PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tugas khusus ini, antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi hepatitis
serta terapi non-farmakologi dan farmakologinya
2. Mahasiswa mampu mengkaji rasionalitas resep obat penyakit hepatitis
yang ada di Apotek Kimia Farma berdasarkan aspek administratif,
farmasetis, dan klinis.
2.1 Hepatitis
2.1.1 Pengertian Hepatitis
Istilah “Hepatitis” digunakan untuk semua jenis peradangan pada hati
(liver), penyebabnya dapat berbagai macam, muali dari virus sampai dengan obat-
obatan termasuk obat tradisional. Virus hepatits termasuk virus hepatotropik yang
dapat mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Delta Hepatitis
(HDV), Hepatitis C (HCV), Hepatitis dan Hepatitis E (HEV). Selain itu juga
akhir-akhir ini ditemukan virus.Virus hepatitis F dan G. Hepatitis A, B dan C
paling banyak ditemukan. Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang
dilaporkan.Hepatitis G menyebabkan hepatitis dengan gejala seripa hepatitis C,
dan seringkali terjadi bersaman dengan hepatitis B dan atau C.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus memiliki beberapa tahapan (akut,
fulminant, dan kronis) tergantung dari durasi atau keparahan infeksi. Yang
dimaksud dengan hepatitis akut infeksi virus sistemik yang berlangsung selama
kurang dari 6 bulan, dan yang dimaksud dengan hepatitis kronis adalah gangguan-
gangguan yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan merupakan kelanjutan dari
hepatitis akut. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya
hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu, oleh karena
itu hanya terjadi pada bentuk akut.
2.2.1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai
tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi
pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan,
penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan
melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak
dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti
rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 cm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi
2.2.2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual,
oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa
2.2.3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui
darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-
rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis,
pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992,
resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi. HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60
nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
Hepatitis C akut, klinik tidak dapat dibedakan dari tipe viral hepatitis yang
lain. Hepatitis C banyak diperoleh melalui penggunaan obat intravena, kontak
seksual, hemodialisa atau peralatan rumah tangga yang berhubungan dengan
pekerjaan atau terpapar perinatal.Umumnya Hepatitis C ringan, kurang dari 25%
2.2.4. Hepatitis D
Tiga bentuk dari infeksi HDV menandakan HDV-HBV koinfeksi, HDV
akut super infeksi, dan HDV infeksi kronik. HDV terutama ditransmisikan oleh
pemaparan melalui infeksi darah. Dalam koinfeksi, hepatitis delta akut selalu
paling banyak, terbatas sendiri dan biasanya diikuti dari infeksi HBV. Bifase
muncul dalam level tranminase hati mungkin tampak, puncak pertama diakibatkan
oleh HBV dan yang kedua HDV. Dalam superinfeksi HDV, replikasi viral delta
terjadi dengan cepat karena infeksi HBV, HbsAg segera tersuplai ke hari yang
terifeksi dan gejala-gejala klinis muncul dengan cepat dan mungkin berat,
terutama bagian yang paling terinfeksi HDVIgG.
2.2.5. Hepatitis E
Infeksi HEV tidak dapat dibedakan dari infeksi HAV.Infeksi dengan HEV
tidak berbahaya, kecuali wanita hamil.Wanita yang terinfeksi HEV selama
trimester ketiga amat beresiko untuk berkembangnya janin, sehingga dapat
menyebabkan hepatitis atau gagal hati. Penandaan diagnosa dihubungkan dengan
dasar klinik dengan pengeluran virus lain.
2.4.3. Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui
kontak seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun
transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit
Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap
yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.
2.5.2. Hepatitis B
Pemeriksaan fisik :
a. Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.
b. Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen/ketebalan
perut, dan adanya pergerakan cairan.
c. Asterixis
d. Spider angiomata
Tes laboratorium :
a. Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6 bulan.
b. Peningkatan transaminase hepatik intermiten (alanine transaminase /
ALT dan aspartate transmaninase / AST ) dan DNA HBV >20.000
UI/mL (105 – 108 salinan/L).
c. Biopsi hati untuk klasifikasi patologis sebagai hepatitis persisten
kronis, hepatitis aktif kronis, atau sirosis.
2.5.4. Hepatitis D
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. HBsAg positif atau yang memiliki riwayat pernah
terinfeksi HBV (Hepatitis B).
c. Antibodi anti-HDV dideteksi dengan radioimmunoassay (RIA) atau
enzyme immunoassay (EIA).
2.5.5. Hepatitis E
Ditanyakan gejalanya bila ternyata ditemukan hepatitis virus maka akan
dilakukan tes darah untuk memastikan diagnosis dan jenis virus. Bila terjadi
hepatitis kronis, maka dianjurkan dilakukan biopsi.
2.6 Terapi
2.6.1. Hepatitis A
a. Tujuan Terapi
Perubahan klinis lengkap termasuk menghindari komplikasi, normalisasi
fungsi hati, dan pengurangan infektivitas dan penularan. Tidak ada pilihan
pengobatan khusus ada untuk infeksi HAV. Sebagai gantinya, pasien harus
menerima perawatan suportif umum. HAV mudah dicegah dengan Vaksinasi.
c. Immunoglobulin
Immunoglobulin digunakan ketika pra atau pasca pajanan infeksi HAV.
Paling efektif jika diberikan selama tahap inkubasi. Dosis dari Immunoglobulin
adalah sama untuk orang dewasa dan anak – anak. Dosis tunggal IG 0,02 mL/kg
diberikan intramuskuler setelah didiagnosis terinfeksi. Untuk jangka panjang pre
exposure profilaksis <5 bulan, dosis tunggal 0,06 mL/kg. Tidak ada kontraindikasi
untuk ibu hamil atau menyusui.
c. Pengobatan
1) Inteferon :
Terapi yang pertama disetujui untuk pengobatan HBV dan
meningkatkan hasil jangka panjang dan kelangsungan hidup
Bertindak sebagai tuan rumah sitokin, memiliki efek antivirus,
antipoliferatif, dan imunimodulator dalam HBV kronis
Terapi IFN-α2a : Dosis 4,5 x 10⁶ unit 3 x seminggu secara
subkutan. Tingkatkan dosis jadi 18 X 10⁶ unit 3x seminggu
setelah 1 bulan jika tidak berefek
Terapi IFN-α2b : Dosis 3 x 10⁶ unit 3 x seminggu secara
subkutan. Tingkatkan dosis 5-10 x 10⁶ 3 x seminggu setelah satu
bulan jika tidak berefek
2) Lamivudine
Dosis : dewasa: 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2-11 tahun 3 mg/kg
1 x sehari
Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, anemia, neutropenia.
Interaksi Obat : trimetropin menyebabkan peningkatan kadar
lavimudine dalam plasma
2.6.3. Hepatitis C
a. Tujuan terapi
Menyembuhkan infeksi HCV dan memulihkan kondisi jaringan tubuh.
b. Terapi nonfarmakologi
Vaksin anti hepatitis A dan B
Diet gizi seimbang
Hindari alkohol
Berhenti merokok
Olahraga teratur
1. Dokter
Nama dokter ✔ Ditanyakan kepada
pasien/Rumah sakit
Nomor SIP ✔
Nomor telepon ✔
Alamat dokter ✔
Paraf ✔
2. Tanggal penulisan resep ✔
3. Pasien
Nama Pasien ✔
Alamat ✔ Ditanyakan kepada
pasien/keluarga
pasien
Umur ✔
Berat badan ✔
Jenis Kelamin ✔
1) Bentuk sediaan :
Bentuk sediaan Keterangan
No. Nama obat
Ada Tidak ada
1 Sofosbuvir ✔ Tidak ada
✔ keterangan
2 Daclatasvir bentuk
sediaan
2) Potensi sediaan :
2) Efek samping : -
3) Kesesuain dosis
No Obat Dosis resep Dosis lazim Ket. Literatur
Sekali Sehari Sekali Sehari
1 Sofosbuvir 400 400 mg 400 400 mg Sesuai www.mim
mg mg s.com
2 Daclatasvir 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg Sesuai
4) Perhitungan dosis:
5) Kontraindikasi
No. Obat Kontraindikasi keterangan
1 Sofosbuvir - Tidak ada kontraindikasi dengan
2 Daclatasvir - kondisi pasien
6) Penyiapan obat
a) Penyiapan Obat
No. Nama obat Penyiapan obat
1 Sofosbuvir Ambilah Sofosbuvir tablet 400 mg sebanyak 1 tab x 28
= 28 tablet, masukkan ke dalam plastik klip, kemudian
diberi etiket putih, tulis nama pasien dan beri tanda 1
kali sehari 1 tablet sesudah makan pada pagi hari
2 Daclatasvir Ambilah Daclatasvir tablet 600 mg sebanyak 1 tab x 28
= 28 tablet, masukkan ke dalam plastik klip, kemudian
diberi etiket putih, tulis nama pasien dan beri tanda 1
kali sehari 1 tablet sesudah makan pada pagi hari
5.1 Kesimpulan
1. Resep terkait penyakit hepatitis yang diterima di Apotek Kimia Farma
Buaran dan 387 belum memenuhi kelengkapan administratif,
kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis sesuai standar
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2. Alur pelayanan resep untuk terapi penyakit hepatitis di apotek
meliputi skrining resep, cek ketersediaan obat, konfirmasi harga ke
pasien, dispensing, penyerahan serta pelayanan informasi obat dan
konseling, serta pemantauan penggunaan obat.
5.2 Saran
1. Resep diharapkan memenuhi persyaratan yang sudah dicantumkan di
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 sehingga
dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan pengobatan.
2. Pada saat melakukan pengkajian resep diperluan konfirmasi terkait
beberapa informasi untuk memastikan kesesuaian terapi.
3. Apoteker harus berperan aktif dalam pelayanan kefarmasian di apotek,
terutama saat pemberian informasi obat, konseling, dan pemantauan
pemakaian obat terhadap pasien.