Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA

PERCOBAAN KE 6

FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Nama : Tirsa Firanita

NIM : 1606067091

Kelompok : B7

Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu 21,juni 2018

Dosen Pembimbing : Erma Yunita,M.Sc.,Apt

LABORATURIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA

2018
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Praktikum FITOKIMIA Percobaan Ke 6 dengan Judul


FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR adalah benar sesuai dengan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri
berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, …………………..
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

…………………………………. ………………………………….

Data Laporan (Diisi dan diparaf oleh Dosen/Laboran/Asisten)

Hari, Tanggal Praktikum Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan

Nilai Laporan (Diisi oleh Dosen)

No. Aspek Penilaian Nilai


1. Ketepatan waktu pengumpulan (10)
2. Kesesuaian laporan dengan format (5)
3. Kelengkapan dasar teori (15)
4. Skematika kerja (10)
5. Penyajian hasil (15)
6. Pembahasan (20)
7. Kesimpulan (10)
8. Penulisan daftar pustaka (5)
9. Upload data via blog/wordpress/scribd/
academia.edu (10)
TOTAL
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan ke 6

FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR – CAIR

I. JUDUL PRAKTIKUM

Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-Cair

II.TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan


ekstraksi cair- cair

III.DASAR TEORI

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari


campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa
jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian
atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih
berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada
diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti
eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut
tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan
yang penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan
Nur 1989).

Partisi Ekstraksi Cair – Cair

Ekstraksi cair - cair merupakan suatu metode ekstraksi yang


menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi
corong pisah.Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling
bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung
zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
dan terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke
dalam dua fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada


perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda
fase dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara
dua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat
terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair
atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran
cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi
cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah
pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan (Sitti hal.102).

Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam


ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu
campuran antara dua fase pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak
tercampur. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola,
mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang
digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya
terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara
50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran
sangat besar dan dipasang sentrifuge.Untuk memakai corong ini, campuran
dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong
keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk
membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran
dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini
kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung.
Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini
dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa
organic lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun
etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut
yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap
bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar
sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang
lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa
non polar akan masuk ke pelarut non polar.

Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :

1) Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan


padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan
dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas
yang berbeda terhadap adsorben dan ada interaksi antara komponen
dengan adsorben

2) Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling
bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase
diam dan fase gerak. Karena fase diam memberikan daerah yang sangat
luas bagi fase gerak, maka pemisahan berlangsung lebih baik.

Prinsip ekstraksi cair-cair adalah dilakukan dengan cara pemisahan


komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur.
Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut
pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah.

Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan


tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase
yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung
pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.

Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari


fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa
zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat
cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa
zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu
kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan
kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan
kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler(Hostettmann, K., dkk.,
1995).

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

 Beaker glass

 Erlenmeyer

 Corong pisah

 Gelas ukur

 Seperangkat alat KLT

2. Bahan :

 Ekstrak hasil Maserasi Temu Kunci

 n-Heksan

 Etil asetat

 Aquadest
V. CARA KERJA

1. Ekstraksi Cair-Cair

Ekstrak temu kunci hasil maserasi diencerkan menggunakan air,


masukkan ekstrak ke dalam corong pisah lalu tambahkan dengan air
sebanyak 20 ml, difraksinasi berturut-turut dengan air selama 4 kali, pada
fraksi ke 2 dan ke 4 ambil sedikit sampel untuk di KLT, jika pada
fraksinasi batas tidak terlalu nampak dapat ditambahkan NaCl
secukupnya.

2. Identifikasi

Kromatografi lapis tipis :

1. Fase diam : Silika gel GF 254

2. Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)

3. Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni

4. Deteksi : UV 254

VI. HASIL PENGAMATAN

Nama simplisia : Boesenbergia pandurata

Metode ekstraksi : maserasi

Urutan fraksinasi :

Fraksi I : 18 ml ekstrak temu kunci ditambah 18 ml air masukkan dalam


corong pisah , kocok ,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik
sedikit taruh di drop plat sebagai fraksi I
Fraksi II : ekstrak temu kunci sisa fraksi I ditambah 17 ml air , kocok
,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop
plat sebagai fraksi II

Fraksi III : ekstrak temu kunci sisa fraksi II ditambah 16 ml air , kocok
,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop
plat sebagai fraksi III

Fraksi IV: ekstrak temu kunci sisa fraksi III ditambah 15 ml air, kocok
,biarkan memisah ,buang bagian air ambil / cuplik sedikit taruh di drop
plat sebagai fraksi IV

Jumlah solvent :
Solvent I : 18 ml aquadest
Solvent II : 17 ml aquadest
Solvent III: 16 ml aquadest
Solvent IV : 15 ml aquadest

Hasil identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis


Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil saetat (4:1)
Cuplikan : Hasil fraksi ke 2 dan ke 4 serta ekstrak murni
Deteksi : UV 366 nm

Jarak yang ditempuh fraksi I : 1,2cm


Rf = 1,2 cm : 8cm
= 0,15

Jarak yang ditempuh fraksi IV : 3,6 cm


Rf = 3,6 cm : 8cm
= 0,45
Jarak yang ditempuh ekstrak : 4 cm
Rf = 4cm : 8cm
= 0.5
VII. PEMBAHASAN
Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) adalah proses pemisahan zat
terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur,
dengan kata lain perbandingan konsentrasi zatterlarut dalam pelarut
organik dan pelarut air. Hal tersebutmemungkinkan karena adanya sifat
senyawa yang dapat larutdalam air dan ada pula yang dapat terlarut
dalam pelarut organik.
Pada praktikum kali ini yaitu fraksinasi ek terhadap maserat temu
kunci. Fraksinasi sendiri sendiri adalah pemisahan senyawa senyawa
berdasarkan kelarutan . dalam praktikum ini menggunakan corong pisah
, corong pisah ini digunakan untuk memisahkan komponen dalam suatu
campuran antara dua fasa pelarut dengan densitas berbeda yang tak
tercampurkan.
Ekstrak temu kunci di fraksinasi dengan pelarut air di dalam
corong pisah , dikocok dengan satu arah dan dilakukan fraksinasi
sebanyak 4 kali , pada fraksinasi kedua dan ke empat diambil sedikit
untuk pengujian KLT. Dalam identifikasi secara KLT ini digunakan ekstrak
hasil Ektrak Cair-Cair yang dalam keadaan cair. Kemudian sampel yang
telah disiapkan ditotolkan menggunakan pipet kapiler pada lempeng
(untuk masing-masing sampel) yang telah diaktifkan, karena lempeng
memiliki rongga-rongga udara atau kelembabannya tinggi jadi harus
diaktifkan jika tidak diaktifkan maka akan mempengaruhi proses elusi dari
lempeng, dan jika proses elusi terganggu maka akan mempengaruhi
penampakan noda. .
Kemudian lempeng yang telah ditotol dimasukkan kedalam
chamber yang telah dijenuhkan dengan peletakan 450. Adapun tujuan
dari penjenuhan chamber adalah untuk menyamakan tekanan di dalam
dan di luar chamber di mana tekanannya yaitu 1 atm, sehingga nantinya
akan memudahkan senyawa untuk terelusi. Setelah itu chamber ditutup
dan dibiarkan hingga terelusi ke atas sampai batas elusi yang telah
dibuat. Setelah terelusi sempurna lempeng dikeluarkan dan diangin-
anginkan hingga kering dan selanjutnya dilakukan penandaan pada noda
yang tampak. selanjutnya noda yang terbentuk diamati di bawah sinar
lampu UV 366 nm, dimana penampakan noda pada lampu UV 366 nm
lempeng akan tampak berwarna gelap sedangkan noda akan
berflouresensi hal ini disebabkan karena adanya daya interaksi antara Uv
dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda
tersebut.
Dari hasil pengamatan terlihat dari ketiga noda terlihat warna
kuning kehijuan yang semain lama semakin pudar .,seharusnya ada
perbedaan dari fraksi I dan fraksi Iv, dimana fraksi I seharusnya tampak
lebih jelas dari pada fraksi yang IV, ini dimungkinkan pada waktu
penggojokan kurang maksimal atau pada waktu penotolan tidak sama
rata. Pada hasil KLT harga Rf fraksi pertama 0,15 dan Fraksi ke empat
0,45 dan Rf ekstrak 0,5.

VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah
melakukan fraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair, namun hasil
fraksinasi masih memilki jumlah spot yang sama karena fraksinasi yang
kurang sempurna.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Adijuwana, Nur M.A. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi.
Bogor: Pusat Antar Universitas IPB.
K.Hostettmann, M Hostettman, MD, Marston A, 1995, Cara kromatografi
preparatif Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam, hal 10, ITB,
Bandung
Sitti Chadijah. Pemisahan Kimia, h. 102.

Anda mungkin juga menyukai