Anda di halaman 1dari 11

PENGUJIAN AKTIVITAS

PENGHAMBATAN
NEUROMUSKULAR

Tim Farmakologi
Kompetensi
Mahasiswa mampu Mengimplementasikan metode secara keseluruhan
untuk berbagai bahan uji sebagai penghambar neuromuscular serta
Pemilihan Obat Menjadi Usulan Terapi untuk system otot.

Tujuan Praktikum
Menentukan efek dari pemberian obat penghambat aktivitas
neuromuscular
CPMK

Mahasiswa mampu Mengimplementasikan metode secara keseluruhan


untuk berbagai bahan uji serta Pemilihan Obat Menjadi Usulan Terapi
untuk system otot.

Prinsip
Pemberian obat yang mempengaruhi neuromuscular akan menyebabkan
otot mengalam kontraksi atau relaksasi. Hal ini dapat diamati dari
kemampuan hewan dalam melakukan gerakan yg melibatkan otot skelet.
Teori Dasar
• Jaringan otot tersusun dari sel yang sangat terspesialisasi untuk kontraksi. Otot skelet adalah
organ yang sebagian besar tersusun dari jaringan otot skelet, dilengkapi dengan jaringan
penghubung, pembuluh darah, dan saraf.
• Fungsi otot skelet:
1. Menghasilkan pergerakan
2. Menjaga postur dan posisi tubuh
3. Mensupport jaringan yang lebih rentan
4. Menjaga jalur masuk dan keluar tubuh
5. Menjaga suhu tubuh
6. Tempat penyimpanan nutrisi

Sel otot skelet berkontraksi ketika ada stimulus berupa potensial aksi dari neuron motorik di
neuromuscular junction.
Tahapan dalam proses kontraksi otot skelet adalah:
(1) Di terminal sinaptik, potensial aksi akan memicu pelepasan ACh. ACh akan berikatan dengan
reseptor dan menyebabkan terbukanya ion channel Na di sarcolemma;
(2) (2) Aktin & myosin berinteraksi, sarkomer memendek;
(3) (3) Selama kontraksi, otot skelet akan menarik tendon di persendian.
Obat penghambat neuromuskular dapat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan otot
rangka dengan menghambat transmisi neuromuskular. Golongan obat ini dibagi atas dua
bagian berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu :
1. Obat yang menghambat kerja neurotransmiter asetilkolin pada membran otot rangka, misalnya d-
tubokurarin.
2. Obat yang menyebabkan depolarisasi membraan otot rangka, misalnya suksinilkolin dan
dekametonin.

D-tubokurarin adalah relaksan otot yang bekerja menghambat reseptor asetilkolin sehingga konduksi
impuls saraf dari saraf somatomotorik ke otot rangka menjadi terhambat bila d-tubokurarin
diberikan secara lokal pada lempeng akhir saraf motor (motor end-plate). Otot bersangkutan tidak dapat
berkontraksi bila sarafnya dirangsang.

 Penghambatan otot rangka oleh d-tubokurarin ini terjadi secara bersaing,m oleh karena itu,
penambahan jumlah asetilkolin akan menghilanbgkan efek d-tubokurarin.

 Fisostigmin yang merupakan zat antikolinesterase dapat menghambat atau menghilangkan efek
relaksasi otot rangka yang ditimbulkan oleh d-tubokurarin.
Alat dan Bahan

• Alat :
Platform, kawat gantung, pinset, timbangan mencit, syringe,
sonde oral

• Bahan :
Mencit putih, D-tubokurarin klorida dosis 0,48 mg/kg bb,
Fisostigmin 0,05 mg/ml
Prosedur
1. Mencit dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri
atas 3-4 ekor mencit
Kelompok 1 : mencit hanya diberi NaCl fisiologis (i.p)
Kelompok 2 : mencit diberi d-tubokurarin (i.p)
Kelompok 3 : mencit diberi fisostigmin
Kelompok 4 : mencit diberi fisostigmin kemudian segera disuntik dengan
d-tubokurarin
2. Pengamatan dilakukan pada semua mencit meliputi sikap tubuh normal
mencit, leher mencit, kemampuan menggelantung, kemampuan menarik
kaki apabila pada kaki tersebut diberi rangsangan (dengan dijepit).
Sikap Tubuh

Tarik kaki
Tugas
1. Buat perhitungan dosis yang digunakan dalam praktikum
2. Jelaskan penggunaan obat d-tubokurarin dan fisostigmin dalam
penggunaan klinis
3. Jelaskan efek yang ditimbulkan dari d-tubokurarin dan fisostigmin
pada hewan uji (dalam praktikum)
Tabel Data pengamatan

No Kelompok BB Vol. Ons Dura Sikap tubuh Menggelantung Otot Kaki


obat et si
T0 T15 T25 T40 T0 T15 T25 T40 T0 T15 T25 T40

1 Hewan
normal

2 D-
tubukurari
n
3 Fisostigmin
4 Fisostinggi
n lgs
berikan D-
tubu
Materi untuk baca2
• makalah fisiologi hewan | Helmi Apriliyatmi Hapwiyah - Academia.edu
• https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/frs202/wp-content/uploads/sites/
1787/2020/01/PPT-UEU-Farmakologi-Saraf-Kardiovakuler-Pertemuan-
5.pdf

Anda mungkin juga menyukai