Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CVA

OLEH :

DWI BAGUS SETYAWAN s,kep Ners


NIK: 020217031
A. DEFINISI

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus


ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin, 2009).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer et al, 
2002).

B. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosi
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah
seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin,
2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. EmboliEmboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh  bekuan darah, lemak dan udara.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark  otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
C. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak 
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

D. PATOFISIOLOGI

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/
cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal
dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran

darah.Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh


pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya eedema pasien
mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal,
jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika
terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau  jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase
otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. (Misbach,1999 cit Muttaqin 2008)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik 
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah:pada strok akut dapat terjadi hiperglikemi
d. Gula darah dapat mencapai 250mg di dalam serum dan kemudian
berangsur_angsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap:untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk  untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat


mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan
gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK 

G. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,


komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
c. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
PATHWAY

Stoke Stroke Hemoragik


Hemoragik

Darah menggumpal di
Peningkatan tekanan
dinding pembuluh
sistemik
darah

Aneurisma
Suplai darah ke
jaringan serebral tidak
adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel

Resiko perfusi
Hematoma serebral Vasospame arteri serebral/syaraf jaringan tidak efektif
serebral

Penurunan Penekanan
kesadaran saluran Hemifer kanan/kiri
pernafasan Iskemik /infark

Plegi kanan/kiri

Defisit neurologi
AreaGorcca

Gangguan mobilitas
Hemisfer kanan/kiri fisik
Kerusakan fungsi
N,VII dan, N,XII

Plegi kanan/kiri

Gangguan
komunikasi
verbal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Data Umum

Identitas pasien meliputi : nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,


alamat, suku bangsa, tanggal MRS, no register, diagnosa medis, dll.
2. Data Dasar 

a) Keluhan Utama :

Pada umumnya keluhan pasien CVA terjadi dua hal yaitu CVA
hemoragik dan non hemoragik.  CVA hemoragik biasanya memiliki
keluhan perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala berat, kelemahan
pada salah satu sisi tubuh, mual muntah,menggigil/berkeringat,
peningkatan intracranial, afasia,
hipertensi hebat, distress pernafasan dan koma. Kemudian pada CVA
Non hemoragik  biasanya mengalami perubahan tingkat kesadaran,
mual muntah, kelemahan reflex, afasia (gangguan komunikasi), difasia
(memahami kata), kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak
sadar. (Rhestifujiayani, Huriani, & Muharriza, 2015)
 b) Alasan Masuk Rumah Sakit :
Biasanya pasien merasakan keluhan sudah beberapa hari tapi
belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, sehingga keluarga
membawa ke rumah sakit.
c) Riwayat Penyakit sekarang :
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak  sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Upaya yang telah dilakukan :
sudah mendatangi pelayanan kesehetan setempat sebelum datang ke
rumah sakit. Pasien dan keluarga biasanya
e) Terapi yang telah diberikan :
Biasanya keluarga sudah memberikan obat untuk di
konsumsi pasien sebelum di bawa ke rumah sakit untuk mengurangi
keluhan yang dirasakan.
f) Riwayat kesehatan dahulu :
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat- obat adiktif, obesitas.
g) Riwayat penyakit keluarga :
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
3. Keadaan fisik
Keadaan umum
a) Kesadaran

Pada pasien stroke pada umumnya mengalami tingkat kesadaran


seperti somnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma
denganGCS kurang dari 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan
pada saat proses pemulihan terjadi peningkatan kesadaran letargi
sampai komposmentis dengan GCS 13-15.

 b)Tanda Tanda Vital

Pada pasien stroke hemoragic yang memiliki riwayat tekanan darah


tinggi sering terjadi peningkatan darah kurang lebih 180/80 mmHg

c) Pemeriksaan head to toe


 Rambut
Tidak ada tanda tanda abnormal
 Wajah
Biasanya terdapat belpasi, wajah pucat dan tidak simetris
namun banyak juga pasien cva yang tidak mengalami
kelumpuhan pada saraf
 Mata
JIka HB menurun dapat terjadi Anemis
 Hidung
Tidak ada tanda tanda abnormal
 Mulut dan Gigi
Pada umumnya pasien stroke terdapat masalah pada mulut
yaitu terjadi belpasi bahkan kekakuan otot pada mulut, lidah
kotor, serta mukosa bibir kering, namun banyak juga ditemui
pada kasus cva hemoregik maupun infark pasien tidak
mengalami gangguan pada otot atau saraf mulut.
 Teliga

Tidak ada tanda – tanda abnormal

 Mulut dan Gigi

Pada umumnya pasien stroke terdapat masalah pada mulut


yaitu terjadi belpasi bahkan kekakuan otot pada mulut, lidah
kotor, serta mukosa bibir kering, namun banyak juga ditemui
pada kasus cva hemoregik maupun infark pasien tidak
mengalami gangguan pada otot atau saraf mulut.

 Leher 

Biasanya sebagian kasus CVA penderita CVA mengalami


kekakuan pada leher 
 Thorax dan Paru
 Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak terdapat barre
chest,pigeon chest dan funnel chest

Palpasi : Vocal premitus kanan dan kiri sama


Perkusi : Sonor  
Auskultasi : Vasikuler. Namun kadang terdengar ronchi
jika pasien mengalami penurunan kesadaran
yang cukup lama
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak Nampak 
Palpasi : Teraba ictus cordis di ics 5 mid claviculasinistra
Perkusi : Pekak  
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal
 Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat asites
Auskultasi : Bising usus dalam rentang normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran pada hepar 
Perkusi : Timphany
 Ekstermitas

Pada penderita CVA umumnya mengalami kelamahan


baik  ekstremitas atas maupun bawah yaitu hemiplegi

dan hemiparese. paralisis dan kelemahan pada salah satu


sisi tubuh.

d) Pemeriksaan Neurologi :
• Tingkat Kesadaran

Pada kasus CVA pada fase rehabilitasi atau setelah fase akut tingkat
kesadaran pasien CVA adalah Composmentis, dengan GCS pada
kondisi pasien ini adalah E: 4 V: 5 M: 6
• Tanda-Tanda Perangsangan Otak 

Adakah tanda-tanda seperti kejang, nyeri kepala, Kaku kuduk yang


diakibatkan oleh ketidaknormalan sistem persyarafan pada otak.
• Fungsi Sensorik 

Fungsi sensorik pada pasien CVA biasanya akan timbul berbagai kondisi
yang menunjukkan adanya keabnormalan pada fungsi sensorik  seperti,
jika dilakukan rabaan atau rangsang nyeri pada bagian tertentu
penderita stroke tidak merasakan adanya rangsang nyeri tersebut,
Kesemutan, dan Gangguan dalam keseimbangan. Bahkan tidak jarang
yang tidak dapat merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
• Fungsi Motorik

Banyak ditemukan berbagai kondisi pada pasien penderita CVA


meliputi, kelemahan otot, gangguan menelan dan gangguan bicara.
e) Reflex
 Reflek Fisiologis

Refleks Fisiologis merupakan reflek yang terdapat pada orang


dengan kondisi persyarafan yang normal, pemeriksaan reflek
fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi
lainnya.(Irfan, 2010)
 Refleks BICEPS
 Reflek Triceps
 Reflek Patella
 Reflek Patologis
Reflek patologis merupakan reflek yang terjadi karena adanya

gangguan atau kerusakan pada sistem saraf pusat. Macam - macam


pemeriksaan reflek patologis.
- Reflek Babinsky
- Reflek Gordon
- Reflek Chaddok 

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko perfusi serebral tidak efektif


2. Gangguan mobilitas fisik
3. Gangguan komunikasi verbal

RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
keperawatan
1 Resiko perfusi Perfusi Serebral : Aktivitas–aktivitas:
serebral tidak Setelah dilakukan Manajemen peningkatan
efektif tindakan keperawatan tekanan intrakranial
selama 2 x 24 jam,
1. Identifikas penyebab
diharapkan perfusi
peningkatan TIK (mis.
serebral meningkat
lesi, gangguan
dengan kriteria hasil:
metabolisme, edema
1. Tingkat kesadaran
serebral)
meningkat
2. Monitor tanda/gejala
2. Kognitif meningkat peningkatan TIK (mis,
3. Tekanan intrkranial tekanan darah
menurun meningkat, tekanan
4. Sakit kepala menurun nadi melebar,
5. Gelisah menurun  bradikardia,pola nafas
6. Nilai rata-rata ireguler, kesadaran
tekanan darah menurun)
membaik  3. Monitor ICP (Intra
7. Kesadaran membaik  Cranial Pressure)
8. Refleks saraf 4. Minimalkan stimulus
membaik  dengan menyediakan
9. Tekanan darah lingkungan yang
10. Tekanan darah diastolik tenang
membaik 5. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsa, jika perlu

2. Gangguan Mobilitas fisik : Aktivitas – aktivitas


mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
tindakan keperawatan
1. Identifikasi adanya nyeri
selama 2 x 24 am,
ataukeluhan fisik
diharapkan mobilitas fisik
lainnya
meningkat d engan
2. Identifikasi toleransi
kriteria hasil:
fisik melakukan
1. Pergerakan
pergerakan
ekstremitas
3. Fasilitasi aktivitas
meningkat
mobilitas dengan alat
2. Kekuatan otot
bantu
meningkat
4. Jelaskan tujuan dan
3. Rentang gerak (ROM)
prosedur mobilitas
meningkat
5. Anjurkan mobilisasi dini.
4.Kaku sendi menurun
Terapi aktivitas
5.Nyeri menurun
1. Identifikasi defisit
6.Kelemahan fisik
tingkat aktivitas
kenurun
2. Identifikasi
Keseimbangan
kemampuan berpartisi
1. Kemampuan duduk tanpa
dalam aktivitas
sandaran meningkat
tertentu
2. Kemampuan bangkit dari
3. Fasilitasi fokus pada
posisi duduk meningkat.
kemampuan, bukan
3. Keseimbangan berdiri
defisit yang dialami
meningkat
4. Fasilitasi memilih
4. Pusing menurun
aktivitas dan
5. Postur membaik.
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis dan sosial
5. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
6. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika perlu

3. Gangguan Komunikasi Verbal: Aktivitas-aktivitas :


komunikasi Setelah dilakukan tindakan
Promosi Komunikasi :
verbal keperawatan selama 2x24
Defisit bicara
jam, diharapkan
komunikasi verbal 1. monitor kecepatan,
meningkat dengan kriteria tekanan, kuantitas,
hasil : volume, dan diksi
1. Kemampuan berbicara  bicara
meningkat 2. monitor proses
2. Kontak mata membaik  kognitif, anatomis,
3. Pelo menurun dan fisiologis yang
4. Respon perilaku berkaitan dengan
membaik  bicara
5. Pemahaman
komunikasi membaik 
Fungsi Sensori
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan komunikasi
verbal meningkat dengan
kriteria hasil:
1. Ketajaman
pendengaran
membaik
2. Ketajaman
penglihatan membaik
3. Persepsi posisi kepala
membaik
4. Persepsi stimlasi
membaik
5. Persepsi posisi tubuh
membaik

Anda mungkin juga menyukai