Anda di halaman 1dari 4

PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI ELEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


01/04
RSUD SARAS HUSADA
PURWOREJO
Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur,

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Drg. Gustanul Arifin, MKes.
NIP 19580223 198510 1 002

PENGERTIAN Pelayanan anestesi pada pasien yang direncanakan


minimal 1 (satu) hari sebelum operasi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
Pelayanan Anestesi Pada Operasi Elektif :
1. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien
selama tindakan operasi atau tindakan lain yang
menyebabkan pasien memerlukan anestesi umum,
regional dan blok perifer.
2. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk
prosedur yang akan dijalani.
3. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian
selama layanan anestesi.
4. Peningkatan kualitas layanan anestesi.
KEBIJAKAN 1. Keputusan Direktur Nomor 445/687.1/2015 Tentang
Pemberlakuan Pedoman Pelayanan Anestesi dan
Sedasi Moderat dan Dalam.
2. Permenkes Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif RS.
PROSEDUR MASA PRA ANASTESI / PEMBEDAHAN
1. Evaluasi pra anastesi / pra bedah dikerjakan dalam
periode 24 jam sebelum tindakan anastesi /
pembedahan.
2. Terapi atau pemerikaaan yang diperlukan dapat
dilaksanakan, hendaknya diberikan waktu yang
cukup untuk evaluasi tersebut.
3. Evaluasi pra anastesi mencakup :
a. Identifikasi pasien.
b. Pemahaman prosedur bedah / medik yang akan
dilaksanakan.
c. Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari
pasien dan pemeriksaan khusus.
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI ELEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


02/04
RSUD SARAS HUSADA
PURWOREJO
d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain bila
diperlukan.
e. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi
dan memastikan Informed consent.
f. Penganturan dan pemerikasaan lain yang
diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yang
optimal misalnya terapi cairan, transfusi, terapi
nafas dll.
4. Perawatan pra anestesi dimulai saat pasien berada di
ruang perawatan, atau dapat juga dimulai pada saat
pasien diserah terimakan di Ruang operasi dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke meja operasi.
5. Dalam menerima pasien yang menjalani tindakan
anestesi, perawat anestesi wajib memeriksa kembali
data dan persiapan anestesi, diantaranya :
a. Memeriksa Identitas pasien dan keadaan umum
pasien.
b. Kelengkapan status / rekam medik pasien.
c. Surat persetujuan operasi dari pasien /
keluarga.
d. Data laboratorium, rontgent, EKG dan lain-lain.
e. Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan , cat kuku,
lipstik dan lain lain.
f. Menggantikan baju pasien.
g. Membantu pasien untuk mengosongkan
kandung kemih.
h. Mencatat timbang terima pasien.
6. Perawat anestesi juga bertugas memberikan pre
medikasi berdasarkan instruksi tertulis dari dokter
anestesi.

MASA ANESTESI / PEMBEDAHAN


1. Tindakan anestesi harus dikerjakan dalam kerja
sama tim. Seorang Dokter spesialis anestesi harus
didampingi perawat terlatih. Keamanan pasien
selama anestesi dan pembedahan memerlukan
pemantauan fungsi vital yang terus menerus /
berkala yang dicatat dengan baik pada rekam medik,
minimal tiap 5 menit sekali.
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI ELEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


03/04
RSUD SARAS HUSADA
PURWOREJO
2. Prosedur pembedahan dapat diubah jika kondisi
pasien mengarah pada keadaan yang membahayakan
jiwa.
3. Sarana pengaturan dosis obat anestesi dan obat
darurat digunakan harus digunakan secara
maksimal.
4. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada
diatas meja operasi sampai dengan pasien
dipindahkan ke Ruang pulih sadar.
5. Sebelum dilakukan tindakan anestesi dilakukan
kembali pemerisaan nama pasien, data diagnose dan
rencana operasi.
6. Mengenalkan pasien kepada Dokter spesialis
anestesi, dokter bedah, asisten dan Perawat
instrument.
7. Memasang alat pemantau (antara lain tensimeter,
ECG dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan).
8. Mengatur posisi pasien bersama–sama perawat bedah
sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk
tindakan pembedahan.
9. Selama tindakan anestesi, perawat anestesi wajib
mencatat semua tindakan anestesi, berespons dan
mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital
tubuh pasien selama anestesi / pembedahan.
Pemantauan meliputi system pernapasan, sirkulasi,
suhu, keseimbangan cairan, perdarahan, produksi
urine dan lain lain.
10. Perawat anestesi berespons dan melaporkan pada
Dokter spesialis anestesi bila terdapat tanda tanda
kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat
dilakukan tindakan segera.
11. Dokter spesialis anestesi melaporkan kepada Dokter
operator jika terjadi perubahan fungsi vital tubuh
pasien dan tindakan yang diberikan selama
anestesi.
12. Perawat anestesi mengatur dosis obat anestesi atas
pelimpahan wewenang Dokter spesialis anestesi.
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI ELEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


04/04
RSUD SARAS HUSADA
PURWOREJO
13. Jika terjadi kegawatan pada pasien, maka Dokter
spesialis anestesi bersama tim dapat menanggulangi
keadaan gawat darurat.
14. Pada masa pengakhiran anestesi dilakukan
pemantauan tanda tanda vital secara intensif,
menjaga jalan nafas supaya tetap bebas,
menyiapkan alat alat dan obat obatan untuk
mengakhiri anestesi dan atau ekstubasi.

PENGKAJIAN PASCA ANESTESI / PEMBEDAHAN


1. Setelah pengakhiran anestesi, pasien dikirim ke
Kamar pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital
tubuh oleh perawat terlatih.
2. Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke
Ruang rawat khusus (misalnya : ICU).
3. Memberikan bantuan oksigenasi, ventilasi dan
sirkulasi tetap diberikan.
4. Pemeberian analgesi dan sedative disesuaikan dengan
kondisi pasien.
5. Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar
pulih sadar dibuat oleh Dokter spesialis anestesi
dengan penilaian score aldrette dan bromage.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. IRNA
3. ICU
4. INSTALASI RADIOLOGI
5. SMF TERKAIT
DOKUMEN Catatan Terintegrasi, Catatan Anestesi dan Sedasi.
TERKAIT

(Pokja PAB) Paraf (1) ……. Paraf (2)…….

Anda mungkin juga menyukai