Anda di halaman 1dari 19

TERMINASI KEPERAWATAN GERONTIK

EDUKASI DAN COMPLEMENTARY ALTERNATIVE MEDICINE (CAM)


PROGRAM PROFESI NERS MA : KEPERAWATAN GERONTIK

PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI DI


PANTI WERDHA DHARMA BHAKTI PALEMBANG
Oleh
1. Riski Eko Saputra 2235001 11. Mirza Kurniawan S. 2235017
2. Priskilla Sindi A. 2235005 12. Chyntia Rahmadayani 2235041

3. Dewi Rindi A. 2235007 13. Tri Widyastuti 2235019

4. Intan 2235015 14. Alya Meivianora 2235023


5. Oktianto Wanrefen 2235003 15. Clementina Sasavia 2235025

6. Sirwi Laudya 2235011 16. Yohana Arvelia Eka S. 2235033

7. Indriyani 2235011 17. Prasasti Anjani Prima 2235027


8. Ayu Sari 2235037 18. Ni Kadek Widiastari 2235029
9. Muhammad Idris 2235035 19. Abna Prayoga P. 2235031

10. Eka Yuniarti 2235009 20. Angel Y Sihombing 2235021

Pembimbing :
Ns. Lilik Pranata M.Kes.
Ns. Aprida Manurung M. Kep.
Ns. Aniska Indah Fari M.Kep.
Ns. Vausta Nurjanah M.K.M.
Ns. Srimiyati M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
EDUKASI DAN COMPLEMENTARY ALTERNATIVE MEDICINE (CAM)
Mahasiswa Profesi Ners
Prodil Ilmu Keperawatan dan Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Musi Charitas
TA 2022-2023

PENERAPAN KOMPRES AIR HANGAT PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI


DI PANTI WERDHA DHARMA BHAKTI PALEMBANG

Palembang, 11 Mei 2023

Hormat saya
Ketua kelompok

Ni Kadek Widiastari

Mengetahui Mengetahui
Koordinator MA Perseptor Klinik

Lilik Pranata, S.Kep., Ners., M.Kes Dr. Rismala Kesuma


S.Kep.M.Kes.

Mengesahkan
Ka. Prodi Ilmu Keperawatan & Ners

Bangun Dwi Hardika, S.Kep.,Ners., M.K.M

i | Keperawatan Gerontik 2023


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan terminasi keperawatan gerontik
yang berjudul ”Penerapan Kompres Air Hangat Pada Lansia yang Mengalami Nyeri Di Panti
Werdha Dharma Bhakti Palembang”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan pendahuluan ini.
Kami pun sangat menyadari bahwa dalam laporan terminasi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
dari pembaca.
Semoga laporan pendahuluan yang sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Palembang, 11 Mei 2023

Mahasiswa NS2A

ii | Keperawatan Gerontik 2023


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Kegiatan 2
C. Manfaat Kegiatan 2
BAB II : KONSEP TEORI 3
A. Konsep Nyeri 3
1. Pengertian Nyeri 3
2. Etiologi Nyeri 3
3. Klasifikasi Nyeri 3
4. Proses Nyeri 4
5. Pengkajian Nyeri 5
6. Penatalaksanaan Nyeri 6
B. Kompres Air Hangat 7
1. Pengertian 7
2. Manfaat 8
3. Cara pemberian kompres hangat 8
BAB III : DESAIN KEGIATAN 9
A. Kriteria Klien 9
B. Tempat dan Waktu 9
C. Kegiatan 9
D. Media 9
E. Denah 10
F. Susunan Panitia 10
G. Susunan Acara 11
BAB IV : PEMBAHASAN 12
A. Hasil 12
B. Pembahasan 13
DAFTAR PUSTAKA 15

iii | Keperawatan Gerontik 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan perkembangan tahap akhir pada kehidupan manusia.Banyak


penurunan fungsi yang terjadi pada lansia contohnya penurunan fungsi pendengaran,
penglihatan, dan juga fungsi lainnya salah masalah yang seringkali di jumpai pada lansia
yaitu hipertensi suatu keadaan yang mengakibatkan tekanan darah di pembuluh darah
meningkat (Kemenkes, 2020).Masalah yang sering muncul pada seorang lansia yakni salah
satunya nyeri.Nyeri yang timbul pada seorang lansia dikarenakan adanya peradangan pada
sendi ataupun bisa juga karena osteoarthritis.Nyeri yang muncul pada lansia selain dapat
diredakan dengan mengkonsumsi obat, nyeri tersebut juga dapat diredakan dengan
menggunakan terapi non farmakologi, salah satunya yakni kompres air hangat.
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dan
tujuannya untuk memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri
(Fajriyah dan Winarsih, 2013).
Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian
tubuh yeng memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri. Dalam
keperawatan menurut (Andormoyo, 2013).
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunan respon nyeri
tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan,
manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan independen dari seorang perawat
dalam mengatasi respon klien. Penggunaan kompreshangat untuk area yang tegang dan
nyeri dapat meredakan nyeri tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri dengan mengurangi
spesme otot yang disebebkan oleh iskemia, yang merangsang nyeri dan menyebabkan
vasodilatisi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut (Andormoyo, 2013).
Nyeri yang tidak diobati dapat menyebabkan tekanan emosional dan memicu
kekambuhan penyakit, sehingga pengasuh harus mengambil langkah-langkah untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan pasien sambil mengelola nyeri.Nyeri merupakan
pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang terkait dengan atau

1 | Keperawatan Gerontik 2023


menyerupai kerusakan jaringan secara potensial atau aktual. Definisi tersebut menjelaskan
konsep bahwa nyeri adalah hasil kerusakan struktural, bukan saja tanggapan sensorik dari
suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan tanggapan emosional (psikologik) yang
didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi nyeri menjadi
sangat subjektif tergantung kondisi emosi dan pengalaman emosional
sebelumnya.Toleransi terhadap nyeri meningkat bersama pengertian, simpati, persaudaraan,
pengetahuan, pemberian analgesik, anisolitik, antidepresan dan pengurang
gejala.Sedangkan toleransi nyeri menurun pada keadaaan marah, cemas, bosan, kelelahan,
depresi, penolakan sosial, isolasi mental dan keadaan yang tidak menyenangkan(Swarjana,
2022, pp. 82–83).
Pada Panti Werdha Dharma Bakti Palembang total jumlah lansia yang tinggal yakni
berjumlah 42 lansia. Dan sejumlah 20 lansia menjadi partisipan dalam praktik klinik
keperawatan gerontik, dan sebanyak 17 lansia mengalami nyeri.

B. Tujuan Kegiatan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para lansia yang berada di Panti
Werdha Dharma Bakti Km 7 yang mengalami nyeri mengenai cara mengatasi dan juga
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dengan cara menggunakan kompres air hangat pada
lokasi nyeri.

C. Manfaat Kegiatan

Dengan diadakannya kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok ini, diharapkan para lansia
mampu mengatasi dan juga mengurangi rasa nyeri yang di alaminya secara mandiri.

2 | Keperawatan Gerontik 2023


BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Nyeri

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang
terkait dengan atau menyerupai kerusakan jaringan secara potensial atau aktual.
Definisi tersebut menjelaskan konsep bahwa nyeri adalah hasil kerusakan struktural,
bukan saja tanggapan sensorik dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan
tanggapan emosional (psikologik) yang didasari atas pengalaman termasuk
pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi nyeri menjadi sangat subjektif tergantung
kondisi emosi dan pengalaman emosional sebelumnya.Toleransi terhadap nyeri
meningkat bersama pengertian, simpati, persaudaraan, pengetahuan, pemberian
analgesik, anisolitik, antidepresan dan pengurang gejala.Sedangkan toleransi nyeri
menurun pada keadaaan marah, cemas, bosan, kelelahan, depresi, penolakan sosial,
isolasi mental dan keadaan yang tidak menyenangkan (Swarjana, 2022).
2. Etiologi Nyeri
Menurut Tim Pokja PPNI dalam SDKI (2017, p. 172) penyebab nyeri akut adalah:
a. Agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut
Mereda saat penyembuhan terjadi, yaitu memiliki akhir yang dapat diprediksi
dan durasinya singkat, biasanya kurang dari enam bulan. Nyeri akut sering
berarti nyeri hebat yang tiba-tiba. Contohnya adalah nyeri pascaoperasi yang
dirasakan setelah operasi (Swarjana, 2022).
b. Nyeri Kronis
Nyeri yang berlangsung lama, rasa sakit yang bertahan melebihi fase
penyembuhan dari proses penyakit. Contohnya adalah nyeri punggung bawah
yang bertahan lebih dari 3-6 bulan (Swarjana, 2022).

3 | Keperawatan Gerontik 2023


4. Proses Nyeri
Lewis, Heitkemper, O'Brien, & Bucher (2007) membagi proses terjadinya
nyeri menjadi 4 tahapan, di antaranya transduction, transmission, perception, dan
modulation of pain (Swarjana, 2022).
a. Transduksi (Transduction)
Aktivasi reseptor nyeri disebut sebagai transduksi. Transduksi melibatkan
konversi rangsangan menyakitkan menjadi listrik impuls yang berjalan dari perifer
ke sumsum tulang belakang pada punggung. Serabut saraf perifer yang
mentransmisikan nyeri disebut nosiseptor. Selain itu, ketika ambang persepsi nyeri
telah tercapai dan ketika ada jaringan yang terluka, diyakini bahwa jaringan yang
terluka melepaskan bahan kimia yang merangsang atau mengaktifkan ujung saraf.
Sebagai contoh, sel yang rusak melepaskan histamin yang merangsang ujung
saraf. Asam laktat terakumulasi dalam jaringan yang terluka karena kurangnya
suplai darah dan diyakini dapat merangsang ujung saraf serta menyebabkan nyeri
atau menurunkan ambang ujung saraf terhadap rangsangan lain (misalnya, panas
atau tekanan). Efek berkepanjangan dari rangsangan nyeri yang bekerja pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan sensitisasi. artinya ambang aktivasi nyeri
diturunkan. Pada saat itu, bahkan rangsangan yang tidak berbahaya dapat memicu
nyeri: sinyal nyeri lebih cepat dan terasa lebih intens. Zat lain juga dilepaskan
yang merangsang nosiseptor atau reseptor nyeri Ini termasuk bradikinin.
prostaglandin, dan zat P.
b. Transmission
Sensasi nyeri dari lokasi cedera atau peradangan dilakukan sepanjang jalur
ke sumsum tulang belakang, kemudian ke pusat yang lebih tinggi. Proses
keseluruhan dikenal sebagai transmisi. Tidak ada organ atau sel nyeri tertentu di
dalam tubuh. Sebaliknya, jaringan jalinan ujung saraf bebas yang tidak
berdiferensiasi menerima rangsangan yang menyakitkan. Reseptor nyeri ujung
saraf bebas termasuk aferen (serabut yang membawa impuls dari reseptor rasa
sakit menuju otak) serat A-delta penghantar cepat dan serat C penghantar lambat.
Serabut A-delta yang lebih besar mentransmisikan nyeri akut yang terlokalisasi
dengan baik, sedangkan serabut C yang lebih kecil menyampaikan nyeri viseral
difus yang sering digambarkan sebagai rasa terbakar dan nyeri. Diperkirakan ada
beberapa juta ujung saraf ini di dalam tubuh, banyak di lapisan kulit dan di

4 | Keperawatan Gerontik 2023


beberapa jaringan internal, seperti permukaan sendi. Pada jaringan tubuh yang
lebih dalam, reseptor nyeri tersebar secara difus, tetapi tidak merata.
c. Perception
Persepsi nyeri melibatkan proses sensorik yang terjadi bila ada stimulus
nyeri. Ini termasuk interpretasi seseorang tentang nyeri. Ambang persepsi,
ambang nyeri, adalah intensitas terendah dari suatu stimulus yang menyebabkan
subjek mengenali nyeri. Ambang batas ini adalah sangat mirip untuk semua orang,
tetapi beberapa penelitian telah mencapai kesimpulan bahwa wanita memiliki
ambang batas yang lebih rendah dibandingkan pria (Smeltzer et al., 2010).
Kemungkinan bahwa pria dan wanita memiliki harapan yang berbeda, relatif
terhadap persepsi nyeri dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap ambang
nyeri.
d. Modulation
Proses di mana sensasi nyeri dihambat atau dimodifikasi, dikenal sebagai
modulasi. Sensasi nyeri tampaknya diatur atau dimodifikasi oleh zat yang disebut
neuromodulator. Neuromodulator ini bersifat endogen senyawa opioid, yang
berarti mereka hadir secara alami, regulator kimia, seperti morfin di sumsum
tulang belakang dan otak. Mereka tampaknya memiliki aktivitas analgesik dan
mengubah persepsi nyeri. Senyawa opioid endogen ini diyakini menghasilkan
efek analgesiknya dengan mengikat situs reseptor opioid spesifik di seluruh sistem
saraf pusat, menghalangi pelepasan atau produksi zat yang mengurangi nyeri.
Endorfin dan enkefalin adalah neuromodulator opioid. Endorfin diproduksi
di sinapsis saraf di berbagai titik di sepanjang jalur sistem saraf pusat. Endorfin
dan enkefalin adalah bahan kimia penghambat nyeri yang kuat yang memiliki
efek analgesik berkepanjangan dan menghasilkan euforia. Enkephalin, yang
tersebar luas di seluruh otak dan kornu dorsalis medula spinalis, dianggap kurang
poten dibandingkan endorfin. Enkephalin dianggap mengurangi rasa sakit sensasi
dengan menghambat pelepasan substansi P dari terminal neuron aferen.
5. Pengkajian Nyeri
Dalam kaitannya dengan pengkajian nyeri, ada sejumlah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan metode dan alat untuk mengukur nyeri seperti
berikut ini (Swarjana, 2022).
a. Verbal Rating Scale (VRS), terdiri dari empat sampai lima kata yang
menggambarkan rasa sakit, di mana pasien memilih kata yang paling

5 | Keperawatan Gerontik 2023


menggambarkan rasa sakit mereka. Setiap kata memiliki skor dan skor intensitas
pasi? adalah angka yang terkait dengan kata yang mereka pilih sebagai yang
paling deskriptif tingkat nyeri mereka. Sebagai contoh, kata- kata, seperti sakit
ringan, sedang, atau berat dapat digunakan dengan setiap kata mendapatkan skor.
b. Visual Analogue Scale (VAS), terdiri dari garis lurus, yang ujung-ujungnya
ditentukan dalam batas-batas ekstrem dari pengalaman nyeri. Nomor sesuai
dengan tanda pasien di telepon adalah skor intensitas nyeri mereka.
c. Numeric Rating Scale (NRS). ini adalah variasi dari VAS. Meminta pasien untuk
menilai rasa sakit mereka pada skala. numerik 0-10. Angka pada skala yang
dipilih pasien adalah skor intensitas nyerinya.
d. McGill Pain Questionnaire (MPQ), yaitu bentuk long (LF- MPQ) dan short (SF-
MPQ) adalah skala multidimensi yang melibatkan subskala, yang mewakili
berbagai aspek nyeri.
e. Nonverbal Pain Scale (NVPS), yaitu upaya untuk menangkap semua aspek skala
multidimensi nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkan pengalaman
nyeri mereka secara verbal.
6. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Wahyuni (2013), penatalaksanaan nyeri farmakologis dan non
farmakologis antara lain :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yaitu anastesi lokal, bekerja dengan memblok konduksi
syaraf saat di berikan langsung ke serabut saraf.Dapat menurunkan nyeri dengan
pruduksi prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi, yang
menghambat resptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan
sebelumnya.
b. Tindakan nonfarmakologis
Tindakan nonfarmakologis dapat digunakan untuk pelengkap dalam pemberian
analgesik meliputi :
1) Massase
Tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan
ketegangan otot, dan dapat menurunkan ansietas.
2) Terapi panas
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah suatu area
dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat

6 | Keperawatan Gerontik 2023


penyembuhan.
3) Teknik relaksasi
Relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekasikan ketegangan otot,
dilakukan dengan berirama, memejamkan matanya dan bernafas dengan
perlahan dan nyaman.
4) Distraksi
Tindakan dengan memfokuskan perhatian pada suatu selain pada nyeri
misalnya menonton film dan bermain.
5) Terapi musik
Terapi musik dapat mengurangi nyeri dan kecemasan.

B. Kompres Air Hangat

1. Pengertian
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan cairan
hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan
nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa
hangat, dan tujuannya untuk memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit
atau nyeri (Uliyah & Hidayah 2008, dalam jurnal Fajriyah dan Winarsih, 2013).
Kompres hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada
bagian tubuh yeng memperlancar sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri.
Dalam keperawatan menurut (Andormoyo, 2013).
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunan respon nyeri
tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam melakukan intervensi keperawatan,
manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan independen dari seorang
perawat dalam mengatasi respon klien. Penggunaan kompreshangat untuk area yang
tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri tegang dan nyeri dapat meredakan nyeri
dengan mengurangi spesme otot yang disebebkan oleh iskemia, yang merangsang
nyeri dan menyebabkan vasodilatisi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut
(Andormoyo, 2013).
Pada dasarnya, kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres
hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan rangsangan pada ujung

7 | Keperawatan Gerontik 2023


saraf atau memblokir arah berjalannya impuls nyeri menuju ke otak meradang
(Tamsuri & Hareni, 2011).
2. Manfaat
1) Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah dijaringan tersebut
2) Pada otot, panas mememiliki efek menurun ketegangan.
3) Meningkatkan sel darah darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan
serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
darah serta peningkatan kapiler (Fauziyah, 2013).
3. Cara pemberian kompres hangat
a. Persiapkan alat dan bahan
1) Hot water bag (buli-buli) atau kain yang dapat menyerap air.
2) Air hangat dengan suhu 38 oC sampai 40 oC.
3) Thermometer air.
4) Baskom dan handuk kering
b. Tahap kerja
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Masukan air ke dalam botol atau masukan kain, lalu diperas
4) Tempatkan botol atau kain didaerah yang terasa nyeri dan berikan
5) Angkat botol atau kain setelah 15 menit, dan lakukan
6) Kompres ulang jika nyeri belum teratasi

8 | Keperawatan Gerontik 2023


BAB III
DESAIN KEGIATAN

A. KriteriaKlien

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada lansia di Panti Werdha


Darma Bakti km 7 Palembang masalah yang banyak terjadi pada lansia yaitu
mengalami nyeri. Nyeri yang terjadi pada lansia disebabkan karena adanya perubahan
pada susunan tulang rawan pada persendian (osteoarthritis) sehingga menyebabkan
keterbatasan gerak dan mengalami nyeri.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempatlokasi
Pelaksanaan implementasi ini akan dilaksanakan di Panti Werdha Darma Bhakti
KM 7 Palembang.
2. Waktu
Pelaksanaan implementasi akan dilaksanakan selama 2 hari terhitung sejak tanggal
11–12 Mei 2023.

C. Kegiatan

Rencana kegiatan yang dilakukan di Panti Werdha Dharma Bakti berupa


penyuluhan dan pelatihan tentang kompres hangat dalam mengatasi nyeri pada lansia.
Pelatihan dan penyuluhan ini diharapkan mampu menurunkan tingkat nyeri pada
lansia dan lansia juga mampu melakukannya secara mandiri saat mereka merasakan
nyeri.
Setelah berdoa dan senam, lansia akan melanjutkan kegiatan yang akan
dibantu perawat yang mana pertama perawat akan melakukan penyuluhan tentang
manfaat kompres hangat mengurangi nyeri pada lansia dengan waktu sekitar 10
menit, selanjutnya perawat melakukan pelatihan bagaimana kompres hangat, lokasi
kompres hangat dengan waktu sekitar 10-15menit.
D. Media

Kegatan penyuluhan yang dilakukan menggunakan leaflet tentang kompres


hangat, dan pelatihan yang dilakukan menggunakan baskom dan washlap atau bisa
handuk kecil.

9 | Keperawatan Gerontik 2023


E. Denah

Keterangan:

: Lansia

: Fasilitator

: MC

: Doa

F. Susunan Panitia

Berikut ini susunan panitia pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang
kompres hangat kepada lansia di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang
adalah sebagai berikut:
1. Ketua:Intan
2. Sekertaris:
a. Muhamad Idris
b. Prasasti Anjani Prima
3. Bendahara : Cynthia Rahmadayani
4. MC : Yohana Arvelia Eka Septa Yanti
5. Doa : Ayu Sari
6. Fasilitator Lansia :
a. Clementina Sasavia Nugroho
b. Tri Widyastuti
c. Mirza Kurniawan Sandi
d. Ni Kadek Widiastari
e. Oktianto Wanrefen Tamba
f. Priskilla Sindi Arindita

10 | Keperawatan Gerontik 2023


g. Indriyani
h. Dewi Rindi Antikawati
i. Angel Yemima Sihombing
7. Seksi Perlengkapan:
a. Eka Yuniarti
b. Alya Meivianora
c. Sirwi Laudya
d. Riski Eko Saputra
8. Seksi Dokumentasi : Abna Prayoga

G. Susunan Acara
Pukul : 14.00 s/d selesai
a. Pembukaan
b. Doa Pembuka (Clemen)
c. Sambutan Ketua Kelompok (Kadek)
d. Sambutan Ketua Panti (Sr. Melanie)
e. Penyerahan Kado (Kursi Roda)
f. Implementasi Kegiatan (Rendam dan Kompres Air Hangat)
g. Doa Penutup (Ayu)
h. Foto Bersama

11 | Keperawatan Gerontik 2023


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1
Data Karakteristik Pasien
No Pasien Usia Jenis kelamin
1. Ny. A 74 Perempuan
2. Tn. K 99 Laki-laki
3. Ny. B 77 Perempuan
4. Ny. P 72 Perempuan
5. Tn. R 80 Laki-laki
6. Ny. S 61 Perempuan
7. Ny. S 60 Perempuan
8. Ny. C 74 Perempuan

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui pasien berjumlah 8 orang dengan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 61-99 tahun..

Tabel 4.2
Perbandingan Skala Nyeri Pre Test dan Post Test

Pasien Hari ke-1

Pre Test Post Test

Ny.A 4 3
Tn. K 4 2
Ny. B 3 2

Ny. P 4 3
Tn. R 3 2
Ny. S 5 3
Ny. S 4 2

12 | Keperawatan Gerontik 2023


Ny. C 4 3

Hari pemberian intervensi dilakukan pada tanggal 13 Mei 2023 pukul 14.00 WIB di
Panti Werdha Dharma Bhakti Km 7 Palembang.Pengukuran nyeri dilakukan menggunakan
Numeric Rating Scale (NRS). Hasil pengkajian beberapa pasien sebelum dilakukan
intervensi didapatkan nyeri sedang(4-6) yaitu 6 pasien kemudian setelah diberikan
implementasi terapi kompres air hangat pasien mengalami penurunan ke nyeri ringan.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden
Responden dalam penerapan terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
merupakan lansia di Panti Werdha Dharma Bhakti dengan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Salah satu masalah fisiologis yang sering dialami oleh lansia adalah
penyakit sendi dengan gejala utama nyeri yang disertai kekakuan, kemerahan dan
pembengkakan (Kemenkes RI, 2018). Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Nugroho (2012) bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambunga sehingga dapat menyebabkan
perubahan anatomis dan biokimia pada tubuh sehingga mengefektifitasi fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan. Selain itu penyakit pada lanjut usia sangat
banyak seperti masalah pada fisik, gangguan kardiovaskuler, nyeri atau
ketidaknyamanan, gangguan ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran dan
gangguan tidur (Nugroho, 2012).
Penyakit sendi yang biasa dialami lansia bukan disebabkan oleh benturan ataupun
kecelakaan melainkan penyakit sendi yang dimaksud adalah osteoarthritis, nyeri akibat
asam urat yang tinggi/ hiperurisemia akut maupun kronis, dan rematoid artritis
(Kemenkes RI, 2018). Keluhan nyeri, bengkak dan kaku pada lutut disebabkan adanya
proses inflamasi yang terkait dengan respons imun telah mencirikan radang sendi
sebagai penyakit kompleks dan bukan sebagai degenerasi kartilago terkait usia yang
sederhana seperti yang diperkirakan (Rodrigues, 2019).

2. Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat


Hasil studi kasus ini menunjukkan pre test pasien mengalami nyeri dengan rentang
skala nyeri sedang skala 4-6 kemudian pada saat setelah dilakukan implementasi teknik
terapi kompres air hangat didapati 6 pasien mengalami penurunan dari skala nyeri

13 | Keperawatan Gerontik 2023


sedang (4-6) ke skala nyeri ringan (1-3), sebanyak 2 pasien mengalami penurunan skala
nyeri masih dalam tingkatan yang sama yaitu nyeri ringan, namun secara keseluruhan
pasien mengalami penurunan skala nyeri. Hal ini terjadi karena dengan pemberian
kompres hangat selama 15 – 30 menit akan terjadi efek vasodilatasi pembuluh darah
sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang akan memperbaiki peredaran darah di
dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluaran zat asam dan bahan makanan ke
sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki. Aktivitas
sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit/nyeri dan akan menunjang proses
pemyembuhan luka dan proses peradangan (Nugroho and Sunarsih, 2022).
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu
Puskesmas Pandian Sumenep dalam Hannan 2021. Memberikan perlakuan terapi
kompres hangat pada lanjut usia penderita osteoarthritis terlihat terjadi penurunan
intensitas skala nyeri, ini dikarenakan kompres hangat dapat melancarkan sirkulasi
darah, menghilangkan rasa sakit atau nyeri, dan memberikan ketenangan serta
kenyamanan (Italia and Neska, 2022). Terapi kompres hangat merupakan terapi
modalitas non farmakologi untuk menurunkan nyeri dengan memberikan efek
vasodilatasi sehingga dapat mempelancar sirkulasi darah, membuat otot tubuh menjadi
lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri dengan dilakukan hanya
ditempat bagian sendi dan tubuh yang mengalami nyeri (Widyastuti et al., 2021).
Selain kompres hangat dengan menggunakan handuk, berjemur dibawah sinar matahari
juga dapat menghangatkan sendi.Penggunaan panas memiliki keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu daerah dan mungkin membantu mengurangi rasa
sakit, panas lembab dapat meringankan kekakuan pagi karena arthritis (Perry and
Potter, 2010).

14 | Keperawatan Gerontik 2023


DAFTAR PUSTAKA

Hannan, M., Suprayitno, E., & Yuliyana, H. (2019).Pengaruh Terapi Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Osteoarthritis Pada Lansia Di Posyandu Lansia Puskesmas Pandian
Sumenep. Wiraraja Medika, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.24929/fik.v9i1.689
Italia and Neska, E.T. (2022) ‘Pengaruh Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Pada Lansia’, Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 12(23), pp. 14–20.
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Lanjut usia
Indonesiawww.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/ buletin-
lansia.pdf (diakses pada tanggal 17 Mei 2023 12.21 WIB)
Nugroho, H.A. and Sunarsih, S. (2022) ‘Terapi kompres hangat untuk menurunkan nyeri sendi
pada lansia’, Holistic Nursing Care Approach, 2(1), p. 35. Available at:
https://doi.org/10.26714/hnca.v2i1.9214.
Nugroho, W. (2012) Keperawatan Gerontik & Geriatri. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Perry., P. P. . dan A. G. (2010). Buku AjarFundamental Keperawatan (7th ed.). SalembaMedika.
Rodrigues, J. F. dos S. D. L. and B. L. (2019).Osteoarthritis as a Chronic Inflammatory Disease : A
Review of the Inflammatory Markers. DOI:10.5772/Intechopen.82565.
Widyastuti, A.P. et al. (2021) ‘Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
Gout Arthritis’, Journal of Nursing and Health, 6(2), pp. 84–94. Available at:
https://doi.org/10.52488/jnh.v6i2.146.

15 | Keperawatan Gerontik 2023

Anda mungkin juga menyukai