OLEH:
KELOMPOK 1
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam mata
kuliah Manajemen Keperawatan. Kami menyusun laporan ini berdasarkan sistematika yang
diberikan Dosen Pengampu dengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber referensi.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga dapat tersusun dengan baik dan kiranya
membawa manfaat bagi pembacanya.
Penyusun
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Halaman
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
sistematis, masing-masing profesi profesional kesehatan akan terlibat dan akan lebih
meningkatkan pelayanannya demi terpenuhinya kebutuhan pasien. Masing-masing profesional
kesehatan akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing tetapi dengan
sistematis dan berkesinambungan satu sama lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu melakukan melakukan
prosedur ronde keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep ronde keperawatan
b. Menyusun satuan acara ronde keperawatan
c. Melakukan ronde keperawatan sesuai kasus
1.3 Manfaat
Setelah menyelesaikan praktikum ronde keperawatan dapat meningkatkan kompetensi
dalam mengatasi masalah pasien, memenuhi kebutuhan pasien, menciptakan komunitas
keperawatan yang profesional, menjalin kerjasama antar tim kesehatan dan melaksanakan
model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.4 Manfaat Ronde Keperawatan
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar
7
2.8 Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap pra PP
1. Penetapan pasien
2. Penetapan pasien :
- Informed consent
- Hasil pengkajian/validasi data
Tahap pelaksanaan- di
Nurse station - Apa diagnosis keperawatan?
- Apa data yang mendukung?
3. Penyajian Masalah - Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan
- Apa hambatan yang ditemukan
Tahap pelaksanaan- di
kamar pasien 4. Validasi data di bed pasien
Pascaronde
(Nurse station) 6. Kesimpulan dan rekomendasi 5. Lanjutan-Diskusi di Nurse
solusi masalah station
Keterangan :
1. Praronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi : Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung ? Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan
8
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan
serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa, intervensi keperawatan
selanjutnya.
9
2. Proses
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai dengan peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien dapat teratasi
3. Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validitas dan pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan justifikasi
h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
10
BAB 3
11
4. Kegiatan ronde keperawatan
12
6. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepala runagna Karu
tentang masalah
pasien serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
7. Menentukn
tindakaan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan Karu
10 Menit Pasca 1. Evaluasi dan Karu, - Nurse
Ronde rekomendasi supervisor Station
intervensi Perawat
keperawatan Konselor,
2. Penutup pembimbing
13
VII. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan : Djayadi
2. PP I : Masriami
3. PA I : Musaffa Ridhani
4. Konselor : Subchan, S.Kep,Ns
dr. Ridha Tri Rohyani, SpBd
Ahli Gizi : Rendi Yoga, S.Gz
5. Keluarga Pasien : Werru Andi Suprianu
6. Pasien : Hendrimina M.H Suki
7. Pembimbing : Subchan
8. Supervisor : Yetti Eukarista Pascalia
14
DAFTAR PUSTAKA
Aristyawati, P., Gunahariati, N., & Lestari, Y. (2015). Perbedaan motivasi kerja perawat yang
melaksanakan dan tidak melaksanakan ronde keperawatan di RSUP. Sanglah. Jurnal
Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajemen, vol 2 no.1 .
Bulechek dkk, 2013, Nursing Interventions Classifications. United Kingdom, elsevier
Cheng, H. T., Wang, Y. C., Lo, H. C., Su, L. T., Soh, K. S., Tzeng, C. W., ... & Hsieh, C. H. (2015).
Laparoscopic appendectomy versus open appendectomy in pregnancy: a population-based
analysis of maternal outcome. Surgical endoscopy, 29(6), 1394-1399.
Herdman, T.Heather. 2018.NANDA-I Diagnosis Keperawatan Edisi 11, Jakarta, EGC
Maliya, A., & Susilaningsih, Z. (2009). Pelatihan ronde kasus untuk meningkatkan kinerja staf
keperawatan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Warta, vol .12,
No.2 : 184 – 191 . ISSN 1410-9344
Moorhead, dkk, 2013, Nursing Outcomes classification. United Kingdom, Elsevier
Nasrullah, Dede., Rejeki, Sri., Handayani, Fitria. (2017). Factors Associated with the Nurse
Compliance in Nursing Round Implementation at Siti Khodjijah Hospital. Advanced Science
Publishers. Vol 23 No.12. Desember 2017, pp 12550-12554(5).
Nursalam, (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional
Edisi 5. Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Putra, C. Syah. (2014). Buku Ajar Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi Praktek Dilengkapi
dengan Kuesioner Pengkajian Praktek Manajemen Keperawatan.Jakarta : In Media
Studer Group (2017). Hourly rounding supplement.Diakses melalui
http://www.mc.vanderbilt.edu/root/pdfs/nursing/hourly_rounding_supplement-
studer_group.pdf pada 17 Februari 2016.
Woolley J., Perkins, R., Laird, P., Palmer, J., Schitter, M.B., Tarter, K., George, M., Atkinson, G.,
McKinney, K., dan Woolsey, M. (2012). Relationship-based care: implementing a caring,
healing environment. MEDSURG Nursing, 21(3), 179-184
15
LAMPIRAN
1. .......................................... ......................................
2. .......................................... ......................................
16
2. Resume Pasien-Pelaksanaan
I. Identitas
a. Nama : Ny. X
b. Umur : 45 tahun
c. Status : menikah
d. Pendidikan : S1 Hukum
e. Pekerjaan : Pegawai Kejaksaan
f. Alamat : Jln Veteran Malang
g. MRS : Senin, 23 Oktober 2018
II. Diagnosa Medis
Post Laparatomi dengan fistula e.c Apendisitis Perforata
III. Keluhan Utama
Pasien mengatakan luka bekas operasi tak kunjung sembuh dan muncul luka baru yang
mengeluarkan cairan berwarna kuning kehijauan dan terasa perih.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 17 Oktober pasien dilakukan operasi laparatomi dengan diagnosa medis
apendisitis perforasi di Rumah sakit M dan 3 hari kemudian pasien diperbolehkan untuk
rawat jalan. Pada tanggal 23 Oktober pasien MRS dengan keluhan keluar cairan di luka
operasi disertai nyeri dan kondisi luka yang memburuk , setelah mendapat perawatan
selama 3 hari di ruang seroja tidak menunjukkan perbaikan pada luka, Pada sekitar luka
luka tampak kemerahan dan ada jahitan luka yang terlepas. Nyeri berkurang saat
mendapat terapi analgesik. Saat dilakukan pengkajian nyeri pasien menunjuk skala 4
untuk nyerinya. Pasien mual dan hanya menghabiskan 1/3 porsim makan.
17
Suhu : 38 oC
BB : 42 Kg
TB : 160 cm
a. Kepala dan Leher
Dalam batas normal
b. Dada
Dalam batas normal
c. Abdomen
- Inspeksi : Tampak luka post laparatomi 1x10cm , eritema (+) disekitar luka, fistel
(+ ) 1x2 cm dibagian bawah umbilikus. Keluar cairan berwarna kuning kehijauan
dan berbau. Luka tampak terbuka dan 2 jahitan bagian bawah terlepas.
- Auskultasi : BU (+) 10x/menit
- Palpasi : Abdomen supel
- Perkusi : Hipertimpani
d. Ekstremitas
Dalam batas normal
e. Genitalia
Dalam batas normal
f. Kulit dan kuku
Inspeksi : Kulit tampak bersih, ada luka post op di abdomen, tampak eritema,
ikterik (-), sianosis (-)
Palpasi : kulit teraba hangat, turgor baik < 2 detik, edema (-)
18
IX. Terapi
Terapi Tanggal 23 Oktober 2018
Ceftriaxone 2x1 gr
Antrain 3x1 amp
Metronidazole 3x500 mg/inf
Ranitidine 2x1 amp
IVFD RL 20 x/menit
Ceftriaxone 2x1 gr
Antrain 3x1 amp
Metronidazole 3x500 mg inf
Ranitidine 2x1 amp
IVFD RL 20 x/menit
X. Diagnosis Keperawatan
Tanggal 23 Oktober 2018
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d prosedur bedah
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan diet kurang
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan insisi bedah
5. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
19
XI. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d prosedur bedah
4 drainase purulen 2 4
1. Perawatan Luka
a. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau.
b. Ukur luas luka yang sesuai
c. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
d. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan
tepat
e. Ganti balutan sesaui dengan jumlah eksudat dan drainase
f. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
g. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
20
h. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka dengan
tepat
i. Dorong cairan yang sesuai
j. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan.
2. Perlindungan infeksi
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC dan hasil – hasil deferensial
d. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema
e. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrem,
atau drainase
f. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka.
g. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
X. Evaluasi
Masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi.
21
3. Materi Asuhan Keperawatan Apendisitis Perforasi
A. Pengertian
Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakkan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan kematian jaringan
dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan bakteri dan tinja masuk
ke dalam perut (Cheng et al, 2014). Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10-30 tahun.
B. Etiologi
Terjadinya appendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantara obstruksi yang
terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras dan striktur. Namun yang paling seri ng
menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekolit dan hiperplasia jaringan limfoid.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Appendiksitis terbagi atas 2 yakni :
1. Appendiksitis Akut, dibagi atas :
a. Appendiksitis akut fokalis/ segmentalis
Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local
b. Appendiksitis purulenta difusi
Yaitu sudah bertumpuk nanah
2. Appendiksitis kronis, dibagi atas :
a. Appendiksitis kronis fokalis atau parsial
Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Appendiksitis kronis obliteritiva
Yaitu appendik miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
22
dilepaskan nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37, 8 – 38 0 celcius. Pada
bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh disemua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak
terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
E. Patofisiologi
Appendiksitis biasanya disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen appendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekolit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya / neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan
menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang
akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, semakin lama mukus semakin banyak,
namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tesebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapédesis bakteri, dan ulserasi mukus.
Pada saat ini terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium,
sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. Invasi
kuman E.Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, sub mukosa lapisan
muskularisa dan akhirnya ke peritonium parietalis terjadilah peritonitis local kanan bawah.
Suhu tubuh mulai naik, bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah, keadaan ini yang kemudian disebut
dengan appendiksitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti
dengan ganggren, stadium ini disebut dengan appendiksitis ganggrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh pecah akan menyebabkan appendiksitis perforasi. Bila proses tersebut berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga
timbul suatu massa lokal yang disebut infíltrate appendikkularis. Peradangan appendiks
tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak – anak, karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding appendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang
23
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan peradangan appendiksitis :
1. Appendiksitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
2. Appendiksitis akuta perfórate (termasuk appendiksitis ganggrenosa, karena
dinding appendiks sebenarnya sudah terjadi mikro perforasi).
24
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
b. Kadang ada fekolit (sumbatan).
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
G. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi
a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi.
b. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
c. Rehidrasi.
d. Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
e. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti mengigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
f. Bila demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
a. Appendiktomi.
b. Appendiks dibuang, jika appendiks mengalami perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologi dan antibiotik.
c. Abses appendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Appendiktomi dilakukan bila abses, dilakukan operasi effektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.
3. Pasca Operasi
a. Observasi TTV
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
dapat dicegah.
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan selama
pasien dipuasakan.
e. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
25
f. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu dinaikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2x30 menit.
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar.
i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
H. Komplikasi
Appendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif
dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama
observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda –tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum/abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum
atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang, diagnosis dapat
ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi, sedangkan tindakan lain sebagai penunjang adalah tirah baring
dalam posisi semi fowler médium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi untuk mengatasi
anemia dan penanganan syok septik secara intensif bila ada.
Bila terbentuk abses appendiks akan teraba massa dikuadaran kanan bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rectum/vagina. Terapi ini dapat diberikan
kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol / klindamisin).
Dengn sedian ini abses akan segera menghilang dan appendiktomi dapat dilakukan 6-12
minggu kemudian. Pada abses yang tetap progesif harus segera dilakukan drainase.
Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum / vagina dengan fruktuasi positif
juga perlu dibuatkan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan
komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil,
hepatomegali dan ikterus setelah terjadi perforasi appendiks. Pada keadaan ini
diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang
26
terjadi adalah abses subfrenikus dan fokal sepsis intra abdominal lain. Obstruksi
intestinal juga dapat terjadi akibat perlengkatan.
27
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda- tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus “ (gambaran garis permukaan cairan
udara di sekum atau ileum).
b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendiksitis infiltrate.
c. Urin rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
d. Peningkatan leukosit, neutrofilia tanpa eosinofil.
e. Pada enema barium appendik tidak terisi
f. Ultrasound : fekolit non klasifikasi, appendiks non perforasi, abses appendiks.
28
29
I. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
30
5. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
6. Kendalikan faktor lingkungan yang mempengaruhi ketidaknyamanan
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Dorong pasien menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat
9. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
10. Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
31
10. Tidak terganggu
4 drainase purulen 2 4
3. Perawatan Luka
k. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau.
l. Ukur luas luka yang sesuai
m. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
n. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan
tepat
o. Ganti balutan sesaui dengan jumlah eksudat dan drainase
p. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
q. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
r. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka dengan
tepat
s. Dorong cairan yang sesuai
t. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan.
4. Perlindungan infeksi
h. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
i. Monitor kerentanan terhadap infeksi
j. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC dan hasil – hasil deferensial
k. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema
l. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrem,
atau drainase
m. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka.
n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
32
3. Keseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Status Nutrisi
NOC :
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki oleh pasien
3. Tentukan apa yang menjadi preverensi makanan bagi klien
4. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang cocok dalam
memeneuhi kebutuhan nutrisi
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan yang lebih
sehat
7. Lakukan atau bantu pasien dalam perawatan mulut sebelum makan
8. Pastikan makana yang disajikan dengan cara yang menarik dan dengan suhu yang cocok
untuk konsumsi secara maksimal
9. Tawarkan makanan yang ringan yang padat gizi
10. Monitor kalori dan asupan makanan
33
4. Hasil Ronde
a. Rekomendasi :
1) dr.Ridha,SpBd :
- Repair Laparatomy
- Transfusi albumin 3 botol
- Cek Lab. Setelah transfusi albumin
- Aminofluid/aminufusin/iv parenteral
- Kultur luka
2) Rendy Yoga, S.Gz : - Diet TKTP Peroral extra sari ikan gabus
3) Subchan S.Kep.Ns :
- Aminofluid menunggu hasil intervensi albumin dan intake oral
- Pertahankan rawat luka dan penggantian balutan secara aseptik
4) Yeti Eukarista, M.Kes : - memastikan pembiayaan perawatan pasien
b. Keputusan Ronde Keperawatan :
Peningkatan intake oral dengan diet TKTP extra sari ikan gabus, transfusi albumi 3 botol,
cek lab setalah transfusi dan pertahankan perawatan luka dan pergantian balutan yang
aseptik. Dan jika optimal dijadwalkan operasi.
34
PRA RONDE
1. PP1 (amy) : “ slamat siang teman, ayo kita mulai post conferense siang ini, dimulai dari pak
mus dahulu, gimana pengelolan pasien pada hari ini ?
2. PA 1 (Pak mus) : pasien Ny. X, bed 1 dengan diagnosa medis ...............dengan masalah
keperawatan....masalah belum teratasi. TD : 110/80 Mmhg, Nadi : 89 x/mnit, S : 38 c, RR ; 24
x/menit. Intervensi yang sudah dilakukan memonitor dan mendokumentasikan karakteristik
luka termasuk drainase, warna ukuran dan bau, merawat luka secara aseptik dengan Nacl
0,9% dan tulle dan memberikan balutan yang sesuai, mengganti balutan sesuai kondisi,.
Respon pasien saat ini pasien mengatakan luka masih merembes, nyeri dan berbau, terapi
yang diberikan ceftriaxone 1 gr jam 12.00, antrain 1 gr/iv jam 12.00, metronidazole inf 500
mg jam 11.00, ranitidin 50 mg/iv jam 11.00. Diet TKTP pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi,
dan mengeluh mual. BAB/BAK tidak ada masalah. Hasil lab siang ini Hb ; 9 GR/DL, WBC :
17.000, ALBUMIN 2,5 gr/dl, LED : 20 ml/j.
3. PP1 (Amy) : terimakasih pak mus atas laporannya, berarti pasiennya kasusnya komplek ya
pak, sudah 3 hari disini tapi kondisi luka masih jelek, rawat luka sudah kita lakukan secara
aseptik dan sesuai kondisi, tetapi progres penyembuhan lukanya belum terlihat, pasien
jugmasih tampak lemas, dan tidak menghabiskan porsi diet yang dianjurkan. Bagaimana
kalau saya koordinasikan ke karu untuk melakukan ronde keperawatan terhadap Ny.X
dengan masalah kerusakan integritas jaringan.
4. PA : Setuju buk Amy.
5. PP (Bu amy) : slamat siang pak djay, saya ingin melaporkan kondisi pasien pasien Ny. X, bed
1 dengan diagnosa medis ...............dengan masalah keperawatan....masalah belum teratasi.
TD : 110/80 Mmhg, Nadi : 89 x/mnit, S : 38 c, RR ; 24 x/menit. Intervensi yang sudah
dilakukan memonitor dan mendokumentasikan karakteristik luka termasuk drainase, warna
ukuran dan bau, merawat luka secara aseptik dengan Nacl 0,9% dan tulle dan memberikan
balutan yang sesuai, mengganti balutan sesuai kondisi,. Respon pasien saat ini pasien
mengatakan luka masih merembes, nyeri dan berbau, terapi yang diberikan ceftriaxone 1 gr
jam 12.00, antrain 1 gr/iv jam 12.00, metronidazole inf 500 mg jam 11.00, ranitidin 50 mg/iv
jam 11.00. Diet TKTP pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi, dan mengeluh mual. BAB/BAK
tidak ada masalah. Hasil lab siang ini Hb ; 9 GR/DL, WBC : 17.000, ALBUMIN 2,5 gr/dl, LED :
35
20 ml/j. Menurut saya pasien ini layak untuk dilakukan ronde keparawatan. Bagaimana kalau
kita jadwal besok pak djay?
6. Pak djay : baik kondisikan buk, dari masalah yang ibu jelaskan untuk timnya perlu perawat
konselor, dokter spesialis digestiv, supervisor dan pembimbing.
7. Bu amy : baik saya buatkan proposalnya dan informed ke pasien dan keluarga. Oh ahli
gizinya juga disertakan pak.
8. Pak djay : Ok buk, saya koordinasikannya ke timnya .
Di bed pasien :
1. Bu amy : “ salamat siang buk x, gmana kondisinya hari ini
2. HERLYN : siang sus, masih seperti kemaren, ini kok belum ada perubahan ya sus, udah 3
hari saya disini, tolonglah sus, Luka saya merembes terus ini, saya mau m,akan juga
serba salah sus, takut ngarruh ke luka diperut saya
3. Bu amy, “ oh iya bu x, saya mengerti dengan kondisi ibu, memang untuk kasus seperti ini
perlu kita rundingkan bersama tim kesehatan yang lain, untuk itu besok jika ibu
bersedia, jam 10 kami menjadwalkan untuk ronde keperawatan membahas masalah ibu
dan mencari solusi yang terbaik.apakah ibu dan keluarga bersedia ?
Herlyn : oh iya suster, nambah senang saya, biar bisa segera diatasi kondisi saya ini.
Bu amy : baik bu, klo ibu sudah bersedia, monggo ditandatangani surat persetujuan ini
ya,
Bu amy : terimakasih bu x, kalaun bgtu saya pamit dlu, ketemu lagi bsok pagi.
RONDE
1. KARU MEMBUKA KEGIATAN RONDE : Slamat siang bapak ibu sekalian, pertama –tama saya
ucapkan terimakasih atas kesediaannya hadir disini untuk melakukan ronde keperawatan
pada masalah kerusakan integritas jaringan pada Nyx dengan diagnosa ...............
2. Karu memperkenalkan tim :
Sebelumnya saya perkenalkan dulu tim ronde hari ini, saya djayadi karu ruang seroja, ada bu
dr. Ridha, spbd, pak rendy selaku ahli gizi, pak subachan selaku perawat konselor, ibu yeti
selaku supervisor, bu amy perawat primer.
3. Seperti yang saya sebutkan tadi tujuan kita berkumpul disini adalah untuk melakukan ronde
keperawatan dalam mengatasi masalah pasine Ny.x yang belum teratasi yaitu kerusakan
integritas jaringan dengan diagnosa medis......Ny X. MRS pada tanggal 23 oktober 2017
36
dengan keluhan kondisi luka yang jelek setelah menjalani laporatomi pada tanggal 17
oktober yang lalu di rs. Y.
4. Untuk lebih jelasnya saya persilahkan bu amy selaku KATIM 1 untuk menjelaskanmasala ini
5. Bu amy ; terima kasih atas waktu yang diberikan, saya amy sebagai katim 1. Pasien yang
akan kita rondekan bernama Ny.X dia ditunggui suamix. Baca resume....
Dan prioritas dri masalah yang belum teratasi yang perlu kita diskusikan adalah
kerusakannnnn...................
DI KAMAR PASIEN :
1. Bu amy : slamat siang pak y dan ny x, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kira bersama
akan mendiskusikan masalah yang belum teratasi pada bu x. Saya perkenalkan
ini ..............................
2. Herlyn : oh iya monggo pak buk
3. Ridha : permisi buk, boleh saya lihat kondisi lukanya dlu ya, ini merembes terus ya bu x?
4. Werru : iya bu dok, merembes terus, dan berbau, jadi sering di ganti sama susternya,
5. Bu amy : iya dok, kita ganti balutan bisa 3-4 x sehari, rembesannya warn akunind kehijauan
dan berbau seperti yang disampaikan pak y
6. Rendy : “ terus makannya gmana buk? Dihabiskan ndak?
7. Herlym : saya makannya cuman 1/3 porsi pak, saya takut kalo makan banyak, ntar lukanya
merembes lebih banyak lagi.
8. Subchan : oh iya buk baik buk, disini ada ahli gizi sama dokternya, setelah ini nanti kami akan
berdiskusi mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah ibu.
Pasca ronde :
1. Karu : baik seperti yang sudah kita dengar dari bu amy serta validasi ke pasiennya bagaimana
penyelesaiannya untuk masalah kerusakan integritas jaringan ini....saya persilahkan dari bu
dokter ridah bagaiaman?
2. Bu dokter : klo dari sisi medis, kondisi luka seperti akan lebih cepat pemulihannya dengan
dilakukan tindakan repair ulang atau dengan kata lain laparatomi lagi, karena melihat
sumber infeksinya bersumber dari dalam jadi harus dibuka dan lihat lagi dalamnya apakah
ada sumber masalah lain dan dibersihkan ulang. Namun melihat kondisi umum pasien yang
masih lemas, saya butuh ahli gizi untuk mengoptimalkan kondisi pasien terkait persiapan
naik ke meja operasi
37
3. Rendy : iya menurut saya, Berdasarkan perhitungan IMT pasien dalam karegori underweight,
sedangkan untuk intake seperti Pasien kata pasien masih kurang jadi saya merencanakan
akan menambahkan diit TKTP plus ekstra sari ikan gabus. Usul melihat hasil laborat albumin
2,5 pasien butuh transfusi albumin agar lebih cepat memenuhi kebutuhan dan layak untuk
menjalani operasi
4. Bu ridha : untuk itu saya setuju, saya programkan transfusi albumin 3 botol /parenteral dan
infus aminofluid 1760 cc.
5. subchan : melihat hasil lab dan kondisi pasien saya kira cukup dibantu dengan intake peroral
dan transfusi albumin saja, nanti diobservasi dlu hasil lab setelah itu jika tdk teratasi baru
kita programkan untuk amifluid dll, dan jangan lupa untuk tetap melakukan perawatan luka
dan penggantian balutan secara aseptik.
6. K yeyen : baik, bagaimana dengan pembiayaan, pasiennya menggunakan pembayaran apa
bu amy? Terkait dengan harga albumin yang cukup mahal dan biaya operasi dan
operawatan yang akan dijalani pasien
7. Bu amy : pasiennya pake BPJS mandiri kelas 2
8. Yeyen : oh baiklah kalo bgtu, berarti untuk pembiayaan aman, ditanggung oleh Bpjs.
9. Bu amy : benar bu yeyen, untuk target waktu operasi kira-kira kapan dokter?
10. Dokter : utk albumin butuh waktu 3 hari dibantu peroral, hari ke 4 bsa di cek lab lagi jika
semua dalam keadaan siap maka saya jadwal operasi . oh iya, tolong besok saat perawatan
luka mohon dicek kultur luka sekalian ya bu amy, untuk melihat antibiotik yang sesuai.
11. Bu amy : baik dok. Bisa dilaksanakan
12. KARU : Kalau demikin , apakah kita sepakat pasien akan di lakukan repair laparotomy,
namun dioptimalkan dlu kondisinya dengan diit TKTP dan extra transfusi albumin 3 kolf,
bagaimana?
13. Ya sepakat
14. Karu :Baiklah klo bgtu keputusan sudah kita sepakati bersama, siap untuk dijalankan.
Demikian ronde kita hari ini. Terimakasih atas waktu dan kesediannya. Semoga membawa
kebaikan bagi kesehatan pasien dan dapat berjalan sesuai target yang kita tetapkan .
selamat siang.
38