Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI


“ KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) ”

Senin, 09 November 2020

Dosen pembimbing :

Apt. Dwi Lestari, S.,Farm.,M,si

Disusun Oleh :

Roby Martinus Baya 17111024150016

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020/2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Bagaimana cara pemisahan dengan menggunakan metode


kromatografi lapis tipis (KLT).
2. Bagaimana cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).

II. DASAR TEORI

Tumbuhan jintan hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu


spesies dari genus Nigella yang memiliki kurang lebih 14 spesies
tanaman yang termasuk dalam famili Ranunculaceae (Widyaningrum,
2012). Jintan hitam juga dikenal dengan nama daerah jinten hitam
pahit, sedangkan nama asingnya black cumin (Inggris), habbatussauda
(Arab), kalonji (India) (Mahendra, 2008).

Menurut Widyaningrum (2012) tanaman jintan hitam (Nigella sativa

L.) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ranunculales

Famili : Ranunculaceae

Genus : Nigella

Spesies : Nigella sativa L.

Kandungan kimia biji Nigella sativa L. adalah saponin, polifenol


(Hutapea, 1994), alkaloida, steroida dan flavonoida (Liu, et al., 2011).
Kandungan kimia lainnya adalah protein, karbohidrat dan asam lemak
esensial. Disamping itu terdiri dari asam linoleat, asam oleat, kalsium,
kalium, besi, seng, magnesium, selenium, natrium, vitamin A, vitamin
B1, vitamin B2, niasin, vitamin C . Argin (untuk pertumbuhan bayi), 15
asam amino termasuk delapan dari sembilan asam amino utama dan
serat (Mahendra, 2008), karoten yang akan diubah oleh hati menjadi
vitamin A yang dikenal berfungsi sebagai antikanker (Ahmad, et al.,
2012).

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik kromatografi yang


digunakan untuk memisahkan campuran. Kromatografi lapis tipis dilakukan
pada selembar kaca, plastic, atau alumunium foil yang dilapisi dengan silica
gel/selulosa. Setelah sampel diaplikasikan pada plat, fase gerak ditarik plat
melalui aksi kapiler (Bele, 2019).

Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan


beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran
yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan
pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Bercak pada plat
KLT dimonitor di bawah lampu UV 254 nm dan UV 365 nm. Penentuan
golongan senyawa pada uji KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT
dengan beberapa pereaksi (Alan, dkk. 2017).

Alat yang digunakan pada kromatografi lapis tipis yaitu chamber


yang berfungsi untuk merendam kertas pada analisa kromatografi lapis
tipis, cawan porselin, pinset, gelas ukur, pipet volume, vial, batang
pengaduk, sendok tanduk, alat uv. Fase diam pada kromatografi lapis tipis
yaitu plat KLT/selulosa (Rompas, 2015).

Pereaksi spesifik adalah pereaksi/reagensia yang jika ditambahkan


kedalam sampel akan menghasilkan reaksi yang khas dibandingkan
dengan reaksi lainnya. Pereaksi spesifik harus peka terhadap analit,
sehingga pereaksi hanya bereaksi dengan satu analit. Beberapa jenis
pereaksi untuk KLT yaitu vanilin asam sulfat, asam fosfomolibdat, reagen

dragendorff, FeCl 3, Sitroborat (Alen, 2017).

Fase gerak dalam KLT adalah cairan, pada umumnya merupakan


campuran daripelarut organik polar dan nonpolar, alkohol / air / asam,
alkohol / air /basa dll. dan fasa diam adalah lapisan bahan yang tipis
misalnya silika gel, alumina, selulosa dll di atas piring tipis dan datar seperti
kertas, kaca, plastik, dan aluminium. Fase mengangkut zat terlarut melalui
fase diam dan kecepatan transportasi tergantung pada gaya fase gerak
saat ia melarutkan zat terlarut dan memindahkannya ke atas piring.
Kecepatan transportasi zat terlarut juga tergantung pada hambatan zat
tersebutbahan adsorben saat menarik zat terlarut keluar dari larutan dan
kembali ke adsorben.Zat terlarut yang sangat tertarik ke adsorben bergerak
perlahan dan zat terlarut yang kurang tertariklapisan padat bergerak cepat.
Oleh karena itu, senyawa berbeda dengan sifat yang berbeda pula dapat
dipisahkan dengan menggunakan berbagai interaksi zat terlarut dengan
adsorben dan fase diam (Ara G, et al. 2018).

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

ALAT BAHAN

Batang pengaduk Ekstrak tanaman

Vial Alumonium foil

Cawan porselin Plat silica gel

Gelas ukur Tisu

Sendok tanduk

Spektro UV-Vis

Pinset
IV. CARA KERJA KERJA

A. Penyiapan lempeng KLT dan penjenuhan chamber

1. Penyiapan lempeng silica gel


Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20 x 20 cm, dipotong
dengan ukuran 7 x 1 cm (untuk 1 ekstrak). Lempeng diberi garis
penotolan menggunakan pensil 3B pada bagian bawah dengan 1
cm dan garis bagian atas 0,5 cm.

2. Penjenuhan chamber
Disiapkan 2 buah chamber yang bersih lengkap dengan
penutupnya. Chamber (1) dan chamber (2) diisi dengan eluen
dengan kepolaran yang berbeda. Kemudian dimasukkan kertas
saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian
ditutup. Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring hingga
melewati penutup kaca (chamber dianggap telah jenuh).

B. Penotolan sampel pada lempeng

1. Disiapkan alat dan bahann yang dibutuhkan


Ekstrak n-Heksan (dilarutkan dengan etil asetat), ekstrak etil asetat
(dilarutkan dengan n-Heksan). Ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada
lempeng yang telah disiapkan (jika memngkinkan untuk tujuan
kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5-20 mikroliter). Lempeng
yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan
pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah
dijenuhkan. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan. Amati secara

langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV254 dan

UV366.
V. HASIL

(Table 1. Table Hasil Identifikasi Ekstrak)


VI. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan analisis ekstrak tumbuhan jiten hitam


dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Tujuan dilakukannya
praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara pemisahan
dengan menggunakan metode krommatografi lapis tipis (KLT) dan untuk
mengetahui cara pemisahan pigmen warna dari tinta dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah
teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran.
Kromatografi lapis tipis dilakukan pada selembar kaca, plastic, atau
alumunium foil yang dilapisi dengan silica gel/selulosa. Setelah sampel
diaplikasikan pada plat, fase gerak ditarik plat melalui aksi kapiler (Bele,
2019).
Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan
beberapa kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran
yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan
pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Bercak pada plat
KLT dimonitor di bawah lampu UV 254 nm dan UV 365 nm. Penentuan
golongan senyawa pada uji KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT
dengan beberapa pereaksi (Alan, dkk. 2017).

Dari hasil pemgamatan studi riteratur diketahui bawah jinten hitam


(Nigella sativa) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,
minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin, yang sesuai dengan literatur
(Yunita Ep, et al. 2017). Saponin umumnya berada dalam bentuk glikosida
sehingga cenderung bersifat polar. Dari uji saponin menunjukkan timbulnya
busa yang berarti menandai adanya kandungan saponin. Minyak atsiri
merupakan suatu produk hasil dari campuran persenyawaan organik yang
mudah menguap di suhu ruang, mudah larut dalam pelarut organic, dan
memiliki aroma khas tergantung dari jenis tanamannya. Komponen kimia
minyak atsiri beranekaragam sesuai dari jenis tanaman, iklim, tanah, umur
panen, cara pengolahan, dan penyimpanan. Golongan tanin merupakan
senyawa fenolik yang cenderung larut dalam air dan pelarut polar.
Pengujian tanin dilakukan dengan penambahan FeCl3 (Artini, et al. 2015).
Faktor retensi (Rf) nilai dari berbagai jenis sampel dari analisis jintan
hitam baik ekstrak maupun minyak komersial menggunakan fase gerak
yang berbeda. Pilihan pelarut untuk proses pengembangan tergantung dari
perilaku komponen yang mana harus dipisahkan. Pemisahan terbaik
tercapai ketika nilai faktor retensi (Rf) di antara 0,3 dan 0,6 karena
pengembangan noda sedang dalam perkembangan ke titik akhir proses
pengembangan (Popovska, 2020).

Pada praktikum kali ini diperoleh hasil pada table, senyawa alkaloid
pada sinar UV 254 nm akan menunjukkan warna kuning hijau, dan pada
sinar UV 366 nm menunjukkan warna hijau, hal ini menunjukan bahwa
ekstrak jiten hitam mengandung senyawa alkaloid. Fase gerak yang
digunakan pada senyawa alkaloid yait CHCL3 : Metanol (8,8:1,2) kemudian
disemprotkan dengan pereaksi Dragendorf hasil positif memberikan warna
kuning kecoklatan dengan latar belakang warna kuning. Pada uji alkaloid
dengan pereaksi Dragendorff, atom nitrogen pada senyawa alkaloid yang
mempunyai pasangan elektron bebas digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinasi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodobismutat
membentuk kompleks kalium alkaloid (Rismawati, et al. 2018). Senyawa
tanin dideteksi pada sinar UV 254 dan UV 366 nm tidak menimbulkan
warna, kemudian disemprot dengan penambahan FeCl3 sehingga terjadi
perubahan warna hijau kehitaman. Uji Fitokimia menggunakan FeCl3 dapat
menunjukkan adanya gugus fenol, apabila terdapat senyawa fenol, maka
dimungkinkan juga terdapat tanin, karena tanin merupakan senyawa
polifenol. Perubahan warna hijau kehitaman terjadi akibat pembentukan
senyawa komplek antara tanin dengan FeCl3 (Ikalinus, et al. 2015). Pada
senyawa minyak atsiri dan saponin digunakan pereaksi anisaldehid.
Deteksi spot yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan pereaksi
semprot anisaldehidasam sulfat. Pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat
merupakan pereaksi yang bersifat destruktif karena pereaksi ini memecah
senyawa pada plat KLT supaya dapat diamati oleh sinar tampak (Dewi, dkk.
2018).
VII. KESIMPULAN

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode yang paling
mudah untuk digunakan dalam analisis kandungan suatu senyawa pada
ektrak tanaman. Metode KLT memisahkan campuran bahan kimia menjadi
komponennya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bawah
jinten hitam (Nigella sativa) mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu, alkaloid, minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tannin.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Bele, Archana. 2019. “An Overview On Thin Layer Chromatography”.


International Journal Of Pharmaceutical Sciences And Research.
Page 127.
Dewi, dkk. 2018. Pemisahan, Isolasi, dan Identifikasi Senyawa Saponin
dari Herba Pegagan (Centella asiatica L. Urban). Jurnal Farmasi
Udayana, Vol 7, No 2, Tahun 2018, 68-76.
Ikalinur, et al. 2015. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor
(Moringa oleifera). Indonesia Medicus Veterinus 2015 4(1) : 71-79.
Alan, Yohanes. 2017. “Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dan
Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Pada Mencit Putih
Jantan”. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Hal 148.
Alen, dkk. 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas
Antihiperurisemi. Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 03 No. 02 | Mei
2017.
Artini, N. P. R., Wahjuni, S., & Sulihingtyas, W. D. (2015). Ekstrak Daun
Sirsak (Annona Muricata L.). Sebagai Antioksidan Pada Penurunan
Kadar Asam Urat Tikus Wistar. Journal Of Chemistry, 6 (2), 610-619.
Ara G, et al. 2018. Thin Layer Chromatography-A Tool to Investigate
Kinetics of Michael Addition Reaction. J. Sci. Res. 10 (3), 323-329
(2018).

Anda mungkin juga menyukai