Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM DI


RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Nindya Rahma Oktavierla, S.Kep
NIM 202311101040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kista Ovarium di Ruang
Dahlia Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember. Telah dilaksanakan dan disahkan oleh
pembimbing pada :

Hari :
Tanggal : Maret 2021

Jember, Maret 2021

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Elyk Sutarmi, S.ST Ns. Nuning Dwi Merina S.Kep., M.Kep


NIP. 19730704 200801 2 012 NRP. 760019009

Mengetahui,
Kepala Ruang Ruang Dahlia
RSD dr. Soebandi Jember

Dina Ulfia, SST


NIP: 19800803 200212 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN
Kista Ovarium
oleh:
Nindya Rahma Oktavierla
NIM 202311101040

1. Diagnosa Medis

Kista Ovarium

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian Kista Ovarium
Menurut Herawati dkk., (2019) menjelaskan bahwa kista ovarium ialah salah satu dari
tumor jinak yang timbul karena perubahan kadar hormon selama siklus haid, produksi dan
pelepasan sel telur akibatnya terjadi benjolan yang dapat membesar dan berisi cairan, kista
ovarium ini sering dijumpai pada wanita pada masa reproduksinya (Herawati dkk., 2019).
Kista menjadi permasalahan bagi wanita dan dapat bersifat ganas apabila tidak segera
ditangani.
Angka kejadian kista ovari di Indonesia sendiri pada tahu 2015 sebanyak 23.400 orang
dan meninggal sebesar 13.900, sekian angka tersebut menyatakan bahwa masih tingginya
angka keematian. Hal ini disebabkan karena penyakit tesebut asimptomatik atau tidak
bergejala sehingga pasien akan datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut
(Fatkhiyah, 2019). Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan
untuk deteksi dini adanya gangguan pada sistem reproduksi.
Bisa disimpulkan dari kalimat diatas bahwasannya kista ovarium merupakan masalah
ginekologi yang mengakibatkan adanya benjolan berisi cairan pada dinding ovarium
sehingga berakibat pada terganggunya proses ovulasi dan penyakit ini bersifat
asimptommatik.

Massa Kista Ovarium


B. Klasifikasi Kista Ovarium

a. Kista fungsional.
Kista fungsional merupakan hasil dari fungsi normal akibat naik turunnya hormon
selama masa mestruasi pada perkembangan kista ovari dan biasanya akan hilang
dengan sendirinya dalam jangka waktu 2-3 kali siklus haid. Kista folikel dan
korpus luteum merupakan contoh umum dari kista fungsional. Kista folikel
merupakan sel telur yang tumbuh dalam sebuah kantung yang bernama folikel
yang terletak didalam ovarium, selama siklus menstruasi. Kista korpus luteum
adalah Suatu keadaan dimana kantung folikel yang biasanya akan menghilang
setelah sel telur lepas namun kantung folikel ini tidak menghilang dan pada mulut
folikel terdapat bukaan, cairan juga akan menumpuk dalam kantung folikel
sehingga akan menyebabkan terbentuknya kista corpus luteum.
b. Kista hemoragik
Kista hemoragik merupakan adneksa atau benjolan yang menyerupai jaringan yang
terbentuk di ovarium tubuh wanita saat pendarahan terjadi ke dalam folikel atau
corpus luteum.
c. Kista patologis.
Kista ini terbentuk karena adanya pertumbuhan sel yang tidak normal dan
umumnya akan menyebabkan timbulnya kista yang bersifat jinak (benign) atau
tumor ganas (malignant). Kista patologis dibedakan menjadi empat yaitu ovarium
polikistik, endometriosis/endometrioma, kistadenoma, dan kista dermoid.
C. Penyebab
Menurut (Setyorini, 2014) terjadinya kista ovarium diakibatkan karena terganggunya
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan juga ovarium.
Kista ovarium juga dapat diakibatkan karena proses mensturasi itu sendiri atau kista
fungsional dan dapat timbul karena pertumbuhan sel yang abnormal atau kista patologis.
Kista fungsional yaitu terdapat kista folikel dan korpus luteum dimana kista ini terbentuk
saat indung telur melepaskan sel telur untuk dibuahi pada setiap bulan yang ukurannya
semakin bertambah. Selain itu terdapat kista patologis yang terdiri dari kitas dermoid,
adenoma dan endometrioma, kista tersebut tumbuh karena adanya pertumbuhan sel yang
tidak normal dan biasanya tidak berhubungan dengan mesnturasi (Willy,2019).
Selain itu, Terdapat faktor resiko terjadinya kista ovarium menurut, (Fatkhiyah,
2019) yaitu multipara (riwayat ibu melahirkan lebih dari 2) (42,3%), usia 20 sampai 45
tahun , anemia ringan sebesar (42,3%) dan berat badan < 50kg sebesar (26,9%). Namun
menurut (Suwandi,2012 dalam Putri, 2015) menyebutkan bahwa faktor resiko dari kista
ovarium yaitu :
1. Riwayat kista ovarium terdahulu
2. Mesturasi pada usia dini (kurang dari 11 tahun)
3. Mensturasi tidak teratur
4. Penderita hipotiroid
5. Penderita kanker payudara yang pernah kemoterapi

D. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium dapat menyebabkan penimbunan atau tertumpuknya
folikel yang terbentuk tidak sempurna dalam ovarium, folikel tidak berovulasi karena
rendahnya kadar FSH dan tingginya hormon LH, dalam keadaan ini akan mengakibatkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel, folikel tersebut akan gagal dalam
mengalami pematangan dan juga gagal melepaskan sel telur sehingga kegegalan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya kista dalam ovarium serta dapat mengakibatkan
infertilitas pada wanita.

E. Tanda dan Gejala


Penyakit kista ovarium umumnya bersifat asimptomaik atau tidak bergejala, namun
beberapa wanita dapat mengalami hal tersebut Menurut (Saputri,2018) tanda dan gejala
kista ovarium diantaranya adalah :
1. Nyeri ketika mensturasi
2. Terdapat nyeri pada abdomen bagian bawah
3. Nyeri ketika berhubungan seksual
4. Nyeri pada punggung dan terkadang menjalar sampai kaki
5. Nyeri pada saat BAK maupun BAB
6. Siklus mensturasi tidak teratur
F. Penanganan
Menurut Oktavelani (2019) dalam studi penelitiannya menjeaskan penanganan yang
dapat dilakukan pada pasienn dengan kista ovarium yaitu :
1. Pemantauan rutin , dilakukan ketika tidak ada gejala dan kista masih berukuran
kecil, dilakukan melalui pemeriksaan USG setelah diketahui terdapat kista.
2. Obat-obatan, bisa dengan menggunakan obat kontrasepsi oral untuk mencegah
perkembangan kista baru dan menghentikan ovulasi,
3. Prosedur operasi, ketika kista terus berukuran besar seukuran 5 cm maka perlu
dilakukannya operasi untuk pengangkatan kista (Kistektomi atau salfingo-
ooforektomi), dan ketika kista masih berukuran kecil bisa dilakukan dengan metode
laparoskopi yaitu dengan sayatan kecil menggunakan alat laparoskop namun jika
kista berukuran besar dilakukan tindakan bedah laparotomi. Pembedahan secara
Salpingo-ooforektomi memiliki dua jenis, yakni unilateral dan bilateral. Unilateral
dilakukan untuk mengangkat ovarium dan tuba falopi yang terletak di sisi tubuh
yang sama dan berbagi suplai darah yang sama. Sebaliknya, prosedur bilateral
berupa pengangkatan ovarium dan tuba falopi tabung di sisi yang berlainan.
Sedangkan pembedahan histerektomi juga ada 2 yakni total dan radikal.
Histerektomi radikal yaitu mereka yang menjalani prosedur ini akan kehilangan
seluruh sistem reproduksi seperti seluruh rahim dan serviks, tuba fallopi, ovarium,
bagian atas vagina, jaringan lemak dan kelenjar getah bening. Histerektomi total
yaitu seluruh rahim dan serviks diangkat jika menjalani prosedur ini. Namun ada
pula jenis histerektomi total bilateral saplingoooforektomi yaitu prosedur ini
melibatkan tuba fallopi dan ovarium.

Gambar 1. Jenis pembedahan histerektomi


G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kista ovarium, meliputi
pemeriksaan panggul, ultrasonografi (USG), tes kehamilan, pemeriksaan penanda
tumor, tes darah CA 125, tes darah lainnya, CT Scan, dan MRI. Pemeriksaan
panggul dilakukan untuk melihat perubahan atau benjolan. Tes darah CA 125
dilakukan untuk megetahui apabila kista sebagian padat, dan seseorang memiliki
risiko kanker ovarium yang lebih tinggi, sedangkan tes darah lainnya digunakan untuk
mengetahui kadar LDH (lactate dehydrogenase), AFP (alfa-fetoprotein dan HCG
(human chorionic gonadotropin) yang digunakan sebagai penanda tumor untuk
memeriksa apakah kista tersebut sejenis kanker tumor sel germinal.

Gambar 4. Hasil Pemeriksaan USG


Folikel stimulating hormone (FSH) menurun Penimbunan sel folikel
dan luteinizing hormone (LH) meningkat yang tidak sempurna
dalam ovarium
Folikel tidak berevolasi, gagal mengalami
3. Pohon Masalah pematangan dan gagal melepaskan sel telur Fungsi ovarium

Kista Ovari Gangguan pembentukan hormone pada


hipotalamus, hipofisis dan juga ovarium

Pre Op Post Op

Kurang Pembesaran Penekanan Pertahanan barrier


Luka operasi
pengetahuan Ovarium abdomen kurang

Gelisah terhadap Menekan jaringan


Anoreksia Nyeri Port de entri
kondisi dan syaraf

Pembesaran Tidak steril


Ansietas Nafsu makan turun Imobilisasi ADL tergantung
Ovarium

Gangguan Defisit perawatan


Nyeri akut Defisit nutrisi Resiko infeksi
mobilitas fisik diri
4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Masalah yang mungkin muncul pada pasien dengan kista ovarium beserta data
yang perlu dikaji berdasarkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017)

1. Nyeri, dikaji karakteristik nyeri pada pasien, biasanya pada klien dengan kista
ovarium terdapat nyeri pada pada abdomen bagian bawah dan gelisah
2. Defisit nutrisi , mengkaji frekuensi mual dan muntah, catat input dan output
serta menghitung balance cairan dan timbang berat badan dan menghitung
IMT
3. Intoleransi Aktivitas, mengkaji adanya kelemahan pada tubuh klien, serta
aktivitas daily living (ADL), biasanya klien akan menglami perasaan tidak
nyaman setelah melakukan aktivitas yang berlebihan
4. Ansietas, berhubungan dengan pengetahuan klien mengenai penyakitnya, kurat
terpapar informasi mengenai kista ovarium
5. Hambatan mobilitas fisk, perlu dikaji kekuatan otot klien dan juga kemampuan
mobilisasi

5.Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (kista ovari)


b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makan
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi, merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi
e. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
f. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan
Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 Manajemen Nyeri I.03119
O:
jam, nyeri pasien menurun dan terkontrol
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi karakterisitik nyeri
meliputi lokasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri L.08066 intensitas nyeri dan skala nyeri
1) Keluhan nyeri tidak ada 2. Identifikasi faktor yang dapat
memperberat nyeri
2) Tidak meringis
T:
3) Tidak gelisah
4) Skala nyeri 0 3. Berikan teknik non farmakologis
dalam penanganan nyeri, misalnya
5) Nadi, TD, RR dalam rentang normal terapi musik dan nafas dalam
6) Pola tidur teratur 4. Kontrol lingkungan yang dapat
memperparah nyeri
E:
5. Jelaskan pada klien mengenai efek
samping obat
6. Ajarkan teknik reaksasi
K:
7. Kolaborasi pemberian analgesik
sesuai dengan dosis
2 Defisit Nutrisi Setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam Manajemen Nutrisi (I.03119)
diharapkan nutrisi klien membaik dengan O:
kriteria hasil :
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
Status Nutrisi L.03030 status gizi
1) Porsi makan dihabiskan 2. Identifikasi gangguan menelan
2) Nafsu makan membaik misalnya reflek menelan
3. Monitor mual muntah
3) Membrane mukosa tidak pucat dan
kering T:
4) Frekuensi makan membaik
4. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual
5. Berikan makanan dalam porsi sedikit
namun sering
6. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
7. Ukur berat badan
8. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
K:
9. Kolaborasi pemberian medikasi dan
penetapan nutrisi yang tepat.

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan perawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)
… x24 jam, diharapkan tingkat infeksi pasien O:
menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Tingkat Infeksi (L.14137) dan sistemik
1. Tidak ada gejala infeksi T:
2. Kebersihan tangan dan badan terjaga 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Leukosit <10.000 melakukan tidakan perawatan,
3. Pertahankan teknik aseptic
4. Perawatan luka post Op
5. Batasi jumlah pengunjung
K:
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
a) Implementasi Keperawatan
Tgal Hari dan No Implementasi Keperawatan Evaluasi formatif Nama dan TTD
Jam Dx
Hari dan 1 Pengertian implementasi Pengertian evaluasi formatif : Nama dan ttd
jam ditulis keperawatan : Evaluasi formatif (proses) adalah perawat
pada saat Implementasi keperawatan aktivitas dari proses keperawatan dan
akan adalah serangkaian kegiatan hasil kualitas pelayanan asuhan
melakukan yang dilakukan oleh perawat keperawatan. Evaluasi proses harus
implementa untuk membantu klien dilaksanakan segera setelah
si mengatasi masalah pada status perencanaan keperawatan yang
kesehatan yang dihadapi sesuai diimplementasikan untuk mrmbantu
dengan kriteria hasil yang menilai efektivitas evaluasi tersebut.
ditentukan oleh perawat. Evaluasi proses yaitu respon klien
Implementasi keperawatan setelah dilakukan implementasi
dilakukan sesuai dengan keperawatan, evaluasi formatif ini
rencana keperawatan dan harus terus dilakukan sampai tujuan
diagnosa keperawatan yang yang telah ditentukan tercapai
telah ditentukan sesuai masalah
kesehatan klien. Implementasi
keperawatan ada beberapa jenis
seperti observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi

b) Evaluasi Keperawatan

Tanggal Jam No Evaluasi Sumatif Nama &


DX TTD
Tanggal Evaluasi sumatif 1 Pengertian Evaluasi Sumatif :
evaluasi biasanya Evaluasi sumatif (hasil) adalah rekapitulasi dan kesimpulan
NN
dilakukan 3 jam dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu dan
Nindya
setelah tujuan. Evaluasi sumatif ditulis pada catatan perkembangan
dilaksanakan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini
implementasi dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Evaluasi sumatif biasanya menjelaskan tercapai
atau tidaknya status kesehatan klien. Penentuan masalah
teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi adalah dengan
cara membandingkan SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ditetapkan.
S(Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang di
dapat dari klien setelah diberi tindakan keperawatan
O(Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah dilakukan tindakan keperawaan
A(analisis): adalah mebandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan kriteria hasil kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian dan
tidak teratasi
P(planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa diatas sehingga akan
dibuat rencana lanjutan ketika masalah tidak teratasi dan
mengehnetikan planning ketika rencana sudah teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Fatkhiyah, N. 2019. Faktor resiko kejadian kista ovarium pada wanita usia reproduksi
di rskia kasih ibu kota tegal. Bhamada, JITK. 10:1.

Herawati, A., L. Kusumawati, dan A. Hidayat. 2019. Hubungan siklus menstruasi


dengan angka kista ovarium pada pasien rsud “x” banjarmasin anita. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan. 10(1):8, 9.

Oktavelani, D. A. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. I Dengan


Diagnosa Medis Kista Ovarium + Post Operasi Tah – Bso + Adhesiolisis + Iud
Missing Tail Hari Ke 1 Di Ruang E2 Rumah Sakit Dr. Ramelan : Surabaya
STIKES Hangtuah Surabaya.

Putri, Crishna. 2015. Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Mencegah Kista Ovarium.:
Universitas Lampung, Fakultas Keddokteran

Saputri, U. 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi


Kepada Ny. S dengan Kista Ovarium di RSUD Labuang Baji Makasar tanggal
18-22 Juli Tahun 2018.UIN Alaudin Makassar: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional Indonesia.

Willy, Tjin. 2019. Penyebab Kista Ovarium: https://www.alodokter.com/kista-


ovarium/penyebab (diakses pada 19 april 2020

Anda mungkin juga menyukai