Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Salah satu penyakit yang
menyerang hati adalah penyakit hepatitis. Hepatitis telah menjadi masalah global,
dimana dipengaruhi oleh pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat,
penggunaan obat-obatan, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi
beberapa penyebab dari penyakit ini. Hepatitis juga merupakan salah satu
penyakit yang mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah
penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya
kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi
komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008).
Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati
yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan
metabolisme, obat-obatan, alkohol, maupun parasit. Virus yang menyebabkan
penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa
ditularkan ke orang lain. Beberapa jenis virus hepatitis yang diketahui diantaranya
adalah : Hepatitis A, B, C, D, F, dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus
bisa akut (Hepatitis A), bisa kronik (Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga
kemungkinan menjadi kanker hati (Hepatitis B). Hepatitis virus merupakan
infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Bar, 2002). Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas
infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.
Saat ini diperkirakan 400 juta orang di dunia terinfeksi penyakit hepatitis
B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit
tersebut. Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang merupakan jumlah
penduduk keempat terbesar di dunia (Wening Sari, 2008). Angka kejadian infeksi
hepatitis B kronis di Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah
penduduk. Hepatitis B termasuk pembunuh diam-diam karena banyak orang yang
tidak tahu dirinya terinfeksi sehingga terlambat ditangani dan terinfeksi seumur
hidup. Kebanyakan kasus infeksi hepatitis B bisa sembuh dalam waktu enam
bulan, tetapi sekitar 10 persen infeksi bisa berkembang menjadi infeksi kronis.
Infeksi kronis pada hati bisa menyebabkan terjadinya pembentukan jaringan ikat
pada hati sehingga hati berbenjol-benjol dan fungsi hati terganggu dan dalam
jangka panjang penderitanya bisa terkena sirosis serta kanker hati.
Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab
kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular. “Rata-rata
penderita hepatitis antara umur 15 – 44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini
menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian. Sedangkan di daerah
perkotaan menduduki urutan ketiga,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih dalam peringatan di RS Dr Sardjito Yogyakarta.
Apoteker sebagai tenaga kesehatan dapat melakukan pelayanan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan yang diberikan
dapat berupa pemberian infomasi penggunaan obat (PIO), konseling, serta
promosi kesehatan agar penyakit tidak kembali datang menyerang pasien. Apotek
menjadi sarana atau lokasi pelayanan kefarmasian yang bisa dilakukan oleh
apoteker. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016, pelayanan
kefarmasian di Apotek secara klinik meliputi, pengkajian resep, dispensing, PIO,
konseling, Home Pharmacy Care, pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring
efek samping obat (MESO). Dalam makalah tugas khusus ini, penulis membahas
penyakit hepatitis serta melakukan pengkajian resep untuk pasien penderita
hepatitis dari aspek administartif, farmasetis, dan klinis. Selain itu, terdapat bagian
edukasi yang harus disampaikan kepada pasien berdasarkan resep yang telah
dikaji.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tugas khusus ini, antara lain:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi hepatitis
serta terapi non-farmakologi dan farmakologinya
2. Mahasiswa mampu mengkaji rasionalitas resep obat penyakit hepatitis
yang ada di Apotek Kimia Farma berdasarkan aspek administratif,
farmasetis, dan klinis.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 2


3. Mahasiswa mampu melakukan edukasi kepada pasien dengan baik terkait
obat yang diterima pasien
4. Mahasiswa mampu melaksanakan alur pelayanan resep yang sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis
2.1.1 Pengertian Hepatitis
Istilah “Hepatitis” digunakan untuk semua jenis peradangan pada hati
(liver), penyebabnya dapat berbagai macam, muali dari virus sampai dengan obat-
obatan termasuk obat tradisional. Virus hepatits termasuk virus hepatotropik yang
dapat mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Delta Hepatitis
(HDV), Hepatitis C (HCV), Hepatitis dan Hepatitis E (HEV). Selain itu juga
akhir-akhir ini ditemukan virus.Virus hepatitis F dan G. Hepatitis A, B dan C
paling banyak ditemukan. Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang
dilaporkan.Hepatitis G menyebabkan hepatitis dengan gejala seripa hepatitis C,
dan seringkali terjadi bersaman dengan hepatitis B dan atau C.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus memiliki beberapa tahapan (akut,
fulminant, dan kronis) tergantung dari durasi atau keparahan infeksi. Yang
dimaksud dengan hepatitis akut infeksi virus sistemik yang berlangsung selama
kurang dari 6 bulan, dan yang dimaksud dengan hepatitis kronis adalah gangguan-
gangguan yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan merupakan kelanjutan dari
hepatitis akut. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya
hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu, oleh karena
itu hanya terjadi pada bentuk akut.

Gambar 1. Anatomi Hati

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 4


2.2 Jenis-jenis Hepatitis

Gambar 2. Jenis-jenis Hepatitis

Gambar 3. Virus Hepatitis pada Hati

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 5


Gambar 4. Bentuk dan Jenis Virus Hepatitis

2.2.1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai
tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi
pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan,
penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan
melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak
dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti
rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 cm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar
antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 6


IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan
bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Insiden terjadinya HAV berkaitan langsung dengan sanitasi dan praktek
higienis yang buruk infeksi HAV menular/menyebar dari orang ke orang atau dari
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini adalah salah satu dari
beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang sering dilaporkan di
Amerika. Infeksi HAV biasanya adalah penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya dengan tingkat kasus fatal yang rendah. Penyakit ini dapat berakhir
sampai 6 bulan dalam 3 fase: inkubasi, hepatitis akut, dan penyembuhan.
Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 12 minggu dan jarang berkembang
menjadi hepatitis fulminant.
Kerusakan minimal sel hati ditandai dengan peningkatan sedikit serum
transaminase, sekitar dua kali normal. Masa inkubasi rata-rata 28 hari, dengan
kisaran 15-50 hari.Gejala klinis tergantung umur, pada anak yang kurang dari 6
tahun umumnya ditunjukkan dengan gejala ringan, seperti pada influenza tanpa
kuning secara klinis. Infeksi pada orang dewasa ditunjukkan pada hepatitis akut
dengan nilai transaminase hati yang meningkat dan kuning. Tidak ada kasus
hepatitis kronis dan keadaan karier kronik yang dilaporkan dengan HAV.
Diagnosa pada infeksi HAV akut tergantung pada kecurigaan klinis, gejala khas,
peningkatan amino transferase dan bilirubin, serta anti-HAV IgM positif. Puncak
antibodi selama fase awal penyembuhan dan kembali positif selama 4-6 bulan
sesudah mulainya sakit.

2.2.2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya
parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual,
oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel,
pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan
kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 7


gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan
selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak
badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan
urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal
posterior juga membesar.
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Mempunyai empat gen region produksi
protein viral yang dapat dideteksi: daerah nukleokapsid (HbcAg dan HbeAg),
daerah permukaan (HbsAg) dan daerah P(DNA polymerase). Virus ini
mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode
yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut. HBV akut
didiagnosa oleh adanya anti HBc IgM. Dalam tipe infeksi akut HBV antibodi
membuat antigen HBV dalam rangkaian produksi, dari perkembangan HbsAg
diikuti oleh HbeAg (30-60 hari sebelum permukaan dari gejala klinik) terlihat
melalui anti Hbs pada saat pemulihan kesehatan sesudah sakit).

2.2.3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui
darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-
rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis,
pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992,
resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi. HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60
nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
Hepatitis C akut, klinik tidak dapat dibedakan dari tipe viral hepatitis yang
lain. Hepatitis C banyak diperoleh melalui penggunaan obat intravena, kontak
seksual, hemodialisa atau peralatan rumah tangga yang berhubungan dengan
pekerjaan atau terpapar perinatal.Umumnya Hepatitis C ringan, kurang dari 25%

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 8


pasien berkembang menjadi penyakit kuning.Keluhan utama frekuensi terbatas
untuk lelah dan malaise. Manifestasi ekstrahepatik umumnya terjadi melalui
poliarteritis nedosa, bentuk dari eritema, thrombositopenia, penyakit serum,
bintik-bintik merah, dan diskrasia darah. Tidak sama seperti tipe lainnya,
karateristik infeksi infeksi HCV pola yang ditunjukan fluktuasi luas, nilai enzim
lebih bagian infeksi.Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.

2.2.4. Hepatitis D
Tiga bentuk dari infeksi HDV menandakan HDV-HBV koinfeksi, HDV
akut super infeksi, dan HDV infeksi kronik. HDV terutama ditransmisikan oleh
pemaparan melalui infeksi darah. Dalam koinfeksi, hepatitis delta akut selalu
paling banyak, terbatas sendiri dan biasanya diikuti dari infeksi HBV. Bifase
muncul dalam level tranminase hati mungkin tampak, puncak pertama diakibatkan
oleh HBV dan yang kedua HDV. Dalam superinfeksi HDV, replikasi viral delta
terjadi dengan cepat karena infeksi HBV, HbsAg segera tersuplai ke hari yang
terifeksi dan gejala-gejala klinis muncul dengan cepat dan mungkin berat,
terutama bagian yang paling terinfeksi HDVIgG.

2.2.5. Hepatitis E
Infeksi HEV tidak dapat dibedakan dari infeksi HAV.Infeksi dengan HEV
tidak berbahaya, kecuali wanita hamil.Wanita yang terinfeksi HEV selama
trimester ketiga amat beresiko untuk berkembangnya janin, sehingga dapat
menyebabkan hepatitis atau gagal hati. Penandaan diagnosa dihubungkan dengan
dasar klinik dengan pengeluran virus lain.

2.2.6. Kemungkinan Hepatitis F dan G


Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah.Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi
bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan
ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 9


2.3. Manifestasi Klinis
Infeksi dibagi menjadi 3 tahap didasarkan pada serologic virus: inkubasi,
hepatitis akut, dan penyembuhan. Keparahan klinis penyakit bervariasi luas mulai
dari tanpa gejala, hepatitis anikterik sampai ke hepatitis fulminant yang cepat
menjadi fatal. Pada sebagian beasar pasien hepatitis virus akut hanya menunjukan
gejala ringan dan kerusakan pada sedikit hepatosit. Penyakit dengan gejala ringan
ini dikenal dengan hepatitis anikterik. Minimal kerusakan pada sel hati
direfleksikan oleh peningkatan ringan serum bilirubin, gama-globulin dan
transminasi hati (ALT, AST), sekitar dua kali normal.
Sebagian pasien mengalami kerusakan hepatosit yang cukup banyak
sehingga terjadi perubahan fungsi hati bermakna yang ditandai dengan
mwnurunnya emtabolisme dan aliran bilirubin, menyebabkan terjadinya
jaundiceTahap preikterik sering berkaitan dengan gejala influenza yang tidak
spesifik seperti anoreksia, mual, muntah, rasa lelah dan malaise.Fase ikterik pada
umumnya disertai dengan demam, sakit perut, mual, muntah, urin berwarna gelap,
acholic stools (tinja tanpa empedu), dan memburuknya gejala-gejala sistemik.
Gejala klinis disertai oleh kenaikan sedang sampai bermakna serum
bilirubin, gema-globulin, dan hepatic transaminase (4-10 kali normal).Serologik
virus dan antibody penjamu dapat dideteksi pada tahap ini.Kebanyakan pasien
dengan anikterik akut atau hepatitis ikterik dapat dipulihkan secara tuntas tanpa
adanya komplikasi atau menjadi kronis.Durasi tahapan penyakit dan resiko untuk
meningkat menjadi kronis merupakan fenomena khusus virus.

2.4 Penyebab dan cara penularan


2.4.1. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya
melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang –
kadang dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas
yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 10


2.4.2. Hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu
hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam
kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang
banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang
paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui
vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa,
kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi.
Kelompok ini mencakup:
 Imigran dari daerah endemis Hepatitis B
 Pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
 Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang
terinfeksi
 Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
 Pasien rumah sakit jiwa
 Narapidana pria
 Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertenu
dari plasma
 Kontak serumah denag karier hepatitis
 Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan
darah

2.4.3. Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui
kontak seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun
transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit
Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap
yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.

2.4.4 Hepatitis Delta dan Hepatitis E


Hepatitis Delta dan Hepatitis E diduga penularannya melalui mulut, tetapi
belum ada penelitian yang lebih mendalam.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 11


2.5 Diagnosis
2.5.1 Hepatitis A
Pemeriksaan fisik :
a. Sklera, kulit, dan sekresi ikterik
b. Penurunan berat badan ringan (2-5 kg)
c. Hepatomegali
Tes laboratorium :
a. Tes darah : mencari antibody terhadap virus yaitu IgM
b. Peningkatan kadar bilirubin, γ-globulin, dan transaminase hepatik
(alanine transaminase dan aspartate transaminase) 2 kali lipat dari
normal pada penyakit anikterik akut.
c. Peningkatan kadar alkali fosfatase, γ-glutamil transferase, dan
bilirubin total pada pasien kolestatik.

2.5.2. Hepatitis B
Pemeriksaan fisik :
a. Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.
b. Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen/ketebalan
perut, dan adanya pergerakan cairan.
c. Asterixis
d. Spider angiomata
Tes laboratorium :
a. Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6 bulan.
b. Peningkatan transaminase hepatik intermiten (alanine transaminase /
ALT dan aspartate transmaninase / AST ) dan DNA HBV >20.000
UI/mL (105 – 108 salinan/L).
c. Biopsi hati untuk klasifikasi patologis sebagai hepatitis persisten
kronis, hepatitis aktif kronis, atau sirosis.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 12


2.5.3. Hepatitis C
Pemeriksaan Fisik :
a. Ikterik
b. Hepatomegali
Tes Laboratorium :
a. Antibodi HCV, ELISA, Western blot, dan RNA HCV
kuantitatif. Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi RNA
HCV satu hingga dua minggu setelah infeksi, sedangkan antibodi baru
terbentuk dan baru dapat ditemukan dalam waktu yang lebih lama.
b. Tes darah, mendeteksi apakah ada antibodi terhadap HCV dengan
menggunakan uji imunoasai enzim (enzyme immunoassay).
c. Biopsi hati untuk menentukan derajat kerusakan hati.

2.5.4. Hepatitis D
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. HBsAg positif atau yang memiliki riwayat pernah
terinfeksi HBV (Hepatitis B).
c. Antibodi anti-HDV dideteksi dengan radioimmunoassay (RIA) atau
enzyme immunoassay (EIA).

2.5.5. Hepatitis E
Ditanyakan gejalanya bila ternyata ditemukan hepatitis virus maka akan
dilakukan tes darah untuk memastikan diagnosis dan jenis virus. Bila terjadi
hepatitis kronis, maka dianjurkan dilakukan biopsi.

2.6 Terapi
2.6.1. Hepatitis A
a. Tujuan Terapi
Perubahan klinis lengkap termasuk menghindari komplikasi, normalisasi
fungsi hati, dan pengurangan infektivitas dan penularan. Tidak ada pilihan
pengobatan khusus ada untuk infeksi HAV. Sebagai gantinya, pasien harus
menerima perawatan suportif umum. HAV mudah dicegah dengan Vaksinasi.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 13


b. Vaksin Hepatitis A
1) Havrix dan Vaqta
 Digunakan untuk melemahkan virus pada anak dan dewasa.
 Kedua vaksin dapat diberikan bersamaan dengan immunoglobulin.
 Efek Samping : Rasa sakit pada tempat yang di suntik, Sakit
kepala, Malaise, dan Nyeri.
2) Twirinx
 Vaksin bivalen untuk hepatitis a dan b yang telah disetujui oleh
FDA pada tahun 2001.
3) Recomended Dosing Of Havrix, Vaqta, and Twirinx :

Tabel 1. Dosis Havrix dan Vaqta yang disarankan (Pharmacotherapy


Handbook 9th edition)

c. Immunoglobulin
Immunoglobulin digunakan ketika pra atau pasca pajanan infeksi HAV.
Paling efektif jika diberikan selama tahap inkubasi. Dosis dari Immunoglobulin
adalah sama untuk orang dewasa dan anak – anak. Dosis tunggal IG 0,02 mL/kg
diberikan intramuskuler setelah didiagnosis terinfeksi. Untuk jangka panjang pre
exposure profilaksis <5 bulan, dosis tunggal 0,06 mL/kg. Tidak ada kontraindikasi
untuk ibu hamil atau menyusui.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 14


2.6.2. Hepatitis B
a. Tujuan Terapi
Mempertahankan penekanan replikasi HBV, mengakibatkan perlambatan
perkembangan penyakit hati. Pencegahan komplikasi (yaitu, serosis, gagal hati,
dan karsinoma hepatoseluler). Dan pengurangan kebutuhan untuk transplantasi
hati.
b. Pencegahan Hepatitis B
Imunoglobulin Hepatitis B :
 Merupakan profilaksis setelah pemaparan HBV
 Direkomendasikan unutk pemaparan terhadap bayi perinatal yang
ibunya pembawa HBV orang yang terpapar secara seksual terhadap
HbsAGnya positif
 Dosis 0,06 ml/kg secara intramuskular

c. Pengobatan
1) Inteferon :
 Terapi yang pertama disetujui untuk pengobatan HBV dan
meningkatkan hasil jangka panjang dan kelangsungan hidup
 Bertindak sebagai tuan rumah sitokin, memiliki efek antivirus,
antipoliferatif, dan imunimodulator dalam HBV kronis
 Terapi IFN-α2a : Dosis 4,5 x 10⁶ unit 3 x seminggu secara
subkutan. Tingkatkan dosis jadi 18 X 10⁶ unit 3x seminggu
setelah 1 bulan jika tidak berefek
 Terapi IFN-α2b : Dosis 3 x 10⁶ unit 3 x seminggu secara
subkutan. Tingkatkan dosis 5-10 x 10⁶ 3 x seminggu setelah satu
bulan jika tidak berefek
2) Lamivudine
 Dosis : dewasa: 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2-11 tahun 3 mg/kg
1 x sehari
 Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, anemia, neutropenia.
 Interaksi Obat : trimetropin menyebabkan peningkatan kadar
lavimudine dalam plasma

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 15


3) Entecavir
 Entecavir adalah guanosin analog nukleosida yang bertindak
dengan penghambat polimerase HBV
 Dosis 0,5 mg setiap hari selama 52 minggu
 Bioavaibilitas oral mendekati 100% , menurun bila ada makanan.
Sehingga obat ini harus diberikan saat perut kosong
 Efek samping : sakit kepala, kelelahan, pusing, dan mual
4) Adefovir Dipivoxil
 Adefovir dipivoxil adalah nukleosida analog asiklik dari adenosin
monofosfat.
 Bekerja dengan menghambat HBV DNA-polimerase
 Dosis 10 mg setiap hari selama 1 tahun
 Efek samping : sakit kepala, diare, asthenia, dan sakit perut
5) Telbuvidine
 Telbuvidin adalah timidin analog nukleosida dengan aktivitas
terhadap polimerase HBV DNA
 Bekerja dengan menghambat sintesi DNA HBV tanpa aktivitas
terhadap virus lainnya.
 Efek samping : infeksi saluran pernapasan atas.

2.6.3. Hepatitis C
a. Tujuan terapi
Menyembuhkan infeksi HCV dan memulihkan kondisi jaringan tubuh.
b. Terapi nonfarmakologi
 Vaksin anti hepatitis A dan B
 Diet gizi seimbang
 Hindari alkohol
 Berhenti merokok
 Olahraga teratur

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 16


c. Terapi farmakologi
1) Standar terapi: injeksi PEG-IFN 1x seminggu dan Ribavirin oral 1x
sehari. Ribavirin merupakan analog guanosin sintetis, mekanisme
kerja belum diketahui.
2) Indikasi Ribavirin: Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati >18
tahun yang mengalami kegagalan de ngan monoterapi Interferon α-2a
aau α-2b.
3) Indikasi Ribavirin dengan PEG-interferon α-2a atau α-2b :
Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang mengalami relaps
setelah mendapat terapi dengan Interferon α.
4) Kontraindikasi: Wanita hamil dan suaminya, pasangan yang
berencana memiliki anak kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap
Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang lalu, haemoglobinopathy,
hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi, penyakit
tiroid, adanya penyakit atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama
depresi, keinginan atau ada upaya bunuh diri.
5) Perhatian : Wanita subur dan pria harus menggunakan kontrasepsi
aktif selama terapi dan 6 bulan sesudahnya, tes kehamilan harus
dilakukan setiap 6 bulan selama terapi. Lakukan tes darah lengkap
sejak awal terapi. Riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang
cenderung ketoasidosis, gangguan pembuluh darah/mielosupresi berat.
Tes daya visual dianjurkan pada pasien DM atau hipertensi. Monitor
fungsi jantung pada pasien dengan riwayat gagal jantung kongestif,
infark miokard dan aritmia. Dapat menimbulkan kekambuhan
penyakit psoriasis.
6) Efek samping: Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering,
hiperhidrosis, asthenia, lemah, demam, sakit kepala, gejala
menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun, gangguan GI,
artralgia, mialgia, insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis,
alopesia, depresi.
7) Interaksi Obat : Zidovudine, Stavudine.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 17


8) Dosis:
a) Ribavirin dengan Interferon α-2b
Interferon α-2b : 3 x 106 unit SC 3x seminggu dan Ribavirin per
hari berdasarkan berat badan:
 < 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi
 75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari
b) Ribavirin dengan Peginterferon α-2a
Peginterferon α-2a 180 mcg SC 1x seminggu dengan Ribavirin
per hari berdasarkan berat badan dan genotip HCV
Genotip 1,
 < 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
 >75 kg, 600 mg pagi dan malam hari
Genotip 2 dan 3, 400 mg pagi dan malam hari
c) Ribavirin dengan Peginterferon α-2b
Peginterferon α-2b : 1,5 μg/kg SC 1 x seminggu dan Ribavirin
berdasarkan berat badan :
 < 65 kg, SC Peginterferon α-2b 100 μg 1 x seminggu, oral
Ribavirin 400 mg pagi dan malam hari.
 65-80 kg, SC Peginterferon α-2b 120 μg 1 x seminggu oral
Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari
 >80-85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral
Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
 > 85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral
Ribavirin 600 mg pagi dan 600 mg malam hari.
9) Penatalaksanaan :
 Ribavirin tidak efektif jika digunakan tunggal.
 Ribavirin dengan Peginterferon α untuk infeksi genotip 1.
 Ribavirin dengan Peginterferon α atau Ribavirin dengan
Interferon α untuk infeksi genotip 2 dan 3.
 Peginterferon α tunggal bila kontraindikasi terhadap Ribavirin
 Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48 minggu.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 18


 Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24 minggu.
10) Pencegahan
 Tidak ada vaksin untuk HCV.
 Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah kontak
dengan darah atau mukus pasien HCV
 Penderita HCV perlu diberikan konseling agar mereka tidak
mengajukan diri sebagai donor darah atau organ.

Tabel 2. Algoritma Pengobatan Virus Hepatitis C (Pharmacotherapy


Handbook 9th edition)

Tabel 3. Gambaran Klinis yang Penting pada Virus Hepatitis


(ISO Farmakoterapi – ISFI, hal : 355)

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 19


BAB III
METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Pengkajian resep kasus hepatitis dilakukan di Apotek Kimia Farma Buaran
dan Apotek Kimia Farma Pondok Gede yang berlangsung pada periode PKPA
bulan Februari 2018.

3.2 Metode Pengkajian


Pengkajian dilakukan dari penelusuran resep yang ada di Apotek Kimia
Farma Buaran serta Apotek Kimia Farma Pondok Gede. Penelusuran pustaka
terkait dengan penyakit hepatitis dan selanjutnya dipilih resep yang ditujukan
untuk pasien yang menderita hepatitis. Resep yang diperoleh kemudian dianalisis
berdasarkan kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetis, dan pertimbangan
klinis sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek (Permenkes No. 73
Tahun 2016). Pendalaman literatur yang berkaitan dengan kajian kasus juga
dilakukan untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal seperti
karakterisasi obat, PIO (Pemberian Informasi Obat), dan KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi).

3.3 Cara Kerja


Setelah ditelusuri dari bulan Februari 2018 tidak ditemukan resep untuk
penyakit hepatitis sehingga kami mencari di tahun 2017 dan hanya ada satu resep
hepatitis di bulan Februari 2017, selanjutnya dilakukan pengkajian resep sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek yang ada di dalam PMK No. 73
Tahun 2016, yang meliputi:
a. Kajian administratif : nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, dan
paraf; serta tanggal penulisan resep.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 20


b. Kajian kesesuaian farmasetis : bentuk dan kekuatan sediaan; stabilitas;
dan kompatibilitas (ketercampuran obat).
c. Pertimbangan klinis : ketepatan indikasi dan dosis obat; aturan, cara pakai,
dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/atau polifarmasi; reaksi obat yang
tidak diinginkan (ROTD) yang terdiri dari reaksi alergi, efek samping obat,
maupun manifestasi klinis lainnya; kontra indikasi; dan interaksi.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 21


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4 Hasil Pengkajian Resep


Berdasarkan analisis resep yang dilakukan pada periode Februari 2017 di
Apotek Kimia Farma Buaran terdapat resep dengan indikasi penyakit Hepatitis.
Pada resep ditulis beberapa obat, yaitu:

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 22


Gambar 5. Resep Asli

Gambar 6. Resep Tulis Ulang

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 23


a. Profil Obat 1
No. Komponen Uraian Pustaka
1 Nama obat Sofosbuvir Mims.com
2 Komposisi Sofosbuvir 400 mg/tab Mims.com
3 Indikasi Antivirus untuk hepatitis C kronis Mims.com
4 Efek samping Mual, insomnia, sakit kepala, Mims.com
malaise
5 Bentuk dan Tablet Mims.com
potensi sediaan
6 Kontraindikasi Hipersensitivitas Mims.com
7 Dosis lazim 400 mg/hari Mims,com
8 Interaksi obat Analeptis, antikonvulsan, Mims.com
antimycobacterium, suplemen
herbal.
9 Farmakologi Sofosbuvir adalah PAN-genotip Mims.com
penghambat HCV ns5b RNA
tergantung RNA polimerase, yang
sangat penting untuk replikasi
virus. sofosbuvir adalah
nukleotida prodrug yang
mengalami intraseluler
metabolisme untuk membentuk
farmakologi aktif uridin analog
trifosfat (gs-461203), yang dapat
dimasukkan ke dalam HCV RNA
oleh ns5b polymerase dan
bertindak sebagai rantai
Terminator. di biokimia assay, gs-
461203 menghambat polymerase
aktivitas dari rekombinan ns5b
dari HCV genotipe 1b, 2a, 3a dan

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 24


4a dengan 50% konsentrasi
Hambat (ic50) nilai mulai dari 0.7
2,6 μm. gs-461203 (aktif
metabolit sofosbuvir) bukan
merupakan penghambat manusia
DNA dan RNA polimerase atau
sebuah inhibitor mitokondria
RNA polimerase.

b. Profil Obat 2
No. Komponen Uraian Pustaka
1 Nama obat Daclatasvir Mims.com
2 Komposisi Daclatasvir 60 mg/tab Mims.com
3 Indikasi Hepatitis C Kronis Mims.com
4 Efek samping Nyeri perut, alopesia, anemia, Mims.com
kecemasan, artralgia, penglihatan
kabur, konstipasi, batuk, nafsu
makan menurun, depresi, diare,
gangguan perhatian, pusing,
mulut kering dan kulit, dyspnoea,
perut kembung, GERD, sakit
kepala, hot flush, insomnia,
mudah tersinggung , limfopenia,
malaise, migrain, mialgia, hidung
tersumbat, mual, neutropenia,
pruritus, pireksia, ruam,
ketajaman visual berkurang,
muntah
5 Bentuk dan Tablet Mims.com
potensi sediaan
6 Kontraindikasi Hipersensitivitas Mims.com
7 Dosis lazim 60 mg/hari Mims.com

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 25


8 Interaksi obat Dapat menyebabkan bradikardia Mims.com
berat dan blok jantung bila
bersamaan menggunakan dengan
amiodarone (bersamaan dengan
sofosbuvir). Berkurangnya
konsentrasi plasma dan efek
terapeutik dengan moderat
CYP3A4 enzim inducers.
Peningkatan konsentrasi plasma
dengan inhibitor CYP3A4 yang
kuat (misalnya klaritromisin,
itrakonazol, ketokonazol,
ritonavir). Dapat meningkatkan
paparan sistemik terhadap obat-
obatan yang merupakan substrat
transporter P-gp (misalnya
digoksin), OATP 1B1 / 1B3, dan
BCRP. Berpotensi Fatal:
Berkurangnya konsentrasi plasma
dan efek terapeutik dengan
induksi enzim CYP3A4 yang kuat
(misalnya carbamazepine,
fenitoin, rifampisin).
9 Farmakologi Daclatasvir adalah antivirus Mims.com
langsung dengan aktivitas
melawan virus hepatitis (HCV),
berikatan dengan protein 5A
(NS5A) sehingga menghambat
replikasi RNA dan perakitan
virion.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 26


Analisis resep dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi kajian administratif, pertimbangan farmasetis, dan pertimbangan klinis.

3.4.1 Kelengkapan Administratif (Skrining Administratif)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, persyaratan administratif harus
memuat nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan; nama dokter, nomor
Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, dan paraf; serta tanggal penulisan
resep. persyaratan administratif dari resep tersebut adalah sebagai berikut :

No. Persyaratan administrasi Ada Tidak Ada Keterangan

1. Dokter
Nama dokter ✔ Ditanyakan kepada
pasien/Rumah sakit
Nomor SIP ✔
Nomor telepon ✔
Alamat dokter ✔
Paraf ✔
2. Tanggal penulisan resep ✔
3. Pasien
Nama Pasien ✔
Alamat ✔ Ditanyakan kepada
pasien/keluarga
pasien
Umur ✔
Berat badan ✔
Jenis Kelamin ✔

Berdasarkan kajian administratif, resep di atas termasuk resep yang tidak


lengkap, karena pada resep tidak terdapat identitas nama dokter dan nomor SIP,
sehingga apoteker akan mengalami kesulitan jika ingin melakukan penelusuran

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 27


atau konfirmasi resep. Identitas pasien juga tidak lengkap, tidak terdapat alamat
pasien.

3.4.2 Pertimbangan Farmasetis


Pertimbangan farmasetis meliput bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas, dan
kompatibilitas (ketercampuran obat).
No. Kelengkapan resep Ada Tidak ada Keterangan
1 Nama obat ✔
2 Sediaan ✔ Tidak ada keterangan
sediaan
3 Dosis ✔ Pada obat Daclatasvir
tidak diberi keterangan
dosis
4 Jumlah ✔
5 Cara pemakaian ✔
6 Informasi lainnya ✔ Tidak ada keterangan
terkait diagnosis

1) Bentuk sediaan :
Bentuk sediaan Keterangan
No. Nama obat
Ada Tidak ada
1 Sofosbuvir ✔ Tidak ada
✔ keterangan
2 Daclatasvir bentuk
sediaan

2) Potensi sediaan :

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 28


No. Nama obat Potensi sediaan Keterangan
Ada Tidak ada
1 Sofosbuvir ✔ 400 mg
2 Daclatasvir ✔ Tidak ada
keterangan

Stabilitas : dapat disimpan pada suhu ruangan/kamar dan terlindung


dari cahaya dan kelembapan
Inkompatibilitas :-
Kesimpulan : secara farmasetik, obat tidak memiliki potensi/kekuatan
sediaan dalam resep, tetapi resep masih bisa dilayani. Pada resep yang seperti ini
digunakan dosis terkecil yang ada pada sediaan.

3.4.3 Pertimbangan Klinis


1) Interaksi farmakokinetik/farmakodinamik
No. Obat yang Jenis Efek Mekanisme Rekomendasi
berinteraksi interaksi interaksi interaksi
1 Sofosbuvir - - - -
2 Daclatasvir - - - -

2) Efek samping : -

3) Kesesuain dosis
No Obat Dosis resep Dosis lazim Ket. Literatur
Sekali Sehari Sekali Sehari
1 Sofosbuvir 400 400 mg 400 400 mg Sesuai www.mim
mg mg s.com
2 Daclatasvir 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg Sesuai

4) Perhitungan dosis:

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 29


a. Sofosbuvir
Dosis resep
1x = 400 mg
1 hari= 1 x 400 mg = 400 mg
Dosis lazim
1x = 400 mg
1 hari= 1 x 400 mg = 400 mg
b. Daclatasvir
Dosis resep
1x = 60 mg
1 hari= 1 x 60 mg = 60 mg
Dosis lazim
1x = 60 mg
1 hari = 1 x 60 mg = 60 mg

5) Kontraindikasi
No. Obat Kontraindikasi keterangan
1 Sofosbuvir - Tidak ada kontraindikasi dengan
2 Daclatasvir - kondisi pasien

6) Penyiapan obat
a) Penyiapan Obat
No. Nama obat Penyiapan obat
1 Sofosbuvir Ambilah Sofosbuvir tablet 400 mg sebanyak 1 tab x 28
= 28 tablet, masukkan ke dalam plastik klip, kemudian
diberi etiket putih, tulis nama pasien dan beri tanda 1
kali sehari 1 tablet sesudah makan pada pagi hari
2 Daclatasvir Ambilah Daclatasvir tablet 600 mg sebanyak 1 tab x 28
= 28 tablet, masukkan ke dalam plastik klip, kemudian
diberi etiket putih, tulis nama pasien dan beri tanda 1
kali sehari 1 tablet sesudah makan pada pagi hari

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 30


b) Pemberian Informasi obat
Langkah pemberian informasi obat dalam resep:
 Pertama, saya memperkenalkan diri saya sebagai apoteker.
 Kemudian menjelaskna kepada pasien mengenai obat-obatan yang akan
dikonsumsi dengan pemberian informasi obat.
No. Nama obat Informasi obat
1 Sofosbuvir Obat ini merupakan obat antivirus untuk penyakit
hepatitis.
Jumlahnya sebanyak 28 tablet untuk diminum selama
28 hari.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan pada
pagi hari.
Disimpan pada suhu kamar terlindung dari cahaya dan
kelembapan.
2 Daclatasvir Obat ini merupakan obat antivirus untuk penyakit
hepatitis.
Jumlahnya sebanyak 28 tablet untuk diminum selama
28 hari.
Diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan pada
pagi hari.
Disimpan pada suhu kamar terlindung dari cahaya dan
kelembapan

 Selanjutnya, setelah pasien mendapatkan informasi mengenai obat-


obatan tersebut, saya sebagai apoeker harus memasikan bahwa pasien
tersebut sudah memahami dan mengerti mengenai informasi obat yang
telah dijelaskan dengan cara meminta pasien mengulangi penjelasan
yang telah diberikan.
 Jika pasien sudah paham maka saya mengucapkan terimakasih atas
waktunya dan tidak lupa mengingatkan pasien untuk meminum obat
dengan air mineral dan mendoakan semoga pasien lekas sembuh.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 31


7) Edukasi Pasien
 Pasien diberitahu bahwa penyakit dapat menular kepada orang lain
melalui darah dan cairan tubuh seperti air liur. Sehingga pasien dan
keluarga diharapkan dapat menjaga agar tidak tertular seperti
menyiapkan tempat makan dan minum khusua untuk pasien dan tidak
bercampur dengan anggota keluarga lainnya.
 Pasien juga diberi edukasi untuk menjaga kebersihan dan sanitasi
terutama makanan dan minumannya.
 Pasien diberitahukan agar meminum obatnya secara teratur dan benar
(teapt waktu dan tepat dosis) untuk agar terapi yang dijalankannya
efektif.
 Pasien juga diberitahu untuk memakan makanan yang sehat dan
bergizi yang bertujuan untuk menigkatkan kekebalan tubuhnya. Hal
ini karena hepatitis C disebabkan oleh virus. Sehingga dengan
meningkatkan kekebalan tubuh diharapkan dapat membantu dalam
pengobatannya.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 32


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Resep terkait penyakit hepatitis yang diterima di Apotek Kimia Farma
Buaran dan 387 belum memenuhi kelengkapan administratif,
kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis sesuai standar
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2. Alur pelayanan resep untuk terapi penyakit hepatitis di apotek
meliputi skrining resep, cek ketersediaan obat, konfirmasi harga ke
pasien, dispensing, penyerahan serta pelayanan informasi obat dan
konseling, serta pemantauan penggunaan obat.

5.2 Saran
1. Resep diharapkan memenuhi persyaratan yang sudah dicantumkan di
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 sehingga
dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan pengobatan.
2. Pada saat melakukan pengkajian resep diperluan konfirmasi terkait
beberapa informasi untuk memastikan kesesuaian terapi.
3. Apoteker harus berperan aktif dalam pelayanan kefarmasian di apotek,
terutama saat pemberian informasi obat, konseling, dan pemantauan
pemakaian obat terhadap pasien.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 33


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. http://amaliaanindita.blogspot.co.id/2017/04/makalah-


hepatitis.html. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018

Anonim. 2017. www.MIMS.com. Diakses tanggal 11 Februari 2018.


Anonim. 2017.www.drugs.com/interaction checker. Diakses 11 Februari 2018.
Anonim. 2017. http://www.atlm.web.id/2017/03/makalah-hepatitis.html. Di akses
pada tanggal 11 Februari 2018 pukul 20:11WIB.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Mentari Kesehatan RI No. 73 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Dipiro JT, et al, 2015, Pharmacotherapy Handbook 9th edition, New York: The
McGraw Hill Companies
Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At a Glance Mikrobiologi Medis dan
Infeksi (Edisi Ketiga) terj. Stella Tinia H., Jakarta: Penerbit Erlangga
Mims Indonesia. (2018). Sofosbuvir: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |
MIMS.com Indonesia. Mims.com. Retrieved 16 February 2018, from
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/Myhep/?
type=brief&mtype=generic
Mims Indonesia. (2018). Daclatasvir: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |
MIMS.com Indonesia. Mims.com. Retrieved 16 February 2018, from
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/Daclatasvir/?
type=brief&mtype=generic
Wening, Sari. 2008. Care Your Self Hepatitis . Jakarta: Penebar Plus.

Tugas Khusus Pengkajian Resep Hepatitis | 34

Anda mungkin juga menyukai