Anda di halaman 1dari 6

ANATOMI FISIOLOGI II

DOSEN PENGAMPU :

Septa Pramata,A.md.Li.,S.Farm.,M.S.T.H.Apt

DISUSUN OLEH :

Egitaria Widianti Gulo

Nim : 1848201088

JK Farmasi

STIKES HARAPAN IBU JAMBI


PROGRAM STUDI FARMASI
1. Parameter kesuburan wanita dan pria :

Wanita :

 Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium
primer Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder.
 Gangguan tuba dan pelvis Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia,
Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis.
 Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip endometrium, leiomyomas,
sindrom asherman

Pria :

 Faktor umum (umur, frekuensi senggama, lama berusaha)


 Faktor khusus (pre testiku1ar, pest testikular, testikular, reeksi imunologi dan faktor
1ingkungan) .

2. Cara cek/ tes kesuburan :

Wanita :

a) Pemeriksaan ovulasi
 -Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang perempuan.
Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya,
kemungkinan mengalami ovulasi (Rekomendasi B)
 Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas selama
1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur
kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28)
 Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang
memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir
siklus (hari ke 28- 35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya
terjadi Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan untuk
mengkonfirmasi terjadinya ovulasi
 Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan
pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).
 Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada
gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis
 Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika pasien
 Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari pemeriksaan
infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti bahwa pemeriksaan ini
akan meningkatkan kehamilan. (Rekomendasi B)
b) Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah AMH
dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan:
1. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml
2. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 - 4.6 ng/ml)
3. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)
c) Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
 Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk Chlamydia trachomatis
sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitif
 Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya
sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan
 Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan periksa dalam
jika pemeriksaan awal Chlamydia trachomatis belum dilakukan Penilaian kelainan
uterus
 Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat indikasi, karena
efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus untuk meningkatkan angka
kehamilan belum dapat ditegakkan
d)  Penilaian lendir serviks pasca senggama
 Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah 3 tahun.
 Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah fertilitas tidak
dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya kehamilan.
e) Penilaian kelainan tuba
 Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID), kehamilan
ektopik atau endometriosis, disarankan untuk melakukan histerosalpingografi (HSG)
untuk melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini tidak invasif dan lebih efisien
dibandingkan laparaskopi.
 Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-histerosalpingografi dapat
dipertimbangkan karena merupakan alternatif yang efektif
 Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan untuk
dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit radang panggul,

Pria :

a) Pengukuran Volume Sperma


ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali
ejakulasi. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml,
kemudian baca hasil.
b) pH
pH sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH
dapat dengan menggunakan kertas pH atau pH meter. Sperma yang normal
menunjukan pH yang bersifat basa yaitu 7,2 – 7,8. pH yang rendah terjadi karena
peradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau
kelenjar vesika seminalis kecil, buntu maupun rusak.
c) Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik. Bau Sperma
yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
d) Warna Sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan. Sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya leukosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan.
e) Likuifaksi
Likuifaksi diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat koagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen
kemungkinan ada gangguan pada kelenjar prostat. Bila sperma yang baru diterima
langsung encer tidak mempunyai koagulum mungkin karena saluran pada kelenjar
vesica seminalis buntu atau memang tidak mempunyai vesika seminalis.
f) Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Semakin kental sperma tersebut semakin besar viskositasnya. Hal ini mungkin
disebabkan karena : − Spermatozoa terlalu banyak − Cairannya sedikit − Gangguan
likuifaksi − Perubahan komposisi plasma sperma − Pengaruh obat-obatan tertentu.
g) Fruktosa Kualitatif Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak
didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena :
− Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens.
− Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat.
− Kelainan pada kelenjar vesika seminalis.
h) Motilitas/ Pergerakan Sperma
Penilaian motilitas sperma dilakukan segera setelah likuifaksi semen sempurna.
Motilitas sperma diperiksa dengan pembesaran 200-400 x. Sebanyak 200 spermatozoa
dinilai dan diklasifikasikan menjadi :
− Progressive motility (PR) : Gerakan aktif kedepan atau sedikit melengkung
− Non-progressive motility (NP) : Tidak ada gerakan maju atau gerak maju melingkar
− Immotility (IM) : Tidak ada gerakan yang terlihat.
Setidaknya dua slide dengan 200 spermatozoa di klasifikasikan menggunakan kriteria
diatas harus mempunyai nilai sebanding. Hasil kedua penghitungan dirata ratakan dan
dinyatakan dalam persentase. Nilai acuan untuk motilitas adalah >40% sperma motil
(PR+NP), >32% motilitas progresif (PR).

3. Latar belakang kemaduluan wanita dan pria :


Masalah pada sperma Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di dalam testis
(buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut spermatogenesis. Sel yang belum
terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk berkembang menjadi sel
sperma yang matang.Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis
(suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis menuju ke testis
belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya
ejakulasi.
Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan
sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi
kemandulan:
a) Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas
yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya
pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.
Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5? (lebih rendah dari
suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam
skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh. Faktor lain yang
mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan
(misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
b) Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali. Jika di
dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis)
berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula seminalis atau terdapat
penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c) Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada
kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d) Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen
mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis.
e) Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.Jika
seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami
menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya lalu dilakukan
pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Kadang ovulasi tidak terjadi akibat
tidak dilepaskannya GnRH (donadotropin-releasing hormone) oleh hipotalamus.
 Kelainan hormon.
 Kekurangan gizi.
 Kista ovarium.
 Infeksi panggul.
 Tumor.
 Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim).
Lendir pada serviks bertindak sebagai penyaring yang menghalangi masuknya
bakteri dari vagina ke dalam rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang
kelangsungan hidup sperma. Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat
ditembus oleh sperma kecuali pada fase folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase
folikuler, terjadi peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis
dan bisa ditembus oleh sperma. Selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke tuba
falopii dan terjadilah pembuahan di tuba falopii.
Faktor Kemandulan

Dalam istilah kedokteran, mandul disebut juga dengan infertile. Infertile adalah istilah
yang digunakan pada suatu pasangan suami - istri. Infertile yaitu suatu pasangan suami - istri
yang telah kawin lebih dari satu tahun dan telah melakukan hubungan suami istri secara
adekuat tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan. Berdasarkan stastistik
di AS pasangan suami istri yang infertile mencapai 10% dan 40% dari jumlah tersebut
disebabkan oleh faktor dari pihak pria. Faktor yang menyebabkan kemandulan pada pria
antara lain :

 Faktor Hormonal Dalam proses sprematogenesis diperlukan hormon-hormon


tertentu, misalnya hormon gonadotropin. Hormon tersebut harus dalam
keseimbangan tertentu untuk dapat mempengaruhi proses spermatogenesis secara
normal. Misalnya jika hormon FSH kurang dan hormon LH kadarnya tinggi, maka
proses spermatogenesis akan berlangsung secara tidak sempurna. Jadi antara hormon
ini perlu adanya keseimbangan.
 Faktor Anatomis Ada beberapa yang termasuk faktor anatomis sebagai penyebab
terjadinya kemandulan, diantaranya :Kryptorchismus (kriptorkismus), yakni testis
tidak turun seperti semestinya. Adakalanya tidak turun sebelah atau
keduanya.Hpospadia, yaitu lobang orifisium urethrae externa terdapat dibatang
penis, sedangkan yang normal terdapat pada ujung penis.
 Faktor Penyakit Tertentu Banyak jenis penyakit yang menimbulkan kemandulan
pada seorang pria, antara lain adalah: - Varikolel - Diabetes Melitus - Parotitis -
Penyakit - penyakit kelamin
 Faktor-Faktor Lain Dalam hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemandulan pada seorang pria, misalnya:
 Faktor suhu, berpengaruh langsung terhadap proses spermatogenesis. Misalnya pada
pekerja-pekerja yang ditempatkan pada tempat-tempat tertentu dengan suhu tinggi,
dalam jangka waktu yang cukup lama.
 Faktor radiasi, ini terdapat pada orang-orang yang bekerja pada tempat-tempat yang
berhubungan secara langsung dengan radiasi. Misalnya, pegawai-pegawai yang
ditempatkan dibagian rontgen. Jika mereka kurang hati-hati dalam bekerja seperti
tidak memakai alat pengaman, maka besar kemungkinan akan terkena radiasi.

4. Kesuburan wanita dilihat dari sisi apa ?


 Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan
infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat
menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah
penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat
mengurangi daya hidup sperma

Anda mungkin juga menyukai