BAB I
PENDAHULUAN
enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status
perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino, karbohidrat, elemen renik, vitamin dan
elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer.
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap
menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga
penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan
makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan
hygiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak
dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan,
perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menguasai tentang penyakit hepatitis
beserta penjelasan lengkapnya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami apa definisi dari penyakit hepatitis
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit hepatitis
3. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis penyakit hepatitis
4. Mahasiswa mampu memahami patogenesis dari penyakit hepatitis
5. Mahasiswa mampu memahami analisa data dari penyakit hepatitis
6. Mahasiswa mampu memahami diagnosa keperawatan yang muncul pada
penyakit hepatitis
7. Mahasiswa mampu memahami rencana intervensi keperawatan pada penyakit
hepatitis
1.3 Manfaat
Sebagai bahan refrensi dan masukan untuk melaukan tindakan keperawatan
pada pasien hepatitis.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe
hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia
atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur dan racun. (Abdurahmat, 2010: 153)
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, toksin, atau
kimia (termasuk obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut, kronis, fulminant, dan
alkoholik. Hepatitis karena virus dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan gejala
klinik berupa penyakit kuning yang akut disertai malaise, mual dan muntah, serta dapat pula
disertai peningkatan suhu badan (Black & Hawks, 2014)
2.2 Etiologi
2.2.1 Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalaui
gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang-kadang dapat
juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada
penderita pengindap hepatitis A. (Donna Jackson, 2014)
2.2.2 Hepatitis B
Hepatitis B dipancarkan via rute perkutan, sering karena kontak seksual,
penggunaan obat IV, penularan dari ibu ke anak atau mungkin transfusi darah. Dapat
dicegah dengan vaksin. (Donna Jackson, 2014)
2.2.3 Hepatitis C
Penularan hepatitis C pada orang dewasa bisa terjadi melalui kontak seksual
dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah.
Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit Hepatitis C dapat
berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya akan
menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya. (Donna Jackson, 2014)
2.2.4 Hepatitis D
Hepatitis D diduga penularannya melalui darah.ko-infeksi hanya dengan
hepatitis B, saat ini tidak ada vaksin untuk yang tersedia untuk hepatitis D. (Donna
Jackson, 2014)
2.2.5 Hepatitis E
Hepatitis e diduga penularannya melalui mulut, tetapi belum ada penelitian
yang lebih mendalam. (Donna Jackson, 2014)
2.3.1 Hepatitis A
Hepatitis A (HAV) dahulu disebut hepatitis infeksius. Penyakit ini ditularkan
terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat hygiene yang buruk atau makanan
yang tercemar. Individu yang tinggal di tempat-tempat yang padat yang hygienenya
mungkin tidak adekuat, misalnya pusat penitipan anak, rumah sakit jiwa, penjara dan
penampungan gelandangan, resiko mengindap penyakit ini. Virus kadang-kadang
ditularkan melalui darah. Dibeberapa negara, infeksi HAV tersebar endemik. (Donna
Jackson, 2014)
2.3.2 Hepatitis B
Hepatitis B (HBV) kadang-kadang disebut hepatitis serum. Penyakit ini
bersifat serius yang tersebar diseluruh dunia, dengan penderita infeksi kronis lebih
dari 300 juta orang. Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang
disebut partikel dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan
yang telah diketahui secara rinci dan dapat di identifikasi dari sampel darah
pemeriksaan lab. Antigen virus yang biasanya terukur pertama kali dari suatu sampel
darah adalah antigen permukaan diselubung virus yang disebut HbsAg pada infeksi
primer. (Donna Jackson, 2014)
Pada hepatitis B, sel hati mengalami kerusakan akibat respons imun terhadap
antigen ini. Gangguan hanya dapat terjadi pada beberapa bagian dari hati. Hati
menunjukkan bukti cedera dan parut, regenerasi dan proliferasi sel yang mengalami
inflamasi. Selama periode prodroal, pasien yang mengindap HBV dapat mengalami
manifestasi yang diperantarai imun seperti urtikaria dan ruam lain, artralgia, penyakit
serum atau glomerulonefritis. (Donna Jackson, 2014)
2.3.3 Hepatitis C
Hepatitis C (HCV) dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan
penyebab utama hepatitis kronis, sirosis dan kanker hati di seluruh dunia. Penyakit ini
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi. Pengguna narkoba suntik
merupakan faktor resiko utama untuk infeksi HCV, bertanggung jawab untuk
setengah dari total semua infeksi baru. Hepatitis C akut biasanya bersifat
asimtomatik, jika terjadi gejala sering kali ringan dan tidak spesifik. (Donna Jackson,
2014)
2.3.4 Hepatitis D
Hepatitis D (HDV) Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi
HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu
yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila
6
individu telah mempunyai HBV dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi
yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien transfusi darah
multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya
belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis
fulminan, kegagalan hati dan kematian. (Donna Jackson, 2014)
2.3.5 Hepatitis E
Hepatitis E (HEV) Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan
melalui ingeti air yang tercemar. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang
yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana
sanitasi buruk dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan. (Donna
Jackson, 2014)
TEMUAN
JENIS PENULARAN PROGNOSIS
LABORATORIUM
Antibody hepatitis A:
Biasanya sembuh
HEPATITIS A Oral atau fekal IgM (stadium dini),
sendiri
IgG(stadium lanjut)
Antigen permukaan
hepatitis B (HbsAg)
Ditularkan melalui
Biasanya sembuh dan antigen
darah, khususnya
sendiri.10% inti(HbeAg) yang
dari ibu ke anak.
HEPATITIS B diantaranya dapat diikuti dengan
Juga ditularkan
menjadi hepatitis B antibody terhadap
melalui hubungan
kronis atau fulminan antigen permukaan
seksual
hepatits B dan antigen
inti
Ditularkan melalui
darah (angkat
50% dapat menjadi
HEPATITIS C penularan melalui Antibody hepatitis C
infeksi kronis
hubungan kelamin
rendah)
7
2.4 Patogenesis
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui cairan tubuh seperti
darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di tubuh melalui
peredaran darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan peradangan atau inflamasi
pada hepar sehingga menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis
parenkim hati dan menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi
kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti
demam sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul kemudian mendukung respon
peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi sehingga hati menjadi
edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan seperti nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga
menimbulkan perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik
sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang menyebabkan
stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat
mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di
tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran
darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya
ikterus pada sclera mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan
kerusakan integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit sebagian besar dari bilirubin
terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna
sangat gelap. (Aziz alimul, 2009)
8
Jaundice terjadi karena terlalu banyak bilirubin (pigmen warna kuning) dalam
darah. Bilirubin terbentuk ketika sel darah merah didaur ulang. Bilirubin dibawa
darah ke hati, kemudian masuk ke tubuh melalui saluran pencernaan dan
terbuang melalui tinja. Penderita kerusakan hati, bilirubin tidak bisa dipindahkan
melalui hati sehingga menumpuk di darah dan tersimpan di kulit dan mata,
mengakibatkan warna kuning pada kulit dan mata.
9
Jaundice tidak terbatas pada warna kuning di kulit saja, yang bisa menjadi
masalah bagi orang Asia yang berwarna kulit kuning. Penderita jaundice juga
mengalami gejala seperti urin berwarna gelap dan tinja berwarna pucat. Hal ini
karena bilirubin tidak bisa sampai ke tinja dan terbuang melalui urine.
6. Ikterik, Jaundice
Pembesaran ukuran organ hati. Kondisi ini umumnya terjadi karena adanya
penyakit pada organ hati, salah satunya adalah hepatitis.
Sirosis hati adalah jenjang akhir dari proses fibrosis hati, yang
merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya
penggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan
kehilangan fungsinya.
4. Asites karena berkurangnya fungsi liver, hipertensi portal meningkat
7. Splenomegali
hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga terdeteksi
adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
5. Biopsi hati
Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian
diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat menentukan
penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.
6. Transplantasi Hati
DARAH
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Eritrosi Juta/µL P : 4,0-5,0
Sel Darah Merah) L : 4,5-5,5
Hemoglobin g/dL P :12,0-14,0
(Hb) L : 13,0-16,0
Hematokrit % P : 40-50
(Ht) L : 45-55
Hitung Jenis
Basofil % 0,0-1,0
Eosinofil % 1,0-3,0
Batang1 % 2,0-6,0
Segmen1 % 50,0-70,0
Limfosit % 20,0-40,0
Monosit % 2,0-8,0
Laju Endap Darah mm/jam P : <15
(LED) L : <10
Leukosit (Sel Darah Putih) 103/µL 5,0-10,0
MCH/HER pg 27-31
MCHC/KHER g/dL 32-36
MCV/VER fl 80-96
Trombosit 103/µL 150-400
Fungsi Ginjal
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Kreatinin U/L P : 60-150
L : 70-160
Urea mg/dL 8-25
Natrium mmol/L 135-145
Klorid mmol/L 94-111
Kalium mmol/L 3,5-5,0
Profil Lipid
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Kolesterol total mg/dL 150-200
HDL mg/dL P : 45-65
L : 35-55
Trigliserid mg/dL 120-190
Lain-lain
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Glukosa (darah, puasa) mg/dL 70-100
Amilase U/L 30-130
Asam Urat mg/dL P : 2,4-5,7
L : 3,4-7,0
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat penggunaan alkohol yang lama, penyakit hati karena alkohol, riwayat
penyakit kandung empedu, trauma pada hati perdarahan saluran makanan,
saluran cerna atas, perdarahan yang disebabkan oleh varises oesofagus,
penggunaan obat-obat yang mempengaruhi fungsi hati.
2. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/tonus
3. Sirkulasi
Gejala : Riwayat GJK, kolik, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker
(mall fungsi hati menimbulkan gagal hati).
Tanda : Disaritmia bunyi jantung ekstra (53, 54).
4. Eliminasi
Gejala : Flatus.
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites). Penurunan
atau tidak ada tanda bising usus, faeces warna tanah liat, melena, urine gela
pekak.
5. Makanan/cairan
Gejala : Anorexia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna,
mual/muntah.
Tanda : Penurunan BB atau cairan, penggunaan jaringan, edema umum pada
jaringan, kulit kering, turgor jelek, ikterik, angioma spider, nafas berbatu/foetor,
hepatikus, perdarahan gusi.
6. Neurosensori
7. Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak
lancar. Asterik (enselopati hepatik)
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis
perifer
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, fokus pada diri sendiri.
19
9. Pernafasan
Gejala : Dispna
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi
paru-paru terbatas (asites), hipoksia
10. Keamanan
Gejala : Pruritus.
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), ikterik, ekimosis,
peteksi, angioma spider/telengiektatis, eritema, palimar.
11. Seksualitas
Gejala : Gangguan mesntruasi, impoten.
Tanda : Atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada bawah lengan,
pubis).
4. Takipnea
5. Kulit teraba hangat
hepatitis
4 Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
5 Mobilitas fisik berhubungan dengan pembesaran pada hepar
6 Nyeri kronis berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati
7 Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak langsung pada
penderita
8 Hipertermia berhubungan dengan adanya proses infeksi
9 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, retensi natrium
3.3 Intervensi
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
33
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat diuretik
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe
hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia
atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur dan racun.
Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan kematian
hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan merangsang reaksi
peradangan dan imun yang mencederai atau menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan
melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-
sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium.
Respon imun yang timbul kemudian mendukung respon peradangan. Perangsangan
komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus
menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-
kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya
terbentuk jaringan ikat dan fibrosis dihati.
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat
ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan untuk
mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Dialih bahasakan oleh Nampira
R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Corwin, Elizabeth J . 2009 . Patogenesis : edisi 3 revisi . Jakarta : Penerbit buku kedokteran
Jackson, Donna. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Dialih bahasakan oleh Dwi P. Jakarta:
Rapha Publishing
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2018. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia