Anda di halaman 1dari 93

RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS

NYERI POST SECTIO CAESAREA DIRUANG MELATI 2A RSUD DR


SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ners

RESTI YANTI
NIM : 221FK09017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DIRUANG MELATI 2A

RSUD DR SOEKARDJO K0TA TASIKMALAYA

NAMA : RESTI YANTI

NIM : 221FK09017

Telah Disetujui Untuk Diajukan Pada Sidang Akhir Pada Program Pendidikan

Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana

Menyetujui:

Pembimbing

Ns. Ai Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Program Pendidikan Profesi Ners Ketua

Ns. Hilman Mulyana, S.Kep., M.Kep., Pd.D


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : : RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI POST SECTIO CAESAREA DIRUANG MELATI 2A

RSUD DR SOEKARDJO K0TA TASIKMALAYA

NAMA : RESTI YANTI

NIM : 221FK09017

KIAN ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Dewan

Penguji KIAN Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Pada Tanggal

Mengesahkan Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana

Pembimbing penguji

Ns. Ai Rahmawati, S.Kep., M.Kep

Fakultas Keperawatan Dekan

R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

a. Karya Ilmiah Akhir saya dalma laporan ini, adalah asli dan belum

pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ners) baik

dari Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana maupun di

perguruan tinggi lain

b. Karya Ilmiah Akhir ini adalah murni gagasan, rumusan dan

penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim

pembimbing.

c. Dalam Karya Ilmiah Akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara

tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, maka saua bersedia menerima sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di Universitas Bhakti Kencana.

Tasikmalaya,…………………2023

Yang Membuat Pernyataan

Materi Rp 10.000

RESTI YANTI

NIM : 221FK09017
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

KIAN, JULI 2023

RESTI YANTI

221FK09017

RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS

NYERI POST SECTIO CAESAREA DIRUANG MELATI 2A RSUD DR

SOEKARDJO K0TA TASIKMALAYA

ABSTRAK

xi Bagian awal+ V Bab + 92 Halaman + 4 lampiran + 7 Tabel + 3 Gambar

Masalah yang sering timbul setelah operasi sectio caesarea adalah nyeri. Akibat

dari nyeri akan menimbulkan rasa tidak nyaman, mengganggu aktivitas sehari-

hari dan berbagai masalah terhadap ibu maupun bayi. Penanganan post sectio

caesarea dapat menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi

non farmakologis salah satunya dengan terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari.

Tujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan pemberian

teknik relaksasi genggam jari untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post

sectio caesarea dengan metode studi kasus pendekatan asuhan keperawatan. Data

dikumpulkan melalui pengukuran skala nyeri menggunakan Numerical Rating

Scale (NRS) sebelum dan sesudah intervensi genggam jari. Implementasi yang

dilakukan kepada Ny. A relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC
yang dilakukan selama 3 hari 1x1 dalam 1 hari intervensi. Hasil didapatkan data

fokus ibu mengeluh nyeri pada luka post SC sehingga muncul masalah

keperawatan nyeri kemudian dilakukan tindakan keperawatan dengan terapi

teknik relaksasi genggam jari. Untuk mengetahui skala nyeri dilakukan

pengukuran dengan NRS sebelum dan sesudah intervensi. Dan adanya penurunan

skala nyeri dari 5 (1-10) menjadi 1 (1- 10). Kesimpulan teknik relaksasi genggam

jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea. Saran

diharapkan perawat dapat melakukan teknik relaksasi genggam jari sebagai salah

satu alternative penurunan nyeri pada ibu post sectio caesarea

Kata Kunci : Teknik Relaksasi Genggam Jari, Nyeri, Post sectio caesarea

Pustaka : 18 (2018 – 2022


FACULTY OF HEALTH SCIENCES NERS

PROFESSIONAL STUDY PROGRAM UNIVERSITY OF

BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

KIAN, JULY 2023

APPLICATION OF FINGER HANDS RELAXATION TO REDUCE POST

SECTIO CAESAREA PAIN IN THE 2A FLOOR OF MELATI ROOM DR

SOEKARDJO HOSPITAL, TASIKMALAYA CITY

ABSTRACT

xi Beginning + V Chapter + 92 Pages + 4 appendices + 7 Tables + 3 Figures

The problem that often arises after sectio caesarea surgery is pain. As a result of

pain will cause discomfort, interfere with daily activities and various problems for

both mother and baby. Treatment of post sectio caesarea can use pharmacological

and non-pharmacological therapy. One of the nonpharmacological therapies is the

finger grip relaxation technique. The aim is to provide nursing care to Mrs. A by

providing finger grip relaxation techniques to reduce pain intensity in post sectio

caesarea patients with a case study method of nursing care approach. Data was

collected by measuring the pain scale using the Numerical Rating Scale (NRS)

before and after the finger grip intervention. Implementation done to Mrs. A

finger-held relaxation to reduce post SC pain which was carried out for 3 days 1x1

in 1 day of intervention. The results obtained focused data on mothers

complaining of pain in post SC wounds so that pain nursing problems emerged

then nursing actions were carried out with finger-held relaxation technique
therapy. To determine the pain scale, measurements were made with the NRS

before and after the intervention. And there is a decrease in the pain scale from 5

(1-10) to 1 (1-10). In conclusion, finger grip relaxation techniques can reduce pain

intensity in post sectio caesarea patients. Suggestions are that nurses can perform

finger-held relaxation techniques as an alternative to reduce pain in post-sectio

caesarea mothers.

Keywords : Finger Grip Relaxation Technique, Pain, Post sectio caesarea

Literature : 18 (2018 – 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tetap disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW, berkat karunia dan hidayah-Nya pula penulis dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul “ Relaksasi Gengga

Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesare Diruang Melati 2A

Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya”

Karya Ilimiah Akhir Ners ini diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ners)

di Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. H. Mulyana, SH., M.Pd., MH. Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung;

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana;

3. R. Siti Jundiah, S.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana;

4. Ns. Asep Mulyana, S.Kep., MM., M.Kep., Ph.D selaku Kepala Cabang

Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya;

5. Ns. Hilman Mulyana, S.Kep., M.Kep., Ph.D selaku ketua Program

Pendidikan Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya;


6. Ns. Ai Rahmawati, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pemahaman dalam penyususnan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini;

7. Kedua orang tua saya ibu Aan Anisyah,Bapak saya Uca Darusman,Kaka

dan adik Sayah tercinta yang senantiasa selalu memberikan do’a yang

terbaik, dorongan, baik moril maupun materil dengan begitu tulus dan

ikhlas, serta seluruh keluarga besarku tercinta terimakasih atas do’a dan

dukungannya;

8. . Teman – teman yang telah saling mendukung dalam mempermudah

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini;

Tasikmalaya, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUN

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Sectio Caesarea (SC)

B. Konsep Nyeri

C. Asuhan Keperawatan pada pasien post SC

D. Teknik Relaksasi Genggam Jari

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Proses Keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Ny A P1A0 Post SC Hari Ke 2

B. Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari

C. Analisis Terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari

BAB V KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan

Tabel 3.1 Activiy Daily Living Ny A

Tabel 3.2 Hasil Laboratorium

Tabel 3.3 Terapi Obat

Tabel 3.4 Analisa Data

Tabel 3.5 Proses Keperawatan


TABEL GAMBAR

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale

Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah

Gambar 2.3 Skala Nyeri Bourbinaris

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses yang terjadi dimulai dari terbukanya leher

rahim hingga proses keluarnya bayi, serta plasenta melalui jalan lahir (rahim)

(Arda dan Hartaty (2021) Persalinan dibagi dalam tiga jenis yaitu : persalinan

normal, persalinan buatan, dan persalinan anjuran/induksi. Persalinan adalah

proses persalinan yang melalui vagina (pervaginam). Persalinan anjuran atau

induksi terjadi setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin, sedangkan persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya dengan forceps atau Sectio Caesarea (SC). Tindakan

SC dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan

bahaya atau akan terjadi komplikasi apabila ibu melahirkan secara pervaginam.

Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar merupakan salah satu

tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada abdomen/

laparotomi dan uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki risiko komplikasi,

terkadang SC merupakan cara terbaik untuk menjaga keselamatan ibu dan


melahirkan janin dengan selamat (Josephine, (2022)

Operasi Sectio Caesarea (SC) Menurut World Health Organization

(WHO), menyatakan standar dilakukan operasi SC sekitar 5-15%. Data WHO

dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health menunjukkan sebesar

46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan melalui SC (World Health

Organization, 2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, jumlah

persalinan dengan metode SC di Indonesia sebesar 17,6%. Indikasi

dilakukannya persalinan secara SC disebabkan oleh beberapa komplikasi

dengan persentase sebesar 23,2% diantaranya posisi janin melintang/sunsang

(3,1%), perdarahan (2,4%,) kejang (0,2%), ketuban pecah dini 2 (5,6%),

partus lama (4,3%), lilitan tali pusat (2,9%), plasenta previa (0,7%), plasenta

tertinggal (0,8%), hipertensi (2,7%), dan lainnya (4,6%) (Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

Menurut data SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun

2017, menyatakan angka kejadian persalinan di Indonesia dengan metode SC

sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal

inmenunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan melalui metode SC

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Prevalensi tindakan SC pada persalinan

sebesar 17,6 %, tertinggi di wilayah DKI Jakarta 31,3% dan terendah di Papua

6,7%. Sedangkan di Jawa Barat persalinan dengan tindakan SC yaitu 15,48%.

Persentase ibu yang melahirkan secara SC karena posisi janin melintang

3,57%, perdarahan 2,85%, kejang 0,17%, ketuban pecah dini 6,31%, partus

lama 4,08%, lilitan tali pusat 3,35%, plasenta previa 0,84%, plasenta tertinggal

0,96%, hipertensi 4,63%, dan lainnya 4,63% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Berdasarkan buku medical record ruangan terdapat angka Post Sectio

Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo sejumlah 258 pada bulan

Juli -Desember pada tahun (Profil Rekam Medik RSUD dr. Soekardjo Kota

Tasikmalaya, 2022)

Tindakan Sectio Caesarea menyebabkan terputusnya kontinuitas

jaringan dengan adanya luka tersebut, akan merangsang nyeri yang disebabkan

jaringan luka mengeluarkan prostaglandin dan leukotriens yang merangsang

susunan saraf pusat, serta adanya plasma darah yang akan mengeluarkan

plasma extravasation sehingga terjadi edema dan mengeluarkan bradidikin

yang merangsang susunan saraf pusat, kemudian diteruskan ke spinal cord

untuk mengeluarkan impuls nyeri. Nyeri akan menimbulkan berbagai masalah,

baik masalah fisik maupun psikologis. Masalah-masalah tersebut saling

berkaitan Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi akan

menimbulkan masalah yang kompleks (Abasi, 2017).

Salah satu untuk menangani masalah yang timbul setelah Post Sectio

Caesarea tersebut dengan memberikan manajemen nyeri non farmakologi.

Manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan sebanyak yang

terpenting meningkatkan kenyamanan pasien diantaranya terapi music, teknik

meditasi, pijat reflex, obat herbal, hipnotis, terapi sentuh, message dan teknik

relaksasi. Salah satu teknik relaksasi yaitu genggam jari yang dapat

memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri sambil menarik nafas dalam

dapat memberikan keteangan pikiran, mengontrol emosi, melancarkan aliran

dalam darah, serta memberikan pengontrolan diri pada individu ketika terjadi

rasa tidak nyaman atau nyeri (Pattipeilohy Diana Valencia, 2018).


Genggam jari menurut hasil penelitian ( Dina Ira, 2019) menunjukan

bahwa ada penurunan intensitas nyeri sebelum dilakukan tindakan dengan

sesudah tindakan yang tadinya intensitas nyeri sedang 4 (1-10) menjadi ringan

3 (1-10). Hal ini disebabkan karena pengaruh dalam teknik relaksasi genggam

jari yang mengakibatkan pintu gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri

terhambat dan berkurang dengan tingkat nyeri sebelum diberikan intervensi

rata rata nyeri berat dan setelah diberikan intervensi rata rata nyeri sedang.

Demikian pula penelitian Nispi, Yunia dan Wewet (2020), menunjukan

bahwa adanya penurunan intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi

sebelum diberi teknik relaksasi genggam jari rata rata 3,05 dan rata rata

sesudah diberi teknik relaksasi genggam jari 0,77. Hal ini disebabkan karena

teknik relaksasi genggam jari ada pengaruh untuk menurunkan intensitas nyeri

Sectio Caesarea .

Penelitian lainnya Ani, Yessi, Yan, Ari, (2021). Mengemukakan

sebelum dilakukan intervensi didapatkan 6,05 dan setelah dilakukan intervensi

1,50 diperoleh hasil (p value 0,000) 𝛼 <0,05 yaitu ada pengaruh teknik

relaksasi genggam jari terhadao intensitas nyeri pada pasien Sectio Caesarea .

Sejalan dengan Endah (2022) mengemukakan sebelum dilakukan teknik

relaksasi genggam jari yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Setelah

dilakukan teknik relaksasi genggam jari berubah menjadi sebagian besar

responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) (p

value = 0,000) ≤ 𝛼 = 0,5 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signitifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi

teknik relaksasi genggam jari karena pendampingan yang diberikan membuat


ibu lebih bisa meluapkan rasa emosional yang dirasakan, ibu mempunyai

teman untuk bercerita tentang keluahanya, sehingga nyeri yang dirasakan ibu

berkurang, ibu menjadi lebih semangat dan berusaha untuk lebih cepat

sembuh.

Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik relaksasi

genggam jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada ibu Sectio Caesarea

karena teknik relaksasi ini dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi

yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Perlakuan relaksasi genggam jari

akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nosiseptor

– non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang”

tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Brinks, 2019).

Dampak yang terjadi setelah Sectio Caesarea , pasien akan mengalami

nyeri pada luka operasi, pasien jadi tidak berani bergerak karena takut dan

nyeri sehingga pasien tidak mau untuk beraktivias secara mandiri. Peran

perawat dalam menangani nyeri Sectio Caesarea sangatlah penting sebagai

salah satu pemenuhan bio psiko sosial spiritual terutama tindakan secara

mandiri yaitu manajemen nyeri non farmakologi dengan genggam jari. Hasil

penelitian pun telah banyak dilakukan dan terbukti efektif untuk menurunkan

intensitas nyeri, oleh karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan teknik

relaksasi genggam jari untuk menurunkan intensitas nyeri pada ibu Sectio

Caesarea dengan pendekatan asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Releksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Sectio Caesarea Di Ruang Melati 2A RSUD Dr Soekardjo Kota

Tasikmalaya?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengaplikasikan Teknik relaksasi genggam jari sebagai

terapi dalam menggurangi intensitas nyerii pada pasien post section

casarea.

D. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan Maternitas terutama terapi Teknik Relaksasi Genggam

Jari sebagai salah satu alternative non farmakologis untuk mengatasi

nyeri Sectio Caesarea .

2) Bagi RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya

Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas, dapat

dijadikan salah satu su mber dalam penerapan terapi Teknik releksasi

genggam jari sebagai salah satu untuk mengatasi nyeri Sectio Caesarea

non farmakologis selain non farmakologis lain nya yang seing

dilakukan perawat.

3) Bagi ruang Melati 2A

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada diruang

Melati 2A dalam Upaya meningkatkan pelayanan keperawatan


maternitas, khususnya pada kasus Sectio Caesarea .

4) Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan referensi dalam mengatasi nyeri Sectio Caesarea non

farmakologis selain terapi non farmakologis lainnya.

5) Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana

Sebagai referensi untuk menerapkan teknik releksasi genggam jari

sebagai salah satu alternatif penanganan nyeri non farmakologis pada

pasien Sectio Caesarea dalam melakukan perawatan klien baik

dirumah sakit maupun dimasyarakat.

BAB II
TINJUAN TEORITIS

A. Sectio Caesarea ( SC)

1. Pengertian

SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insiasi pada

dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Wiliam 2010) dalam Verycha 2014). SC

adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut (Amin dan Hardhi, 2013). Sedangkan menurut

(Jitowiyono, 2010) SC adalah suatu persalinan buatan dimana janin melahirkan

melalui insiasi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dengan keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.SC adalah tindakan
pembedahan dengan melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding

uterus bertujuan untuk mengeluarkan janin dengan berat diatas 500 gram.

2. Etiologi
Etiologi SC terbagi menjadi dua macam yaitu :

a. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai

kelainan letak, ada disporprsi srfalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada

sejarah kehamilan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta

previa terutama primigravida, solutsio plasenta tingkat 1-2 komplikasi kehamilan

yaitu preklamsi-eklampsia atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit

(Jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (Kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya).

b. Etiologi yang berasal dari janin

Gawat janin, mal presentasi dan mal posisi, kedudukan janin,

prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan

vakum atau porseps ekstraksi. Menurut amin dan hardi (2013) dalam

(Verycha 2014).

3. Jenis Jenis Sectio Caesarea (SC)

Menurut Wandia, I. M., & Harkitasari, S. 2021 jenis section


caesarea ada 2 yaitu:

a. Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR).

Sayatan melintan dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan diatas batas
rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntungannya adalah perut

pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita tupture uteri (robek

rahim) dikemudian hari. Hari ini karena pada masa nifas, segemen bawah

rahim tidak banyak menglami kontraksi sehingga luka operasi dapat

sembuh lebih sempurna.

b. Sayatan memanjang

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tangan yang

memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi namun

jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini rentan terhadap komplikasi

Desriva (2011) dalam (Verycha, 2014).

4. Resiko Dilakukan Tindakan Sectio Caesarea (SC)

Resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan secara

operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu dan bayi :

a. Alergi

Biasanya ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu.

Penggunaan obat pada pasien SC lebih banyak dengan cara melahirkan

secara normal. Jenis obat yang diberikan beragam mulai dari obat

antibiotik, obat pembiusan, penghilang rasa sakit dan beberapa infusan.


b. Pendarahan

Pendarahan dapat diakibatkan terbentuknya bekuan – bekuan darah

pada pembuluh darah baik kaki dan rongga panggul.

c. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan dengan hati hati, kemungkinan pembedahan

dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti rectum atau kandung

kemih. Penyembuhan bekas luka yang tidak sempurna dapat menyebabkan

infeksi pada organ rahim atau kandung kemih.

d. Demam

Kadang demam setelah operasi tidak dapat dijelaskan penyebabnya,

namun biasanya terjadi karena infeksi.

e. Mempengaruhi pruduksi asi

Efek pembiusan bisa mempengaruhi ASI jika dilakukan pembiusan

total (narkose). Akibatnya, kolestrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi

tidak dapat segera menyusui begitu iya dilahirkan namun apabila dilakukan

dengan pembiusan regional tidak banyak mempengaruhi produksi ASI.

f. Sulit pendekatan kepada bayi

Perempuan yang melahikran melalui SC mempunyai perasaan

negatif setelah menjalani SC tanpa memperhatikan kepuasan terhadap

operasi. Sehingga ibu yang melahirkan secara SC biasanya sulit dekat

dengan bayinya bahkan jarang bisa menyusui dibandingkan dengan

melahirkan normal. Karena rasa tidak akibat tindakan sectio caesarea.


Salfariani (2012).

B. Konsep Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan kondisi beruapa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengebaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat,

2006 dalam Kiftiyah dan Kurnia, 2017).

2. Proses Nyeri

Proses seseorang dalam menghadapi nyeri terjadi dalam 4 tahap

yaitu :

a. Transduksi

Adalah suatu proses dimana akhiran saraf eferen menerjemahkan

stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosispeptif. Ada tiga

tipe serabut saraf yang terlibat dalan proses ini yaitu serabut A-beta, A-

delta, dan C. serabut ini berespon secara maksimal terhadap stimulasi non

noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri atau nosiseptor.

b. Modulasi

Adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain

related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis

medula spinalis dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian

reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan berasal
dari korteks frontalis, hipotalamus dan area otak lainnya ke otak

tengah (midbrain) dan medula oblongata selanjutnya menuju medula

spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan atau

bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis

c. Transmisi

Adalah suatu proses dimana impulas disalurkan menuju kornu

dorsalis medulla spinals, kemdian sepanjang traktus sensorik menuju

otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif

dari sinyal elektrik dan kimiawi. Akosanya berakhir di kornu dorsalis

medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron

spinal.

d. Persepsi Nyeri

Adalah kesadaran akan pengalaman nyeri, persepsi merupakan

hasil dari interkasi proses tranduksi, tranmisi,modulasi, aspek

prikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah

organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ

tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas

dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat secara

potensial meruksal. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara

anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada bermiyelin dan ada juga yang

tidak bermiyelin dari syaraf eferen (Tamsuri 2006 dalam Badrudin,

2017).

3. Jenis – Jenis Nyeri


Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :

a. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa

detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba tiba dan

umunya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan

bahwa kerusaksn atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak penyakit siskemik, nyeri akut biasanya menurun

sejalan dengan terjadinya penyembuhan. (Meliala dan Suryamiharha,

2007 dalam Tanjung, 2016).

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri konstan atau intermitern yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar

waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat

dikatakan dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronik dapat tidak

memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik

ini juga di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 bulan

atau lebih, meskipun 6 blan merupakan suatu periode yang dapat

berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronik (Strong, dkk

2002, Potter & Perry, 2005 dalam Tanjung 2016).

Berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Nyeri perifer
Nyeri ini ada tiga macam yaitu :

a. Nyeri superfisial (nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

kulit dan mukosa).

b. Nyeri visceral (nyeri yang muncul akibat stimulasi dari

reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks)

c. Nyeri alih yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang

jauh dari penyebab nyeri.

2. Nyeri sentral, nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla

spinalis, batang otak dan talamus.

3. Nyeri psikogenik, nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.

Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu

sendiri (Sulistyo, 2013).

4. Penilaian intensitas nyeri

a. Skala penilan Numerik (NRS)

Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0 -10 (Meliala & Suryamiharja,

2007 dalam Tanjung 2016)

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale


b. Skala Nyeri Wajah

Skala nyeri wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun

yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa

nyeri), kemudian secata bertahap meningkat menjadi wajah kurang

bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat

ketakutan (nyeri yang sangat). (Potter & Perry, 2006 dalam

Tanjung 2016).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah

c. Skala nyeri bourbinais

Berdasarkan penilaian objektif Ellen (2000 dalam

Handayani & Pronamo, 2012). Yaitu :

Gambar 2.3 Skala Nyeri Bourbinais

Keterangan :

Semakin besar nilai, maka semakin besar intensitas nyerinya :

1. Skala 0 = tidak nyeri


2. Skala 1 -3 = Nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan

manual dirasakan sangat membantu

3. Skala 4-6 = Nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringi, dapat menunjukan

lokasi nyeri dengan tepat dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien

dapat mengikuti perintah dengan baik dan reponsif terhadap

tindakan

manual.

4. Skala 7 -9 = Nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi masih

responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukan lokasi nyeri

tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat dilatasi dengan

alih

posisi, nafas panjang destruksi dll.

5. Skala 10 = Nyeri sangat berat ( panik tidak tertolong )

Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik

berteriak dan histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah lagi,

selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik – narik apa saja

yang tergapai, dan tidak dapat menunjukan lokasi nyeri.

5. Faktor – Faktor yang mempengaruhi nyeri


a. Usia

Usia mempengaruhi seseorang berekasi terhadap nyeri. Sebagai

contoh anak – anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata – kata

mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan

mengekspresikan rasa nyerinya, sementara lansia mungkin tidak akan

melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus

mereka terima (Potter & Perry, 2006 dalam Andari, 2015).

b. Jenis kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi

jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seseorang anak laki

laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak

perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam

Andari, 2015).

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai nilai budaya mempengaruhi individu

mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diajarkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

d. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian nyeri meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya

penglihatan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.


Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di

berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik

imajinasi terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulasi yang lain,

misalnya pengalihan pada sitraksi (Fatmawati, 2011).

e. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun nyeri

juga dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifikan bagian

sistem limbik yang diyakini mengendalikeun emosi seseorang

khususnya ansietas (Wijarnoko, 2012).

f. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping (Fatmawati, 2011).

g. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu

sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika

individu mengalami jenis nyeri yang sama berulang ulang tetapi nyeri

tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut

menginterprestasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

h. Gaya koping
Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.

Sumber koping indivdu diantaranya komunikasi dengan keluarga, atau

melakukan latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).

6. Manajemen Nyeri

a. Pendekatan farmakologi

Teknik farmakologi adalag cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri dengan pemberian obat – obatan pereda nyeri

teurtama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam

– jam atau bahkan berhari – hari. Metode yang paling umum digunakan

untuk mengatasi nyeri adalah analgesic (Strong, Unruh, Wright &Baxter,

2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002).

Ada tiga jenis alagesic yaitu :

1) Non – narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) :

menghilangkan nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat

berguna bagi pasien yang rentan terhadap efek pendepresi

pernafasan.

2) Analgesic narkotik atau opiad : analgesic ini umumnya

diresepkan untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti

nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini dapat

menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual

muntah.

3) Pendekatan non farmakologi

Pendekatan non farmakologi yang di maksud adalah intervensi


keperawatan mandiri. Menurut Bangun & Nuraeni (2013), yaitu dengan

memberikan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat

secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam

pelaksanaaanya perawat dengan peritmbangan dan keputusannya

sendiri. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk

memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan

nyeri. Namun banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologi yang

dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri

nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun

tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat – obatan (Smeltzer

& Bare, 2002 dalam Tanjung, 2016).

C. Asuhan keperawatan pada pasien Sectio Caesarea

1. Pengkajian

Data saat pengkajian pada pasien dengan Sectio Caesarea ,

meliputi data subjektif yang diperoleh melalui wawancara baik dari

pasien maupun keluarga dan data objektif yang diperoleh melalui

observasi, pemeriksaan fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi

dan aulkustasi, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang

lainnya.

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit

nomor register dan diagnosa keperawatan

b. Identitats Penanggung Jawab


Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien

c.Keluhan Utama

Meliputi keluhan yang berhubungan dengan gangguan atau

penyakit saat ini keluhan yang dirasakan setelah operasi, keluhan yang

diungkapkan saat dilakukan pengkajian biasanya mengeluh nyeri pada

daerah perut. Keluhan ini dengan metode PQRST

d. Riwayat Kesehatan

Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban

yang keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak dikuti tanda

tanda persalinan.

e. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin dan abortus.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,

HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut

diturunkan kepada klien.

g. Pola aktivitas sehari hari

1) Pola Nutrisi

a) Makan

Menanyakan pola makan klien sebelum dan sesudah masuk

rumah sakit dari mulai frekuensi makan, porsi makan, ada

alergi makanan atau tidak, ada makanan pantangan tidak


dan gangguan dalam makan

b) Minum

Menanyakan pola minum klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit dari mulai frekuensi minum, jumlah

yang diminum, jenis minuman apa aja yang diminum,

gangguan dalam minum

2) Eliminasi

a) Eliminasi BAB

Menanyakan pola eliminasi BAB klien sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAB

dalam 1 hari berapa kali, Konsistensinya bagaimana cair

atau padat, warna, bau nya bagaimana dan gangguan dalam

BAB

b) Eliminasi BAK

Menanykan pola eliminasi BAK klien sebelum dan

sesudah masuk rumah sakit dari mulai frekuensi BAK

dalam 1 hari berapa kali, jumlah nya berapa, warna,

kekeruhannya dan ada gangguan atau tidak dalam BAK

3) Istirahat dan Tidur

Menanyakan Istirahat dan Tidur pada klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit dari mulai Tidur siang jam lama, Tidur malam

jam lama, ada pengantar tidurnya atau tidak dan ada gangguan

atau tidak dalam mau istirahat tidur

4) Personal Hygiene
a) Mandi

Frekuensi mandi dalam 1 hari berapa kali

b) Gosok Gigi

Frekuensi gosok gigi dalam 1 hari berapa kali

c) Cuci Rambut

Frekuensi cuci rambut dalam 1 minggu berapa kali

d) Gunting Kuku

Frekuensi gunting kuku dalam 1 minggu berapa kali

e) Aktivitas Secara Keseluruhan Dibantu atau mandiri

h. Data Psikologis menurut RUBIN

Ada tiga adaptasi menurut RUBIN (2010) sebagai berikut :

1) Fase taking-in

Fase ini difokuskan pada ibu kebutuhan makanan, cairan

dan tidur. Tingkah laku ibu adalah pasif saat menerima perawtaan

fisik dan perhatian dari orang lain. Ibu tergantung pada orang lain

untuk memenuhi kebutuhannya. Rubin menggambarkan ini sebagai

fase pengasuhan dan perawatan protektif yang bertahan lama 2

sampai 3 hari. Meningkatnya perilaku ketergantungan ibu, ingin

merawat dirinya sendiri. Ibu banyak bertanya dan berbicara banyak

tentang pengalaman malehirkan.Pada fase ini ciri ciri ibu seperti

frekuensi tidur yang cukup, nafsu makan berubah menjadi

meningkat, mnceritakan pengalaman kelahirnnya secara berulang

ulang menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.

Disebut fase taking- in karena selama waktu ini, ibu yang baru
melahirkan masih membutuhkan perlindungan dan perawatan pada

orang lain seperti perawat, fokus perhatian ibu terutama pada diri

sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung

pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena salah satu fokus

kelelahan

2) Fase Taking – hold

Fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk

bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka

untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi

bayinya. Fase ini ibu merespon dengan penuh semangat untuk

memperoleh kesempatan berlajar dan berlatih tentang cara

perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayi

secara langsung. Ibu akan mulai fokus pada kebutuhan bayi

melepaskan peran hamil, mengambil peran sebagai ibu, tertarik

untuk belajar merawat bayi, mengalami periode kelelahan yang

tinggi dan tuntutan yang meningkat oleh bayi, mungkin

mengalami baby blues pada 3 hingga 4 hari persalinan selama fase

ini

3) Fase Letting go

Fase Letting go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase

ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode

ini biasanya setelah pulang ke rumah dan sangat dipengaruhi


oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada

saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap

perawatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap

kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu

kebebasan dan hubungan sosial.Komponen yang perlu dikaji

pada adaptasi psikososial yaitu pola pikir dan persepsi ibu

postpartum seperti pengetahuan cara pemberian ASI dan

merawat bayi, rencana pemberian ASI. Jenis kelamin yang

diharapkan, siapa yang akan membantu merawat bayi dirumah,

kehamilan ini diharpakan. Persepsi diri seperti apa yang

dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,

perubahan yang dirasa setelah hamil. Konsep diri seperti

gambaran diri bahasa sehari hari, kejelasan bicara, relavan,

mampu mengerti orang lain (Sugiyono, 2017).

i. Data pengetahuan ibu tentang masa nifas

1) Nutrisi

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu.

2) Ambulasi

Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kiri kanan

untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembli. Pada hari

kedua dibolehkan duduk, hari ke ketiga jalan jalan, dan hari ke


empat dan lima sudah boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai

variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka-luka.

3) Eliminasi

a) Miksi

Pengeluaran air seni (urine) akan meningkat pada 24-28 jam

peratama sampai sekitar hari ke lima setelah melahirkan. Dalam 6

jam pertama postpartum, pasien sudah harus buang air kecil.

b) Defekasi

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus buang air besar

karena semakin lama feses bertahan dalam usus maka akan

semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.

4) .Menjaga Kebersihan Diri

a) Kebersihan alat genetalia

Setalah melahirkan biasanya perieum menjadi agak

bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas epiiotomi.

Oleh sebab itu alat genetalita harus rajin untuk dibersihkan

sehabis BAK dan BAB.

b) Pakaian

Sebaiknya pakaian tersebut dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Sebaiknya

pakaian agak longgar dibagian dada sehingga payudara tidak

tertekan dan kering, demikian pula pada pakaian dalam agar tidak

terjadi iritasi pada daerah sekitarnya karena lochea.


c) Kebersihan Rambut

Setelah melahirkan, ibu biasanya akan mengalami kerontokan

rambut akibat perubahan hormon sehingga rambut lebih tipid.

Perawatan rambut seperti kramas sangat diperlukan dan menyisir

rambut menggunakan sisir yang halus dan lembut untuk

mengurangi kerontokan.

d) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh akan dikeluarkan lewat air

seni dan keringat untuk menghilangkan pembekakan. Ibu akan

merasa jumlah keringet yang berlebihan. Oleh sebab itu usahakan

ibu untuk menjadi lebih sering agar kulit ibu tetap kering.

5) Istirahat

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirhat yang berkualitas

untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga

disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk

beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy menyusui

bayinya nanti.

6) Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan

agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang


bersangkutan.

j. Pemilihan pil KB

1. Metode Amenorhea Laktasi (Mal)

MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian ASI.

MAL dapat dikatakan sebagai kontrasepsi bla terdapat keadaan

keadaan berikut :

a) Menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan makanan

pendamping

b) Belum haid sejak masa nifas selesai

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan

2. Pil Progestin (Mini Pil)

Metode ini cocok untuk digunakan oleh ibu menyusui yang

ingin memakai pil KB karena sangat efektif pada masa laktasi.

Efek samping utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan

bercak atau perdarahan tidak teratur).

a) Mulai hari 1-5 siklus haid

b) Diminum setai hari pada saat yang sama

c) Bila ibu minum pil terhambat leboh dari 3 jam, minumlah pil

tersebut begitu diingat dan gunakan metode pelindung selama

48 jam

d) Bila ibu lupa 1-2 pil, minum segera pil yang terlupa dan
gunakan metode pelindung sampai akhir bulan

e) Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari setelah paket

terakhir habis.

3. Suntikan Progestin

Metode ini sangat efektif dan aman, dapat diapakai oleh semua

perempuan dalam usia produksi, kembalinya keseuburan lebih

lambat (rata rata 4 bulan), serta cocok untuk masa laktasi karena

tidak menekan produksi ASI.

4. Kontrasepsi Implan

Kontrasepsi ini dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia

reproduksi dan efektif sampai pemasangan 5 tahun. Pemasangan

dan pencabutan perlu pelatihan. Kesuburan segera kembali

setelah implan dicabut.

5. AKDR

a) Efektifitas tinggi

b) Metode jangka panjang yaitu selama 10 tahun pemasangan

c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan

kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

d) Tidak mempengaruhi produksi ASI

e) Dapat dipasang setelah melahirkan dan sesudah abortus

f) Dapat digunakan sampai monopouse

g) Tidak ada interaksi dengan obat obatan

h) Reversible
i) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Efek umum yang sering terjadi yaitu perubahan siklus haid, haid

lebih ama dan banyak perndarahan spotting antramenstruasi saat

haid terjadi nyeri yang lebih

2. Komplikasi lain seperti merasakan sakit dan kejang selama 3-5

hari setelah pemasangan, perforasi dinding uterus, pendarahan

berat pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

4. Tidak bisa digunakan pada perumpuan dengan IMS atau

perempuan yang sering gonta ganti pasangan

6. Senam Nifas

Ibu post partum dianjurkan untuk melakukan senam nifas agar

fungsi tubuh cepat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain itu

dapat mencegah tubuh ibu dari keadaan yang tidak diinginkan

seperti pendarahan masa nifas dan tromboplebitis.

7. Perawatan Payudara

Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk merawat payudara

agar tudak terjadi pembekakan dan bendungan ASI. Selain itu juga

digunakan untuk memperlancar produksi ASI.


8. Bording Attachment

Suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus

antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai,

memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling

membutuhkan.

k. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :

1) Keadaan umum

2) Keadaan umum biasanya lemah

3) Tingkat kesadaran Apatis

4) Tanda tanda vital

a) Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg

b) Nadi : Nadi meningkat >80 x/menit

c) Respirasi : Respirasi meningkat

d) Suhu : Meningkat >37,5 ℃

l. Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksaan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :

1) Kepala : meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak,

keadaan rambut dan kedaan kulit kepala

2) Muka : terlihat pucat dan tampak menahan sakit

3) Mata : anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva

merah segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning

4) Hidung : ada polip atau tidak, bersih atau kotor

5) Gigi : bersih atau kotor, ada karies atau tidak


6) Lidah : bersih atau kotor

7) Bibir : lembab atau kering

8) Telinga : bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tiroid atau tidak

9) Dada : perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi

intercosta, pernafasan tertinggal suara wheezing ronchi

bagaimana irama dan frekuensi pernafasan, bunyi jantung

10) Payudara : perlu dikaji simetris atau tidak, kebersihan, Bengkak

atau tidak, nyeri tekan ada atau tidak, hipegmentasi aerola,

putting susu menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.

11) Abdomen : ada tidaknya distensi abdomen, bagaiman dengan luka

operasi adakah kemerahan, edema, eqimosis, adakah cairan yang

keluar dan bagaimana penyatuan jaringan, berapa tinggi fundus

uterinya bagaimana kontraksi uterus, adakah distensi kandung

kemih, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.

12) Genetalia : ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea

dan bagaimana warnanya

13) Ekstermitas: simetris atau tidak ada oedema atau tidak, tanda

homan refleks patella

2. Diagnosa Keperawatan

A. (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik d/d

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : -

Objektif :

1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis waspada posisi menghindari nyeri)

3) Gelisah

4) Frekuemsi nadi meningkat

5) Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor Subjektif : -

Objektif :

1) Tekanan darah meningkat

2) Pola nafas berubah

3) Nafsu makan berubah

4) Proses berpikir terganggu

5) Menarik diri

6) Berfokus pada diri sendiri

7) Diaforesis

B. (D.0111) Defisit Pengetahuan b/d Kurang terpapar

informasi d/d Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif :

Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran

Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

Objektif :

1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


2) Menunjukan perliaku berlebihan (mis apatis, bermusuhan, agitasi,

histeria)

C. (D.0029) Menyusui Tidak Efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI

d/d

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

1) Kelalahan maternal

2) Kecemasan maternal

Objektif :

1) Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu

2) ASI tidak menetes/memancar

3) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam

4) Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif :

1) Intake bayi tidak adekuat

2) Bayi menghisap tidak terus menerus

3) Bayi menangis saat disusui

4) Bayi rewel dan menangis dalam jam jam pertama setelah

menyusui
5) Menolak untuk menghisap

D. (D.0028) Menyusui Efektif b/d putting menonjol d/d

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui

Objektif :

- Bayi melekat pada payudara ibu dengan

benar

- Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar

- Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam

- Berat badan bayi meningkat

- ASI menetes dan memancar

- Suplai ASI adekuat

- Putting tidak lecet setelah minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

: Objektif

- Bayi tidur setelah menyusui

- Payudara ibu kosong setelah menyusui

- Bayi tidak rewel dan menangis setelah menyusui


3. Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan berdasarakan diagnosa yang muncul menurut Tim Pokja DPP PPNI (2017), dan

Tim Pokja DPP PPNI (2018) sebagai berikut

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Implementasi Keperawatan


( SDKI) ( SLKI) ( SLKI)
1. (D.0077) Nyeri Akut b/d Tingkat Nyeri (L.08066) hangat atau dingin, terapi bermain)
Agenpencedera fisik Setelah berikan asuhan keperawatan 2. Kontrol lingkungan yang
d/d Gejala dan Tanda selama memperberat rasa nyeri (mis suhu
MayorSubjektif … x 24 jam diharapkan Tingakt Nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrihat dan tidur
: - Objektif : menurun dengan
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
a. Tampak meringis Kriteria Hasil : nyeri dalam pemilihan strategi
b. Bersikap protektif (mis 1. Kemmapuan menuntaskan meredakan nyeri
waspadaposisi aktivitasmeningkat (5) Edukasi
menghindari nyeri) 2. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Jelaskan penyebab periode dan
c. Gelisah 3. Meringis menurun (5) pemicu nyeri
d. Frekuemsi nadi meningkat 4. Sikap protektif menurun (5) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
e. Sulit tidur 5. Gelisah menurun (5) 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
Gejala dan 6. Kesulitan tidur menurun (5) mandiri
Tanda 7. Menarik diri menurun (5) 4. Anjurkan menggunakan analgetik
MinorSubjekti 8. Berfokus pada diri sendiri menurun secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
f : - Objektif : (5)
untuk mengurango rasa nyeri
a. Tekanan darah meningkat 9. Diaforesis menurun (5)
b. Pola nafas berubah 10. Perasaan depresi menurun (5) Kolaborasi
c. Nafsu makan berubah 11. Perasaan takut mengalami Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu
d. Proses berpikir terganggu cederaberulang menrun (5)
e. Menarik diri 12. Pernierum terasa tertekan menurun Intervensi
f. Berfokus pada diri sendiri (5) Pendukung Terapi
g. Diaforesis 13. Uterus teraba membulat menuruj (5) Relaksasi (I.09326)
Observasi
14. Ketegangan otot menurun (5)
1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
15. Frekuensi nadi membaik (5)
ketidakmampuan berkonsentrasi atau
16. Pola nafas membaik (5) gejala yang menganggu kemampuan
17. Proses berpikir membaik (5) kognitif
18. Tekanan darah membaik (5) 2. Identifikasi teknik relaksasi yang
Luaran Tambahan pernah efektif digunakan
Kontrol nyeri meningkat dengan 3. Identifikasi kesediaan,
Kriteria Hasil : kemampuan dan penggunaan
1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat teknik sebelumnya
(5) 4. Periksa ketagangan oto, frekuensi
2. Kemampuan mengenali onset nyeri nadi, tekanan darah dan suhu
meningkat (5) sebelum dan sesudah latihan
3. Kemampuan menggunakan teknik non- 5. Monitor respon terhadap terapi
farmakologis meningkat (5) relaksasi
4. Dukungan orang terdekat meningkat (5) Terapeutik
5. Keluhan nyeri menuurn (5) 1. Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengn
pencahayaan dan satu ruang
nyaman jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan danprosedur
Teknik releksasai
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan media lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat batasan
dan jenis relaksasi yang tersedia
(misal musik, meditasi, nafas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang di pilih
3. Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
6. Demontrasikan dan latih teknik
relaksasi (misa nafas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
2. (D.0111) Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi
b/d Kurang terpapar Setelah berikan asuhan keperawatan selama 1. Jelaskan faktor resiko yang
informasi d/d … x 24 jam diharapkan Tingkat dapat mempengaruhi kesehatan
Gejala dan Tanda pengetahuan membaik dengan 2. Aharkan perlaku hidup bersih dan
Mayor Subjektif : Kriteria Hasil : sehat
Menanyakan masalah yang 1. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi minat 3. Ajarkan srategi yang dapat
dihadapi Objektif : dalam belajar meningkat (5) digunakan untuk meningkatkan
a. Menunjukan perilaku tidak 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai anjuran tentang suatu topik meningkat (5) Intervensi Pendukung
b. Menunjukan persepsi yang 3. Kemampuan menggambarkan Manajemen Nyeri
keliru terhadap masalah pengalaman sebelumnya yang seusai (I.08238) Observasi
Gejala dan Tanda dengan topik meningkat (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Minor Subjektif : - 4. Perilaku sesuai dengan pengetahuan durasi, frekuensi, kualitas skala
Objektif meningkat (5) nyeri
a. Menjalani pemeriksaan 5. Pertanyaan tentang masalah yang 2. Identifikasi skala nyeri
yang tidak tepat dihadapi menurun (5) 3. Identifikasi respon nyerin non verbal
b. Menunjukan prilaku yang 6. Persepsi yang keliru terhadap masalah 4. Identifikasi faktor yang
berlebihan menrun (5) memperberat dan memperingan
( Apatis ,bermusuhan, dan 7. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat nyeri
menurun (5) 5. Identifikasi penegtahuan dan
histeris)
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
Luaran Tambahan Motivasi terhadap respon nyeri
meningkat dengan Kriteria 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Hasil : kualitas hidup
1. Pikiran fokus masa depan meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi
(5) komplementer yang sudah dikerjakan
2. Upaya menyusun rencana tindakan 9. Monitor efek samping
meningkat (5) penggunaan analgetik
3. Upata mencari sumber sesuai Terapeutik
kebutuhan meningkat (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
4. Upaya mencari dukungan sesuai untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
kebutuhan meningkat (5) TENS, hipnotis, akupresure, terapi
5. Prilaku bertujuan meningkat (5) musik, biofeedback, terapi
6. Inisiatif meningkat (5) pijat, aromaterapi, teknik
7. Harga diri positif meningkat (5) imajinasi terbimbing, kompres
8. Keyakinan positif meningkat (5) hangat atau dingin, terapi bermain)
9. Berani mencari pengalaman baru 2. Kontrol lingkungan yang
meningkat (5) memperberat rasa nyeri (Suhu
10. Penyelesaian tugas meningkat (5) ruangan, pencahayaan dan
11.Pengambilan kesempatan kebisingan)
meningkat(5) 3. Pasilitasi istirahat dan tidur
12.Bertanggung jawab meningkat (5) 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurango rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberi analgetik, jika perlu
3. (D.0029) Menyusui Tidak Efektif Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama
b/d Ketidakadekuatan suplai ASI Setelah berikan asuhan keperawatan selama Edukasi Menyusui
d/d Gejala dan Tanda Mayor … x 24 jam diharapkan Status menyusui (I.12393) Observasi
Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi kesiapan dan
a. Kelalahan maternal Kriteria Hasil : kemampuan menerima infromasi
b. Kecemasan 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan atau
maternal Objektif : meningkat(5) keinginan menyusui
a. Bayi tidak mampu melekat 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi Terapeutik
pada payudara ibu dengan benar meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media
b. ASI tidak menetes/memancar 3. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam pendidikan kesehatan
c. BAK bayi kurang dari 8 kali menigkat (5) 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
dalam 24 jam 4. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI sesuai kesepakatan
d. Nyeri dan/atau lecet terus meningkat (5) 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
menerus setelah minggu kedua 5. Suplai ASI adekuat meningkat (5) 4. Dukung ibu meningkatkan
Gejala dan Tanda 6. Putting tidak lecet setalah 2 minggu kepercayaan diri dalam menyusui
Minor Subjektif : - melahirkan meningkat (5) 5. Libatkan sistem pendukung
Objektif : 7. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) suami, keluarga, tenaga kesehatan
a. Intake bayi tidak adekuat 8. Bayi tidur setelah menyusu meningkat dan masyarakat
b. Bayi menghisap tidak (5)
terus menerus
c. Bayi menangis saat disusui 9. Payudara ibu kosong setelah menyusu Edukasi
d. Bayi rewel dan menangis meningkat (5) 1. Berikan konseling menyusui
dalam jam jam pertama setelah 10. Intake bayi meningkat (5) 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi
menyusui 11. Hisapan bayi meningkat (5) ibu dan bayi
e. Menolak untuk menghisap 12. Lecet pada putting menurun (5) 3. Jelaskan 4 posisi menyusui dan
1. Kelalahan maternal menurun (5) perlekatan (Lacth on) dengan benar
2. Kecemasan maternal menurun (5) 4. Ajarkan perawatan payudara anter
3. Bayi rewel menurun (5) partum
4. Bayi menangis setelah menyusu dengan mengkompres dengan kapas
imenurun (5) yang telah diberikan minyak kelapa
Luaran Tambahan Perlekatan 5. Ajarkan perawatan payudara
meningkat dengan Kriteria postpartum (mis memerah ASI,
Hasil : pijat payudara, pijat oksitosin)
1. Mempraktekan prilaku sehat selama
hamil meningkat (5) Intervensi Pendukung
2. Menyiapkan perlengkapan bayi sebelum Promosi Kesiapan Penerimaan
lahiran meningkat (5) Informasi (I.12470)
3. Verbalisasi perasaan positif i terhadap Observasi
bayi meningkat (5) 1. Identifikasi informasi yang
4. Mencium bayi meningkat (5) akan di sampaikan
5. Tersenyum kepada bayi meningkat (5) 2. Identifikasi pemhaman tentang
6. Melakukan kontaj mata dengan bayi kondisi kesehatan saat ini
meningkat (5) 3. Identifikasi kesiapan menerima
7. Berbicara kepada bayi meningkat (5) informasi
8. Bermain dengan bayi meningkat (5) Terapeutik
9. Berespon sarat pada bayi meningkat (5) 1. Lakukan penguatan potensi
10. Menghibur bayi meningkat (5) pasien dan keluarga untuk
11.Menggoda bayi untuk menyusui menerika informasi
meningkat (5) 2. Libatkan pengambilan keputusan
12.Mempertahankan bayi bersih meningkat dalam keluarga untuk menerima
(5) informasi
13. Bayi menatap orang tua meningkat (5) 3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh
14.Kehwatiran menjalankan peran orang tua yang membutuhkan layanan
menurun (5) keperawatan
4. Dahulukanm menyampaikan
15.Konflik hubungan orang tua dan bayi informasi baik (positif) sebelum
menurun (5) menyampaikan informasi baik
16.Khawatir akibat hospitalisasi menurun (negatif) terkait kondisi pasien
(5) 5. Berikan nomor kontak yag dapat
17. Penghalang fisik menurun (5) di hubungkan jika membutuhkan
18. Penyalahgunaan zat menurun (5) bantuan
6. Catat identtas dan nomor kontak
pasien untuk mengingatkan atau
follow up kondisi pasien
7. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur,
leafleat atau gambar untuk
memudahkan pasien
mendapatkan informasi kesehatan
2. Anjurkan keluarga mendampingi
pasien selama fase akut progresif atau
terminal jika memungkinkan
4. (D.0028) Menyusui Efektif b/d Status Menyusui (L.03029) Intervensi Utama
putting menonjol d/d Setelah berikan asuhan keperawatan selama Konseling Laktasi
Gejala dan Tanda … x 24 jam diharapkan Status menyusui (I.03093) Observasi
Mayor Subjektif : membaik dengan 1. Identifikasi keadaan emosional
Ibu merasa percaya diri selama Kriteria Hasil : ibu saat akan dilakukan konseling
proses menyusui 1. Perlekatan bayi pada payudara ibu menyusui
Objektif : meningkat(5) 2. Identifikasi keinginan dan tujuan
a. Bayi melekat pada payudara 2. Kemampuan ibu memposisikan bayi menyusui
ibu dengan benar dengan benar meningkat (5) 3. Identifikasi permasalahan yang ibu
b. Ibu mampu memposisikan 3. Miksi bayi lebih dari 8 jam per 24 jam alami selama proses menyusui
bayi dengan benar menigkat (5)
c. Miksi bayi lebih dari 8 kali 4. Berat badan bayi tetesan/pancaran ASI
dalam 24 jam meningkat (5) Terapeutik
d. Berat badan bayi meningkat 5. Suplai ASI adekuat meningkat (5) 1. Gunakan teknik mendengarkan aktif
e. ASI menetes dan memancar 6. Putting tidak lecet setalah 2 minggu (mis duduk sama tinggi, dengarkan
f. Suplai ASI adekuat melahirkan meningkat (5) permasalahan ibu)
g. Putting tidak lecet setelah 7. Kepecayaan diri ibu meningkat (5) 2. Beriakan pujian terhadap perilaku ibu
minggu kedua 8. Bayi tidur setelah menyusu meningkat yang benar
Gejala dan Tanda (5) Edukasi
Minor Subjektif : - 9. Payudara ibu kosong setelah menyusu Ajarkan teknik menyusui yang tepat
Objektif : meningkat (5) sesuai kebutuhan ibu
a. Bayi tidur setelah menyusui 10. Intake bayi meningkat (5) Intervensi
b. Payudara ibu kosong 11. Hisapan bayi meningkat (5) Pendukung Pijat
setelah menyusui 12. Lecet pada putting menurun (5) Laktasi (I.03134)
c. Bayi tidak rewel dan 13. Kelalahan maternal menurun (5) Observasi
menangis setelah menyusui 14. Kecemasan maternal menurun (5) 1. Monitor kondisi mamae dan puting
15. Bayi rewel menurun (5) 2. Identifikasi keinginan ibu untuk
16. Bayi menangis setelah menyusui menyusui
menurun (5) 3. Identifikasi pengetahuan ibu
Luaran Tambahan tentang menyusui
Status Nutri Bayi membaik dengan Terapeutik
Kriteria Hasil : 1. Posisikan ibu dengan nyaman
1. Berat badan bayi meningkat (5) 2. Pijat mlai dari kepala, leher,
2. Panjang baik meningkat (5) bahu, punggung dan
3. Kulit kuning menurun (5) payudara
4. Membran mukosa menurun (5) 3. Pijat dengan lembut
5. Bayi cengeng menurun (5) 4. Pijat secara melingkar
6. Kesulitan makan menurun (5) 5. Pijat secara rutin setiap hari
7. Alergi makanan menurun (5) 6. Dukung ibu meningkatkan
8. Pola makan membaik (5) kepercayaan diri dalam menyusui
9. Tebal lipatan kulit membaik (5) dengan memberikan pujian terhadap
10. Proses tumbuh kembang membaik (5) perilaku positif ibu
11. Lapisan lemak membaik (5) 7. Libatkan suami dan keluarga

Edukasi
1. Jelaska tujuan dan prosedur
tindakan
2. Jelaskan manfaat tindakan
4. Implementasi

Implementasi keperawatan yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan

yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan dan

tindakan untuk memperbaiki kondisi dan mencegah masalah kesehatan

yang muncul dikemudian hari (Safitri, 2019).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur, memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Eveluasi

keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan

yang telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien

secara optimal dan mengukur hasil proses keperawatan kemudian hari

menggunakan SOAPIER (Sitanggang, 2018)

D, Teknik Relaksasi Genggam Jari

1. Pengertian Teknik Relaksasi Genggam Jari

Terapi genggam jari merupakan cara mudah untuk mengelola

emosi dan mengembangkan keceerdasan emosional. Di sepanjang

jari jari tangan kita terdapat saluran atau energi yang terhubung

dengan berbagai organ dan emosi (Puwahang, 2011).

Terapi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan

emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh

dalam keadaan rileks, maka ketegangan otot berkurang dan

kemudian akan mengurangi kecemasan atau rasa nyeri (Yuliastuti,


2015).

2. Manfaat Teknik Relaksasi Genggam Jari

Menurut Liana (2008) relaksasi genggam jari dapat memberi manfaat :

a. Mengurangi nyeri, perasaan takut dan cemas

b. Mengurangi perasaan panic dan khawati

c. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh

d. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi

e. Melancarkan aliran dalam darah

3. Mekanisme Teknik Relaksasi Genggam Jari

Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan

dan membawa tubuh menjadi seimbang. Mengenggam jari sambil

menarik nafas dalam – dalam dapat mengurangi bahkan

menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi, teknik relaksasi

genggam jari ini nantinya akan dapat menghangatkan titik – titik

keluar dan masuknya energi pada meridian (jalan energi dalam

tubuh) yang terletak pada jari – jari tangan, sehingga nantinya

mampu memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada

saat dilakukan genggam, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ

tubuh yang mengalami gangguan, sehingga diharapkan sumbatan

dijalur energi menjadi lancar (Indrawati, 2017).

Pada fase infalamasi akibat luka bekas operasi, manifestasi yang

sering dirasakan adalah nyeri. Nyeri tersebut apabila dibiarkan akan

membuat pasien post operasi sectio caesarea menjadi tidak nyaman.

Teknik relaksasi genggam jari terbukti dapat menurunkan intensitas


nyeri, teknik tersebut merangsang meridian jari akan menghasilkan

implus yang dikirim melalui serabut saraf aferen nonnosiseptor.

Serabut saraf nonnosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup

sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Apabila relaksasi

tersebut dilaksanakan secara rutin maka hasil yang diharapkan akan

lebih baik dengan turunnya nyeri yang terjadi (Pinandita, 2012).

Relaksasi genggam jari diberikan setelah pasca operasi dan

dilakukan selama 15 menit dalam satu kali sehari dan diberikan

minimal selama 3 hari. Teknik relaksasi genggam jari mampu

menurunkan nyeri pada semua klien pasca operasi, kecuali pada

klien yang mengalami luka didaerah telapak tangan dan telapak kaki

tidak diperbolehkan untuk diberikan terapi (Indriani S, 2020).

4. Prosedur Pelaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari

1. Posisi pasien dalam keadaan berbaring lurus ditempat tidur dan

meminta pasien untuk mengatur nafas dan merileksasikan otot

2. Duduk disamping pasien, relaksasi dimulai dengan mengenggam

ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi

pasien terasa berdenyut.

3. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut

4. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara teratur

dan kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari berikutnya

dengan rentang waktu yang sama

5. Setelah kurang lebih 10-15,alihkan Tindakan untuk tangan yang

lainnya.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

A. Identitas klien
Nama : Ny. A
Usia : 03-09-1999 (23 Tahun)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel. Cilembang Kec. Cihideng Kota
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Tanggal Masuk : 28 – Januari – 2023, 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 30 – Januari – 2023, 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Sectio Caesarea + CPD
No Rekam Medik : 17087492
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn U
Usia : 26 September 1997 (26 Tahun)
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Alamat : Cilembang RT 03/04 Kel. Cilembang Kec. Cihideng
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Agama : Islam
Suku : Sunda
Hubungan dengan Klien : Suami
C. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan Sectio Caesarea

D. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 januari 2023 pukul 09.00

WIB. Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri dirasakan
seperti disayat sayat. Nyeri bertambah bergerak dan berkurang bila tidur

terlentang sehingga aktivitas klien terganggu harus dibantu oleh keluarga,

nyeri tidak menyebar kebagian lain, dengan skala nyeri 5 (1-10), nyeri

dirasakan hilang timbul. Kesadaran klien compas mentis TD : 120/80

mmHg, N : 100 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36.0 ℃.

E. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kronis

seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, TB dan lainnya.

F. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki penyakit

menular seperti HIV, Hepatitis, DM dan lainnya.

G. Riwayat Kehamilan, Persalinan,Nifas Sekarang

Klien mengatakan ini adalah kehamilan anak pertama, belum pernah

mengalami keguguran, selama hamil klien selalu memeriksa

kandungannya ke Bidan terdekat sebanyak >5 Kali, Perkiraan usia

kehamilan 9 Bulan dan telah mengikuti Imunisasi TT dengan lengkapi

H. Riwayat Psikososial

1. Pola Konsep Diri

Identitas diri klien adalah seorang ibu ruamh tangga

Harga diri : klien mengatakan pasrah dan menerima dengan

keadaannya saat ini

Gambaran diri : klien mengatakan keadaan yang dialaminya

sekarang merupakan takdir yang seharusnya ia jalani.

2. Pola interkasi

selama interaksi klien menunjukan sikap kooperatif dan prilaku


bersahabat baik dengan perawat.

I. Riwayat Obsetri

Riwayat Menstruasi

1. Usia haid pertama 14 tahun

2. Siklus haid teratur

3. Lama haid ± 6 hari

4. Banyaknya darah haid 3 kali ganti pembalut

5. Haid pertama hari terakhir 13 April 2022

6. Tafsiran persalinan 20 Januari 2023

J. Riwayat Perkawinan
1. Perkawinan ke : 1

2. Lama perkawinan 2 Tahun

3. Usia ibu saat menikah usia 22 tahun

4. Usia suami saat menikah 25 tahun

K. Riwayat KB
Sebelumnya klien tidak memakai Kb

L. Pola aktivitas Sehari Hari


Tabel 3.1

Activiy Daily Living


No Aktivitas Sebelum Ketika Sakit
Sakit
Makan
3 x sehari 3 x sehari
- Frekuensi
1 porsi habis 1 porsi habis Nasi
1. - Porsi
Nasi
- Jenis makanan
- Makanan pantangan
Pedas & Asam
- Gangguan Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Minum
- Frekuensi 5 x sehari 4 x sehari
2. - Jumlah ± 1000 cc ± 1.200 cc
Air mineral Air mineral
- Jenis
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi, BAB
3. 1 x sehari 1 x sehari
- Frekuensi
- Konsistensi Padat Kuning Khas Padat Kuning Khas
- Warna feses Tidak ada feses Tidak ada

- Bau 3 x sehari Tidak tentu 5 x sehari Tidak tentu


- Gangguan Kuning jernih Tidak Kuning jernih Tidak
Eliminasi ada ada
Urine
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Gangguan
Istirahat Tidur
- Tidur siang jam, lama Tidak teratur 7-8 jam Tidak teratur 7-8 jam
Do’a Do’a
- Tidur malam jam, lama Tidak ada Tidak ada
4. - Pengantar tidur
- Gangguan
Personal hygiene
- Mandi
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
1 x sehari Belum
- Gosok Gigi Belum
Frekuensi 2 x sehari
- Cuci Rambut
Frekuensi
2 x seminggu
5. - Gunting Kuku
Frekuensi
1 x seminggu
Aktivtas secara
Keseluruhan (Mandiri, Mandiri Dibantu
6. dibantu)
M. Pemeriksaan Fisik Head To Toe / Persistem
Kesadaran compos mentis ( CM)

Tanda – Tanda Vital

1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

2. N adi : 100 x/menit

3. Respirasi : 20 x/menit

4 Suhu : 36.0 C

a. Kepala

Rambut berwarna hitam dengan distribusi baik, tidak rontok, lurus dan

berkeringat

b. Mata

Mata tampak simetris. Konjungitva merah muda, klien mampu membaca nama

perawat dengan jarak 60 cm dan tidak menggunakan kacamata

c. Hidung

Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sinusitis,

penciuman baik ditandai dengan klien mampu menyebutkan bau minyak telon

dengan mata terpejam.

d. Telinga

Telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan. Klien mampu mendengarkan

detik jarum jam

e. Leher
Tidak ada lesi, tidak ada nyeri menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran JVP (Jugularis Venous Pressure).

f. Dada

Bentuk dada simteris, tidak ada bunyi nafas tambahan, frekuensi nafas R : 20

x/menit, bunyi jantung S1,S2 murni.

g. Payudara

Payudara tampak simetris, sedikit bengkak, tidak ada lesi, putting menonjol

sedikit, aerola hiperpigmentasi, tidak ada benjolan, ASI sedikit.

h. Abdomen

Terdapat luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm pada abdomen, (REDDA)

Redness : tidak ada kemerahan pada luka, Edema : tidak ada pembekakan pada

luka, Ekimosis : tidak ada kebiru biruan seperti memar, Disharge : luka masih

sedikit basah dan Aprokimasi : penyatuan jaringan bagus bising usus normal

18x/menit, nyeri tekan abdomen Sectio Caesarea dengan skala nyeri 5 (0-10)

TFU 1 jari diatas pusat. Blass kosong, kontraksi uterus baik, diastasis rectus

abdominis 3 jari, tidak ada distensi abdomen.

i. Ekstermitas Atas

Terpasang infus RL ditangan sebelah kiri, tidak ada edema dan CRT < 3 detik

j. Ekstermitas Bawah

Tidak ada edema, tidak ada varises, hormon sign negatif

k. Genetalia
Lochea serosa warna merah muda bercampur kecoklatan

N. Data Psikososial Menurut Rubin

Klien berada pada fase taking in (ketergantungan) 1-2 hari setelah

melahirkan, pasien masih membutuhkan perawatan dari orang lain,

perlindungan dan bergantung pada orang lain

O. Data Pengetahuan Pasien Tentang Masa Nifas

Klien mengatakan ini merupakan kelahiran anak pertama, klien

mengatakan tidak tahu penanganan nyeri pada luka Sectio Caesarea dan

tidak tahu bagaimana cara merawat payudaranya dengan benar.

P. Pemeriksaan laboratorium

Nama : Ny A

No Rm : 17087492

Tanggal Pemeriksaan : 27 Januari 2023 pukul 12.21 wib

Jenis Nilai
Hasil Satuan Hasil
Pemeriksaan Rujukan
Hematology

Hemoglobin 12.0 12-16 g/dl Normal


Hemaktokrit 35 35-45 % Normal
Leukosite 11.900 5000-10000 /mm³ Normal
Trombosit 253.000 150000-350000 /mm³ Normal
Waktu pendarahan -
2.00 1.00-3.00 Normal
(bt)
Waktu pembekuan -
4.00 1.00-7.00 Normal
(ct)

Nama : Ny A

No Rm : 17087492

Tanggal pemeriksaan : 30 Januari 2023 pukul 06.14 wib

Jenis Nilai
Hasil Metode
Pemeriksaan Rujukan
Serologi
Anti Treponema Palidum Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Anti HIV : Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Anti HIV I Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Kesimpulan Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph
Hbsag Rapid Non Reaktif Non Reaktif Immunochromatograph

Q. Terapi obat yang diberikan

Nama Obat Dosis Manfaat


Ceftriaxon 2x1 Antibiotik
Metronidazol 2x1 Mengobati infeksi bakteri (Antibiotik)
Ranitidine 2x1 Menurunkan produksi asam lambung
Vitamin C 1x1 Meningkatkan kekebalan tubuh
R. Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
Data Subjektif : Op Sectio Caesarea
a. Klien mengeluh nyeri
perut (bekas operasi)
b. Nyeri di rasakan hilang Terputusnya kontinuitas
timbul jaringan
c. Nyeri seperti di sayat
sayat
Data Objektif : Merangsang area
a. Skala nyeri 5 (0-10) sensori Nyeri
b. Klien tampak meringis akut Nyeri Akut
1.
c. Luka post op sc (D.0077)
horizontal sepanjang ±
12 cm
d. Klien tampak protektif
e. Tanda – Tanda Vital
1) TD : 120/80
mmHg
2) N : 100 x/menit
3) R : 20
x/menit 4) S :
36.0 ℃
Data Subjektif Adaptasi post CS
a. Klien mengatakan Fisiologis
Asinya keluar (sedikit) Laktasi
b. Klien mengatakan Porlactin meningkat
terasa bengkak pada Menyusui
payudaranya. Ketidakadekuatan Tidak Efektif
2.
Data Objektif Suplai ASI (D.0029)
a. Asi tidak
menetes/memencar
Menyusui Tidak Efektif
b. Bayi menangis saat
disusui.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. D.0077) Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (Luka Invansif) ditandai dengan

Data Subjektif :

1. Klien mengeluh nyeri perut (bekas operasi)

2. Nyeri di rasakan hilang timbul

3. Nyeri seperti di sayat sayat

Data Objektif :

1. Skala nyeri 5 (0-10)

2. Klien tampak meringis

3. Luka post op sc horizontal sepanjang ± 12 cm

4. Klien tampak protektif

5. Tanda – Tanda Vital

a) Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b) Nadi : 80 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36.0 ℃

B. (D.0029) Menyusui tidak efektif b/d Ketidakadekuatan suplai ASI

ditandai dengan :

Data Subjektif
1. Klien mengatakan Asinya keluar (sedikit)

2. Klien mengatakan terasa bengkak pada payudaranya.

Data Objektif

1. Asi tidak menetes/memencar

2. Bayi menangis saat di susui


S. PROSES KEPERAWATAN

No DX Tujuan Dan Kriteria Intervensi

Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)


KEPERAWATAN ( SDKI)

1. (D.0077) Nyeri Akut b/d Agen (L.08066) Tingkat (I.08238)Manajemen

pencedera fisik (Luka Invansif) Nyeri Setelah Nyeri

ditandai dengan : dilakukan tindakan 1


Observasi
x 6 jam, diharapkan
Data Subjektif :
1. Identifikasi lokasi,
Tingkat nyeri
1. Klien mengeluh nyeri perut (bekas karakteristik, durasi,
berkurang dengan
operasi) frekuensi, kualitas,
KriteriaHasil :
intensitas nyeri
2. Nyeri di rasakanhilang timbul
1. Kamampuan
2. Identifikasi skala
3. Nyeri seperti di sayat sayat 4.
menuntaskan
nyeri
Skala nyeri 5 (0-10)
aktivitas meningkat
3. Identifiksi faktor
Data Objektif : (5)
memperberat dan
1. Klien tampak meringis 2. Keluhan nyeri
memperingan nyeri
menurun (5)
2. Luka post op sc horizontal
4.Monitor
sepanjang ±12 cm 3. Meringis menurun
keberhasilan terapi
(5)
3. Klien tampak protektif komplemneter yang

4. Sikap protektif sudah diberikan


4. Tanda – Tanda Vital
menurun (5) Terapeutik
- TD : 120/80 mmHg
1. Berikan teknik
- N : 80 x/menit
non farmakologis
- R : 20 x/men untuk mengurangi

nyeri (teknik
S : 36.0 ℃
relaksasi genggam

jari)

2.Kontrol lingkingan

yang memperberat

rasa nyeri (mis suhu

ruangan,

pencahayaan,

kebisingan)

Edukasi

1.Jelaskan penyebab,

periode dan pemicu

nyeri

2. Jelaskan stategi

meredakan nyeri

3. Ajarkan teknik

non farmakologis

(teknik relaksasi

genggam jari)

2. (D.0029) Menyusui tidak efektif b/d (L.03029) Status (I.12393) Edukasi

Ketidakadekuatan suplaiASI ditandai Menyusui Setelah Menyusui Observasi

dengan dilakukan tindakan 1 1.Identifikasi

x 6 jam, diharapkan kesiapan dan


: Data Subjektif status menyusui kemampuan

membaik dengan menerima informasi


1. Klien mengatakan Asinya keluar
KriteriaHasil : 2. Identifikasi tujuan
(sedikit)
dan keinginan
1. Suplai ASI
2. Klien mengatakan terasa bengkak
menyusui
adekuat meningkat
pada payudaranya.
(1) Terapeutik
Data Objektif :
2. Tetesan/pancaran 1. Sediakan materi
1. Asi tidak menetes/memancar
ASI meningkat (1) dan media
2. Bayi menangis saat di susui
3. Bayi menangis pendidikan kesehata

setelah menyusui 2.Jadwalkan

menurun (5 pendidikan

kesehatan bagi ibu

dan bayi

3.Berikan

kesempatan untuk

bertanya Edukasi

Ajarkan perawatan

payudara postpartum

(pijat oksitosin)
T.
U.
V. R. IMPLENTASI KEPERAWATAN

No Tnggal atau jam Implentasi Tanggal atau jam Evaluasi Paraf

1. 30 januari 2023 1. Mengidentifikasi 30 januari 2023 Subjektif : RESTI

Jam 10.00 wib lokasi, Jam 10.15wib 1. Klien mngeluh masih nyeri

karakteristik, durasi, perut

frekuensi, 2. Klien mengatakan nyeri

kualitas, intensitas nyeri dirasakan saat bergerak

Hasil : Klien mengeluh 3. Klien mengatakan nyeri

nyeri dirasakan hilang timbul

perut.. Nyeri dirasakan 4. Nyeri dirasakan 5 menjadi 4

hilang Objektif :

timbul seperti disayat 1. Klien masih tampak

sayat meringis

2. Mengidentifikasi skala 2. TTV - TD : 120/80 mmHg

nyeri - N : 80 x/menit
Hasil : Nyeri berada di - R : 20 x/menit

skala 5 - S : 36.0 ℃

3. Mengidentifikasi Assesment :

faktor Nyeri Akut Teratasi Sebagian

memperberat dan Planning :

memperingan Manajemen nyeri lanjutkan

nyeri

Hasil : Nyeri bertambah

saat

bergerak dan berkurang

saat

istirahat

4. Menjelaskan penyebab

periode

dan pemicu nyeri

Hasil : pasien mengerti


apa yang

dijelaskan

5. Menjelaskan strategi

meredakan

nyeri

Hasil : pasien ikut

berdiskusi

dengan perawat

6. Mengukur TTV pasien

Hasil :

- TD : 120/80 mmHg

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

- S : 36.0 ℃

2 30 Januari 2023 1. Mengidentifikasi 30 Januari 2023 Subjektif : RESTI

(12.00 WIB) kesiapan dan (12.15 WIB) 1. Klien mengatakan asinya


kemampuan menerima masih keluar (sedikit)

informasi Hasil : 2. Klien mengatakan

2. Menyediakan materi payudaranya masih bengkak

dan media pendidikan Objektif :

Kesehatan 1. Asi masih tidak

Hasil : pendidikan menetes/memancar

kesehatan tentang pijat 2. Bayi menangis saat di susui

oksitosin yang di rasakan Assesment :

oleh pasien Menyusui Tidak Efektif Belum

3. Menjadwalkan Teratasi

pendidikan kesehatan Planning :

sesuai kesepakatan Edukasi Menyusui Lanjutkan

Hasil : pasien

mengatakan sesudah pijat

oksitosin

4. Memberikan
kesempatan untuk

bertanya

Hasil : pasien tampak

paham dan mengerti


BAB IV

PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan pada Ny. A P1A0 Post SC Hari Kedua
Asuhan keperawatan pada Ny. A 23 tahun P1A0 Post SC

hari kedua dilakukan mulai dari tanggal 30 Januari 2023. Hasil

pengkajian Ny. A mengeluh nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri

dirasakan seperti disayat sayat. Nyeri bertambah bergerak dan

berkurang bila tidur terlentang sehingga aktivitas klien terganggu

harus dibantu oleh keluarga, nyeri tidakmenyebar kebagian lain,

dengan skala nyeri 5 (1-10), nyeri dirasakan hilang timbul. Sejalan

dengan Reeder (Cembun, 2020) yang menyatakan pasien menjalani

persalinan dengan metode SC biasanya merakasakan berbagai

ketidaknyamanan salah satunya adalah nyeri yang berasal dari insisi

abdominal. Pada hari kedua didapatkan yakni data subjektif Ny. A

mengatakan pengeluaran ASI keluar (sedikit), payudara juga sedikit

bengkak data objektif ASI masih tidak memancar/menetes, bayi

masih suka menangis saat disusui.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. A

berdasarkan data subjektif, objektif dan pemeriksaan penunjang

berdasarkan prioritas adalah Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisik

(luka invansif) d/d klien mengeluh nyeri perut (bekas operasi, nyeri

dirasakan hilang timbul, nyeri seperti di sayat sayat, skala nyeri 5

(0-10), luka post operasi SC horizontal sepanjang

± 12 cm, klien tampak meringis dan tampak protektif, Tekanan

darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit dan


Suhu 36,0 ℃ . dan Menyusui Tidak Efektif b/d Ketidakadekuatan

Suplai ASI d/d klien mengatakan Asinya keluar (sedikit),

payudarannya terasa bengkak, Asi tidak menetes/memancar dan

bayi menangis saat disusui. Terdapat perbedaan dalam penegakan

diagnosa diantara askep teori dengan hasil pengkajian langsung

pada Ny. A. Dimana diagnosa yang diangkat dari masalah Ny. A

yaitu Nyeri Akut dan Menyusui Tidak efektif sedangkan diagnosa

yang tidak diangkat yaitu Defisit pengetahuan, Menyusui

efektif,resiko infeksi, Kenapa tidak diangkat itu karena pada saat

dilakukan pengkajian tidak terdapat data mayor maupun minor yang

muncul dalam diagnosa tersebut.

Pada hari kedua setelah dilakukan pengkajian ulang

didapatkan data subjektif dan objektif yang mengarah pada diganosa

menyusui tidak efektif, maka penulis membawa diagnosa menyusui

tidak efektif b.d ketidakadukatan suplai ASI karena data data yang

dikaji terdapat pada tanda mayor dan minor pada SDKI.

Pada tahap perencanaan penulis menyusun perencanaan

tujuan dan kriteria hasil serta intervensi berdasarkan SLKI dan SIKI

oleh Tim DPP PPNI (2020). Tujuan dan Kriteria yang diharapkan

untuk mengatasi masalah nyeri akut, luaran utamaa tingkat nyeri

dengan intervensi utamanya manajemen nyeri sedangkan masalah

menyusui tidak efektif, luaran utama status menyusui dan intervensi

edukasi menyusui. Khusus untuk diagnosa nyeri akut memberikan

teknik nonfaramakologis yakni untuk mengurangi nyeri dengan

terapi teknik relaksasi genggam jari pada intervensi manajemen


nyeri, karena terapi relaksasi genggam jari ini dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik yang diberikan menghasilkan impuls yang

dikirim melalui serabut saraf aferen yang mengakibatkan pintu

gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang.

Menurut Penelitian Laila Ani (2021). Bahwa sesudah diberikan

terapi ini dapat memberikan ketenangan pikiran, mengontrol emosi,

melancarkan aliran dalam darah, serta memberikan pengontrolan

diri pada individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri.

Menurut penelitian Yulyana Nispi, Liansyi Yunia, Savitri Wewet

(2020).

Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan

rencana keperawatan yang telah disusun selama 3 hari dimulai

tanggal 30 Januari 2023 – 01 Februari 2023. Tindakan keperawatan

pada Ny. A khusus untuk mengatasi nyeri yaitu dilakukan tidakan

keperawatan nonfarmakologis terapi teknik relaksasi genggam jari

yang dilakukan selama ± 30 menit dengan bernapas secara teratur,

untuk kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari selanjutnya

dengan rentang waktu yang sama.Setelah kurang lebih 15 menit,

alihkan tindakan untuk tangan yang lain dan lakukan juga selama

15 menit yang dilakukan selama 2 hari tampa hambatan dan sesuai

dengan jurnal yang diambil.

Hasil penelitian ini relavan dengan hasil penelitian

menggunakan teknik yang sama dalam mengatasi nyeri yang telah

dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Salah satunya

penelitian yang dilakukan oleh Wiyajanti Endah, dkk (2022), dalam


penelitian tersebut, bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat

menurunkan intensitas nyeri pada post SC.

Dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi genggam jari

mempunyai pengaruh untuk mengatasi nyeri yang dilakukan pada

pasien post SC di Ruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo Kota

Tasikmalaya pada tanggal 30 Januari 2023 di dapatkan hasil

sebelum terapi relaksasi genggam jari dilakukan tingkat nyeri

sebelum diberikan terapi intervensi adalah skala 5 dan tingkat nyeri

sesudah diberikan terapi adalah 4 Pada tanggal 31 Januari 2023

didapatkan hasil sebelum diberikan terapi intervensi dengan skala 4

setelah diberikan intervensi skala 3 dan pada tanggal 01 Januari

2023 yang dilakukan ketika home visit sebelum diberikan intervensi

3 dan sesudah diberikan intervensi 1

B. Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari

Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada pasien post

SC untuk menurunkan intensitas nyeri. Teknik relaksasi genggam

jari menjadi pilihan salah satu alternative penanganan nyeri non

farmakologis karena dapat melancarkan aliran darah, mengontrol

diri dan memberikan ketenangan pikiran (Tyas Ayuningsih 2019)

Pelaksanaan Intervensi Teknik Relaksasi Genggam Jari

dimulai pada tanggal 30 Januari 2023 yang sampai 31 Januari 2023

yang dilaksakan di Rumah Sakit dr Soekardjo dan pada tanggal 01

Februari 2023 dilaksanakan di Rumah klien/home visite. Peneliti

melakukan prosedur Teknik Relaksasi Genggam Jari selama 3 hari

dengan durasi 30 Menit dan dilakukan penilian nyeri 1 jam sesudah


dilakukan intervensi sesuai penelitian Tyas Ayuning Dina dan

Sadanoer Maulina Ira (2019).

Prosedur yang dijalankan peneliti sesuai dengan teori SOP

yang sudah disepakati dengan pembimbing, dimana langkah –

langkah sebagai berikut :

1. Posisi klien dalam keadaan berbaring lurus ditempat tidur

dan meminta klien untuk mengatur nafas dan

merileksasikan otot

2. Duduk disamping klien, relaksasi dimulai dengan

mengenggam ibu jari klien dengan tekanan lembut,

genggam hingga nadi pasien terasa berdenyut.

3. Klien diminta untuk mengatur nafas dengan lembut

4. Genggam ibu jari selama 2-3 menit dengan nafas secara

teratur dan kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari

berikutnya dengan rentang waktu yang sama

5. Setelah kurang lebih 10-15 menit, alihkan tindakan untuk

tangan yang lain

C. Analisis Terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari

Hasil analisis yang di dapat pada penerapan Teknik

Relaksasi Genggam Jari pada Ny. A berhasil menurunkan nyeri

yang dirasakan sesudah dilakukan nya post sc. Pada hari pertama

klien mengeluh nyeri dengan skala 5 yang di rasakan menganggu

pada aktivitas klien, pada saat sesudah dilakukan Teknik Relaksasi

Genggam Jari selama 30 menit klien mengatakan nyeri berkurang

menjadi skala 4 pada saat dilakukan hal yang sama di hari ke -2


klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala nyeri 3 dimana

klien sudah mulai rileks dan terakhir dilakukan di rumah klien pada

hari ke-3 klien mengatakan nyeri sudah mulai jarang timbul dan

sudah mulai bisa beraktivitas. Hal ini sependapat dengan penelitian

Mariene, Dolang Wiwin, Valencia Diana Pattipeilohy (2018) yang

mengatakan Teknik relaksasi genggam jari yang diberikan selama ±

30 menit dengan mengenggam seluruh jari mulai dari ibu jari

hingga jari kelingking dan sambil menarik napas dalam dapat

memberikan ketenangan pikiran, mengontrol emosi, melancarkan

aliran dalam darah, serta memberikan pengontrolan diri pada

individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. A dengan

post SC selama 3 hari dapat disimpulkan bahwa :

a. Mampu melakukan asuhan keperawatan secara

komprehensif pada Ny. A mulai dari pengkajian

didapatkan data focus keluhan utama nyeri pada luka pos

SC, kemudian muncul diagnosa keperawatan nyeri akut

b.d agen pendera fisik (luka invansif) dengan rencana

keperawatan menerapkan teknik relaksasi genggam jari,

penerapan dilakukan dalam waktu 30 menit selama 2 hari.

Pada saat evaluasi adanaya skala nyeri sebelum dilakukan

intervensi skala 5 (1-10) menjadi 1 (1-10).

b. Mampu menerapkan teknik relaksasi genggam jari dalam

menurunkan nyeri post SC pada Ny. A dengan riwayat

post SC hari ke 2 diruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo

Kota Tasikmalaya, teknik relaksasi genggam jari

dilakukan dengan durasi 30 menit selama 3 hari berturut

turut mulai tanggal 30 Januari 2023 sampai 31 Januari

2023.

c. Mampu menganilisis teknik relaksasi genggam jari pada

Ny. A dengan nyeri post SC di ruang Melati 2A RSUD dr

Soekardjo Kota Tasikmalaya dapat menurunkan intensitas


nyeri post SC dari skala 5 (1-10) menjadi 1 (1-10). Hal ini

dikarenakan teknik relaksasi genggam jari dapat

memberikan ketenangan pikiran, mengontrol emosi dan

melancarkan aliran darah.

2. Saran

a. Bagi RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya

Penerapan teknik relaksasi genggam jari yang diterapkan oleh

penulis ini bisa dijadikan bagian dari dokumen SOP rumah sakit yang

dapat diterapkan pada pasien post SC yang mengalami nyeri

b. Bagi Univeristas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Teknik relaksasi genggam jari dapat dilakukan sebagai salah satu

alternative tindakan non farmakologis untuk menurunkan nyeri

terutama pada pasien post SC, ketika praktek di lapangan rumah sakit

maupun komunitas, bahkan dapat sebagai bahan pembelajaran dan

salah satu materi yang dapat dilakukan ada kegiatan pengabdian

kepada masyarakat

c. Bagi Profesi Perawat

Teknik relaksasi genggam jari dapat diberikan salah satu alternative

tindakan keperawatan secara non farmakologis dalam menangani

nyeri melalui asuhan keperawatan. Dalam pelaksanaan harus

dilakukan dalam kondisi lingkungan yang nyaman dan dijaga privacy

pasienya sambil terus berkomunikasi selama intervensi sehingga

paien rileks
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Medis & NANDA, NIC-NOC Jilid 1.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & proses keperawatan nyeri. Jogjakarta.

Penerbit Buku Ar-Ruzz Media

Dolang, M. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap

Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Pasapua

Health Journal, 1(1), 14-17.

Evrianasari, N., Yosaria, N., & Ermasari, A. 2019. Teknik Relaksasi

Genggam Jari Terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea. Jurnal

Kebidanan, 5(1), 86-91

Farida, L. I., & Widyaningsih, A. 2022. Gambaran Pengetahuan Ibu

Tentang Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Pengurangan

Nyeri Persalinan. Jurnal Kebidanan: Jurnal Ilmu Kesehatan Budi

Mulia, 12(1), 51- 62

Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan keperawatan post

operasi. Yogyakarta: Nuha Medika, 63-64.

Kiftiyah, M., & Purnamasari, K. I. 2017. Perbedaan sekala nyeri pada ibu

inpartukala I fase aktif dengan masase punggung dan tanpa mesase

punggung. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, 6(1).

Laila, A., Novita, Y., Sartika, Y., & Susanti, A. 2021. Pengaruh teknik
relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien post

sectio caesarea di rsud arifin achmad provinsi riau. JOMIS

(Journal of Midwifery Science), 5(1), 36-41.

Rosiska, M. 2021. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari

Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Op di Ruang Bedah Rsu

Mayjen HA Thalib Kerinci. Jurnal Ilmu Kesehatan Dharmas

Indonesia, 1(2), 51-56.

Salfariani M, I., & Nasution, S. S. 2012. Faktor pemilihan persalinan

sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU Bunda Thamrin Medan.

Tyas, D. A. 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea.

Jurnal Bidan Komunitas, 3(2), 86-92.

Tamsuri, A. 2006. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Tim pokja SDKI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi

III. Jakarta : DPP PPNI.

Tim pokja SLKI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi III.

Jakarta: DPP PPNI

Tim pokja SIKI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi III

Jakarta : DPP PPNI.

Putra, I. B. G. S., Wandia, I. M., & Harkitasari, S. 2021. Indikasi Tindakan

Sectio Caesarea di RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2017-2019.

Gianyar
Wijayanti, e., ts, r. F., & supriyadi, b. 2022. Effektifitas teknik relaksasi

genggam jari (finger hold) terhadap penurunan intensitas nyeripada

pasien 6 jam postoperasi sectio caesaria di rsud dr kanujoso

djatiwibowo balikpapan tahun 2020. Journal Of Midwifery, 10(1),

83-90.

Anda mungkin juga menyukai