Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keparawatan

OLEH:

KELOMPOK 1

TUBEL SELEKSI ALIH PROGRAM (SAP)

Musaffa Ridhani 175070209111001


Subchan 175070209111002
Ridha Tri Rohyani 175070209111003
Masriami 175070209111006
Djayadi 175070209111009
Rendy Yoga Saputra 175070209111010
Werru Andi Suprianu 175070209111011
Hendrimina M.H.Suki 175070209111045
Yeti Eukarista Paskalia 175070209111047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam mata
kuliah Manajemen Keperawatan. Kami menyusun laporan ini berdasarkan sistematika yang
diberikan Dosen Pengampu dengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber referensi.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini, sehingga dapat tersusun dengan baik dan kiranya
membawa manfaat bagi pembacanya.

Penyusun

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..............................................................................................................
I.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................................
1.3 Manfaat........................................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ronde Keperawatan.........................................................................................
2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan................................................................................
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan.........................................................................................
2.4 Manfaat Ronde Keperawatan.......................................................................................
2.5 Kriteria Pasien Ronde Keperawatan.............................................................................
2.6 Metode Kegiatan Ronde Keperawatan.........................................................................
2.7 Alat Bantu dalam Kegiatan Ronde Keperawatan..........................................................
2.8 Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan..........................................................
2.9 Peran Masing-Masing Anggota Tim..............................................................................
3.0 Kriteria Evaluasi............................................................................................................

BAB 3. SATUAN ACARA RONDE KEPERAWATAN


DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... iv
LAMPIRAN...................................................................................................................................... v

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ronde Keperawatan merupakan salah satu proses yang melibatkan berbagai


multidisiplinari ilmu demi terciptanya upaya kesehatan pasien yang paripurna. Ronde
keperawatan adalah salah satu metode keperawatan yang digunakan dalam meningkatkan
pelayanan dan merupakan sebuah proses dalam rangka memberi masukan kepada perawat dan
profesi lain dalam merawat pasien. Proses ronde keperawatan adalah salah satu implementasi
dari relationship based care. Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan
hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan
keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan kenyamanan serta
perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012). Di Indonesia pelaksanaan ronde keperawatan
masih belum dillaksanakan dengan maksimal, sejauh ini ronde tidak dilaksanakan secara rutin
dan sistematis (Studer Group, 2017).
Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan yang
sistematis dan berkala di Indonesia hanya dilakukan oleh 2 dari 12 rumah sakit, dan ke 2 rumah
sakit yang melaksanakan ronde keperawatan memiliki rating peningkatan pelayanan prima
hingga 41% dibanding dengan yang tidak melaksanakan ronde keperawatan (Aristyawati et. al.,
2015). Sedangkan pelaksanaan dari ronde keperawatan memiliki pengaruh secara langsung
pada kepuasan kerja perawat (Nasrullah et al, 2017) dan berimplikasi langsung pada kepuasan
pasien terhadap layanan rumah sakit (Maliya dan Susilaningsih, 2015).
Ronde keperawatan melibatkan kemampuan proses komunikasi timbal balik antara
perawat – pasien serta komunikasi perawat dengan profesi lainnya. Sehingga secara langsung
menurut Nursalam dan Eefendi (2008) proses ronde keperawatan memiliki manfaat yaitu
menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis, meingkatkan kemampuan memvalidasi data
kondisi pasien, menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien dan meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan serta
meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
Ronde keperawatan akan melibatkan berbagai profesi yang bertujuan dalam memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan munculnya komunikasi yang

4
sistematis, masing-masing profesi profesional kesehatan akan terlibat dan akan lebih
meningkatkan pelayanannya demi terpenuhinya kebutuhan pasien. Masing-masing profesional
kesehatan akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing tetapi dengan
sistematis dan berkesinambungan satu sama lainnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu melakukan melakukan
prosedur ronde keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep ronde keperawatan
b. Menyusun satuan acara ronde keperawatan
c. Melakukan ronde keperawatan sesuai kasus

1.3 Manfaat
Setelah menyelesaikan praktikum ronde keperawatan dapat meningkatkan kompetensi
dalam mengatasi masalah pasien, memenuhi kebutuhan pasien, menciptakan komunitas
keperawatan yang profesional, menjalin kerjasama antar tim kesehatan dan melaksanakan
model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2015). Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, dan perawat associate
yang perlu melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.

2.2 Karakteristik Ronde Keperawatan


Karakteristik ronde keperawatan diantaranya :
a. Pasien dilibatkan secara langsung
b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreativitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah

2.3 Tujuan Ronde Keperawatan


a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan diskusi
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

6
2.4 Manfaat Ronde Keperawatan
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar

2.5 Kriteria Pasien Ronde Keperawatan


Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka

2.6 Metode Kegiatan Ronde Keperawatan


Diskusi

2.7 Alat Bantu dalam Kegiatan Ronde Keperawatan


a. Sarana diskusi : buku , pulpen
b. Status atau dokumentasi keperawatan pasien
c. Materi yang disampaikan secara lisan

7
2.8 Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap pra PP

1. Penetapan pasien

2. Penetapan pasien :
- Informed consent
- Hasil pengkajian/validasi data

Tahap pelaksanaan- di
Nurse station - Apa diagnosis keperawatan?
- Apa data yang mendukung?
3. Penyajian Masalah - Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan
- Apa hambatan yang ditemukan

Tahap pelaksanaan- di
kamar pasien 4. Validasi data di bed pasien

PP, Konselor, KARU

Pascaronde
(Nurse station) 6. Kesimpulan dan rekomendasi 5. Lanjutan-Diskusi di Nurse
solusi masalah station

Keterangan :
1. Praronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi : Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung ? Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan

8
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan
serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa, intervensi keperawatan
selanjutnya.

2.9 Peran Masing-Masing Anggota Tim


1. Peran perawat primer dan perawat associate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatn
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2. Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

3.1 Kriteria Evaluasi


1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed concent, alat dan lainnya)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya

9
2. Proses
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai dengan peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien dapat teratasi
3. Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validitas dan pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan justifikasi
h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

10
BAB 3

SATUAN ACARA RONDE KEPERAWATAN

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. X Dengan Masalah Keperawatan


Kerusakan Integritas jaringan pada diagnosa medis Post Laparatomi dengan
fistula e.c Apendisitis perforata
Sasaran : Ny. X ( 45 tahun )
Hari /tanggal : Rabu, 27 Oktober 2018
Waktu : 60 menit ( pkl. 10.00 – 11.00 )
I. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum yang teratasi yaitu Kerusakan Integritas
Jaringan
2. Tujuan Khusus
 Menyelesaikan masalah yang belum teratasi
 Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
 Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
 Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan masalah pasien
II. Sasaran
Pasien Ny. X Umur 45 tahun yang dirawat kelas I Bed I ruang Seroja RS. Harapan Kami
III. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan Post Laparatomi dengan fistula e.c Apendisitis
perforata
2. Masalah – masalah yang muncul pada pasien dengan Post Laparatomi dengan fistula e.c
Apendisitis perforata dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan
IV. Metode
Diskusi
V. Media
1. Dokumen/status pasien.
2. diskusi: kertas, bulpen.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

11
4. Kegiatan ronde keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Pasien Tempat


1 hari Pra – Praronde. Penanggung Ruang Seroja
sebelum ronde 1. Menentukan kasus Jawab : RS. Harapan
ronde dan topik Kami
2. Menentukan tim
ronde
3. Menentukan literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse
1. Salam pembuka Ruangan Station
2. Memperkenalkan
tim ronde
3. Menyampaikan
identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan
tujuan ronde
30 menit Penyajian Masalah PP Mendengarkan Nurse
1. Memberi salam dan Station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan
Validasi data.
4. Mencocokkan dan
menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan Karu, PP, Memberikan
5. Diskusi antara Perawat respon dan
anggota tim dan Konselor. menjawab
pasien tentang pertanyaan
masalah Karu, PP,
keperawatan Perawat
tersebut Konselor.

12
6. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepala runagna Karu
tentang masalah
pasien serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
7. Menentukn
tindakaan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan Karu
10 Menit Pasca 1. Evaluasi dan Karu, - Nurse
Ronde rekomendasi supervisor Station
intervensi Perawat
keperawatan Konselor,
2. Penutup pembimbing

VI. Kriteria Evaluasi


1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Seroja RS Harapan Kami
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dlaam kegiatan ronde sesuai perannya
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan ronnde
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. Menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang beriorientasi pada masalah pasien.
4. Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

13
VII. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan : Djayadi
2. PP I : Masriami
3. PA I : Musaffa Ridhani
4. Konselor : Subchan, S.Kep,Ns
dr. Ridha Tri Rohyani, SpBd
Ahli Gizi : Rendi Yoga, S.Gz
5. Keluarga Pasien : Werru Andi Suprianu
6. Pasien : Hendrimina M.H Suki
7. Pembimbing : Subchan
8. Supervisor : Yetti Eukarista Pascalia

14
DAFTAR PUSTAKA

Aristyawati, P., Gunahariati, N., & Lestari, Y. (2015). Perbedaan motivasi kerja perawat yang
melaksanakan dan tidak melaksanakan ronde keperawatan di RSUP. Sanglah. Jurnal
Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajemen, vol 2 no.1 .
Bulechek dkk, 2013, Nursing Interventions Classifications. United Kingdom, elsevier
Cheng, H. T., Wang, Y. C., Lo, H. C., Su, L. T., Soh, K. S., Tzeng, C. W., ... & Hsieh, C. H. (2015).
Laparoscopic appendectomy versus open appendectomy in pregnancy: a population-based
analysis of maternal outcome. Surgical endoscopy, 29(6), 1394-1399.
Herdman, T.Heather. 2018.NANDA-I Diagnosis Keperawatan Edisi 11, Jakarta, EGC
Maliya, A., & Susilaningsih, Z. (2009). Pelatihan ronde kasus untuk meningkatkan kinerja staf
keperawatan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Warta, vol .12,
No.2 : 184 – 191 . ISSN 1410-9344
Moorhead, dkk, 2013, Nursing Outcomes classification. United Kingdom, Elsevier
Nasrullah, Dede., Rejeki, Sri., Handayani, Fitria. (2017). Factors Associated with the Nurse
Compliance in Nursing Round Implementation at Siti Khodjijah Hospital. Advanced Science
Publishers. Vol 23 No.12. Desember 2017, pp 12550-12554(5).
Nursalam, (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional
Edisi 5. Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Putra, C. Syah. (2014). Buku Ajar Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi Praktek Dilengkapi
dengan Kuesioner Pengkajian Praktek Manajemen Keperawatan.Jakarta : In Media
Studer Group (2017). Hourly rounding supplement.Diakses melalui
http://www.mc.vanderbilt.edu/root/pdfs/nursing/hourly_rounding_supplement-
studer_group.pdf pada 17 Februari 2016.
Woolley J., Perkins, R., Laird, P., Palmer, J., Schitter, M.B., Tarter, K., George, M., Atkinson, G.,
McKinney, K., dan Woolsey, M. (2012). Relationship-based care: implementing a caring,
healing environment. MEDSURG Nursing, 21(3), 179-184

15
LAMPIRAN

1. Lampiran Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN


RONDE KEPERAWATAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ny. X
Umur : 45 tahun
Alamat : Jln Veteran no 45

Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien:


Nama : Tn. Y
Umur : 47 thn
Alamat : Jln Veteran no 45 Malang
Ruang : Seroja
No. RM : 008/001

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Malang, 26 Oktober 2018


Perawat yang menerangkan Penanggungjawab

masriami Werru andi Suprianu

Saksi-saksi: Tanda tangan:

1. .......................................... ......................................

2. .......................................... ......................................

16
2. Resume Pasien-Pelaksanaan

I. Identitas
a. Nama : Ny. X
b. Umur : 45 tahun
c. Status : menikah
d. Pendidikan : S1 Hukum
e. Pekerjaan : Pegawai Kejaksaan
f. Alamat : Jln Veteran Malang
g. MRS : Senin, 23 Oktober 2018
II. Diagnosa Medis
Post Laparatomi dengan fistula e.c Apendisitis Perforata
III. Keluhan Utama
Pasien mengatakan luka bekas operasi tak kunjung sembuh dan muncul luka baru yang
mengeluarkan cairan berwarna kuning kehijauan dan terasa perih.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 17 Oktober pasien dilakukan operasi laparatomi dengan diagnosa medis
apendisitis perforasi di Rumah sakit M dan 3 hari kemudian pasien diperbolehkan untuk
rawat jalan. Pada tanggal 23 Oktober pasien MRS dengan keluhan keluar cairan di luka
operasi disertai nyeri dan kondisi luka yang memburuk , setelah mendapat perawatan
selama 3 hari di ruang seroja tidak menunjukkan perbaikan pada luka, Pada sekitar luka
luka tampak kemerahan dan ada jahitan luka yang terlepas. Nyeri berkurang saat
mendapat terapi analgesik. Saat dilakukan pengkajian nyeri pasien menunjuk skala 4
untuk nyerinya. Pasien mual dan hanya menghabiskan 1/3 porsim makan.

V. Riwayat Penyakit Dahulu


pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit dan tidak punya riwayat penyakit Diabetes
dan hipertensi
VI. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
VII. Pemeriksaan Fisik
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
RR : 24 x/menit

17
Suhu : 38 oC
BB : 42 Kg
TB : 160 cm
a. Kepala dan Leher
Dalam batas normal
b. Dada
Dalam batas normal
c. Abdomen
- Inspeksi : Tampak luka post laparatomi 1x10cm , eritema (+) disekitar luka, fistel
(+ ) 1x2 cm dibagian bawah umbilikus. Keluar cairan berwarna kuning kehijauan
dan berbau. Luka tampak terbuka dan 2 jahitan bagian bawah terlepas.
- Auskultasi : BU (+) 10x/menit
- Palpasi : Abdomen supel
- Perkusi : Hipertimpani
d. Ekstremitas
Dalam batas normal
e. Genitalia
Dalam batas normal
f. Kulit dan kuku
Inspeksi : Kulit tampak bersih, ada luka post op di abdomen, tampak eritema,
ikterik (-), sianosis (-)
Palpasi : kulit teraba hangat, turgor baik < 2 detik, edema (-)

VIII. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium 26 Oktober 2018
 Hb : 9 mg/dl
 LED : 20 mm/j
 Leukosit : 17.000 x 109 /dl
 Hematokrit : 39,8
 Trombosit : 195.000 x 109/L
 GDP : 120 mg/dl
 GD 2JPP : 186 mg/dl
 Albumin :2,5 g/dl
 Protein Total : 5 g/dl

18
IX. Terapi
Terapi Tanggal 23 Oktober 2018
 Ceftriaxone 2x1 gr
 Antrain 3x1 amp
 Metronidazole 3x500 mg/inf
 Ranitidine 2x1 amp
 IVFD RL 20 x/menit

Terapi Tanggal 26 Oktober 2018

 Ceftriaxone 2x1 gr
 Antrain 3x1 amp
 Metronidazole 3x500 mg inf
 Ranitidine 2x1 amp
 IVFD RL 20 x/menit

X. Diagnosis Keperawatan
Tanggal 23 Oktober 2018
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d prosedur bedah
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan diet kurang
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan insisi bedah
5. Ansietas b.d ancaman pada status terkini

Tanggal 26 Oktober 2018

1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d prosedur bedah


2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan diet kurang

19
XI. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d prosedur bedah

NOC : Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Suhu Kulit 2 4 1. Sangat terganggu
2 Perfusi Jaringan 2 4 2. Banyak terganggu
3 Integritas kulit 2 4 3. Cukup terganggu
4 Pigmentasi abnormal 2 4 4. Sedikit terganggu
5 Eritema 2 4 5. Tidak terganggu
6 nekrosis 2 4

NOC : Penyembuhan Luka sekunder

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Granulasi 2 4 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
2 Pembentukan bekas luka 2 4 3. Cukup terganggu
3 Ukuran luka berkurang 2 4 4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

4 drainase purulen 2 4

5 Bau busuk 2 4 1. Sangat Besar


6 Eritema di kulit sekitarnya 2 4 2. Besar
7 Peradangan Luka 2 4 3. Sedang
8 Periwound edema 2 4 4. Terbatas
9 Lubang pada luka 2 4 5. Tidak ada
NIC :

1. Perawatan Luka
a. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau.
b. Ukur luas luka yang sesuai
c. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
d. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan
tepat
e. Ganti balutan sesaui dengan jumlah eksudat dan drainase
f. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
g. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka

20
h. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka dengan
tepat
i. Dorong cairan yang sesuai
j. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan.

2. Perlindungan infeksi
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC dan hasil – hasil deferensial
d. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema
e. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrem,
atau drainase
f. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka.
g. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan

X. Evaluasi
Masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi.

21
3. Materi Asuhan Keperawatan Apendisitis Perforasi
A. Pengertian
Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakkan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan kematian jaringan
dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan bakteri dan tinja masuk
ke dalam perut (Cheng et al, 2014). Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10-30 tahun.

B.      Etiologi
Terjadinya appendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantara obstruksi yang
terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timbunan tinja yang keras dan striktur. Namun yang paling seri ng
menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekolit dan hiperplasia jaringan limfoid.

C.      Klasifikasi
Klasifikasi Appendiksitis terbagi atas 2 yakni :
1.      Appendiksitis Akut, dibagi atas :
a. Appendiksitis akut fokalis/ segmentalis
Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local
b.  Appendiksitis purulenta difusi
Yaitu sudah bertumpuk nanah
2.      Appendiksitis kronis, dibagi atas :
a.    Appendiksitis kronis fokalis atau parsial
Yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b.   Appendiksitis kronis obliteritiva
Yaitu appendik miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

D.      Manifestasi Klinis


Appendiksitis memiliki gejala kombinasi yang khas yang terdiri dari :
Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bawah. Nyeri bisa secara mendadak
dimulai perut sebelah atas atau disekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah
beberapa jam rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika
dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini

22
dilepaskan nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37, 8 – 38 0 celcius. Pada
bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh disemua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak
terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

E.      Patofisiologi
Appendiksitis biasanya disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen appendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekolit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya / neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan
menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang
akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, semakin lama mukus semakin banyak,
namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tesebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapédesis bakteri, dan ulserasi mukus.
Pada saat ini terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium,
sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. Invasi
kuman E.Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, sub mukosa lapisan
muskularisa dan akhirnya ke peritonium parietalis terjadilah peritonitis local kanan bawah.
Suhu tubuh mulai naik, bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah, keadaan ini yang kemudian disebut
dengan appendiksitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti
dengan ganggren, stadium ini disebut dengan appendiksitis ganggrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh pecah akan menyebabkan appendiksitis perforasi. Bila proses tersebut berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga
timbul suatu massa lokal yang disebut infíltrate appendikkularis. Peradangan appendiks
tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak – anak, karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding appendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang

23
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan peradangan appendiksitis :
1.      Appendiksitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
2.      Appendiksitis akuta perfórate (termasuk appendiksitis ganggrenosa, karena
dinding appendiks sebenarnya sudah terjadi mikro perforasi).

F.      Pemeriksaan Penunjang


Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a.     Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
1.   Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
2.   Muntah oleh karena nyeri visceral.
3.   Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
4.   Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
b.       Pemeriksaan yang lain
1.   Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling
terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, infeksi juga terjadi jika orang
dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc.
Burney
2.   Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
3.   Pemeriksaan Laboratorium
a.     Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan
terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b.     Hb (hemoglobin) nampak normal.
c.      Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat.
d.      Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
4.  Pemeriksaan Radiologi.

24
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendicitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai
berikut :
a.   Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
b.   Kadang ada fekolit (sumbatan).
c.    Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

G.      Penatalaksanaan
1.     Sebelum operasi
a.   Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi.
b.   Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
c.    Rehidrasi.
d.   Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
e.   Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti mengigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
f.   Bila demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2.     Operasi
a.    Appendiktomi.
b.   Appendiks dibuang, jika appendiks mengalami perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologi dan antibiotik.
c.   Abses appendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Appendiktomi dilakukan bila abses, dilakukan operasi effektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.
3.       Pasca Operasi
a.      Observasi TTV
b.      Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
dapat dicegah.
c.      Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
d.      Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan selama
pasien dipuasakan.
e.     Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

25
f.       Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu dinaikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
g.      Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2x30 menit.
h.      Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar.
i.       Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

H. Komplikasi
Appendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi
penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif
dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama
observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda –tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum/abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum
atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang, diagnosis dapat
ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi, sedangkan tindakan lain sebagai penunjang adalah tirah baring
dalam posisi semi fowler médium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik yang sesuai dengan kultur, transfusi untuk mengatasi
anemia dan penanganan syok septik secara intensif bila ada.
Bila terbentuk abses appendiks akan teraba massa dikuadaran kanan bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rectum/vagina. Terapi ini dapat diberikan
kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol / klindamisin).
Dengn sedian ini abses akan segera menghilang dan appendiktomi dapat dilakukan 6-12
minggu kemudian. Pada abses yang tetap progesif harus segera dilakukan drainase.
Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum / vagina dengan fruktuasi positif
juga perlu dibuatkan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan
komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil,
hepatomegali dan ikterus setelah terjadi perforasi appendiks. Pada keadaan ini
diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang

26
terjadi adalah abses subfrenikus dan fokal sepsis intra abdominal lain. Obstruksi
intestinal juga dapat terjadi akibat perlengkatan.

I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A.      Pengkajian
1.      Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
a.      Keluhan utama klien, akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah.
b.     Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
klien sekarang ditanyakan kepada orang tua.
c.      Diet, kebiasaan makan – makanan rendah serat.
d.      Kebiasaan eliminasi.
2.     Pemeriksaan fisik
a.    Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
b.    Sirkulasi : Takikardia.
c.     Respirasi : Takipnoe, pernafasan dangkal.
d.     Aktivitas/istirahat : malaise
e.     Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan, penurunan/ tidak ada
bising usus.
f.      Eliminasi : konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
g.     Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burneys, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk atau nafas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak.
h.     Demam lebih dari 38o celcius.
i.      Data psikologis klien nampak gelisah.
j.       Ada perubahan denyut nadi dan pernafasan.
k.     Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
l.      Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat.

27
3.     Pemeriksaan Penunjang
a.     Tanda- tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus “ (gambaran garis permukaan cairan
udara di sekum atau ileum).
b.     Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendiksitis infiltrate.
c.     Urin rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
d.     Peningkatan leukosit, neutrofilia tanpa eosinofil.
e.     Pada enema barium appendik tidak terisi
f.       Ultrasound : fekolit non klasifikasi, appendiks non perforasi, abses appendiks.

B.     Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1.     Kerusakan integritas jaringan b.d prosedur bedah, fistula
2. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan      
3.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang
4.     Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya port de entry kuman
5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan

28
29
I. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik

NOC : Kontrol nyeri

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajia
n
1 Mengenali kapan nyeri 3 5 1. Tidak pernah
terjadi menunjukkan
2 Menggambarkan faktor 3 5 2. Jarang menunjukkan
penyebab
3 Menggunakan tindakan 3 5 3. Kadang-kadang
pencegahan menunjukkan
4 Menggunakan analgesik 3 5
yang direkomendasikan 4. Sering menunjukkan
5 Melaporkan nyeri yang 4 5
terkontrol 5. Secara konsisten
6 Melaporkan perubahan 4 5 menunjukkan
terhadap gejala nyeri pada
profesional kesehatan
7 Menggunakan sumber 4 5
daya yang tersedia

NOC : Tingkat Nyeri

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajia
n
1 Nyeri yang dilaporkan 3 5 1. Berat
2 Panjang episode nyeri 3 5 2. Cukup berat
3 Mengerang dan menangis 3 5 3. Sedang
4 Ekspresi nyeri wajah 3 5 4. Ringan
5 Mengerinyit 3 5 5. Tidak ada
6 Fokus menyempit 3 5
7 Ketegangan otot 3 5

NIC: Manajemen Nyeri


1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
4. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah dipergunakan sebelumnya

30
5. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
6. Kendalikan faktor lingkungan yang mempengaruhi ketidaknyamanan
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Dorong pasien menggunakan obat-obatan penurun nyeri yang adekuat
9. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
10. Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

NIC : Pemberian analgesik


1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
diresepkan
3. Cek adanya alergi obat
4. Evaluasi kemampuan klien untuk berperan serta dalam pemilihan analgetik, rute,
dan dosis sesuai kebutuhan
5. Tentukan pilihan obat analgesik
6. Pilih rute intravena dari pada intramuscular
7. Monitor TTV
8. Berikan analgesik sesuai paruh waktunya
9. Evaluasi keefektifan analgesik dan gejala efek samping
10. Kolaborasi dengan dokter untuk penggunaan analgesik

2. Kerusakan integritas Jaringan

NOC : Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Suhu Kulit 2 4 6. Sangat terganggu
2 Perfusi Jaringan 2 4 7. Banyak terganggu
3 Integritas kulit 2 4 8. Cukup terganggu
4 Pigmentasi abnormal 2 4 9. Sedikit terganggu
5 Eritema 2 4 10. Tidak terganggu
6 nekrosis 2 4

NOC : Penyembuhan Luka sekunder

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Granulasi 2 4 6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu
2 Pembentukan bekas luka 2 4 8. Cukup terganggu
3 Ukuran luka berkurang 2 4 9. Sedikit terganggu

31
10. Tidak terganggu

4 drainase purulen 2 4

5 Bau busuk 2 4 6. Sangat Besar


6 Eritema di kulit sekitarnya 2 4 7. Besar
7 Peradangan Luka 2 4 8. Sedang
8 Periwound edema 2 4 9. Terbatas
9 Lubang pada luka 2 4 10. Tidak ada
NIC :

3. Perawatan Luka
k. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau.
l. Ukur luas luka yang sesuai
m. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
n. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan
tepat
o. Ganti balutan sesaui dengan jumlah eksudat dan drainase
p. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
q. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
r. Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan pada luka dengan
tepat
s. Dorong cairan yang sesuai
t. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan.

4. Perlindungan infeksi
h. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
i. Monitor kerentanan terhadap infeksi
j. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC dan hasil – hasil deferensial
k. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema
l. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrem,
atau drainase
m. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka.
n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan

32
3. Keseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Status Nutrisi

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Asupan Nutrisi 2 4 1. Sangat terganggu
2 Asupan makanan 2 4 2. Banyak terganggu
3 Asupan cairan 2 4 3. Cukup terganggu
4 Rasio TB/BB 2 4 4. Sedikit terganggu
5 Hidrasi 2 4 5. Tidak terganggu

NOC :

No Indikator Skala Keterangan Skala target


Skala Target
pengkajian
1 Hasrat untuk makan 2 4 1. Sangat terganggu
2 Menyenangi makanan 2 4 2. Banyak terganggu
3 Energi untuk makan 2 4 3. Cukup terganggu
4 Rangsangan untuk makan 2 4 4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

NIC : Manajemen Nutrisi

1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki oleh pasien
3. Tentukan apa yang menjadi preverensi makanan bagi klien
4. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang cocok dalam
memeneuhi kebutuhan nutrisi
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan yang lebih
sehat
7. Lakukan atau bantu pasien dalam perawatan mulut sebelum makan
8. Pastikan makana yang disajikan dengan cara yang menarik dan dengan suhu yang cocok
untuk konsumsi secara maksimal
9. Tawarkan makanan yang ringan yang padat gizi
10. Monitor kalori dan asupan makanan

33
4. Hasil Ronde
a. Rekomendasi :
1) dr.Ridha,SpBd :
- Repair Laparatomy
- Transfusi albumin 3 botol
- Cek Lab. Setelah transfusi albumin
- Aminofluid/aminufusin/iv parenteral
- Kultur luka
2) Rendy Yoga, S.Gz : - Diet TKTP Peroral extra sari ikan gabus
3) Subchan S.Kep.Ns :
- Aminofluid menunggu hasil intervensi albumin dan intake oral
- Pertahankan rawat luka dan penggantian balutan secara aseptik
4) Yeti Eukarista, M.Kes : - memastikan pembiayaan perawatan pasien
b. Keputusan Ronde Keperawatan :
Peningkatan intake oral dengan diet TKTP extra sari ikan gabus, transfusi albumi 3 botol,
cek lab setalah transfusi dan pertahankan perawatan luka dan pergantian balutan yang
aseptik. Dan jika optimal dijadwalkan operasi.

34
PRA RONDE

1. PP1 (amy) : “ slamat siang teman, ayo kita mulai post conferense siang ini, dimulai dari pak
mus dahulu, gimana pengelolan pasien pada hari ini ?
2. PA 1 (Pak mus) : pasien Ny. X, bed 1 dengan diagnosa medis ...............dengan masalah
keperawatan....masalah belum teratasi. TD : 110/80 Mmhg, Nadi : 89 x/mnit, S : 38 c, RR ; 24
x/menit. Intervensi yang sudah dilakukan memonitor dan mendokumentasikan karakteristik
luka termasuk drainase, warna ukuran dan bau, merawat luka secara aseptik dengan Nacl
0,9% dan tulle dan memberikan balutan yang sesuai, mengganti balutan sesuai kondisi,.
Respon pasien saat ini pasien mengatakan luka masih merembes, nyeri dan berbau, terapi
yang diberikan ceftriaxone 1 gr jam 12.00, antrain 1 gr/iv jam 12.00, metronidazole inf 500
mg jam 11.00, ranitidin 50 mg/iv jam 11.00. Diet TKTP pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi,
dan mengeluh mual. BAB/BAK tidak ada masalah. Hasil lab siang ini Hb ; 9 GR/DL, WBC :
17.000, ALBUMIN 2,5 gr/dl, LED : 20 ml/j.
3. PP1 (Amy) : terimakasih pak mus atas laporannya, berarti pasiennya kasusnya komplek ya
pak, sudah 3 hari disini tapi kondisi luka masih jelek, rawat luka sudah kita lakukan secara
aseptik dan sesuai kondisi, tetapi progres penyembuhan lukanya belum terlihat, pasien
jugmasih tampak lemas, dan tidak menghabiskan porsi diet yang dianjurkan. Bagaimana
kalau saya koordinasikan ke karu untuk melakukan ronde keperawatan terhadap Ny.X
dengan masalah kerusakan integritas jaringan.
4. PA : Setuju buk Amy.
5. PP (Bu amy) : slamat siang pak djay, saya ingin melaporkan kondisi pasien pasien Ny. X, bed
1 dengan diagnosa medis ...............dengan masalah keperawatan....masalah belum teratasi.
TD : 110/80 Mmhg, Nadi : 89 x/mnit, S : 38 c, RR ; 24 x/menit. Intervensi yang sudah
dilakukan memonitor dan mendokumentasikan karakteristik luka termasuk drainase, warna
ukuran dan bau, merawat luka secara aseptik dengan Nacl 0,9% dan tulle dan memberikan
balutan yang sesuai, mengganti balutan sesuai kondisi,. Respon pasien saat ini pasien
mengatakan luka masih merembes, nyeri dan berbau, terapi yang diberikan ceftriaxone 1 gr
jam 12.00, antrain 1 gr/iv jam 12.00, metronidazole inf 500 mg jam 11.00, ranitidin 50 mg/iv
jam 11.00. Diet TKTP pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi, dan mengeluh mual. BAB/BAK
tidak ada masalah. Hasil lab siang ini Hb ; 9 GR/DL, WBC : 17.000, ALBUMIN 2,5 gr/dl, LED :

35
20 ml/j. Menurut saya pasien ini layak untuk dilakukan ronde keparawatan. Bagaimana kalau
kita jadwal besok pak djay?
6. Pak djay : baik kondisikan buk, dari masalah yang ibu jelaskan untuk timnya perlu perawat
konselor, dokter spesialis digestiv, supervisor dan pembimbing.
7. Bu amy : baik saya buatkan proposalnya dan informed ke pasien dan keluarga. Oh ahli
gizinya juga disertakan pak.
8. Pak djay : Ok buk, saya koordinasikannya ke timnya .

Di bed pasien :
1. Bu amy : “ salamat siang buk x, gmana kondisinya hari ini
2. HERLYN : siang sus, masih seperti kemaren, ini kok belum ada perubahan ya sus, udah 3
hari saya disini, tolonglah sus, Luka saya merembes terus ini, saya mau m,akan juga
serba salah sus, takut ngarruh ke luka diperut saya
3. Bu amy, “ oh iya bu x, saya mengerti dengan kondisi ibu, memang untuk kasus seperti ini
perlu kita rundingkan bersama tim kesehatan yang lain, untuk itu besok jika ibu
bersedia, jam 10 kami menjadwalkan untuk ronde keperawatan membahas masalah ibu
dan mencari solusi yang terbaik.apakah ibu dan keluarga bersedia ?
Herlyn : oh iya suster, nambah senang saya, biar bisa segera diatasi kondisi saya ini.
Bu amy : baik bu, klo ibu sudah bersedia, monggo ditandatangani surat persetujuan ini
ya,
Bu amy : terimakasih bu x, kalaun bgtu saya pamit dlu, ketemu lagi bsok pagi.

RONDE
1. KARU MEMBUKA KEGIATAN RONDE : Slamat siang bapak ibu sekalian, pertama –tama saya
ucapkan terimakasih atas kesediaannya hadir disini untuk melakukan ronde keperawatan
pada masalah kerusakan integritas jaringan pada Nyx dengan diagnosa ...............
2. Karu memperkenalkan tim :
Sebelumnya saya perkenalkan dulu tim ronde hari ini, saya djayadi karu ruang seroja, ada bu
dr. Ridha, spbd, pak rendy selaku ahli gizi, pak subachan selaku perawat konselor, ibu yeti
selaku supervisor, bu amy perawat primer.
3. Seperti yang saya sebutkan tadi tujuan kita berkumpul disini adalah untuk melakukan ronde
keperawatan dalam mengatasi masalah pasine Ny.x yang belum teratasi yaitu kerusakan
integritas jaringan dengan diagnosa medis......Ny X. MRS pada tanggal 23 oktober 2017

36
dengan keluhan kondisi luka yang jelek setelah menjalani laporatomi pada tanggal 17
oktober yang lalu di rs. Y.
4. Untuk lebih jelasnya saya persilahkan bu amy selaku KATIM 1 untuk menjelaskanmasala ini
5. Bu amy ; terima kasih atas waktu yang diberikan, saya amy sebagai katim 1. Pasien yang
akan kita rondekan bernama Ny.X dia ditunggui suamix. Baca resume....
Dan prioritas dri masalah yang belum teratasi yang perlu kita diskusikan adalah
kerusakannnnn...................

DI KAMAR PASIEN :
1. Bu amy : slamat siang pak y dan ny x, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kira bersama
akan mendiskusikan masalah yang belum teratasi pada bu x. Saya perkenalkan
ini ..............................
2. Herlyn : oh iya monggo pak buk
3. Ridha : permisi buk, boleh saya lihat kondisi lukanya dlu ya, ini merembes terus ya bu x?
4. Werru : iya bu dok, merembes terus, dan berbau, jadi sering di ganti sama susternya,
5. Bu amy : iya dok, kita ganti balutan bisa 3-4 x sehari, rembesannya warn akunind kehijauan
dan berbau seperti yang disampaikan pak y
6. Rendy : “ terus makannya gmana buk? Dihabiskan ndak?
7. Herlym : saya makannya cuman 1/3 porsi pak, saya takut kalo makan banyak, ntar lukanya
merembes lebih banyak lagi.
8. Subchan : oh iya buk baik buk, disini ada ahli gizi sama dokternya, setelah ini nanti kami akan
berdiskusi mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah ibu.

Pasca ronde :

1. Karu : baik seperti yang sudah kita dengar dari bu amy serta validasi ke pasiennya bagaimana
penyelesaiannya untuk masalah kerusakan integritas jaringan ini....saya persilahkan dari bu
dokter ridah bagaiaman?
2. Bu dokter : klo dari sisi medis, kondisi luka seperti akan lebih cepat pemulihannya dengan
dilakukan tindakan repair ulang atau dengan kata lain laparatomi lagi, karena melihat
sumber infeksinya bersumber dari dalam jadi harus dibuka dan lihat lagi dalamnya apakah
ada sumber masalah lain dan dibersihkan ulang. Namun melihat kondisi umum pasien yang
masih lemas, saya butuh ahli gizi untuk mengoptimalkan kondisi pasien terkait persiapan
naik ke meja operasi

37
3. Rendy : iya menurut saya, Berdasarkan perhitungan IMT pasien dalam karegori underweight,
sedangkan untuk intake seperti Pasien kata pasien masih kurang jadi saya merencanakan
akan menambahkan diit TKTP plus ekstra sari ikan gabus. Usul melihat hasil laborat albumin
2,5 pasien butuh transfusi albumin agar lebih cepat memenuhi kebutuhan dan layak untuk
menjalani operasi
4. Bu ridha : untuk itu saya setuju, saya programkan transfusi albumin 3 botol /parenteral dan
infus aminofluid 1760 cc.
5. subchan : melihat hasil lab dan kondisi pasien saya kira cukup dibantu dengan intake peroral
dan transfusi albumin saja, nanti diobservasi dlu hasil lab setelah itu jika tdk teratasi baru
kita programkan untuk amifluid dll, dan jangan lupa untuk tetap melakukan perawatan luka
dan penggantian balutan secara aseptik.
6. K yeyen : baik, bagaimana dengan pembiayaan, pasiennya menggunakan pembayaran apa
bu amy? Terkait dengan harga albumin yang cukup mahal dan biaya operasi dan
operawatan yang akan dijalani pasien
7. Bu amy : pasiennya pake BPJS mandiri kelas 2
8. Yeyen : oh baiklah kalo bgtu, berarti untuk pembiayaan aman, ditanggung oleh Bpjs.
9. Bu amy : benar bu yeyen, untuk target waktu operasi kira-kira kapan dokter?
10. Dokter : utk albumin butuh waktu 3 hari dibantu peroral, hari ke 4 bsa di cek lab lagi jika
semua dalam keadaan siap maka saya jadwal operasi . oh iya, tolong besok saat perawatan
luka mohon dicek kultur luka sekalian ya bu amy, untuk melihat antibiotik yang sesuai.
11. Bu amy : baik dok. Bisa dilaksanakan
12. KARU : Kalau demikin , apakah kita sepakat pasien akan di lakukan repair laparotomy,
namun dioptimalkan dlu kondisinya dengan diit TKTP dan extra transfusi albumin 3 kolf,
bagaimana?
13. Ya sepakat
14. Karu :Baiklah klo bgtu keputusan sudah kita sepakati bersama, siap untuk dijalankan.
Demikian ronde kita hari ini. Terimakasih atas waktu dan kesediannya. Semoga membawa
kebaikan bagi kesehatan pasien dan dapat berjalan sesuai target yang kita tetapkan .
selamat siang.

38

Anda mungkin juga menyukai