografi kertas yaitu metanol, heksana, silika gel untuk
KLT.
3
4
- Dipotong-potong
- Dimasukkan ke dalam mortar
- Ditambahkan 20 mL metanol
- Dihaluskan
- Disaring dengan corong buchner dan pengisapan
- Digerus ampasnya dengan 20 mLcampuran
heksana methanol (60:40)
- Disaring dengan corong buchner
- Diekstraksi sekali lagi dengan pelarut heksana-
metanol (60:40)
- Disaring
- Dijadikan 1 semua ekstrak dalam corong pisah
- Dicuci ekstrak 2 kali dengan air
- Dipisahkan apisan heksana
- Dikeringkan larutan heksana dengan Na2SO4 anhidrat
berlebih
- Didestilasi untuk mengeluarkan pelarut heksana
sampai cairan tinggal 1 mL
Hasil larutan
5
Nilai Rf
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Ekstraksi pigmen dari daun bayam
6
7
4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan
atas perbedaandistribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya
dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase
diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat
berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa
gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair
(Gumelar dan Irsyad, 2014). Pada prinsipnya, semua cara pemisahan
kromatografi mengalami proses yang sama yaitu adanya distribusi
komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang
akan dipisahkan (Mulja, 1995).
Kromatografi dibedakan menjadi beberapa jenis didasarkan pada
teknik kerja yang digunakan (Khopkar, 2008) :
1. Kormatografi Lapis Tipis
Merupakan suatu proses pemisahan yang di mana terdapat fase
gerak yang dapat berupa zat cair, sedangkan fase diamnya berupa
zat padat.
2. Kromatografi Kolom
Merupakan metode terbaik untuk melakukan pemisahan
campuran dalam jumlah yang besar di mana fase geraknya dapat
berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat.
3. Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi yang teknik suatu pemisahan di mana
fase diamnya berupa zat cair. Salah satu zat padat dapat digunakan
untuk menyongkong fase diam contohnya bubuk selulosa.
4. Kromatografi Gas
Merupakan metode kromatografi yang dinamis untuk
memisahkan dan sebagai pendeteksi senyawa-senyawa yang mudah
menguap dalam suatu campuran.
Kromatografi lapis tipis merupakan cara cepat dan mudah untuk
dapat melihat kemurnian suatu sampel maupun karakterisasi sampel
dengan menggunakan standar. Cara ini praktis untuk analisis data skala
kecil karena hanya memerlukan bahan yang sangat sedikit dan waktu
yang di butuhkan singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat dari
jumlah bercak yang terjadi pada plat kromatografi lapis tipis atau pun
jumlah puncak kromatogram kromatografi lapis tipis (Handayani,
2005). Prinsip dari KLT ini di mana suatu analit bergerak melintasi
lapisan fase diam di bawah pengaruh fase gerak, yang bergerak melalui
fase diam. Semakin polar suatu senyawa fase gerak, semakin besar
partisi ke dalam fase diam gel silika, semakin sedikit waktu yang
9
Gambar 4.3.1
Gambar 4.3.2
11
Gambar 4.3.3
Tahapan yang berikutnya adalah proses pemisahan kromatografi
lapis tipis. Langkah yang peryama kali dilakukan pada tahapan ini
adalah dengan mengakytifkan plat KLT dengan menggunakan oven
pada suhu 100oC selama 30 menit. Fungsi dari adanya pengovenan plat
KLT adalah agar plat KLT yang digunakan dapat aktif terlebih dahulu,
sehingga silika gel dapat Kembali dan dapat kembali menjalankan
fungsinya dengan baik. Lalu ekstrak daun bayam yang telah didapatkan
sebelumnya kemudian diambil dengan pipa kapiler dan ditotolkan pada
batas bawah yang terdapat pada plat KLT. Pipa kapiler yang digunakan
berfungsi agar mencegah terlalu banyaknya larutan yang diletakkan ke
dalam plat KLT tersebut. Kemudian plat KLT tersebut dilakukan
pengeringan terlebih dahulu. Setelah noda sampel ekstrak bayam yang
diteteskan kering lalu dimasukkan ke dalam tabung kromatografi yang
berisi eluen heksana. Kemudian bercak dilihat dengan memasukkan
pelat KLT ke dalam bejana yang telah dijenuhkan dengan uap iodium.
12
Gambar 4.3.4
Gambar 4.3.5
Dari hasil percobaan kali ini dapat dilihat warna dari hasil noda
yang didapatkan setalah dilakukan pencelupan adalah warna kuning.
Kemudian nilai jarak yang ditempuh substansi/analit yang digunakan
adalah sejauh 2,6 cm, sedangkan jarak yang ditempuh noda adalah
sejauh 2,2 cm.
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut
dari titik asal. Nilai Rf digunakan sebagai nilai pembanding relatif antar
sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam
fasa diam sehingga nilai Rf sering disebut juga faktor retensi
(Alegantina & Isnawati, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
Rf yaitu struktur kimia senyawa yang dipisahkan, polaritasfase diam,
tebal dan kerataan permukaan fase diam, polaritas fase gerak, kejenuhan
bejana kromatografi, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, dan
kesetimbangan (Sastroamidjojo, 1985).
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Arundina, Ira., et al. (2015). Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis Sudamala
(Artemisia Vulgaris L.). Artikel Penelitian. Volume 1(2): 167-171.
Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: Kineka Cipta.
Campbell, et al. (1995). Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Gritter, R. J., et al. (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung Press.
Gumelar, Aji., dan Irsyad. (2014). Tugas Makalah Laboratorium Lingkungan
Kromatografi. Diakses melalui
https://www.academia.edu/11001215/Kromatografi.
Handayani, S. (2005). Kromatografi Lapis Tipis untuk Penentuan Kadar Hesperidin
dalam Kulit Buah Jeruk. Jurnal Penelitian Saintek, 10(1).
Khopkar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Mirwan, Agus. (2013). Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-Heksana –Mek – Air
pada Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian. Konversi. Volume 2. No. 1.
Mulja, M., & Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
Oktaviantari, Destiana Eka., et al. (2019). Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sabun
Pemutih Pembersih Wajah Pada Tiga Klinik Kecantikan Di Bandar Lampung
Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri UV-Vis.
Jurnal Analis Farmasi. Volume 4(2), 91-97.
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. (2006). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Liberty, Yogyakarta.
Syafi’I, Makmum., et al. (2018). Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang
Temu Manga (Curcuma Mangga). Jurnal Jamu Indonesia. Volume 3(3), 109-
115.
Watson, D. (2005). Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
15
LAMPIRAN
Data Pengamatan
Data Perhitungan
16