PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cidra dan
bakteri, protozoa. Gejala proses terjadinya infalamasi sudah dikenal ialah, eritema,
berkumpul pada daerah cidra jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
1
4. Dolor ( nyeri ), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator
kimia.
tempat cidra jarinangan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada
respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal
suatu reaksi yang terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan
antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis.
dalam respon akut. Inflamasi kronis dapat menyebabkan sakit dan kerusakan pada
tulang dan tulang rawan yang dapat 8 menyebabkan ketidakmampuan serta terjadi
2001).
berbeda:
kapiler.
b. Reaksi lambat, tahap subakut dengan cirri infliltrasi sel leukosit dan fagosit.
2
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari daya anti inflamasi obat pada hewan uji yang diinduksi
radang buatan .
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menekan atau mengurangi peradangan. Obat ini terbagi atas-dua golongan, yaitu
golongan anti inflamasi non steroid (AINS) dan anti inflamasi steroid (AIS).
Kedua golongan obat ini selain berguna untuk mengobati juga memiliki efek
samping yang dapat menimbulkan reaksi toksisitas kronis bagi tubuh (Katzung,
1992).
2.2 Inflamasi
bengkak memar dan seterusnya. Penggunaan istilah ini telah dikenal secara tradisi
sejak jaman Yunani dan Tiongkok kuno, ribuan tahun yang lalu. Dari penemuan-
4
penemuan terakhir, para pakar berpendapat bahwa, sebetulnya inflamasi (atau
radang) bukanlah berupa penyakit itu sendiri. Inflamasi diperlukan oleh tubuh kita,
karena proses reaksi biokimia inflamasi di dalam tubuh ditujukan melawan invasi
bakteri dari luar, zat-zat yang negatif bagi sel-sel, jaringan sel, serta organ-organ,
ataupun bila terjadi luka. Dalam hubungan ini, jenis sel seperti leukocyte,
tubuh. Terutama neutrophil, berperan sebagai patrol keamanan tubuh kita, begitu
Dalam proses inflamasi, chemical mediator (juga disebut lipd mediator karena
berasal dari asam lemak AA, DHA dan EPA) berupa leukotriene dan
prostaglandins, turunan dari AA, memegang peranan penting. Pada waktu yang
banyak lagi sel neutrophil dan leukocyte untuk turut beraksi memusnahkan invasor.
species, hydrolytic enzymes, dan lain-lain), yang secara umum juga tidak baik bagi
tubuh dan dapat merusak sel, jaringan sel. Pertahanan tubuh telah menyiapkan
mekanisme sedemikian rupa, pada tahap tertentu, aksi selanjutnya dari neutrophil
5
2.3 Obat Antiinflamasi dari Golongan Steroid (Glukokortikoida)
Evelyn, 1996).
6
7. Asam enolat, contoh: oksikam (piroksikam, tenoksikam), pirazolidin
rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati.
inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functio laesa.
autokoid lipid PAF ( platelet activating fat) juga merupakan mediator inflamasi.
Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozin dan lepasnya
enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap
masih belum dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah
kejaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor
terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF ( patelet activating fat) juga merupakan
7
mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran
lisozin dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak
penambahan sedikit PG efek eksudas hitamin plasma dan bradikinin menjadi lebik
jelas. Migrasi leukosit ke jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses
inflamasi. PG sendiri tidak bersifat kemotaktik tetapi produk lain dari asam
menghasilkan leukotrien sehingga golongamn obat ini tidak menekan migrasi sel.
Walaupun demikian dosis tinggi juga terlihat penghambatan migrasi sel tanpa
leukotrin tentu akan lebih paten menekan proses iflfmasi. (Wilmana, F.P., 1995).
Efek samping yang paling serius adlah perdarahan gastrointestinal dan perforasi.
COX terdapat pada jaringan sebagai suatu isoform konstitutif (COX-1), tetapi
8
sitokin pada lokasi inflamasi menstimulasi induksi isoform kedua (COX-2).
OAINS yang paling banyak digunakan adalah yang selektif untuk COX-1, tetapi
inhibitor COX-2 selektif telah diperkenalkan baru-baru ini (Neal, M.J., 2006).
Pasien-pasien ini sering diberi resep OAINS dan sangat banyak tablet
aspirin, parasetamol, dan ibuprofen tambahan yang dibeli bebas untuk terapi
sendiri pada sakit kepala, nyeri gigi, berbagai gangguan muskokletal, dan lain-lain.
Obat-obat ini tidak efektif pada terapi nyeri viseral(misalnya infark miokard, kolik
renal, dan abdomen akut) yang membutuhkan analgesik opioid. Akan tetapi,
OAINS efektif pada nyeri hebat tipe tertentu(misalnya kanker tulang). Aspirin
dan semua jaringan. Umumnya bekerja bekerja lokal pada tempat prostaglandin
tersebut disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat
merupakan lipid yang berkaitan disintesis dari prekursor yang sama sebagai
9
merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata obat mirip aspirin tidak
mempengaruhi hiperalgesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh efek langsung PG.
Ini menunjukkan bahwa sintesis PG yang dihambat oleh golongan obat ini dan
jaringan bekerja sebagai tanda lokal menyesuaikan respon tipe sel spesifik. Fungsi
dalam tubuh bervariasi secara luas tergantung pada jaringan. Misalnya pelepasan
peningkatan kadar TXA2 membawa tanda yang berbeda, misalnya otot polos
mediator kimiawi yang dilepasklan pada proses agresi alergi dan inflamasi.
tulang rawan dan jaringan lain, Sehingga timbullah inflamasi (Syamsul Munaf,
1994).
dangan cepat sebagian dari lambung sebaguian dari usus halus bagian atas. Kadar
puncak akan tercapai setelah pemberian 2 jam. Kecepatan absorpsi ini tergantung
10
pada : kecepatan dissintegrasi dan dissocusi tablet, PH permukaan mukosa dan
tidak sempurna. Absorpsi melalui kulit dapat terjadi dengan cepat dan dapat
menimbulkan efek sistemik, misalnya metil salisilat dapat diabsorpsi melalui kulit
yang utuh tetapi absorpsi melalui lambung lambat (Syamsul Munaf, 1994)
interseluler. Salisilat dapat ditemukan pada cairan sinovial, spinal peritoneal, liur
pengertian kerja dan biosintesis prostagladin turunan asam lemak tak jenuh
menekan rasa nyeri dan inflamasi bila mungkin juga menghentikan perjalanan
reumatik. Hingga saat ini pada ertritis reumatoid dan goud yang telah da obat yang
lainya diobati dengan akan terbukti obat anti inflamasi non steroid yang telah
terbukti dapat menekan rasa nyeri dan inflamasi tetapi tidak dapat menghentikan
perjalanan penyakit.
11
Nyeri dan inflamasi merupakan tanda bahwa sendi tersebut telah
mengalami gangguan hampir semua gangguan rematik disertai dengan nyeri atau
inflamasi. Perkecualian pada sendi neuropati. Ialah suatu keaadan hilangnya rasa
nyeri akibat keadaan tertentu seperti tebes darsalis atau siringomielia. Rasa ini
penting karena menunjukkan adanya mekanisme proteksi dari badan. Adanya rasa
sopenderita tidak nerasai nyeri telah terbukti akan terjadi kerusakan sendi yang
lebh cepat, selain itu gangguan fungsi baru terjadi setelah ada kerusakan mekanikal
yang nyata. Sebaliknya pada artitis jenis lainya gangguan fungsi sudah mulai
dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu
rangsangan.
prostaglandin dan teunma terjadi pada lambung dan usus ginjal dan fungsi
efek-efek ini meningkatkan besarnya dosis dan lama penggunannya, kecuali efek
terhadap trombosit.
12
Obat dengan masa paruh panjang mengakibatkan resiko gangguan lambung
usus lebih besar daripada obat dengan masa paruh pendek. Obat yang terbanyak
Khususnya efek ulcerogen dan pendarahan occult (T.H. Tjay dan K. Rahardja,
2002).
fraktur. Fiksasi interna dini dan tertunda masih menjadi suatu perdebatan karena
Tindakan fiksasi interna dini dan tertunda saat ini masih menjadi sebuah
perdebatan, khususnya mengenai early total care (tindakan dini), damage control
dan delayed total care (tindakan tertunda) pada trauma multiple. Johnson (1985),
melaporkan bahwa fiksasi interna pada major fracture dengan penundaan lebih
Respiratory Response Syndrome). Pada isolated femoral fracture, terjadi 10% fat
embolism syndrome jika tindakan fiksasi dilakukan setelah 10 jam dan 0% jika
dikerjakan sebelum 10 jam (Pinney, 1998). Fakta ini disebabkan oleh terjadinya
13
Namun, sampai saat ini perbedaan inflamasi lokal pada saat fiksasi interna
dan respons inflamasi sistemik akibat tindakan fiksasi interna dini dan tertunda
pada fraktur belum diketahui. Makrofag merupakan sel imun utama dijaringan dan
pada trauma hebat makrofag sering mengalami gangguan respons imun berupa
dan timing (waktu kapan tindakan dilakukan) dapat dipertimbangkan sebagai cara
inflamasi
dalam sel neutrophil, kemudian biosintesa beralih ke mediator yang lain, yang
anti-inflamasi. Namun hal lain yang sangat menentukan peralihan ini adalah
kemampuan enzyme 5-LO (5-Lipoxigenase. Penemuan enzyme ini dan satu lagi,
enzymatic dari AA menjadi leukotriene (LTB4), lalu beralih pada tahap berikutnya
14
ke lipoxins. Dalam hubungan ini exzyme 5-LO juga substrate dependent
(tergantung dari kondisi mikro setempat), di mana enzyme tersebut, satu dari
sekian step proses biosintesa, dapat menggunakan dan mengkonversi DHA, EPA
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-900
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,
bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel
darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit
sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan
15
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-
11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel
darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun
persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-
sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis
per unit volume darah harus diambil (Dr. Zukesti Effendi, 2007).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Alat
1. Alat suntik 1 ml
2. Pletismometer
3. Stop watch
4. Timbangan hewan
5. Sonde oral
b. Bahan
1. NaCl fis
2. Larutan karagenan 2%
3. Obat uji (Na.diklofenak 10% /Kg BB, Indometazin 10%/Kg BB, Asam
c. Hewan Percobaan
2. 30 menit kemduian telapak kaki kiri belakang setiap tikus pada masing-
17
3. Volume telapak kaki tikus diukur pada menit ke 30, 60, 90, 120, 150 dan
5. Data yang diperoleh berupa volume kaki tikus, kemudian digunakan untuk
Vu = Vt-Vo
Keterangan :
Keterangan :
18
BAB IV
Induksi Waktu
Obat Hasil Vu
Karagen
30 60 90
0,4 Na. Diklo 0,3 0,2 0,1 0,2
0,4 Asetosal 0,4 0,3 0,1 0,4
0,3 Asmef 0,2 0,1 0,1 0,1
0,3 Nacl 0,2 0,2 0 0,1
Hasil Vu
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2 Hasil Vu
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5
19
Keterangan grafik :
1 Na. Diklo
2 Asetosal
3 Asmef
4 Nacl
ANOVA
obat
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita menggunakan 4 ekor mencit putih yang
disuntikkan dengan bahan uji yaitu pada tikus 1 diberikan aquades sebagai kontrol
sebagai kontrol positif yang artinya tikus tersebut memberikan respon, Bahan uji
tersebut diberikan secara IP (intra peritonial) semua, setelah pemberian bahan uji,
sebanyak 0,1 ml secara subplantar pada bagian dorsal kaki kanan dan kiri.
berdasarkan pada kemampuan obat uji mengurangi atau menekan derajat udema
sering dialami oleh manusia maupun hewan yang menimbulkan rasa sakit di
20
daerah sekitarnya. Sehingga perlu adanya pencegahan ataupun pengobatan untuk
inflamasi obat pada binatang dengan radang buatan. Pada praktikum kali ini
digunakan mencit karena pada kaki mencit lebih besar dan mudah disuntik secara
sublantar. Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan obat yang mau diuji dan
hewan coba ,setelah itu tikus ditimbang untuk mendaptkan berat badanya guna
menghitung dosis yang akan diberikan. Selajutnya tikus disuntik secara sublantar,
tetapi sebelumnya kedua kaki mencit harus ditandai sebatas mata kaki untuk
alat plestimometer digunakan air raksa karena memiliki daya kohesi yang tinggi
sehingga tidak membasahi kaki mencit dan dapat mendorong cairan berwarna
(methilen blue) untuk lebih mudah dibaca skalanya. Penggunaan cairan bisa
diganti dengan cairan lain dengan penambahan warna lain namun harus memiliki
mediator yang mengawali proses inflamasi. Pada saat terjadi pelepasan mediator
inflamasi terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam. Udem yang
21
disebabkan induksi karagenin bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur
berkurang dalam waktu 24 jam. Mekanisme radang diawali dari terjadi kerusakan
membrane sel akibat rangsangan mekanis, kimia dan fisika kemudian menuju
endoperoksida yang akan dibagi menjadi dua produk COX 1 dan COX 2. COX 1
positif digunakan obat yang telah teruji mempunyai efek daya antiinflamasi,
diklofenak dan Asam mefenamat merupakan obat golongan non sterooid (AINS),
yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik sehingga obat ini
kali ini digunakan sebagai standar obat paling kuat yang mempunyai sifat
22
antiradang. Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat sintesa
pada proses radang yang disebabkan dilatasi kapiler, udem, migrasi leukosit,
menekan gejala klinis pada reaksi imun. Pada penyakit yang disebabkan infeksi
osteo- artritis serta kolagenosis), reaksi alergi, udem otak, tumor ganas, radang
arakidonat.
23
BAB V
KESIMPULAN
Inflamasi terjadi karena adanya rangsangan mekanis, fisika dan kimia yang
akan menyebabkan kerusakan membran sel sehingga terjadi rasa nyeri, panas,
larutan uji digunaakan infus rimpang temu putih dengan konsentrasi yang
berbeda. Obat antiinflamasi dibagi menjadi nonsteroid dan steroid. Hasil dari
praktikum kali ini didapatkan urutan obat anti inflamasi paling tinggi yaitu
obat yang paling analgetik adalah natrium diklofenak kemudian asetosal, dan
asam mefenamat. Obat anti inflamasi non steroid lebih banyak digunanan karena
lebih aman dan mempunyai efek yg lebih kecil dari pada obat anti inflamasi
steroid.
suatu sediaan yang diujikan mampu menghambat udem yang terbentuk akibat
induksi karagenin. Bahwa volume udem kontrol positif mempunyai nilai paling
kecil.
24
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,
Jakarta.
Syarif, Amir, dkk, 2001. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : UI Press
25