Kelompok 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia -Nya
sehingga penyusunan dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Keperawatantentang “
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Dengan Gangguan PendengaranSentralisasi
Obat” sesuai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah serta asuhan keperawatan ini penyusun banyak mendapat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu , penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Apriyani Puji H, M.Kep selaku dosen pembimbing.
Penyusun menyadari dalam penyusunan ini masih belum sempurna, maka saran dan
kritik yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah dan asuhan
keperawatan selanjutnya. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah dan asuhan
keperawatan ini bermanfaat.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.2. SENTRALISASI OBAT......................................................................................................17
2.3 SUPERVISI............................................................................................................................22
2.4 TIMBANG TERIMA..........................................................................................................35
BAB III................................................................................................................................................42
PENUTUP...........................................................................................................................................42
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................42
3.2 Saran....................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................44
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
manajemen keperawatan harus terus dikembangkan sebagai tuntutan pengembangan
ilmu keperawatan yang lebih professional.
1.3 TUJUAN
1.3.1. Memahami tentang ronde keperawatan
1.3.2. Mengetahui bagaimana cara melakukan seentralisasi obat di Rumah Sakit
1.3.3. Mengetahui cara melakukan tindakan dalam supervise
1.3.4 Mengetahui bagaimana cara melakukan managemen timbang terima di Ruang
Interna
1.3.5 Mengetahui bagaimana cara discharge planning
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Karakteristik :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk
6. meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2.1.2 Tujuan :
a. menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan vadilitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
2.1.3 Manfaat :
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
6
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
7
2.1.6. Metode
Diskusi
8
Langkah – Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
PP
Tahap Pra
Penetapan pasien
Persiapan pasien :
- Informed consent
- Hasil pengkajian/Validasi
data
Tahap Pelaksanaan
Validasi Data
di Kamar pasien
9
2.1.8. Langkah – langkah :
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah
sebagai berikut :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed consent kepada klien atau keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan.
2) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
1. Evaluasi, revisi dan perbaikan,
2. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
10
Contoh Proposal
Materi :
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPok, DM, Hipertensi
2. Maslaah-maslaah yang muncul pada pasien dengan PPOK, DM, dan Hipertensi dan
Intervensi Keperawatan pada pasien dengan PPOK, DM dan Hipertensi dengan masalah
keperawtan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
11
Media :
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi ; kertas, bolpoint.
3. Materi yang disampaikan secara lisan
Validasi data
12
4. Mencocokkan dan menjelaskan KARU. PP, Memberikan R. Perawatan
kembali data yang telah Perawat, respon dan
disampaikan. konselor. menjawab
pertanyaan.
5. Diskusi antar anggota tim dan KARU. PP,
pasien tentang masalah Perawat,
keperawatan tersebut. konselor.
6. Pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
7. Menentukan tindakan KARU
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan.
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, - Nurse
Ronde intervensi keperawatan. Supervisor, Station
2. Penutup. Perawat
Konselor,
Pembimbing.
13
Identitas :
Nama : Ny. S
Umur : 68 tahun
Status : kawin
Pendidikan : SGB
Pekerjaan : pensiunan Guru
Alamat : Blitar
MRS :
Diagnose Medis
PPOK + DM + Hipertensi
Keluhan Utama
Mual, muntah
14
Pasien menderita DM dan Hipertensi sejak 1955. Untuk pengobatan DM pasien mendapat
terapi Mixtrad 18 iu, untuk hipertensi pasien mendapat terapi Noperten 50 mg. pasien pernah
MRS tahun 2000 di Rs. X dengan DM, lalu tahun 2003 MRS dengan flek Paru.
Pemeriksaan Fisik
System Persyarafan
Kesadaran komposmentis, keluhan rasa panas pada ulu hati, pergelangan tangan kiri masih
terasa sedikit nyeri tetapi tidak mengganggu, pasien merasa mengantuk tetapi tidak dapat
tidur,pasien dapatb istirahat tidur ± 5 jam.
15
Pasien BAK 5 – 6 x/hari dikamar mandi, warna kuning jernih, jumlah tidak terukur, Lab 21
November 2011 BUN : 16,3 mg/dl (N:10 – 20), serum kreatinin : 0,9 mg/dl (N : < 1,2).
System Endokrin
Kelenjar Tyroid tidak emmbersar, hiperglikemia
Personal Hygiene
Pasien mampu mansi seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, ganti pakaina 2 x
sehari. Pasien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.
Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah, pasien mempunyai motivasi
tinggi untuk sembuh, tetapi pasien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera
membaik.
16
2.2. SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
17
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat da obatyang telah
diambil oleh keluarga diserahkan perawtan dan obat yang telah diambil
oleh keluarga diserahkan kepada perawatan dengan lembar terima obat.
b. Perawat meuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
(bila perlu) dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga dan pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut
akan habis. Serta penejelasana tentang 5T (jenis, dosis, waktu, apsien, dan
cara pemberian).
c. Pasien dan keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalamkotak
obat (Nursalam, 2007).
4. Pembagian Obat :
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutany dislain dalam buku daftar
pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat. Dengan terlebih dulu disosokkan dengan terapi yang diintruksi
dokter dan kartu yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
ppasien.
d. Sediaan obat yanga ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
msauk obat.
5. Penambahan Obat Baru
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, mengguankaan alur pemberian yang cupkup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu/
sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakuakn mengguanakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
18
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluargasaat
pemberian obat (Nursalam, 2007)
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengrnai
obat dengan cara – cara berikut ini :
1. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskajn
penggunaan dan efek samping, kemudian, berikan semua salinan
kepada staf.
2. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering terpakai
dangantungkandi dinding.
3. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obta.
4. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat
5. Aturlah kuliah atau program diskusidan bahaslah mengrnai satu jenis
obat setiapminggu pada waktu pertemuan.
6. Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc. Mahon, 1999)
DOKTER
Koordinasi dengan Perawat
PASIEN/KELUARGA
FARMASI/APOTEK
- Surap Persetujuan Sentralisasi
PASIEN/KELUARGA Obat dari Perawat
- Lembar Serah Terima Obat
PP/PERAWAT YANG MENERIMA - Buku Serah Terima/Masuk
Obat
PASIEN/KELUARGA
19
MENYIMPAN PERSEDIAAN OBAT
1. Meriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulisetiket
dan alamt pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam
buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan.
2. System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikanbuku besar persdiaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan penambahan barang yang diterima
dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar
persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi
dalam system kartu persediaan, masing-masing barang situliskan dalam kartu yang
terpisah.
3. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari pendingan.
Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk penggunaan oral (untuk
diminum) dan obat luar.
Manajemen Rumah Sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang
sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan
penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus
ada dalam persediaan setiap Rumah Sakit sebagai bahan utama dalam rangka
mencapai misi utamanya sebagai health provider. Manajemen farmasi rumah sakit
adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai
salah satu penunjang untuk tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.
Upaya dan kegiatan ini meliputi; penetapan standart obat, perencanaan pengadaan
obat, penyimpanan, pendistribusian/sran/informasi tentang obat, monitoring efek
samping obat.
Factor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi pelayanan yang cepat, ramah disertai jaminan tersedianya obat dengan
kualitas obat yang baik. Obat yang baik akan memberi manfaat kepada para
pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit. Persediaan
obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa
ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan system manajemen obat
adalah pengguanan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan pengobatan.
20
Obat-obatan dikeluarkandari tempat penyimpanan, oleh orang yang bertugas
menanganiperswdiaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat
digunakan secara tratur dan dalam jumlah yang diketahui ; hal ini memungkinkan
pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang
dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat
mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat
dengan pengobata pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dlam pemberian
obat,memeriksa perubahan pemakaian obat.
21
2.3 SUPERVISI
2.3.1. Pengertian Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian
proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).
Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan
sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun
sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan
dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari (Arwani, 2006).
2.3.1.1 Manfaat dan tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut
(Suarli & Bachtiar, 2009) :
1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan
efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan
yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
22
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya
dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari
supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
23
3) Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin
kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan
strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan
merupakan supervisi yang baik.
6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan.
2.3.1.4 Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal
tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik
yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik
yang dimaksud adalah:
1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus
dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2) Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
5) Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
bawahan yang disupervisi.
24
2.3.1.5 Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian
masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk
menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik
pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa
untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya
dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat
terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan
yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran
pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan
strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan
yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan
suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk
setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan
berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang,
atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan
ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan
suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
25
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok
dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif
penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian
upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama
pula.
26
Tujuan dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah
peningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan
kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).
27
ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan
dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut.
Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka
kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui
ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
2) Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
28
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan
ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas
dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008)
29
supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi
fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari
kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
30
d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang
sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai
form A dari Depkes.
e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi
31
yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan
supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu
terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif,
fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing
orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam
mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus
dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain:
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi,
2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan,
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard,
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik,
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi,
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer
32
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma,
2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
Persiapan.
Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
1) Menyusun jadwal supervisi,
2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pen
dokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
Pelaksanaan supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervisi
meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,
Evaluasi.
33
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam
mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi
negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana
sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu
supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai
berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan
prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data
yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan
Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan
saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
34
2.4 TIMBANG TERIMA
2.4.1 Pengertian Timbang Terima
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan kedaan klien.
2.4.2 Tujuan Timbang terima
Tujuan umum :
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
Tujuan Khusus :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien (data focus)
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
d. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.4.3 Manfaat timbang terima
Manfaat bagi perawat :
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
4. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
5. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
6. Menimbulkan rasa aman
7. Meningkatkan percaya diri/bangga
Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
Manfaat bagi Rumah sakit:
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
35
2.4.4 Timbang terima pasien
Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien .
Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan /belum dan perkembangan saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
Saat ini:
Jumlah pasien
Intervensi kolaboratif
4. Format timbang terima sudah ada dan setiap akhir timbang terima telah di
dokumentasikan dengan benar
Ke depan:
Timbang terima yang benar harus bisa dilaksanakan di semua pelayanan
Rumah Sakit, tidak hanya di rawat inap, tetapi juga IRD dan Kamar Operasi
yang pelayanannya 24 jam dan ada alur timbang terima yang sudah baku
36
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
37
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1). Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3). Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4). Intervensi kolaborasi dan dependensi
5). Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
f. Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
2.4.7 Alur Timbang terima (Jaga malam ke jaga pagi)
38
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.
5. PA jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan PA jaga malam
6. PP mengajak PA malam dan PA pagi yang bertanggungjawab untuk
mengklarifikasi pasien
1. Yang masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan PA jaga pagi yang
bertanggung jawab pada pasien tersebut.
2. PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien
3. PA malam menanyakan masalah keperawatan yang dilakukan tindakan
4. PA malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim pagi
5. PA memperkenalkan/menanyakan apakah masih mengingat nama PP
6. PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab
kepada pasien tersebut selama shift pagi
7. PP memperkenalkan PA yang bertanggung jawab
8. PA yang bertsanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang akan
merawat
9. PP member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
10. PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat istirahat
No Prosedur
39
2. Didahului dengan do’a bersama
3. Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan
dictation dengan suara perlahan/tidak rebut
4. Menyebutkan identitas pasien,Dx medis,Dx keperawatan,tindakan
keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaanya
5. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang
belum dilakukan
6. Menyebutkan perkembanganpasien yang ada selama shift
7. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)
8. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
9. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan
selama shift
10. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
11. Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi dan
menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan keluhan-keluhan pasien ( dalam
rangka klarifikasi)
12. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya
pada akhir tugas
13. Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi semua
masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat
14. Menutup operan jaga
PRE-CONFERENCE
LANGKAH-LANGKAH
40
d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan terapi medis
g. Rencana medis
No. Prosedur
Tugas PN
1. Pre conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan operan jaga.
2. Menyiapakan ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
3. Menjelaskun masalah keperawatan yang dilakukannya pre conference
4. Berdo’a dan memandu pelaksanaan pre conference
5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien, dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya
6. Membagikan tugas kepada AN sesuai kemempuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan
8. Motivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
9. Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10. Memberikan reinforcement positif pada AN
11. Dihadiri oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing
12. Memberikan kesempatan AN untuk memberikan klarifikasi dan
menyimpulkan hasil pre conference
13. Menutup pertemuan dengan do’a
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk perawat primer sebagai pelaksana sentralisasi obat diharapkan selalu
melakukan dokumentasi baik pada lembar observasi maupun pada daftar pemberian
obat.
42
DAFTAR PUSTAKA
43