Anda di halaman 1dari 25

1

KATA PENGANTAR

Hepatitis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia terutama Hepatitis A sering muncul dalam bentuk
DAFTAR ISI Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sangat meresahkan
masyarakat. Sementara Hepatitis B dan C seringkali diketahui
HALAMAN JUDUL apabila sudah terjadi sirosis atau kanker hati (Hepatocarcinoma

DAFTAR ISI Celluler).

KATA PENGANTAR ................................................ i


Buku saku tentang “Hepatitis” ini disusun dengan tujuan untuk
HEPATITIS ........................................................ 1 dapat membantu para farmasis di dalam menjalankan profesinya
terutama yang bekerja di farmasi komunitas dan farmasi rumah
Defenisi ........................................ 1
sakit. Mudah-mudahan dengan adanya buku saku yang bersifat
Patofisiologi .................................... 2 praktis ini akan ada manfaatnya bagi para pembaca.

Jenis-jenis Hepatitis ........................... 4


Akhirnya kepada Tim penyusun dan semua pihak yang telah
Terapi ........................................... 9
ikut membantu dan berkontribusi di dalam penyusunan buku
ObatHepatitis.................................21 saku ini kami ucapkan banyak terimakasih. Dan saran-saran

Contoh Obat Hepaitis dan Penanganan ........ 32 serta kritik membangun tentunya sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan dan perbaikan di masa datang
Jambi, Juli 2019

Penulis
i
HEPATITIS

.
DEFINISI

Istilah “hepatitis” digunakan untuk semua peradangan pada


hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari
virus sampai dengan obat – obatan , termasuk tradisional .
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh
berbagai sebab seperti bakteri, virus, proses autoimun, obat-
obatan, perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya.
Terima Kasih kepada Ibu Rosmala Dewi, M.Farm.,Apt
Bakteri, virus dan parasit merupakan penyebab infeksi
yang telah membimbing kami dalam pembuatan buku terbanyak, diantara penyebab infeksi tersebut. Infeksi
ini, sehingga buku ini tercetak. Semoga buku ini karena virus Hepatitis A, B, C, D atau E merupakan penyebab
bermanfaat bagi pembaca dan yang lainnya tertinggi dibanding penyebab lainnya, seperti mononucleosis
infeksiosa, demam kuning atau sitomegalovirus. Sedangkan
penyebab Hepatitis non virus terutama disebabkan oleh
alkohol dan obat-obatan.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus memiliki beberapa
tahapan (akut,fulminan, dan kronis) tergantung dari durasi
atau keparahan infeksi. Yang dimaksud dengan hepatitis akut
infeksi virus sistemik yang berlangsung selama kurang 6
bulan, dan yang dimaksud dengan hepatitis kronis adalah
gangguan – gangguan yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan
merupakan kelanjutan dari hepatitis akut. Hepatitis fulminan
adalah perkembangan mulai dari timbulnya hepatitis hingga
kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu, oleh
karena itu hanya terjadi pada bentuk akut.

1
2
Hepatitis kronik karena virus (hepatitis virus kronik) :

PPatofisologi
B. atopisiologi
 Hepatitis virus kronik merupakan penyakit hati kronik , sirosis,
gagal hati dan hepatosellular karsinoma ( HCC) Atau kanker
Hepatitis virus akut : hati di seleluruh dunia.
 Hepatitis virus kronik tersebut dapat berkembang dalam
 Hepatitis virus adalah penyakit yang biasanya sembuh dengan bentuk tetap. Beberapa berkembang menjadi gagal hati atau
sendirinya, dengan kasus rendah sampai tingkat yang fatal. HCC. Perkembangan tersebut mungkin terjadi dalam
 Virus dapat masuk ke sirkulasi dan terakumulasi pada sinusoid beberapa dekade.
hati dan bagian dalam hati hepatosit.  Pasien dengan hepatitis virus kronis memiliki limfosit
 Virus berreplikasi di hepatosit dan menyebar masuk ke dalam sitotoksik dan respon limfosit CD4 yang lemah. Pasien
darah empedu dan cairan tubuh yang lain. dengan infeksi kronis HBC mengalami kekurangan produksi
 Durasi pada tingkat inkubasi spesifik dan bervariasi. Pada limfosit sitotoksik atau respon interferon (IFN) lemah, yang
penjamu (host) tidak ada gejala selama masa inkubasi tersebut. menyebabkan limfosit tidak dapat mengarah ke sel target
 Virus hepatotropik menyebabkan luka pada hati dikarenakan yang terinfeksi.
respon imun penjamu/host atau dari virus secara langsung  Jika replikasi virus tersebut terjadi dan kerusakan hepatosit
melukai hepatosis seluler dan respon imun humoral secara tidak dapat dihambat, maka hepatosit yang berfungsi akan
langsung melewati antigen virus ditemukan pada membran menurun bertahap. Fibrosis yang terjadi pada mekanisme
hepatosit penjamu dan atau sirkulasinya dengan bagian perbaikan sel akan merusak arsitektur dasar sel dan terjadilah
vaskuler. nodul hepatik.
 Fibrosis hati dengan nodul yang menyebar disebut sirosis.

2 3
Jenis – Jenis Hepatitis

Masa inkubasi 15–50 hari, (rata-rata 30 hari). Tersebar di seluruh


1. Hepatitis A dunia dengan endemisitas yang tinggi terdapat di negara-negara

Termasuk klasifikasi virus dengan transmisi secara enterik. berkembang. Penularan terjadi melalui makanan atau minuman

Tidak memiliki selubung dan tahan terhadap cairan empedu. yang terkontaminasi tinja penderita hepatitis A, misalnya makan

Virus ini ditemukan didalam tinja. Berbentuk kubus simetrik buah-buahan atau sayur yang tidak dikelola / dimasak sempurna,

dengan diameter 27–28 nm, untai tunggal (single stranded), makan kerang setengah matang, minum es batu yang

molekul RNA linier : 7,5 kb; termasuk picornavirus, sub- prosesnyterkontaminasi. Faktor risiko lain, meliputi : tempat-

klasifikasi hepatovirus. Menginfeksi dan berreplikasi pada tempat penitipan/perawatan bayi atau batita, institusi untuk

primata non- manusia dan galur sel manusia. developmentally disadvantage, bepergian ke negara berkembang,

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak perilaku seks oral-anal, pemakaian jarum bersama pada IDU

menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa (injecting drug user).

menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual,


Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A yang memberikan
nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala
kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama. Untuk
hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Penderita hepatitis A
kekebalan yang lebih panjang diperlukan suntikan vaksin
akan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda
beberapa kali.
dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak akan

berlanjut menjadi kronik.


4 5
2. Hepatitis B

Manifestasi infeksi Hepatitis B adalah peradangan kronik pada


Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah,
hati. Virus hepatitis B termasuk yang paling sering ditemui.
kadang- kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia,
Distribusinya tersebar di seluruh dunia, dengan prevalensi karier
kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan
di USA <1%, sedangkan di Asia 5– 15%. Masa inkubasi
urin berwarna gelap. Gatal- gatal di kulit, biasanya ringan dan
berkisar 15–180 hari, (rata-rata 60–90 hari). Viremia
sementara. Jarang ditemukan demam.
berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah
infeksi akut.
3. Hepatitis C 11

Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada


Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan
seseorang selama puluhan tahun dan perlahan-lahan tapi pasti
mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal
merusak organ hati. Penyakit ini sekarang muncul sebagai salah
memperoleh kekebalan.
satu masalah pemeliharaan kesehatan utama di Amerika Serikat,
baik dalam segi mortalitas, maupun segi finansial.
Sebanyak 1–5% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi
akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak

persisten. Orang tersebut akan terus-menerus membawa virus menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang

hepatitis B dan bisa menjadi sumber penularan. Penularannya tidak ada gejala- gejala khusus. Beberapa orang berpikir bahwa

melalui darah atau transmisi seksual. Dapat terjadi lewat jarum mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa dirasakan antara lain

suntik, pisau, tato, tindik, akupunktur atau penggunaan sikat demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya

gigi bersama yang terkontaminasi, transfusi darah, penderita selera makan.

hemodialisis dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat berisiko


bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak
pasangan seksual.

6 7
7. Hepatitis G
4. Hepatitis D
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan
Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan
yakni virus RNA yang tidak lengkap, memerlukan keberadaan virus atau hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah dan jarum
hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi tidak untuk suntik.

replikasinya. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan


transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul Terapi
sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.

Jenis Terapi .

5. Hepatitis E
1. Terapi tanpa obat
Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali  Dengan diet seimbang
bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
 Jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan
mematikan. Penularan hepatitis E melalui air yang terkontaminasi
feces.
tinggi badan, berat badan dan aktivitas.

6. Hepatitis F
 Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah

Manifestasi gagal hati termasuk metabolis ensefalopati, koma,


protein, banyak makan sayur dan buah.
koagulasi, cacar, asites, dan edema. Pada pasien dengan gagal hati  Melakukan aktifitas sesuai kemampuan untuk
berat terjadi komplikasi antara lain gastrointestinal hemorrhage,
mencegah sembelit.
sepsis, serebral edema, gagal ginjal, asidosis laktat, dan koagulapati
tersebar, kematian terjadi akibat penda-rahan, edema serebral,  Menjalankan pola hidup yang teratur.
hipoglikemia, infeksi, atau gagal sistem multiorgan.  Berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
8  Segera beristirahat bila merasa lelah. 9
 Menghindari minuman beralkohol.
Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati digunakan untuk mencegah
adalah sebagai berikut :
ketidakaktifan obat yang
 Menghindari kerusakan hati yang permanen. disebabkan enzim yang dihasilkan
 Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati bakteri. Obat tersebut biasanya
dengan keluarnya protein yang memadai. mempunyai derajat keaktifan
 Memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh. antibakterial, tapi umumnya
 Mengurangi gejala ketidaknyamanan yang digunakan untuk melawan
diakibatkan penyakit ini. degradasi dari enzim tersebut.
1. Terapi dengan obat
 Antiamuba
 Aminoglikosida Antiamuba seperti dehydroemetine,
Antibiotik digunakan pada kasus abses diiodohydroxyquinoline, diloxanide
hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri. furoate, emetine, etofamide,
Preparat ini diberikan tiga kali sehari metronidazole, secnidazole, teclozan,
secara teratur selama tidak lebih dari tujuh tibroquinol, tinidazole adalah preparat
hari, atau sesuai anjuran dokter. Gagal yang digunakan untuk amubiasis.
pengobatan maka efeknya berkembang ke Dengan terapi ini maka risiko terjadinya
arah resistensi bakteri terhadap preparat abses hati karena amuba dapat
tersebut. Antibiotik kombinasi biasanya diminimalkan
10 11
 Antivirus mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker hati. Profil keamanan lamivudine
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif
sangat memuaskan, dimana profil
untuk penderita hepatitis B. Virus hepatitis B
keamanannya sebanding dengan plasebo.
membawa informasi genetik DNA. Obat ini
Lamivudine diberikan per oral sekali
mempengaruhi proses replikasi DNA dan
sehari, sehingga memudahkan pasien
membatasi kemampuan virus hepatitis B
dalam penggunaannya dan meningkatkan
berproliferasi. Lamivudine merupakan analog
keteraturan pengobatan. Oleh karenanya
nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan
penggunaan lamivudine adalah rasional
menghambat pembentukan DNA virus
untuk terapi pada pasien dengan hepatitis
hepatitis B. Pengobatan dengan lamivudine
B kronis aktif.
akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi
negatif pada hampir semua pasien yang diobati Dalam pengobatan Anti Retroviral
dalam waktu 1 bulan. Lamivudine akan (ARV) pada koinfeksi hepatitis C, saat ini
meningkatkan angka serokonversi HBeAg, tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV
mempertahankan fungsi hati yang optimal, dan yang tersedia gratis adalah Duviral
menekan terjadinya proses nekrosis-inflamasi. (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
Lamivudine juga mengurangi kemungkinan (Nevirapine). Sedangkan Efavirenz
terjadinya fibrosis dan sirosis serta dapat (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah
12 13
yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine Menurut tim ahli Amerika (DHHS April
tidak boleh diminum untuk penderita yang 2005), Nevirapine walaupun dapat
sedang mendapat pengobatan Interferon dan menimbulkan gangguan faal hati, boleh
Ribavirin, karena beratnya efek samping digunakan pada penderita dengan
terhadap gangguan faal hati. koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan
yang seksama.
Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir
harus ketat dipantau bila digunakan bersama Koinfeksi dengan hepatitis C memerlukan
Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), penatalaksanaan yang lebih khusus dan
karena masing-masing memudahkan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga
timbulnya anemia. Anemia bisa diantisipasi perlu dipantau lebih ketat terhadap
dengan pemberian eritropoetin atau transfusi gangguan faal hati, anemia dan
darah. Neviral dapat mengganggu faal hati. leukopenia. Peginterferon dan Ribavirin
Jadi, kadar hemoglobin dan leukosit serta tes dalam kombinasi dengan Interferon selain
faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain- bermanfaat mengatasi hepatitis C juga
lain) harus dipantau ketat. untuk hepatitis D. Ada juga obat-obatan
yang merupakan kombinasi imunologi dan
antivirus yang tampaknya dapat menekan
kadar virus hepatitis C dalam darah secara
14 15
lebih efektif dari pada terapi ulang dengan tanggapan terhadap Spironolactone. Obat
interferon saja. lain seperti Thiazide atau Metolazone
Thymosin alpha 1 adalah suatu dapat bermanfaat pada keadaan tertentu.
imunomodulator yang dapat digunakan pada
 Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic
terapi hepatitis B kronik sebagai monoterapi
protector.
atau terapi kombinasi dengan interferon.
Golongan ini digunakan untuk melindungi
 Diuretik hati dari kerusakan yang lebih berat akibat
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum
dapat membantu mengatasi edema yang misalnya calcium pantothenate, L-ornithine-L-
menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa aspartate, lactulose, metadoxine, phosphatidyl
asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid
pasien dengan gangguan keseimbangan dapat digunakan pada kelainan yang
elektrolit atau gangguan ginjal berat karena disebabkan karena kongesti atau insufisiensi
menyebabkan ekskresi elektrolit. empedu, misalnya konstipasi biliari yang
Obat diuretik lain yang digunakan dalam keras, ikterus dan hepatitis ringan, dengan
pengobatan penyakit hati selain menstimulasi aliran empedu dari hati. Namun
Spironolactone adalah Furosemide yang demikian, jangan gunakan obat ini pada kasus
efektif untuk pasien yang gagal memberikan hepatitis viral akut atau kelainan hati yang
16 17
sangat toksik. memperbanyak DNA tersebut dan mensintesa
interferon.

2. Terapi dengan Vaksinasi


Ada juga vaksin HBV orisinil pada tahun
Interferon mempunyai sistem imun alamiah
1982 yang berasal dari pembawa HBV, kini
tubuh dan bertugas untuk melawan virus. Obat ini
telah digantikan dengan vaksin mutakhir hasil
bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D.
rekayasa genetika dari ragi rekombinan.
Imunoglobulin hepatitis B dapat membantu
Vaksin mengandung partikel- partikel HBsAg
mencegah berulangnya hepatitis B setelah
yang tidak menular. Tiga injeksi serial akan
transplantasi hati.
menghasilkan antibodi terhadap HBsAg pada
Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi
95% kasus yang divaksinasi, namun tidak
oleh sel-sel tertentu dan T- limfosit selama infeksi
memiliki efek terhadap individu pembawa.
virus. Ada 3 tipe interferon manusia, yaitu
3. Terapi Transpalasi Hati
interferon α, interferon β dan interferon γ; yang
Transplantasi hati dewasa ini merupakan
sejak tahun 1985 telah diperoleh murni dengan
terapi yang diterima untuk kegagalan hati
jalan teknik rekombinan DNA. Pada proses ini,
fulminan yang tak dapat pulih dan untuk
sepotong DNA dari leukosit yang mengandung gen
komplikasi- komplikasi penyakit hati kronis
interferon, dimasukkan ke dalam plasmid kuman
tahap akhir. Penentuan saat transplantasi hati
E.coli. Dengan demikian, kuman ini mampu
18 19
sangat kompleks. Para pasien dengan kegagalan Transplantasi hati yang berhasil
hati fulminan dipertimbangkan untuk transplantasi merupakan usaha gabungan medis dan
bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, bedah.
koagulapati mencolok (waktu prothrombin 20 Obat Untuk Hepatitis
menit) atau hipoglikemia. Pada pasien dengan 1. Lamivudine
penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk Indikasi : Hepatitis B kronik.
transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun :
yang meliputi asites refrakter, peritonitis bakterial 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2 – 11
spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau tahun : 3 mg/kg 1 x sehari
gangguan parah pada fungsi sintesis dengan (maksimum 100 mg/hari).
koagulopati atau hipoalbuminemia. Efek samping : diare, nyeri perut,
Ada dua tipe utama transplantasi: ruam, malaise, lelah, demam, anemia,
 Homotransplantasi auksilaris dimana sebuah neutropenia, trombositopenia,
hati ditransplantasikan di tempat lain dari neuropati, jarang pankreatis.
hati yang sudah ada dibiarkan tetap Interaksi Obat : Trimetroprim
ditempatnya. menyebabkan peningkatan kadar
 Transplantasi ortotopik dimana sebuah hati Lamivudine dalam plasma.
baru diletakkan pada tempat hati yang lama.
Yang terakhir ini lebih populer.
20 21
Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat,
penderita sirosis berat, hamil dan laktasi. 2. Interferon α
Indikasi : Hepatitis B kronik, hepatitis C
kronik Dosis :
Penatalaksanaan :
Hepatitis B kronik
- Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir
a. Interferon α-2a
pengobatan selama 1 tahun dan kemudian
setiap 3 -6 bulan. SC/IM, 4,5 x 106 unit 3 x seminggu.
- Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis Jika terjadi toleransi dan tidak
B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat menimbulkan respon setelah 1 bulan,
dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan secara bertahap naikkan dosis sampai
adanya serokonversi HBeAg. dosis maksimum 18x106 unit, 3 x

- Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah seminggu. Pertahankan dosis

ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi minimum terapi selama 4-6 bulan

kemungkinan kambuh. kecuali dalam keadaan intoleran.

- Monitoring fungsi hati selama paling


sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi
dengan Lamivudine.

22 23
jika pasien memberikan respon,
b. Interferon α-2b lanjutkan selama 6-12 bulan.
b. Peginterferon α-2a
SC, 3 x 106 unit, 3 x seminggu.
SC, 180 µg 1 x semingginterferon α2b
Tingkatkan dosis 5-10x106 unit, 3 x
seminggu setelah 1 bulan jika terjadi SC, 0,5 µg/kg (1 µg/kg digunakan
toleransi pada dosis lebih rendah dan untuk infeksi genotip 1) 1 x seminggu.
tidak berefek. Pertahankan dosis
minimum terapi selama 4-6 bulan kecuali Penatalaksanaan :
dalam keadaan intoleran.
 Peginterferon α-2a dengan Ribavirin
untuk infeksi genotip 1.
Hepatitis C kronik  Peginterferon α dengan Ribavirin,
Gunakan bersama Ribavirin (kecuali Interferon α dengan Ribavirin untuk
kontraindikasi). Kombinasi Interferon α dengan infeksi genotip 2 dan 3.
Ribavirin lebih efektif.  Peginterferon α tunggal untuk pasien
a. Interferon α-2a dan α-2b dengan kontraindikasi terhadap
Ribavirin.
SC, 3 x 106 unit 3 x seminggu selama 12
minggu. Lakukan tes Hepatitis C RNA dan  Peginterferon α tunggal : tes Hepatitis C
RNA selama 12 minggu, jika ada
24 25
respon, lanjutkan pengobatan selama 48 Kontraindikasi :
minggu. Jika tidak ada respon (positif HCV
Wanita hamil dan suami dari wanita hamil,
RNA) hentikan pengobatan.
pasangan yang berencana memiliki anak
 Tes Hepatitis C RNA 6 bulan setelah kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap
penghentian pengobatan untuk Ribavirin, penyakit jantung berat 6 bulan yang
melihat respon. lalu, haemoglobinopathy, hepatitis autoimun,
3. Ribavirin dengan Interferon sirosis hati yang tidak terkompensasi, penyakit
Indikasi : Hepatitis C kronik pada pasien tiroid, adanya penyakit atau riwayat kondisi
penyakit hati >18 tahun yang mengalami psikiatrik berat, terutama depresi, keinginan
kegagalan dengan monoterapi menggunakan atau ada upaya bunuh diri.
Interferon α-2a atau α-2b. Perhatian :

Wanita subur dan pria harus menggunakan


Ribavirin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b kontrasepsi efektif selama terapi 6 bulan
sesudahnya, tes hamil harus dilakukan tiap 6
Untuk Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun
bulan selama terapi. Lakukan tes darah lengkap
yang mengalami relap setelah mendapat terapi
secara berkala sejak awal terapi. Riwayat
dengan Interferon α.
penyakit paru atau diabetes mellitus yang
cenderung ketoasidosis, gangguan pembekuan
26 27
darah atau mielosupresi berat. Tes daya visual Ribavirin per hari berdasarkan berat badan :
dianjurkan sebelum terapi pada pasien diabetes < 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg
mellitus atau hipertensi. Monitor fungsi jantung pada sore hari >75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan
pasien dengan riwayat penyakit jantung kongestif, sore hari.
miokard infark dan gangguan aritmia. Dapat
Ribavirin dengan Peginterferon α-2a
menimbulkan kekambuhan penyakit psoriasis.
Peginterferon α-2a : 180 µg SC 1 x seminggu
Efek Samping :
dengan Ribavirin per hari berdasarkan berat
Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut badan dan genotip HCV.
kering, hiperhidrosis, asthenia, lemah,
demam, sakit kepala, gejala menyerupai flu,
Genotip 1, < 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg
kekakuan, berat badan menurun, gangguan
malam hari. >75 kg, 600 mg pagi dan malam
GI, artralgia, mialgia, insomnia, somnolen,
hari.
batuk, dispnea, faringitis, alopesia, depresi.
Genotip 2 dan 3, 400 mg pagi dan malam hari
Interaksi Obat : Zidovudine, Stavudine.
Dosis : Ribavirin dengan
Peginterferon α-2b
Ribavirin dengan Interferon α-2b
Peginterferon α-2b : 1,5 µg/kg SC 1 x
Interferon α-2b : 3 x 10 unit SC 3 x seminggu dan
6
seminggu dan Ribavirin berdasarkan
29
28
berat badan : Penatalaksanaan :
< 65 kg, SC Peginterferon α-2b 100 µg 1 x
 Ribavirin tidak efektif jika digunakan
seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan
tunggal.
malam hari.
 Ribavirin dengan Peginterferon α untuk
65-80 kg, SC Peginterferon α-2b 120 µg 1 x
infeksi genotip 1
seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan
 Ribavirin dengan Peginterferon α atau
600 mg malam hari.
Ribavirin dengan Interferon α
>80-85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 µg
1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi untuk infeksi genotip 2 dan 3.
dan 600 mg malam hari.  Peginterferon α tunggal jika
>85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 µg 1 x kontraindikasi dengan Ribavirin.
seminggu, oral Ribavirin 600 mg pagi dan
 Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48
600 mg malam hari.
minggu.

 Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24


minggu.

30 31
Solusi Interaksi Obat
Contoh resep interaksi obat hepatitis dan
N Nama Sedi pemak pembe pag Sia mal
penangannya o Obat aan aian rian i ng am
1. Sebiv Tabl 1x1 Po 08. - -
o et 00
2. Curcu Tabl 3x1 Po 08. 12. 21.0
min et 00 00 0
Keterangan :
A. Identititas pasien
1. Nama : Abror Jaya Tin
2. Umur : 20th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Thehok, lorong pakis
IV
5. Diagnose : hepatitis B kronis
Interaksi Obat
No Nama Obat Keterangan kategori B. Riwat Penyakit
1. Sebivo Antivirus Mayor
 Riwayat Penyakit sekaranng :
2. Curcumin Hepaprotektor Minor
Nyeri ulu hati sejak 2 hari
disertai mual, muntah dan pusing
serta BAB putih 1x
 Riwayat Penyakit dahulu :
pernah mengalami gastritis

32 33
 Riwayat penyakit keluarga : didalam PENJELASAN :
keluarga tidak ada yang mempunyai
Seorang pasien berusia 20th bernama
riwayat pernah menderita hepatitis
Tn.Abror dibawa ke UGD suatu
C. Pemeriksaan fisik/klinis rumah sakit karena mengalami
keluhan Nyeri ulu hati sejak 2 hari
Pengaturan Menit Normal
disertai mual, muntah dan pusing
Suhu 36,7 ºC 36-37 ºC
20-30 menit serta BAB putih 1x, keadaan umum
RR 18x/menit
80- lemah, mata cekung, mukosa bibir
Nadi 80xmenit
100x/menit kering. Vital sign TD: nadi 80xmenit,
Tensi 100/60 120/80
mmHg tensi 100/60 mmHg, suhu 36,7 ºC,
mmHg
RR 18x/menit. Serta dilakukan
D. Data labolatorium pemeriksaan tindak lanjut dengan
melakukan cek labor.

Berdasarkan hasil pemeriksaan


labolatorium diketahui bahwa nilai
SGOT dan SGPT tinggi dengan
demikian dengan dapat disimpulkan

34 35
bahwa kondisi hati pasien mengalami mensistesis hemoglobin sehingga
keadaan kurang baik diarnakan SGOT dan hemoglobin umurnya sangat pendek
SGPT melebihi kadar normal. Kadar dan akhirnya efeknya yaitu
WBC yang melebihi normal bisa meningkatnya kadar bliburin dalam
disebabkan oleh normal bisa disebabkan darah melebihi angka normal.
karena adanya infeksi dihati sehingga
meyebabkan kadar leukosit dalam tubuh
Maka dokter mendiagnosa bahwa
meningkat, sementara itu kadar
Tn.Abror mengalami kondisi
peningkatan enzim SGOT dan SGPT
penyakit yaitu hepatitis B kronis
apabila terjaadinya inflamasi/peradanngan
berdasarkan keluhan Tn.Abror dan
pada organ tubuh termasuk hati,
hasil uji lab, serta dokter juga
disamping itu meningkatnya angka
meresepkan obat Sebivo
billiburin direct, Bilirubin indirect,
(telbivudine) sebanyak 30 tablet
Bilirubin Total Gen, mengindikasikan
untuk pemakaian satu bulan
telah terjadi gangguan metabolisme pada
digunakan 1x1 sehari sesudah
organ hati Tn.Abror (pasien) dimana
makan pada pagi hari dengan tujuan
meningkatnya angka bliburin terkait
untuk kepatuhan pasien. obat
dengan menurunnya kemampuan hati dan
tersebut digunakan untuk membantu
37
36
terapi Hepatitis B Kronik pada pasien dilakukannya monitoring dan
yang memperlihatkan adanya replikasi interaksi minor dikarnakan obat
virus dan perdangan hati. Yang sebivo mempunyai kontra indikasi
dikombinasikan dengan obat curcumin yaitu hipersensivitas agar
sebanyak 21 tablet digunakan 3x1 sehari mendapatkan hasil yang optimal.
yaitu pada pagi-siang-malam setelah
makan. Obat curcuma adalah bahan aktif
utama dalam kunyit. Ini memiliki efek
anti-inflamasi yang sangat kuat dan
merupakan antioksidan yang sangat kuat
dan menjaga fungsi hati.

Neuropathy :

Dari kedua obat tersebut yang


diresepkan oleh dokter, tidak terdapat
interaksi obat yang signifikan sehingga
pemberian obat tersebut bisa digunakan
secara bersama. Hanya saja perlu
38 39
Dienstag J. L., Wands J. R., Koff R. S., 1995.
DAFTAR PUSTAKA
Acute Hepatitis, in: Harrison’s Principles of
Internal medicine 1. 11th ed. USA:
Anonim. HBsAg Rapid Test: Diagnostic Test for McGrawHill pp. 1325-38.
Detecting Hepatitis B Surface Antigen. Vista
Diagnostics International LLC. Tersedia dari
http://www.vistadx.net/documents/HBsAg_Te
st_Insert.pdf

Soemohardjo S., 1990. Pengidap Virus Hepatitis


B, in: Gastroenterology and Hepatology.
Jakarta: CV. Infomedika pp. 291-5.

Prof.Dr.Elin Yulinah Sukanda, Apt.2011.Iso


Farmakoterapi 2 jilid penerbit IAI : Jakarta

Akbar H. N., 2007. Hepatitis B in: Buku Ajar Ilmu


Penyakit Hati. 1 st ed. Jakarta: Jayabadi pp.
201-4.

40 41

Anda mungkin juga menyukai