Anda di halaman 1dari 20

Makalah Farmakoterapi System Percernaan

“ HEPATITIS”

Pengampu : Rishi Fithria Fillah M.Sc,.Apt

Disusun Oleh

1. Stephanus Herman Santosa 115010656


2. Winda Afriani 125010754

Fakultas Farmasi

Universitas Wahid Hasyim

Semarang

2014
A. Pendahuluan
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits
ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau
pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada
saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri
diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian
mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang
juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus
hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000
orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia
sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang
terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain
tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi
penting.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm)
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia
atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan
toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal
sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi
enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet
melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki
malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai
fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral
dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau
fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena
sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap
menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga
penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan
makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan
higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak
dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
B. Dasar teori
1. Definisi
adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam
sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati.
Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah
penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan
kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi
juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
2. Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-
fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau
hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi
darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat
yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan
cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang
paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk
darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi
kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai
HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya
individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara
pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati,
dan kematian
Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis
G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau
C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.

3. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Syaifoellah Noer dkk (1996) adalah :
a. Infeksi virus
 Virus hepatitis A,B,C dan D
 Virus lain sitomegali, epstain, barr dan rubella.
b. Penyakit hati autoimun
c. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisetin.
d. Kelainan genetik : penyakit Wilson, anti tripsin.
4. Patofisiologi
Menurut Hudak & Gallo (1996)
inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar menjadi rusak dibuang
dari satu buah resprus sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar noemal. Infeksi virus parenkim hepar telah dikelompokkan
berdasarkan agen spesifik yang menginfeksinya. Terdapat empat jenis hepatitis virus
akut : A,B. non-A, non-B (C) dan delta (D).
5. Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis
tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari
penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut
kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.

2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat
pada sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi
pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanyaberbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat,
sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi
letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut
dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila
sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi
kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap
ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi
kanker. Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang
otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

Gejala – gejala Hepatitis


Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala
yang timbul tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya
tahan tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul
akibat proses peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase
kuning, dan fase penyembuhan.
1. Masa Tunas
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan
gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama.
Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi pada stadium ini.
2. Fase Prodmoral (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita
seperti badan terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual,
muntah, perasaan tidak enak dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil,
sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama
dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti
akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan
diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
3. Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi
kuning pekat seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir
langit-langit mulut, dan kulit berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik.
Bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk kedalam usus halus, maka tinja akan
berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2
mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau
hepatitis. Selama minggu pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus
meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahan warna
kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan yang ada
umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini
berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan
aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning
yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
4. Fase penyembuhan (konvaselen)
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita
merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna
secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya
penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti
diatas. Pada sebagian orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan
(subklinis) atau tanpa memberikan gejala sama sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada
penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning (anikterik). Namun, ada juga yang
penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan kematian yang dinamakan hepatitis
fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang
bertambah berat, suhu tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor
pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda ensefalopati berupa mengantuk, linglung,
tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan akhirnya kesadaran menurun
sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT) serum
sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini
menandakan adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium pada pasien
yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui
penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati,diantaranya:
a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
b. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
c. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
d. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
e. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
f. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
g. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
h. Albumin serum : menurun
i. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
j. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
k. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
l. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
m. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
n. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
o. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
p. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
q. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
7. Pengobatan
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase
akut penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi ksrbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat di makan oleh penderita. Pemberian makanan
secara intra vena mungkin perlu di berikan selama fase akut bila pasien terus menerus
muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di batasi hingga gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C kronis simptomatik
adalah terapi anti virus dengan interferon- α. Terapi antivirus untuk Hepatitis B kronis
ini memiliki resiko terrtinggi untuk berkembangnya sirosis. Kecepatan respon yang
terjadi bervariasi dan lebih besar kemungkina berhasil dengan durasi infeksi yang
lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan Hepatitis B kronis serta anak – anak
yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespons terhadap terapi interferon.
Tranplantasi hati merupakan terapi pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun
terdapat kemungkina yang tinggi untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.
8.Pencegahan

Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit

menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan

sesuai dengan jenis virus penyebabnya sebagai berikut.

Terhadap virus hepatitis A

1) Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier

dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.

2) Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi.

Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik

sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus

dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.

Terhadap virus hepatitis B

1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan

dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B

dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu

hamil.

Pencegahan dengan immunoglobulin

Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa

memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan

kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah

timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak

dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).

Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi,

dikarenakan keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif

dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi

untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah pejanan virus (Price dan

Wilson, 2005: 492).

Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai

perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV.

Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan

berkunjung ke negara-negara endemis HAV. Pemberian IG pasca pajanan bersifat

efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg

diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah perjalanan.

Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah,

sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara

berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).


Petugas yang terlibat dalam kontak risiko tinggi (misal pada hemodialisis,

transfusi tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani

peralatan dan menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang

penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan, dan air bersih

yang amam serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk

memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien

yang terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai

akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu

disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor

(Price dan Wilson, 2005: 493).


C. Analisa Kasus
1. Kasus
Lina (8tahun) mengalami sakit perut, mual, muntah, tidak nafsu makan sejak
kemarin. Pasien demam 38,7C dan ibu nya sudah memberikan PCT untuk
antidemam. Menurut pengakuan pasien, beberapa hari lalu pasien membeli makanan
diwarung yang kurang bersih. Hasil pemeriksaan lab. Didapatkan SGOT 40 IU/ml,
SGPT 51 IU/ml. berikan tatalaksana terapi pada pasien tersebut menggunkan metode
SOAP !
2. Evaluasi dengan menggunakan metode SOAP
1. Subjective
Nama : Lina
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Keluhan : sakit perut, mual, muntah dan tidak nafsu makan sejak beberapa
hari (kemarin), dan demam 38.7 C.
2. Objective
Data pemeriksaan fisik dan laboratorium : pemeriksaan SGOT 40 IU/ml, SGPT
51 IU/ml
Riwayat pengobatan : pemberian PCT
3. Assessment
- Perlu bertanya kepada pasien terkait gejala-gejala lain yang timbul seperti urin
yang berwarna lebih gelap, kulit dan mata yang menjadi kuning
- Berdasarkan gejala diagnose diasumsikan pasien mengalami Hepatitis A,
dilihat pasien juga mengalami demam tinggi 38.7 C setelah membeli makanan
diwarung kurang bersih. SGOT normal 5-40 IU/ml, SGPT normal 7-56 IU/ml.
- Perlu dilakukan skrining virus untuk mengetahui secara pasti tipe hepatitis
yang di derita.
4. Planning
a. Tujuan terapi :
Mencegah dan meminimalkan keparah Hepatitis A pada pasien agar tidak
bertambah parah.
b. Strategi terapi
Terapi farmakologis
 Immunoglobulin
Dosis 0,02 ml /kg (150 -180 mg protein/ml)
 HAV
Vaksin Havrix
b
Dosis 720 ELISA units dengan volume 0,5 ml, jumlah dosis 2,
Jadwal 0,6 – 12 bulan secara intramuscular.
 Paracetamol (bila panas)
Terapi non farmakologis
 Diet seimbang
 Menjaga sanitasi dan kebersihan makanan
c. Sasaran terapi
Mencegah penularan lebih lanjut hepatitis A
Dan juga menjaga kondisi pasien supaya tidak bertambah parah
d. Evaluasi Kerasionalan Obat Yang digunakan
1. Tepat indikasi
Nama obat indikasi keterangan
imunoglobulin Terapi pengganti Tepat indikasi
imunodefisiensi
primer dan sekunder
HAV Imunisasi aktif Tepat indikasi
Vaksin Havrix terhadap virus
hepatitis A
Paracetamol Antipiretik Tepat indikasi
Meredakan demam
karena flu dan
sesudah imunisasi
2. Tepat Obat
Nama obat Mekanisme Aksi Keterangan
imunoglobulin sebagai antibody terhadap virus, bakteri, Tepat obat
parasit, dan atigen micoplasma,
meningkatkan imunitas pasif melalui
penambahan antibodi
HAV
Vaksin Havrix Terapi pengganti imunodefisiensi primer Tepat obat
dan sekunder, mempengaruhi reseptor Fc
pada sel-sel sistem retikuloendotelial untuk
sitopenia autoimun dan ITP; kemungkinan
berperan sebagai antibodi yang
mengandung tipe antivirus.
Paracetamol Mekanisme aksi utama dari parasetamol Tepat Obat
adalah hambatan terhadap enzim
siklooksigenase (COX: cyclooxigenase)
3. Tepat Pasien
Nama Obat Kontraindikasi keterangan
Immunoglobulin Hipersensitifitas Tepat pasien
terhadap gamma
globulin, thimerosal
Trombositopenia,
hiperprolinemia
HAV Hipersensitifitas Tepat pasien
Vaksin Havrix Tunda pemberian pada
pasien dengan demam
tinggi
Paracetamol Hipersensitifitas Tepat pasien
Gangguan fungsi hati
berat
4. Tepat Dosis
Nama obat Rekomendasi dosis Keterangan
Immunoglobulin 0,02 ml /kg (150 -180 mg Tepat Dosis
protein/ml)
HAV
Vaksin Havrik Dosis 720 ELISA Tepat Dosis
b
units dengan volume 0,5 ml.
selama 0,6- 12 bulan (secara
intramuskuler)
Paracetamol 500 mg 3x1 sehari, bila panas Tepat Dosis
5. Waspada efek samping obat
Nama obat Efek samping Keterangan
Immunoglobulin Menggigil, sakit kepala, WESO
nyeri, mual, muntah,
demam, anafilaksis
HAV
Vaksin Havrik Gatal-gatal seluruh WESO
tubuh dan reaksi
neurologis yang sangat
jarang dan tidak selalu
disebabkan oleh vaksin
paracetamol Pada dosis yang WESO
direkomendasikan,
parasetamol tidak
mengiritasi lambung,
memengaruhi koagulasi
darah, atau memengaruhi
fungsi ginjal
6. Monitoring dan evaluasi
a) Pemberian paracetamol apabila terjadi demam
b) Tirah baring selama masa penyembuhan
c) Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat
d) Pembatasan aktifitas fisik hingga gejala mereda dan tes fungsi hati
kembali normal
e) Pemberian HAV/ IG kepada orang terdekat/kelarga pasien untuk
mencegah penularan
7. KIE

a) Memberikan informasi kepada pasien bahwa harus menjaga


kebersihan tempat tinggal.
b) Memberikan informasi kepada pasien bila hendak pergi keluar
menggunakan masker karna virus hepatitis bisa mudah menular
dengan air liur dll
c) Membiasakan mencuci tangan sebelum atau sesudah makan dan
sesudah buang air besar menggunakan sabun cuci tangan dengan
teknik cuci tangan yang benar
d) Tidak membeli makanan dan minuman disembarang tempat
e) Gunakan air yang direbus secara sempurna sampai benar-benar
matang
f) Konsumsi makanan yang dimasak secara matang
g) Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat
h) Pembatasan aktifitas fisik hingga gejala mereda dan tes fungsi hati
kembali normal
i) Menjaga kondisi tubuh orang terdekat/keluarga pasien sebaik-
baiknya untuk mencegah penularan
D. Penutup
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. inflamasi yang
menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi
toksik terhadap obat-obat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan
hepar.
Pemberian Immunoglobulin Dosis 0,02 ml /kg (150 -180 mg protein/ml), HAV Vaksin
b
Havrix Dosis 720 ELISA units dengan volume 0,5 ml, jumlah dosis 2, Jadwal 0,6 – 12
bulan secara intramuscular. Paracetamol (bila panas)dalam kasus ini menjadi terapi
farmakologi. Sedangkan terapi non farmakologi nya ialah Diet seimbang Menjaga
sanitasi dan kebersihan makanan. Karena hepatitis A akan lebih cepat menular bila
keadaan lingkungan kita kurang bersih.
E. Daftar pustaka
Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru

Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol

2. Jakarta : EG

Iso farmakoterapi halaman 354-371

Anda mungkin juga menyukai