“ HEPATITIS”
Disusun Oleh
Fakultas Farmasi
Semarang
2014
A. Pendahuluan
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits
ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau
pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada
saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri
diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian
mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang
juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus
hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000
orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia
sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang
terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain
tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi
penting.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm)
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia
atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan
toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal
sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi
enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet
melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki
malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai
fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral
dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau
fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena
sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap
menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga
penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan
makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan
higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak
dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
B. Dasar teori
1. Definisi
adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam
sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati.
Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah
penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan
kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi
juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
2. Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-
fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau
hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi
darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat
yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan
cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang
paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk
darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi
kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai
HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya
individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara
pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati,
dan kematian
Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis
G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau
C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.
3. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Syaifoellah Noer dkk (1996) adalah :
a. Infeksi virus
Virus hepatitis A,B,C dan D
Virus lain sitomegali, epstain, barr dan rubella.
b. Penyakit hati autoimun
c. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisetin.
d. Kelainan genetik : penyakit Wilson, anti tripsin.
4. Patofisiologi
Menurut Hudak & Gallo (1996)
inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobule dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar menjadi rusak dibuang
dari satu buah resprus sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar noemal. Infeksi virus parenkim hepar telah dikelompokkan
berdasarkan agen spesifik yang menginfeksinya. Terdapat empat jenis hepatitis virus
akut : A,B. non-A, non-B (C) dan delta (D).
5. Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis
tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari
penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut
kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat
pada sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi
pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanyaberbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat,
sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi
letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut
dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila
sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi
kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap
ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi
kanker. Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang
otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.
Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit
menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan
Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik
sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus
1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan
dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B
hamil.
memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan
kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah
timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak
dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi
untuk praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah pejanan virus (Price dan
Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan
efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg
diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah perjalanan.
sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara
transfusi tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani
penting untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan, dan air bersih
yang amam serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk
memperhatikan higiene umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien
yang terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol
2. Jakarta : EG