DISUSUN OLEH:
PAHAD ABDULAH_211FF03001
FAKULTAS FARMASI
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang dicapai:
Mahasiswa mampu mengkoordinasikan pola pengobatan, evaluasi terapi, dan
KIE sistem peliput (Penyakit kulit) termasuk perubahan gaya hidup serta
parameter pemeriksaan dengan teori untuk menarik kesimpulan.
1.2 Tujuan Praktikum:
1) Mahasiswa terlatih dalam melakukan pengkajian resep
2) Mahasiswa mampu melakukan Compounding dan Dispensing yang
terdiri dari penyiapan,penyerahan dan pemberian KIE
3) Mahasiwa mampu membuat etiket dan copy resep.
2. Prinsip
Berdasarkan resep yang diterima dan menyiapkan resep, mengisi dokumen sesuai form
dan format yang telah disediakan.
Bahan:
- Etiket dan label - Myonal
- Resep dokter - Celebrex
- Masker - Vitamin B6
- Sarung tangan - Vitamin B12
- Tisue - Sachharum lactis
- Kertas perkamen
4. Prosedur
A. Pengkajian Resep
Lakukan pengkajian
Isikan masalah pada
resep menggunakan
kolom DRP
daftar tilik kajian resep
B. Penyiapan Obat
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf pada
blanko salinan resep tersebut
• Resep
Catatan:
R1/
- m.f. pulv no X = Campur dan buatlah
pulveres (serbuk) sebanyak 10
bungkus
- S.t.dd.p. I Pc = Tandai 1 hari 3x 1
bungkus setelah makan
R2/
- S.t.dd. I Pc = Tandai 1 hari 3x 1 tablet
setelah makan
• Pengkajian Resep
Administrasi
Farmasetika
Pertimbangan Klinis
• Perhitungan Resep
Etiket R1/
Etiket R2/
Copy Resep
Catatan:
Formulir MESO
Formulir ESO
6. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan Dispensing dan Compounding pada sediaan farmasi
melalui resep yang di dapat. Pada resep terdapat sedian racikan dan non racikan yang
kemudian dilakukan skrining resep yang merupakan kegiatan pengkajian resep yang
meliputi administrasi, farmasetik, dan klinis. Bagian persyaratan administrasi pada
resep di lengkapi dengan nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep,
indentitas pasien (nama, alamat, umur, berat badan, dan jenis kelamin pasien), nama
obat serta di lengkap dengan paraf dokter tetepi ada beberapa hal yang harus di
konfirmasi kepada pasien yaitu berat badan pasien. Selanjutnya pada kesesuain
farmasetika meliputi nama sedian, bentuk sedian, kekuatan, jumlah obat, signatura,
stabilitas, aturan pakai, tetapi ada beberapa hal yang harus di konfirmasi kepada dokter
terkait bentuk sedian celebrex, kekuatan vitamin B6 dan B12. Pada pertimbangan klinis
tidak adanya Riwayat alergi dan tidak ada efek aditif . Dilakukan nya skrining resep
yaitu untuk memastikan bahwa resep benar atau legal, akurat, lengkap dan resional.
Skrining resep ini juga dilakukan untuk mencegah kesalahan pada pengobatan yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Pada saat skrining resep, Resep
harus memenuhi tiga aspek yaitu persyaratan administratif, kesesuaian farmasetika dan
pertimbangan klinis. Pada hasil pemeriksaan yang telah dilakukan , pada pengkajian
administratif dan kesesuaian farmasetika resep tersebut beberapa kriteria yang tidak
tercantum dalam resep tetapi hal tersebut bisa dikonfirmasi/ ditanyakan kepada
pasien/keluarga pasien pada saat PIO.
Selanjutnya adalah pemberian etiket dan label. Berdasarkan fungsinya etiket ini
dibedakan menjadi 2 yaitu etiket putih untuk obat dalam/oral dan etiket biru untuk obat
luar/ topikal. Pada resep pertama yang dikerjakan yaitu resep racikan yang terdiri dari
(celebrex 200 mg + vitamin B6 10 mg + vitamin B12 25 mcg), pada resep ini digunakan
etiket putih dengan aturan pakai sehari tiga kali satu bungkus setelah makan dan
ditambahkan label NI (tidak boleh diulang tanpa resep dokter). Dan pada resep kedua
yaitu obat myonal 50 mg diberi etiket warna putih juga dengan signa untuk sehari tiga
kali satu tablet setelah makan dan diberi label NI (tidak boleh diulang tanpa resep
dokter.
Setelah obat selesai disiapkan kemudian dilakukan pemberian informasi obat (PIO)
kebada pasien. Konfirmasi terkait kepemilikan resep harus dilakukan karena
mengindari tertukarnya resep. Konfirmasi dilakukan melalui alamat pasien atau berat
badan pada pasien, kemudian beritahukan kepada pasien terkait daftar obat apa saja
yang ada pada resep serta penggunaan obat, untuk resep pertama yaitu terdiri dari
celebrex mengurangi rasa nyeri yang di kombiasi dengan vitamin B6 dab B12 dengan
penggunaan sehari tiga kali satu bungkus sesudah makan dan untuk resep ke dua
Myonal 50 mg tablet dengan penggunaan sehari tiga kali satu untuk relaksan otot.
Kemudian minta pasien untuk mengulangi kembali informasi penggunaan untuk
mengindari kesalahan dalam menggunakan obat serta untuk memastikan pemahaman
pasien.
Selanjutnya dilakukan pengisian form MESO, Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
yang merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkkan yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis,diagnosa, dan terapi. Tujuan dari MESO ini salah satunya adalah
membantu meningkatkan pengetahuan tentang obat, manusia atau penyakit dari waktu
ke waktu. BUD (beyond use date) juga tercantum dalam MESO, dimana BUD ini
adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/ disiapkan atau setelah
kemasan primernya dibuka/dirusak.
Yang terakhir adalah pengisian formulir efek samping obat (ESO), Formulir efek
samping obat ini adalah sebuah lembaran berbentuk formulir yang harus diisi dengan
tujuan mengetahui apakah dalam penggunaan obat yang diberikan kepada pasien ada
efek samping yang berbahaya atau tidak,dan sejauh mana obat tersebut dapat bereaksi
pada tubuh pasiennya.
7. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan pelayanan resep tahap-tahp yang harus dilakukan adalah skrining resep,
pengkajian resp, perhitungan jumlah obat yang dibutuhkan, penyiapan obat mulai dari
meracik sampai dikemas dan pada obat racikan dan obat non racikan harus diberikan
label NI dan juga etiket, lakukan pembuatan copy resep jika diperlukan kemudian
penyerahan obat dan pemberian informasi obat (PIO )serta mengisi formulir monitoring
efek samping obat (MESO) dan Formulir Efek samping obat (ESO). Pada skrining
resep ada beberapa persyaratan administrasi dan farmasetik yang harus dipenuhi, tetapi
jika tidak ada syarat yang belum terpenuhi maka harus ditanyakan/dikonfirmasi pada
saat pemberian informasi obat (PIO)
8. Daftar Pustaka
Burch, J., 2017. Compounding Pharmacist.
Kemenkes. (2019). Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2019 Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta ; UI-Press.