Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SECTIO CAESSAREA (SC)


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG
KILISUCI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Oleh :
DIAH AYU MUNAWAROH
17.2.05.01.0010

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS (FIKS)


UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA
KEDIRI
2019
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SECTIO CAESSAREA (SC)


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG
KILISUCI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Diajukan Untuk Penulisan Tugas Akhir Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md. Kep.) Pada Jurusan
Program Studi D-III Keperawatan FIK UN PGRI Kediri

OLEH:

DIAH AYU M

NPM: 17.2.05.01.0010

FAKULTAS ILMU KESEHATAN & SAINS

UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK


INDONESIA

UN PGRI KEDIRI

2019
i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : DIAH AYU MUNAWAROH

Jenis kelamin : PEREMPUAN

Tempat ,tanggal lahir : Ngawi, 24-11-1999

NPM :17.2.05.01.0010

Fak/ Prodi : Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains / Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di institusi lain dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang
pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali yang sengaja dan tertulis mengacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kediri, 03/01/2020

Yang menyatakan,

Diah Ayu Munawaroh

NPM : 17.2.05.01.0010

ii
MOTTO

“”

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Cedera Otak Ringan (nur arif dan kusuma

iv
Proposal Tugas Akhir

Oleh :

DIAH AYU MUNAWAROH


NPM: 17.2.05.01.0010

Judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SECTIO CAESSAREA (SC)


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG
KILISUCI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Telah diseminarkan dan disetujui untuk dilanjutkan guna penulisan tugas akhir
Program Studi D-III Keperawatan FIKS UN PGRI Kediri

Tanggal :

Dosen Pembimbing Seminar

NIDN :

Menyetujui,

Ketua Program Studi

NIDN

v
Tugas Akhir Oleh :

DIAH AYU MUNAWAROH


NPM: 17.2.05.01.0010

Judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SECTIO CAESSAREA (SC)


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG
KILISUCI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Tugas Akhir Program Studi
D-III Keperawatan FIKS UN PGRI Kediri

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

NIDN . NIDN .

vi
Tugas Akhir Oleh :

DIAH AYU MUNAWAROH


NPM: 17.2.05.01.0010

Judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SECTIO CAESSAREA (SC)


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG
KILISUCI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Tugas Akhir Program Studi
D-III Keperawatan FIKS UN PGRI Kediri

Tanggal:

Dan Dinyatakan telah meemenuhi Persyaratan


Panitia penguji
1. Ketua :
2. Penguji I :
3. Penguji II :

Mengetahui,
Dekan FIKS

NIDN.

KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa,
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir ini.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari standart ilmu


pengetahuan dan logika serta prinsip-prinsip ilmiah yang tidak lepas dari
bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Rektor UN PGRI Kediri yang selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa.

2. Dekan FIKS

3.

4. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak lain yang


tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu
menyelesaikan proposal ini.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tugas akhir ini ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang sifatnya
membangun sebagai masukan dalam perbaikan tugas akhir ini. Akhirnya
penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
semua. Amin

Kediri, 03-01-2020

DIAH AYU MUNAWAROH


NPM: 17.2.05.01.0010

viii
BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio Caessarea (SC) adalah tindakan untuk melahirkan bayi


melalui pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2015). Sectio
caessaria (SC) adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nurarif & Kusuma,
2015). Tindakan Sectio cassarea (SC) merupakan salah satu alternatif bagi
seorang wanita dalam memilih proses persalinan di samping adanya
indikasi medis dan indikasi non medis, tindakan SC akan memutuskan
kontinuitas atau persambungan jaringan karena insisi yang akan
mengeluarakan reseptor nyeri sehingga pasien akan merasakan nyeri
terutama setelah efek anastesi habis. Rasa nyeri dapat menimbulkan
stressor dimana individu berespon secara biologis dan hal ini dapat
menimbulkan respon perilaku fisik dan psikologis (Manuaba, 2015).

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata


persalinan operasi sesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per
1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan
operasi sesar di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2011- 2013) yaitu
110.000 per kelahiran diseluruh Asia.Data Riskesdas 2013 menunjukkan
kelahiran bedah SC di Indonesia sebesar 9.8 % Angka kejadian SC di
Provinsi Jawa Timur berjumlah 1089 orang dan tahun 2015 menjadi 1.141
orang, (Depkes RI Provinsi Jawa timur, 2016). Berdasarkan data yang
diambil dari catatan RSUD Gambiran Kota Kediri tahun ... tercatat data ...
ibu bersalin. Jumlah pasien bersalin normal sebanyak ... orang, ibu
bersalin dengan SC sebanyak ... orang, dan sisanya terdiri dari ibu bersalin
dengan vakum ekstraksi dan episiotomy. Tahun ... jumlah pasien yang
bersalin dengan SC yaitu ... orang. Peningkatan jumlah SC menjadi
perhatian peneliti karena pasien akan merasakan nyeri. Tindakan SC ini

1
2

akan menyebabkan nyeri yang akan mengganggu aktifitas sehari hari


pasien.

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri


timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini menyebabkan individu bereaksi
dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Tazkiyah, 2014). Nyeri yang
dirasakan klien merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi sectio
caesarea yang dilakukan. Sekitar 60% klien menderita nyeri hebat, 25%
nyeri sedang dan 15% nyeri ringan (Nugroho, 2014). Masalah nyeri
tersebut, maka seseorang akan cenderung malas dan takut untuk
beraktivitas, apabila hal tersebut tidak segera ditangani dapat
menyebabkan deep vein thrombosis potensi penurunan kekuatan otot-otot
perut, penurunan kemampuan fungsional dikarenakan adanya nyeri dan
kondisi ibu yang masih lemah (Basuki, 2014).
Penatalaksanaan nyeri dalam menangani klien dengan post sectio
caesarea adalah dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Penatalaksanaan dengan farmakologi yaitu dengan pemberian analgesik.
Sedangkan, penatalaksanaan dengan non farmakologi yaitu terdiri dari
berbagai tindakan mencakup intervensi perilaku dan kognitif
menggunakan agen-agen fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik
saraf kulit, akupuntur dan pemberian placebo. Intervensi perilaku kognitif
meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing,
hipnotis, sentuhan terapiutik (Bernatzky, 2011) dan pada klien post sectio
caesarea disarankan untuk melakukan ambulasi dini (Puji, 2016).

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
ibu yang mengalami post sectio caesaria dengan nyeri akut di Ruang
kilisuci RSUD Gambiran kota Kediri.
3

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada post Sectio Caesaria dengan


nyeri akut di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran Kota Kediri?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan tentang post Sectio Caesaria melalui


pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien post Sectio Caesaria

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post Sectio


Caesaria

c. Mampu membuat intervensi keperawatan yang muncul pada pasien


post Sectio Caesaria

d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien post Sectio


Caesaria

e. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah


dilakukan pada pasien post Sectio Caesaria

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukkan dalam kegiatan proses belajar mengajar


tentang asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesaria sehingga
dapat digunakan sebagai acuan praktik klinik para mahasiswa

2. Bagi Institusi Rumah Sakit


4

Sebagai masukkan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan khususnya


pada pasien post sectio caesaria

3. Bagi Pasien

Sebagai sarana untuk memperbanyak pengetahuan pasien tentang post


sectio caesaria

4. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk memperbanyak pengetahuan di bidang ilmu


maternitas khususnya pada pasien post sectio caesaria.

Misalnya diharapkan dengan tehnik relaksasi yang diajarkan ke pasien


mampu mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka post
sectio caesaria (SC).
5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP SECTIO CAESSAREA

1. Definisi
Sectio Caessarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui
pembedahan abdomen dan dinding uterus. (Nugroho, 2015). Sectio
caessarea adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dindinh uterus melalui dinding depan perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tindakan Sectio cassarea (SC) merupakan salah satu alternatif bagi
seorang wanita dalam memilih proses persalinan di samping adanya
indikasi medis dan indikasi non medis, tindakan SC akan memutuskan
kontinuitas atau persambungan jaringan karena insisi yang akan
mengeluarakan reseptor nyeri sehingga pasien akan merasakan nyeri
terutama setelah efek anastesi habis. Rasa nyeri dapat menimbulkan
stressor dimana individu berespon secara biologis dan hal ini dapat
menimbulkan respon perilaku fisik dan psikologis (Manuaba, 2015)
2. Etiologi

a. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para


tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sevalo pelvik
(disproporsi janin/panggul), adasejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama
pada primigravida, solutsio plasenta pada tingkat I-II, komplikasi
kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia, atas permintaan
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM) gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

5
6

b. Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distres/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi


kedudukan janin, prolapus kedudukan tali pusat dengan pembukaan
kecil kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi (Nurarif &
Kusuma, 2015).

3. Manifestasi klinis

a. Plasenta pervia sentralis dan lateralis (posterior).

b. Panggul sempit.

c. Disporsi sepalopelvik yaitu ketidak seimbangan antara ukuran


kepala dan ukuran panggul.

d. Rupture uteri mengancam.

e. Partus lama (prolonged lapor).

f. Partus tak maju (obstructed labor).

g. Distosia serviks.

h. Pre-ekamsia dan hipertensi

1) Letak lintang

2) Letak bokong

3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)

4) Presentasi rangkap jikareposisi tidak berhasil

5) Gemeli

(Nurarif & Kusuma, 2015).


7

4. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan


yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
Cephalopelvik Disproportion, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan
yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga
akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Efek anestesi juga dapat
menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi. Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post SC, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan
efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat menimbulkan masalah
ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi (Nurarif & Kusuma, 2015).
8

5. Pathway Sectio Caessarea (SC)

SECTIO CAESSAREA (SC)

Post op Sc

Jaringan terputus Jaringan terbuka post anasthesi

Merangsang area sensorik Proteksi kurang


Penurunan medulla
oblongata
Gangguan rasa nyaman Invasi bakteri
Penurunan refleksi batuk

MK : Nyeri MK : Resiko infeksi Akumulasi sekret


akut
MK : Bersihan jalan
nafas tidak efektif

Penurunan kerja pons

Penurunan kerja otot


elimenasi

Penurunan peristaltik
usus

MK : Konstipasi

Keterangan : MK (masalah keperawatan)

Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015


9

6. Jenis-jenis Sectio Caessarea (SC)

1. Sectio caesarea transperitonealis profunda

Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen


bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang.

2. Sectio caesarea klasik atau sectio caesaria korporal

Pada Sectio caesarea klasik ini di buat kepada korpus uteri,


pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya dilakukan apabila
ada halangan untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis
profunda. lnsisi memanjang pada segmen atas uterus.

3. Sectio caesarea ekstra peritoneal

Sectio caesarea ekstra peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi


bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahn ini sekarang tidak banyak setelah
dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa


bersifat regional dan umum. Anestesi ini dapat mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah
diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap
10

untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari


mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Prawirohardjo, 2009).

7. Penatalaksanaan Sectio Caessarea (SC)

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi. maka pemberian


cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandmg eleklrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya Dextrose l0% garam dan
RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah dlberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus


Ialu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan Jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6
sampai 10 Jam pasca operasi, berupa air putih dan air the.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 jam setelah operasi.

2. Latihan pernafasan dapat dilalukan penderita sambil tidur


terlentang sedini mungkin setelah sadar.
11

3. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5


menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembusknnnya.

4. Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi


setengah duduk (semifowler).

5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari. pasien dianjurkan


belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke 5 pasca operasi

d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada pederita. Menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. kateter biasanya terpasang 24-48 Jam atau lebih lama Iagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan.

1) Antibiotic

2) Analgetik dan obat untuk memperlancarkerja saluran pencernaan

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

Untuk mengetahui kondisi bayi didalam kandungan, dengan mengukur


perut untuk mengukur tinggi puncak rahim atau fundus, memantau
frekuensi jantung, dan memantau gerakan bayi dalam kandungan mulai
dapat dirasakan sejak usia kehamilan memasuki 20 minggu.

b. Pemantauan EKG (Elektrokardiogram)

Grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiogram, yang merekam


aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
12

c. Elektrolit

Suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk io-ion dan selanjutnya
larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom
bermuatan elektrik.
d. Hemoglobin/Hematokrit

Merupakan komponen dalam sel darah merah yang berperan penting


untuk meningkat oksigen dalam darah. Ketika tubuh kekurangan
hemoglobin maka akan terjadi anemia yang dapat menimbulkan
sejumlah keluhan gangguan kesehatan.
e. Golongan darah

Ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau


tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membrane sel darah
merah.
f. Urinalisis

Merupakan tes urine yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui


kondisi kesehatan seseorang.
g. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

Prosedur untuk menguji cairan kebutuhan (amino) yang ada dirahim


wanita hamil.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
13

B. KONSEP NYERI

1. Pengertian nyeri

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional


yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international association for the study of pain) yang
tiba-tiba atau lambat dari ntensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6
bulan (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Etiologi nyeri

Adapun etiologi nyeri yaitu :


a. Agen pencedera fisiologis misalnya : inflamasi, iskemia,
neoplasma
b. Agen pencedera kimiawi misalnya : terbakar, terkena bahan kimia
iritan
c. Agen pencedera fisik misalnya : abses, amputasi, trauma, latihan
fisik berlebihan, mengangkat benda berat, operasi
d. Kehamilan
(Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2O17)
3. Klasifikasi nyeri

Klasifikasi yang dikembangkan oleh The International Association for


the Study of Pain (IASP) didasarkan pada lima aksis yaitu:

Aksis I : regio atau lokasi anatomi nyeri

Aksis II : sistem organ primer di tubuh yang berhubungan


dengan timbulnya nyeri

Aksis III : karekteristik nyeri atau pola timbulnya nyeri


(tunggal, reguler, kontinyu)
14

Aksis IV : awitan terjadinya nyeri

Aksis V : etiologi nyeri

Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Nyeri akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini
ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti : takikardi,
hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan wajah :
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa:
1) Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
2) Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan
jaringan ikat
3) Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral
(Price dan Wilson, 2009) dalam judha (2012)
b. Nyeri kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda2 aktivitas
otonom kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang
tetap bertahan sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau
awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan. Nyeri
ini disebabkan oleh :
1) Kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2) Non kanker akibat trauma, proses degenerasi dll
4. Pengukuran intensitas nyeri
a. Verbal Rating Scale (VRSs)
Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri
yang dirasakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang
menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang
ada. Metoda ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari
saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini
menjadi beberapa kategori nyeri yaitu:
1) tidak nyeri (none)
2) nyeri ringan (mild)
3) nyeri sedang (moderate)- nyeri berat (severe)
4) nyeri sangat berat (very severe)
b. Numerical Rating Scale (NRSs)
Metoda ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari
intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri
15

yang dirasakan dari angka 0-10. ”0”menggambarkan tidak ada nyeri


sedangkan ”10” menggambarkan nyeri yang hebat.
c. Visual Analogue Scale (VASs)
Metoda ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri.
Metoda ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan
keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai
angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Keuntungan menggunakan metoda ini adalah sensitif untuk mengetahui
perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
d. McGill Pain Questionnaire (MPQ)
Metoda ini menggunakan check list untuk mendiskripsikan gejala-gejal
nyeri yang dirasakan. Metoda ini menggambarkan nyeri dari berbagai
aspek antara lain sensorik, afektif dan kognitif. Intensitas nyeri
digambarkan dengan merangking dari ”0” sampai ”3”.
5. Penatalaksanaan nyeri

Penatalaksanaan nyeri dalam menangani klien dengan post sectio caesarea


adalah dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan
dengan farmakologi yaitu dengan pemberian analgesik. Sedangkan,
penatalaksanaan dengan non farmakologi yaitu terdiri dari berbagai tindakan
mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agen-agen fisik
meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur dan pemberian
placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik
relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnotis, sentuhan terapiutik (Bernatzky,
2011) dan pada klien post sectio caesarea disarankan untuk melakukan
ambulasi dini (Puji, 2016).

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Konsep asuhan keperawatan menurut Rendi dan Margaareth TH , tahun 2012
meliputi:
1. Pengkajian

Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang


dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
16

pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua


sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Varney, 2009)

a. Biodata
1) Identitas
Berisi nama lengkap pasien

2) Usia/tanggal lahir
Umur sangat berpengaruh pada proses persalinan, emakin tinggi umur
seseorang akan beresiko lebih tinggi dalam persalinan. ibu yang
mempunyai resiko tinggi yaitu saat ibu umur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari umur 35 tahun sangat beresiko untuk persalinan patologis
sebagai indikasi SC.
3) Pendidikan terakhir
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
tanggapan klien terhadap instruksi yang diberikan perawat pada proses
persalinan dan perawatan post partum.
4) Pekerjaan
Pekerjaan ini dapat menggambarkan tingkat sosial ekonomi, dan data
pendukung dalam menentukan pola konsumsi yang akan dipilih selama
asuhan.

5) Suku bangsa
Suku bangsa ini dapat menggambarkan sosial budaya yang dianut oleh
klien dan keluarganya yang berkaitan dengan persalinan.
6) Alamat
Dapat menggambarkan jarak dan waktu yang akan ditempuh klien
menuju lokasi persalinan yang dapat berkaitan dengan keluhan terakhir
atau tanda persalinan saat terakhir sebelum berangkat ke lokasi
persalinan.
b. Riwayat Pasien
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada klien yang post sectio caesarea adalah merasakan
nyeri di daerah abdomen. Nyeri tersebut seperti tertusuk-tusuk ataupun
17

diiris-iris, nyeri bisa berkurang bahkan bertambah, skala nyeri yang


dirasakan tergantung respon individu masing-masing.
2) Riwayat kebidanan
Acuan untuk memprediksi adakah kesulitan dalam proses persalinan.
3) Menstruasi
a) Menarche
Menarche meruapakn usia pertama kali menstruasi. Untuk wanita di
Indonesia umunya saat umur 12-16 tahun, tetapi dapat lebih awal
atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor gizi.
b) Siklus
Siklus menstruasi merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, biasaya sekitar 23-32 hari.
c) Volume
Menjelaskan tentang seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan.
d) Keluhan
Keluhan yang dirasakan saat menstruasi, seperti dismonore.

c. Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui beberapa data yang pentng seperti apakah klien pernah
mengalami penyakit jantung, ginjal, anemia, diabetes mellitus, hepatitis,
hipertensi atau hipotensi.
d. Riwayat Psikologi
Periode adaptasi psikologi masa nifas ada 3 yaitu :
1) Periode Taking in
Periode Taking in merupakan 24 jam pertama dengan rentang 1
sampai 2 hari setelah melahirkan dimana ibu masih pasif dan
tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan seperti
kenyamanan, istirahat, makanan, bersemangat dan aktif berbicara.
2) Taking Hold Period
Periode ini pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu menjadi
berkonsentrasi pada kemampuannya menjadi ibu sukses dan
tanggung jawab sepenuhnya dalam perawatan bayinya.
3) Letting Go Period
Periode ini dialami oleh ibu setelah tiba dirumah dan secara penuh
merupakan waktu pengaturan.
18

e. Riwayat Keluarga Berencana


Nurhayati (2009) dalam Afifah (2018) menyatakan bahwa dalam
pemakaian kontrasepsi suntik yang baik 3 bulan, sbaiknya dipakai dlam
rentan waktu kurang lebih 2 tahun, setelah penggunaan lebih dari 2 tahun
perlu dipertimbangkan untuk menggunakan kontrasepsi yang lain.
f. Status Perkawinan
Data ini akan menggambarkan mengenai masalah suasana rumah tangga
pasanngan serta kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi
persalinan. Data yang ditanyakan :
1) Usia pertama kali nikah
2) Status pernikahan sah atau tidak
3) Lama pernikahan
4) Perkawinan sekarang adalah suami ke berapa

g. Pola makan
Diet bagi ibu post sectio caesarea adalah TKTP (tinggi kalori tinggi
protein). Ibu memerlukan 20 gram protein dan membutuhkan 2300-2700
kalori.
h. Pola minum
Pada pasien post operasi sectio caesarea boleh diberikan minum 6-10 jam
setelah operasi berupa air putih secara sedikit demi sedikit.
i. Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien yang akan menghadapi proses
persalinan sectio caesarea karena untuk pemulihan membutuhkan waktu
kurang lebih 4-6 minggu.
j. Personal hygiene
Personal Hygiene sangat perlu karena berkaitan dengan kenyamanan
pasien dalam menjalani proses persalinan, juga sangat mempengaruhi
proses penyembuhan luka bila kebersihan luka kurang.
k. Aktivitas seksual
Data yang berkaitan dengan aktivitas seksual :
1) Keluhan
2) Frekuensi
3) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual
l. Keadaan lingkungan
Keadaan ligkungan sangat mempengaruhi status kesehatan keluarga.
m. Respon keluarga terhadap persalinan
19

Dalam menlakukan pengkajian data ini dapat bertanya pada pasien dan
keluarga, karena dengan ekspresi wajah dapat memberi petunjuk
bagaimana respon keluarga terhadap kelahiran ini.
n. Respon klien terhadap bayinya
Dalam mengkaji dapat bertanya kepada pasien tentang bagaimana
perasaan pasien terhadap kehamilan dan kelahirannya.

o. Respon suami terhadap kehamilan ini


Jika suami memberikan respon yang positif terhadap istri dan anak, maka
akan menjadi penguat yang positif bagi psikisnya dan mempermudah
dalam perawatan pasien serta mempercepat pemulihan.
p. Pengetahuan klien terhadap persalinan
Riwayat persalinan yang lalu dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan.
q. PemeriksaanUmum
Pemeriksaan fisik menurut Wijaya (2017) meliputi :
1) Keadaan umum : kondisi klien saat pengkajian.
2) Tingkat kesadaran :
a) Komposmentis adalah kesadaran penuh baik dari lingkungan
maupun terhadap dirinya sendiri.
b) Apatis adalah keadaan klien dimana tampak acuh dan segan
terhadap lingkungan.
c) Delirium adalah keadaan klien mengalami penurunan kesadaran
disertai kekacauan motoric seta siklus tidur bangun yang
terganggu.
d) Somnolen adalah keadaan klien mengantuk yang dapat pulih
jika dirangsang, tetapi jika rangsangan berhenti klien tidur
kembali.
e) Spoor adalah keadaan klien mengantuk sangat dalam.
f) Semi koma adalah keadaan klien yang tidak memberikan
respon terhadap rangsangan verbal, serta tidak mampu
dibangunkan sama sekali, tetapi respon terhadap nyeri tidak
adekuat serta reflek pupil masih baik.
20

g) Koma adalah keadaan klien mengalami penurunan kesadaran


yang sangat dalam, tidak terdapat respon nyeri serta tidak ada
gerakan spontan.
3) Tekanandarah : untuk mengetahui klien mengalami hipertensi atau
tidak. Nilai normal tekanan darah adalah sistolik 100-140 mmHg dan
diastolic kurang dari 85 mmHg.
4) Suhu : untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh normal atau
tidak pada klien post section caesarea dengan nilai normal 36,5-37,5
derajat celcius.
5) Nadi : untuk mengetahui nadi pada klien post section caesarea
dengan nilai normal 60-100 kali per menit.
6) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan pada klien post
section caesarea yang dihitung dalam 1 menit dengan nilai normal 16
– 20 kali per menit.
r. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : meliputi bentuk wajah simetris atau tidak, keadaan rambut
dan keadaan kulit kepala.
2) Muka : tampak pucat dan tampak menahan sakit.
3) Mata : meliputi anemis atau tidak, bersih atau kotor, untuk
mengetahui adanya gangguan atau tidak.
4) Hidung : meliputi ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk
mengetahui adanya gangguan jalan.
5) Gigi : meliputi keadaan bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk
mengetahui kecukupan kalsium.
6) Lidah : melputi keadaan bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi
yang mengarah pada penyakit tertentu seperti tifoid.
7) Bibir : meliputi keadaan bibir pecah atau tidak, ada stomatiis atau
tidak, untuk mengetahui kecukupan vitamin dan mineral.
8) Telinga : meliputi keadaan telinga bersih atau kotor, ada peradangan
dan benjolan atau tidak, untuk mengetahui adanya tanda infeksi atau
tumor.
9) Payudara : meliputi bentuk payudara simetris atau tidak, bersih atau
kotor, ada retraksi atau tidak, untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan payudara.
10) Abdomen : meliputi adanya luka bekas operasi atau tidak, simetris
atau tidak.
21

11) Dada : meliputi adanya jejas atau tidak, adanya suara tambahan atau
tidak, bentuk simetris atau tidak.
12) Genetalia eksternal : meliputi ada oedema atau tidak, adanya
pembengkakan kelenjar atau tidak, adakah pembentukan lochea dan
apa warnanya.
13) Ekstremitas : meliputi adanya vvarises atau oedema pada tangan dan
kaki atau tidak, bentuk simteris atau tidak, ada gangguan atau tidak.
Pemeriksaan Head to toe terdapat 4 macam tindakan yaitu :
1) Inspeksi : pemeriksaan dengan melihat secara visual dari kepala
hingga kaki
2) Palpasi : pemeriksaan secara perabaan, pada pemeriksaan ini hanya
diperiksa pada perut adakah massa, nyeri tekan dan bagaimana
keadaan umum
3) Perkusi : pemeriksaan dengan mengetuk bagian permukaan tubuh
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
4) Auskultasi :pemeriksaan dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop.
s. Data penunjang
Data penunjang post sectio caesarea menurut Nurarif & Kusuma (2015)
dalam Wijaya (2017) antara lain :
1) Pemantauan EKG
2) Elektrolit
3) Hemoglobin atau hematokrit dan golongan darah
4) Pemeriksaan sinar X sesuai ndikasi
22

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun pontensial (Tim pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Diagnosis dalam masalah post section caesarea meliputi:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (miss, prosedur
operasi)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat

(Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2O17)

3. Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan


oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien
individu, keluarga dan komunitas. (Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2017)
Tabel 2.1
Diagnosis keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
Nyeri akut berhubungan Tujuan : Setelah Observasi
dengan agen pencedera diberikan tindakan 1.Identifikasi lokasi
fisik (miss, prosedur keperawatan diharapkan karakterisrik, kualitas,
operasi) ketidaknyamanan nyeri dan intensitas nyeri
berkurang atau hilang 2.Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : 3.identifikasi faktor yang
1.Mengungkapkan memperberat dan
kekurangan rasa nyeri memperingan nyeri
2.Mampu melaporkan 4.Identifikasi pengaruh
23

perubahan gejala nyeri nyeri pada kualitas hidup


3.Pasien tidak 5.Monitor efek samping
menunjukkan tanda non penggunaan analgetik
verbal terkaik nyeri Terapiutik
4.Tanda-tanda vital dalam 1.Berikan teknik
rentang normal nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(miss. Hypnosis, terapi
musik, kompres hangat
atau kompres dingin)
2.Kontrol longkungan
yang memperberat rasa
nyeri (miss. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3.Fasilitasi istirahat dan
tidur
4.Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihanstrategi
meredakan nyeri
Edukasi
1.Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4.Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
24

Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

Resiko infeksi Tujuan : Setelah Observasi


berhubungan dengan efek diberikan tindakan 1.Monitor tanda dan
prosedur invasif keperawatan diharapkan gejala infeksi lokal dan
tidak terjadi tingkat sistematik
infeksi pada pasien
Kriteria hasil :
Terapiutik
1.Kebersihan tangan
1.Batasi jumlah
cukup meningkat
pengunjung
2.Kebersihan badan
2.Berikan perawatan kulit
cukup meningkat
pada area edema
3.Letargi sedang
3.Cuci tangan sebelum
4.Kultur area luka cukup
dan sesudah kontak
membaik
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4.Pertahankan tehnik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1.Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2.Ajarkan mencuci
tangan dengan benar
3.Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
4.Anjurkan meningkatkat
25

asupan nutrisi dan cairan


Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
Bersihan jalan nafas tidak Tujuan : Setelah Observasi
efektif berhubungan diberikan tindakan 1.Auskultasi suara nafas
dengan spasme jalan keperawatan diharapkan sebelum dan sesudah
nafas bersihan jalan nafas dilakukan penghisapan
pasien membaik tidak 2.Monitor status
terakumulsi dengan secret oksigenasi, status
Kriteria hasil : neurologis dan status
1.Batuk efektif cukup hemodinamik sebelum,
membaik selama dan setelah
2.Dispnea cukup tinsakan
membaik 3.Monitor dan catat
3.Frekuensi napas cukup warna, jumlah dan
membaik konsistensi secret
4.Pola nafas cukup Terapiutik
membaik 1.Gunakan teknik aseptik
(gunakan sarung tangan,
kaca mata atau masker)
2.Gunakan prosedur steril
dan disposibel
3.Gunakan teknik
penghisapan tertutup
4.Berikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi
5.Lakukan penghisapan
lebih dari 15 detik
6.Hentikan penghisapan
dan berikan terapi
26

oksigen jika mengalami


kondisi seperti bradikardi,
penurunan saturasi
7.Lakukan kultur dan uji
sesitifitas secret, jika
perlu
Edukasi
1.Anjurkan melakukan
teknik napas dalam,
sebelum melakukan
penghisapan
2.Anjurkan bernapas
dalam dan pelan selama
insersi kateter suction
Konstipasi berhubungan Tujuan : Setelah Observasi
dengan ketidakcukupan diberikan tindakan 1.Periksa tanda dan gejala
asupan serat keperawatan diharapkan konstipasi
eliminasi fekal membaik 2.Periksa pergerakan
Kriteria hasil : usus, karakteristik feses
1.Kontrol pengeluaran
(konsistensi, bentuk,
feses meningkat
volume, dan warna)
2.Distensi abdomen
3.Identifikasi faktor
menurun
resiko konstipasi (miss,
3.Nyeri abdomen
obat-obatan, tirah baring,
menurun
diet rendah serat)
4.Konsistensi feses
Terapiutik
membaik
1.Anjurkan diet tinggi
serat
2.Lakukan masase
abdomen, jika perlu
3.Lakukan evakuasi feses
27

secara manual, jika perlu


Edukasi
1.Jelaskan etiologi
masalah dan alasan
tindakan
2.Anjurkan peninkatan
asupan cairan
3.Latih buang air besar
secara teratur
4.Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan tim
medis tentang penurunan
atau peningkatan
frekuensi suara usus
2.Kolaborasi penggunaan
obat pencahar, jika perlu

4. Implementasi keperawatan
28

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapan terhadap
perubahan diri pasien dan menilai sejauh mana masalah pasien dapat
diatasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penulisan
Desain yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi
kasus yaitu studi yang mengeksplorasikan suatu masalah atau fenomena
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu
dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau
individu.
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Post Sectio Caesarea dengan
Nyeri Akut di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran Kota Kediri.
B. Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah ibu post sectio caesarea
dengan nyeri akut di ruang Kilisuci RSUD Gambiran Kota Kediri.

Masalah nyeri pada kasus ini merupakan masalah yang wajar dan
sering dirasakan oleh ibu post sectio caesarea
C. Partisipan
Partisipasi yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien
Post Sectio Caesarea dengan Nyeri di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran
Kota Kediri.
D. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penulisan
Tempat penelitian ini adalah di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran
Kota Kediri.
2. Waktu penulisan
Tanggal ... - ... 2020

E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu metode yang dilakukan untuk
mengumpulkan data dan memperoleh informasi yang lengkap dengan cara
melakukan yanya jawab langsung dengan anggota keluarga dari klien.
1. Wawancara

29
30

Pengkajian pada klien dengan anamnesis mengenai identitas klien,


keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang meliputi Head To Toe dengan menggunakan teknik
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3. Studi dokumentasi
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan yang relevan seperti
Laboratorium, rontgen.
F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan dengan :
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan
Untuk mendapat hasil yang lebih valid, penulis melakukan
pengamatan / tindakan dari jam ... sampai jam ... dari tanggal ... sampai
tanggal ..2020.
2. Sumber informasi
Sumber informasi tambahan yang di gunakan oleh penulis yaitu klien,
keluarga klien dan perawat ruangan yang berkaitan dengan masalah
yang sedang ditulis.
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis
yang di gunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban yang
diperoleh dari hasil interpretasi wawancara, hasil observasi dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil Wawancara, Observasi dan
dokumentasi
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan
menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
31

3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif.
4. Kesimpulan
Kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan, dibahas dan
dibandingkan dengan hasil penelitian yang sebelumnya secara teoritis.
Dilakukan dengan metode induksi.
H. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Sebelum pengambilan data dlakukan, penulis memperkenalkan diri
dan mempersiapkan lembar persetujuan yang meliputi penjelasan
mengenai studi kasus. Menjelaskan mengenai tujuan penulisan,
menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah memberikan
penjelasan, penulis meakukan persetujuan sesuai dengan responden
tentang dilakukannya penulisan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penulis melindungi hak dan privasi responden, nama tidak
digunakan serta menjaga responden, penulisannya menggunakan inisial.

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua data atau informasi yang diberikan klien kepada penulis
akan dirahasiakan.
32
DAFTAR PUSTAKA

Bernatzky. 2011. Jenis-jenis Terapi Terhadap Tingkat Nyeri Akut. Jurnal


Keperawatan. (Online), tersedia di
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/148 Diunduh tanggal 07
Oktober 2019
Depkes RI. 2016. Angka kejadian Sectio Caesaria Di Jawa Timur.
(Online), tersedia di http://www.depkes.go.id Diunduh tanggal 07 Oktober 2019
Dr. Taufan Nugroho. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak,
Bedah, Penyakit dalam. Nuha Medika : Yogjakarta
Judha, dkk. 2012. Teori pengukuran nyeri & nyeri persalinan. Nuha
Medika : Yogyakarta
Manuaba, I, G, B. 2015. Pengantar kuliah obsterti. Jakarta: EGC
Prawihardjo, Sarwono. ss2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Post Sectio
Caesaria hal 112. Media Action : Jogjakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2O17. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Jakarta
Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2O17.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Jakarta
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2O17. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai