Anda di halaman 1dari 43

Kewaspadaan di Kamar Bedah Dalam

Penanganan Pasien Covid-19

Ns. Finni A. Liveta, SKep


PP HIPKABI
Ns. Finni A. Liveta, Skep

31730199785

Kamar Bedah RSCM Kencana


Head Nurse Kamar Bedah
Ketua Peer Grup Perioperatif

PP HIPKABI
Bendahara Umum 2018 - 2023
PPNI Komisariat RSCM
Ketua Bidang Pelayanan 2018 –
2023

0815 6363 4344

finni.liveta@gmail.com
Kewaspadaan di Kamar Bedah Dalam
Penanganan Pasien Covid-19

Ns. Finni A. Liveta, SKep


PP HIPKABI
Pendahuluan
Pelayanan Kesehatan dalam
penanganan wabah Covid-19 ini menjadi
prioritas dari semua layanan yang
diberikan oleh Pemerintah, termasuk
pelayanan Keperawatan Perioperatif.

Semua pasien memiliki hak untuk


mendapatkan terapi pembedahan dan
perioperatif yang optimal termasuk
pasien berstatus ODP, PDP atau positif
COVID-19.
Pendahuluan
Pelayanan keperawatan perioperatif
sangat beresiko dalam penularan
paparan Covid-19 yang ditularkan antar
manusia melalui kontak erat, droplet dan
pada tindakan menghasilkan aerosol
Airbone.
Tim Bedah dapat melindungi diri mereka
sendiri ketika merawat pasien Covid-19
dengan mematuhi praktik pencegahan
dan pengendalian infeksi di lingkungan
perioperative.
Protokol Kewaspada di Kamar Bedah

Kondisi Lingkungan Kamar Bedah

Pasien di Kamar Bedah

Tim Bedah Melakukan tindakan di


Kamar Bedah

Alur Pasien di Kamar Bedah


Alat Pelindung di Kamar Bedah

1. Jenis APD di Kamar Bedah

2. Pemakaian (donning) dan


pelepasan (doffing) dilakukan
dengan cara yang benar dan
sistematis
Metode Penularan Covid-19

Kontak langsung terjadi Putuskan rantai penularan COVID-


melalui sentuhan : 19 terapkan kewaspadaan transmisi
seseorang dapat kontak dan kewaspadaan standart :
mentransmisikan 1. Kebersihan tangan sesuai
mikroorganisme kepada WHO
orang lain melalui sentuhan 2. Gunakan APD : sarung tangan,
kulit pasien atau dengan apron ketika berkontak langsung
dengan sumber infeksi
KONTAK permukaan lingkungan dan
Rekomendasi Algoritma 3. Skrining awal : poli demam,
Deteksi Dini COVID -peralatan.
19 sentralisasi poliklinik, perawatan
sistim zonasi
Kontak tidak langsung : 4. Desinfeksi dan sterilisasi DTR,
transmisi tidak langsung DTT dan sterilisasi,
berarti perpindahan agen 5. Pembersihan permukaan
infeksi dari reservoir/ tempat lingkungan area pasien secara
rutin dengan air, deterjen,
pejamu.
alcohol 70% atau cloring 0,05%
Metode Penularan Covid-19

Bicara 1000 Putuskan rantai infeksi virus COVID-19


dengan pasien dan petugas
menerapkan kewaspadaan transmisi
droplet
DROPLET Etika batuk
atau
Rekomendasi Saat batuk 3000
Algoritma Menggunakan masker bedah, face
PERCIKAN
Deteksi Dini COVID - 19 shield, google jaga jarak minimal 1-2
meter
Cohord
Saat bersin 4000
Tata udara seimbang
Metode Penularan Covid-19

Transmisi lewat udara


ketika ada tindakan
aerosol agen infeksi :
Putuskan rantai infeksi
COVID-19 terbawa atau
Aerosol virus COVID-19 dengan
melayang di udara ketika
menerapkan kewaspadaan
atau tindakan seperti intubasi,
transmisi Airbone/udara
Rekomendasi Algoritmainhalasi, resutitasi, jantung
Transmisi
Deteksi Dini COVID - 19paru, suctioning,
APD : menggunakan
masker N 95
lewat udara broncoscopy, endocopy,
Ruangan bertekanan
pengambilan swab, saat
negative dengan Hepa,
pembersihan atau tindakan
atau Exhaus fan
di gigi mulut dan
pemeriksaan hidung dan
tenggorokan
Protokol Perioperatif
Pre Operatif
Penundaan operasi sangat tergantung dari SDM dan fasilitas serta apakah
rumah sakit tersebut terlibat dalam penanganan pasien COVID-19

Operasi yang disarankan untuk dibatalkan atau ditunda selama masa pandemi
COVID-19 adalah operasi yang bersifat elektif.13 Penundaan operasi elektif
ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan jumlah tenaga medis, alat pelindung
diri, ventilator, ruang rawat inap, dan ICU, bagi penderita COVID-19.14

Sebelum tindakan operasi dilakukan, disarankan untuk melakukan evaluasi/deteksi


dini untuk menyingkirkan kemungkinan adanya COVID-19 pada pasien.

Lakukan hand over melalui telepon / rekam medik elektronik


Rekomendasi Alur
Operasi Emergensi
Rekomendasi Alur
Operasi Elektif
# Prosedur dengan risiko tinggi:
tindakan yang berpotensi menghasilkan
aerosol, seperti intubasi/ekstubasi, laparaskopi,
operasi robotik, dan elektrokauter.18 Beberapa
tindakan lain, seperti pemasangan kateter dan
sistoskopi, perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan pasien batuk.18,19 Dibutuhkan alat
pelindung diri (APD) level 3 dalam tindakan risiko
tinggi.20
Rekomendasi Algoritma
Deteksi Dini COVID - 19
Intra Operatif
Kamar operasi yang diperuntukkan khusus untuk pasien COVID-19 diberi
label pada pintu kamar operasi. Hanya petugas yang terlibat langsung yang
dapat memasuki kamar operasi. Kamar operasi harus dipastikan berfungsi
dengan baik secara teknis termasuk aliran laminar dan filter kamar operasi

Ruang operasi yang ada dapat dikonversi menjadi AIIR setelah memodifikasi
ventilasi ruangan untuk mempertahankan tekanan negatif dan segel yang
memadai. Penggunaan kamar operasi dengan tekanan negatif merupakan kondisi
yang ideal untuk mengurangi penyebaran di dalam kamar operasi.

Hal yang diperhatikan selama prosedur intubasi, trakeostomi atau pemberian akses
jalan napas lainnya :
1. Risiko terjadi aerosolisasi dan transmisi droplet dapat meningkat,
2. Tim bedah harus berada di luar ruang operasi sampai induksi anestesi dan intubasi
selesai,
3. Bila terjadi perdarahan dimana dokter bedah dibutuhkan keberadaanny dikamar bedah
4. Tim bedah disarankan memasuki ruangan 10-20 menit pasca tindakan intubasi
Intra Operatif
Mesin anestesi di kamar operasi COVID hanya diperuntukkan khusus untuk
pasien COVID-19. Hingga saat ini, masih belum ada konsensus mengenai
teknik disinfeksi mesin yang telah digunakan untuk pasien COVID dan akan
dipergunakan untuk pasien non COVID

Perawat yang bertugas harus stand by di luar kamar operasi dan semua barang
yang dibutuhkan untuk diantarkan ke ruang operasi ditaruh di ruang persiapan
depan kamar operasi (anteroom).

Selama prosedur berlangsung atau selama pasien masih berada di kamar operasi, tidak
diperkenankan untuk keluar-masuk kamar operasi.

Kebutuhan alat dan bahan tambahan akan diinformasikan ke bagian farmasi dan perawat runner
yang akan mengantarkan dan meletakkan alat dan bahan di anteroom.
Tindakan Laparascopy
Tindakan yang berpontensi menimbulkan aerosol dapat
meningkatkan risiko tertular kepada tim bedah dan hal
ini harus diminimalkan, tetapi tidak dapat dihindari.

Pertimbangkan penggunaan laparoskopi jika


berdasarkan penilaian klinisi terdapat keuntungan yang
.
melebihi risiko potensi transmisi virus

Belum ada bukti konklusif mengenai perbedaan risiko operasi


Add Text Here
Example Text
terbuka dengan laparoskopi. Namun operasi dengan teknik
laparoskopi berhubungan dengan jumlah partikel gas yg lebih
banyak dibandingkan operasi bedah terbuka, maka persiapan
yang dilakukan adalah mengoptimalkan penggunaan smoke
evakuator
Laparascopy
04
01 02 03
Jika insufflator yang
digunakan tidak
Penggunaan Selama memiliki fitur
Tekanan insuflasi suction dilakukan desufflation, semua desufflation, pastikan
CO2 harus dijaga sesering gas CO2 dan asap untuk menutup katup
seminimal yang lolos harus pada port yang
mungkin, ditangkap dengan berfungsi yang
mungkin dan jika termasuk untuk sistem ultra-filtrasi digunakan untuk
tersedia gunakan menghisap udara dan mode insufflation sebelum
ultrafiltrasi saat desufflation harus aliran CO2 pada
(sistem evakuasi menggunakan digunakan pada insufflator dimatikan
gas atau filtrasi). insufflator jika (bahkan jika ada filter
diatermi. tersedia. in-line di tubing).
Post Operatif
Pasien yang tidak memerlukan perawatan ICU post operasi ditunggu di
kamar operasi sampai sadar penuh dengan sebelumnya ekstubasi
dalam untuk hindari batuk. Post operasi tidak melalui recovery room

Pasien langsung ditranser ke ruangan isolasi atau ruang perawatan


khusus Covid-19

Personel yang menunggu di ruang penerimaan pasien pasca operasi juga


harus menggunaan APD lengkap (coverall jumpsuit/gown/apron, penutup
kepala, sepatu tertutup/shoe cover, masker N-95, pelindung wajah dan
sarung tangan)
Post Operatif

Lakukan hand over melalui telepon / rekam medik elektronik

Semua personel diharapkan segera mandi dan membersihkan diri setelah


melakukan operasi sebelum melakukan kegiatan lainnya

Semua sampah medis pasca operasi diperlakukan sebagai sampah


infeksius terkontaminasi COVID-19.

Semua darah atau cairan tubuh yang terlihat pada permukaan alat medis,
dinding atau lantai harus dibersihkan sesuai dengan standar prosedur
sebelum desinfeksi
Manajemen Kasus Covid–19 di Kamar Operasi
Alat Pelindung Diri (APD)
Di Kamar Bedah
Prinsip dalam Pemilihan APD
Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau
bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun tidak langsung

Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak


menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan .

Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable

Tidak menimbulkan bahaya tambahan

Tidak mudak rusak.

Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.

Tidak membatasi gerak.


APD Level 3
Pelindung sepatu sekali
pakai atau di sebut Sarung tangan dapat
juga Shoes Cover biasa di Apron merupakan
terbuat dari bahan lateks
pergunakan untuk melapisi pelindung tubuh untuk
Full face shield ini sepatu pada saat masuk karet, polyvinyl chloride
melapisi luar gaun yang
memberikan ruangan yang sterile atau (PVC), nitrile,
digunakan oleh petugas
perlindungan dari clean room , produk polyurethane, merupakan
Melindungi mata, pelindung sepatu sekali pakai pelindung tangan tenaga
kesehatan dari penetrasi
rongga mata dan area aerosol maupun atau Shoes Cover ini terbuat kesehatan dari kontak
cairan infeksius pasien
wajah yang cairan tubuh dan dari bahan non woven yang bisa terbuat dari
cairan infeksius pasien
biasanya di gunakan spundbond. plastik sekali pakai atau
mengelilingi mata dari Sepatu pelindung (booth)
selama melakukan
bahan plastik berkualitas
bahaya seperti benda- sebagai alternatif dapat terbuat dari karet atau
perawatan pada pasien.
tinggi yang dapat
benda dan atau kacamata karena bahan tahan air atau bisa Sarung tangan yang ideal
digunakan kembali
mem- berikan dilapisi dengan kain tahan harus tahan robek, tahan
partikel yang air, merupakan alat pelindung bocor, biocompatibility
(reuseable) yang tahan
berterbangan perlindungan pada kaki dari percikan cairan terhadap klorin saat
(tidak toksik) dan pas di
area wajah yang infeksius pasien selama tangan
dilakukan desinfektan
lebih luas melakukan perawatan.
Sepatu pelindung harus
menutup seluruh kaki bahkan
bisa sampai betis apabila
gaun yang digunakan tidak
mampu menutup sampai ke
bawah
pelindung yang digunakan oleh tenaga
medis untuk menghindari paparan
Gaun adalah pelindung tubuh darah, cairan tubuh, dan bahan infeksi
dari pajanan melalui kontak lain,. Gaun ini merupakan isolasi dua Masker bedah terdiri dari 3 Masker N95 terbuat dari
atau droplet dengan cairan arah yang mencegah kedua personel lapisan material dari bahan polyurethane dan
medis dari infeksi atau kontaminasi dan
dan zat padat yang infeksius mencegah pasien dari infeksi
non woven (tidak di jahit), polypropylene adalah alat
untuk melindungi lengan dan loose - fitting dan sekali pelindung pernapasan yang
COVID-19 adalah penyakit pernapasan
area tubuh tenaga kesehatan yang berbeda dari Penyakit virus Ebola
pakai untuk menciptakan dirancang dengan segel
penghalang fisik antara ketat di sekitar hidung dan
selama prosedur dan kegiatan (EVD), yang ditularkan melalui cairan
mulut dan hidung pengguna mulut untuk menyaring
tubuh terinfeksi. Oleh karena terdapat
perawatan pasien. perbedaan dalam hal transmisi, dengan kontaminan hampir 95 % partikel yang
Persyaratan gaun yang ideal Secara spesifik, coverall (kadang potensial di lingkungan lebih kecil < 0,3 mikron.
antara lain efektif barrier disebut APD Ebola) tidak dipersyaratkan terdekat sehingga efektif Masker ini dapat
(mampu mencegah penetrasi saat mengelola pasien COVID-19. untuk memblokir percikan menurunkan paparan
cairan), fungsi atau mobilitas, (Rational use of personal protective (droplet) dan tetesan dalam terhadap kontaminasi
equipment (PPE) for coronavirus partikel besar. melalui airborne
nyaman, tidak mudah robek,
disease (COVID-19) WHO).
pas di badan (tidak terlalu
Namun dalam situasi wabah COVID -19
besar atau terlalu kecil), di Indonesia dengan laju peningkatan
biocompatibility (tidak toksik), kasus konfirmasi (+) yang cepat, maka
flammability, odor, dan quality penggunaan coverall dapat memperluas
area perlindungan bagi tenaga
maintenance kesehatan
Masker N 95
N95 Respirator 3M Model Surgical N95 Respirator Surgical N95 Respirator Surgical Mask
8210 3M Model 1860 3M Model 1870+

Designed to help protect the


wearer from exposure to
airborne particles (e.g. Dust,
mist, fumes, fibers, and
bioaerosols, such viruses and
bacteria)

Designedtofittightly to the
face and create a seal
betweentheuser’sface and
the respirator

Meets NIOSH 42 CFR 84 N95


requirements for a minimum
95% filtration efficiency
against solid and liquid
aerosols that do not contain
oil

Clearedforsaleby the U.S.


FDA as asurgical mask

Fluid Resistant - M eets ASTM


Test Method F1862
“Resistance of M edical Face
Masks to Penetration by
Synthetic Blood” which 120 mm Hg 160 mm Hg
determines the mask’s
resistance to synthetic blood
directed at it under varying
high pressures.
Memakai dan Melepas N 95
Attention
Jangan memakai apapun di dalam masker N95 karena akan
mengurangi kekerapatannya

Jika akan memakai kembali N95 pegang tali masker jangan


memegang bagian depan atau belakang masker

Gunakan handscone jika akan memegang bagian depan masker


untuk melakukan fit test ulang, hand hygiene kembali setelah
menyentuh bagian depan masker

Jangan melap/menyemprot permukaan depan N95 dengan cairan


apapun karena dapat merusak material masker dan mengurangi
proteksinya
Donning & Doffing APD
Pemakaian (donning) APD
1.Lepaskan 2. Kenakan baju
3.Cuci tangan 4.Kenakan surgical cap 5. Kenakan 6. Memakai 7.Kenakan
barang pribadi kerja & sepatu
masker N95 masker bedah google
tertutup

12.Cuci tangan 11.Kenakan sepatu 10.Kenakan cover


13.Kenakan sarung 9.Kenakan apron
14.Kenakan boot shoes
tangan pertama
sarung tangan
kedua (lebih 8.Kenakan cover all
jumpsuit, tetapi
panjang ) bagian kepala tidak
ditutupi dahulu

15.Kenakan face shield dan 17.Kenakan surgical gown 18.Kenakan sarung


16.Cuci tangan
tutup cover all bagian kepala tangan panjang
Pelepasan (doffing) APD
APD di lepas di kamar bedah

4.Disinfektan sepatu boot 5.Disinfektan 6.Lepaskan tutup cover 7.Cuci tangan


1.Lepaskan 2.Lepaskan sarung 3.Lepaskan all bagian kepala,
menggunakan sikat sarung tangan
surgical gown tangan panjang apron kemudian lepaskan face
panjang bagian luar dengan
handrub alkohol shield
APD di lepas di Anteroom

9.Lepaskan cover all jumpsuit


15.Lepaskan google 14.Cuci tangan 13.Lepaskan 12.Cuci tangan dengan cara menggapai 8,lepaskan
11.Pakai sandal 10.Lepaskan cover
masker bedah resleting, buka seluruhnya sarung tangan
shoes
tanpa menyentuh kulit kedua
APD di lepas di Zona Hijau

16. Lepaskan 18.Lepaskan 19.Cuci tangan


20.Lepaskan 21.Cuci tangan 22.Lakukan
15.Cuci tangan 17.Cuci tangan sarung tangan
masker N95 surgical cap kebersihan diri
pendek pertama
Penggunaan APD
4 Unsur yang harus dipatuhi :

1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan :

• APD digunakan oleh yang bersiko terpajan dengan pasien/ material


Risiko infeksius secara langsung
terpapar • Seperti : nakes, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi,
petugas laundry & petugas ambulans di Fasyankes

* Transmisi penularan COVID-19 : droplet & kontak


• Transmisi airbone bias digunakan pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol
Dinamika • Intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru,
tranmisi ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi & broskopi, pemeriksaan gigi
mseperti scaler ultrasonic & high-speed air driven, pemeriksaan hidung &
tenggorokan.
Penggunaan APD
4 Unsur yang harus dipatuhi :

2. Cara “memakai” dengan benar


3. Cara “melepaskan” dengan benar
4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai
APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga/terkonfirmasi COVID-19 harus dikategorikan sebagai material
infeksius.Tidak diperlukan prosedur khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain.
Semua APD baik disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan kedalam kantong
plastic infeksius ganda) atau tempat tertutup yang diberi label dan antibocor

Hindari melakukan hal-hal dibawah :


1. Meletakan APD dilantai/ dipermukaan benda lain (misal diatas loker/ diatas meja)
2. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan kedalam kantong plastik infeksius/
tempat tertutup
3. Mengisi kantong plastik infeksius/ tempat tertutup berisikan APD terlalu penuh
Anteroom adalah ruang transisi yang menghubungkan area
terkontaminasi dan area tidak terkontaminasi. Di tempat ini, tenaga
kesehatan memakai atau melepas APD sebelum berpindah

Bila di fasilitas kesehatan tidak terdapat Anteroom maka dapat


digunakan area lainnya, misalnya doorway, asalkan tidak
mencemari lingkungan di luar area terkontaminasi.

Limbah medis harus dibuang sebagai limbah medis diberi label


Covid-19. Menggunakan kantong plastik ganda dan diikat
Tidak Ada
Kedaruratan
American College of Surgeons, 2020, COVID-19: Recommendations for Management of Elective Surgical
Procedures. https://www.facs.org/about-acs/covid- 19/information-for- surgeons (accessed March
14, 2020).

AORN, 2013, Perioperative standard and recomendedepractice: For Inpatient And ambulatory Setting. Denver: AORN

CDC, 2020, What Law Enforcement Personnel Need to Know about Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2020, Skrining terduga COVID-19 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Direktorat Jendertal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020, Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-
Forrester JD, Nassar AK, Maggio PM, Hawn MT., 2020, Precautions for operating room team members during

the COVID-19 pandemic. March 30. J Am Coll Surgeons. DOI:


https://doi.org/10.1016/j.jamcollsurg.2020.03.030
Rekomendasi Pelayanan Urologi terkait Covid-19, Edisi- 1, tahun 2020
Ti LK, Ang LS, Foong TW, Ng BSW, 2020, What we do when a COVID-19 patient needs an operation:
operating room preparation and guidance. Can J Anaesth. doi: 10.1007/s12630-020-01617-4

Anda mungkin juga menyukai