20 Juli 2016
SPO
1. Kamar Operasi
2. Ruang rawat inap
UNIT TERKAIT
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENATALAKSANAAN MONITORING ANESTESI UMUM
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A. 10.02.187 B.IBS.210.05 ½
RS. SUAKA
INSAN
Ditetapkan Oleh
SPO Tanggal terbit
20 Juli 2016
SPO
20 juli 2016
PENGERTIAN Ruang pulih sadar ialah ruangan khusus dengan fasilitas untuk stabilisasi
kondisi pasien pasca anestesi dini hingga diputuskan pasien ini layak
dikembalikan ke ruang rawat inap atau dirujuk ke ruang intensif, atau
sesuai kondisi klinis pasien.
TUJUAN 1. Stabilisasi pasien pasca operasi dini
2. Menanggulangi penyulit pasca anestesi dini
KEBIJAKAN Ruang pulih sadar dikelola oleh dokter spesialis anestesi dan perawat
ruang pulih sadar.
PROSEDUR 1. Serah terima pasien pasca bedah-anestesi disertai laporan anestesi
lengkap dengan instruksi dari dokter spesialis anestesi, obat, cairan
infus / darah dan lain-lain
2. Pasien diposisikan miring, terlentang, atau head - up sesuai instruksi.
3. Pasang monitor, ukur tanda vital tiap 15 menit, catat produksi urin.
4. Pertahankan jalan napas.
5. Beri O2 : 2 L / menit atau sesuai instruksi dokter spesialis anestesi.
6. Pastikan infus/transfusi, DC, drain, NGT dll berfungsi dengan baik.
7. Lakukan penilaian dengan standar skor Aldrette untuk pasien pasca
anestesi umum dan skor Bromage untuk pasien pasca anestesi regional.
8. Bila skor Aldrette > 8, skor Steward > 5 atau skor Bromage > 2 maka
pasien dapat dikembalikan ke ruang rawat inap.
9. Nilai Aldrette < 8 nilai atau Steward score < 5 atau tetap respirasi 0,
pasien dirujuk ke ruang intensif.
10.Sebelum merujuk ke ruang intensif atau mengembalikan pasien ke
ruang rawat inap, perawat ruang pulih sadar harus memberi tahu
perawat ruang intensif / ruangan lewat telepon.
11. Serah terima pasien dari petugas ruang pulih sadar ke perawat ruang
intensif / ruangan disertai dengan rekam medik beserta instruksi dokter
spesialis anestesi dan dokter bedah; obat-obat, infus/darah, dan hal-hal
lain yang perlu diinformasikan.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Operasi
2. Penata anestesi
3. Perawat ruang pulih sadar
4. Perawat ruang rawat inap
5. Perawat Ruang Intensif
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI PADA SC EMERGENSI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.191 B.IBS.214.05 1/3
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
SC Emergensi merupakan tindakan pengakhiran persalinan melalui
PENGERTIAN operasi SC Cito atas indikasi kegawatan ibu atau kegawatan janin atau
keduanya.
Operasi berlangsung aman dan nyaman, ibu dan janin selamat-
TUJUAN
sejahtera.
1. Anestesi untuk SC Emergensi harus dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi.
2. Untuk ibu hamil tanpa gangguan volume intra vaskuler yang
KEBIJAKAN berarti dikelola dengan anestesi regional (Blok spinal
/blokepidural).
3. Ibu hamil hipovolemia dikelola dengan anestesi umum berbasis
ketamin.
A. Tegakkan diagnosa kerja anestesi dimana didalamnya tercakup
indikasi tindakan, tehnik anestesi dan prognosis prosedur ASA.
B. Informed consent
C. Persiapan alat dan obat yang akan dipakai, alat dan obat
emergensi, mesin anestesi dan monitor.
D. Optimalisasi keadaan umum, ibu dan janinnya : pasang infus
dengan set transfusi dengan jarum besar, beri O 2, posisi miring
ke kiri.
E. Persiapan darah sesuai perkiraan kebutuhan, jika diperlukan.
F. ANESTESI SPINAL
1. Pasang monitor dan ukur tanda vital parturien.
2. Beri preload RL (15 cc/Kg BB, tetesan cepat)
biladiperlukan.
PROSEDUR 3. Atur posisi parturien miring ke kiri atau duduk.
4. Disinfeksi daerah lumbo sakral.
5. Pasang doek steril.
6. Insersi jarum spinal pada daerah lumbal yangdiinginkan.
7. Lepas mandrin, pastikan LCS keluar.
8. Masukkan obat anestesi lokal terpilih dengan atau tanpa
ajuvan.
9. Terlentangkan pasien, lakukan tes ketinggian blok,
kosongkan kantong urin atau catat urin awal, beri O2 2-3
L/menit.
10. Monitor tanda vital tiap 2 menit untuk 15 menit pertama,
lalu tiap 5 menit untuk selanjutnya.
11. Pencatatan dan pelaporan
12. Antisipasi efek yang timbul
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI PADA SC EMERGENSI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.191 B.IBS.214.02 2/3
20 Juli 2016
SPO
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
Operasi anestesi dimana dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis THT
PENGERTIAN bekerja pada lapangan yang sama dan relatif sempit. Diperlukan
komunikasi dan kerja sama yang baik.
Dokter spesialis THT dapat bekerja dengan baik, jalan napas aman, pasien
TUJUAN
aman dan nyaman selama pasca operasi.
Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dengan tehnik anestesi
KEBIJAKAN umum berbasis inhalasi, respirasi kontrol melakukan intubasi
nasotrakeal/orotrakea.
1. Persiapan diruang rawat inap dan persiapan di kamar operasi sesuai
prosedur.
2. Atur posisi pasien di meja operasi : terlentang dengan bahu diganjal.
3. Pasang monitor, ukur tanda vital dan lakukan pemeriksaan fisik
ulang.
4. Premedikasi sesuai indikasi
5. Mengoksigenasi dengan O2 6L/menit.
6. Induksi dengan agen intravena terpilih.
7. Intubasi nasotrakea/orotrakea dengan fasilitas pelumpuh otot
PROSEDUR terpilih, pastikan fiksasi ETT dengan baik dan dicek secara berkala..
8. Pemeliharaaan : Agent inhalasi dengan atau tanpa N2O dan O2 +
pelumpuh otot terpilih
9. Monitoring tanda vital, patensi jalan napas dan posisi ET serta
balans cairan secara berkala.
10. Pengakhiran anestesi :Pada akhir operasi usahakan pasien napas
spontan dengan atau tanpa obat penawar, matikan N2O dan agent
inhalasi, beri O2 100%, ekstubasi setelah pasien napas adekuat dan
sadar penuh.
11. Lakukan pencatatan dan pelaporan.
1. Spesialis Anestesiologi
UNIT TERKAIT 2. Spesialis THT
3. Spesialis Penyakit Dalam
4. Spesialis Anak
5. Kamar Operasi
6. Perawat ruang rawat inap
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI PADA TUR PROSTAT, TUR BULI DAN
OPERASI RESEKSI TRANS URETRA LAINNYA
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.197 B.IBS.219.05 ½
Ditetapkan Oleh
SPO Tanggal terbit Direktur RS Suaka Insan
20 Juli 2016
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
PENGERTIAN Pengelolaan anestesi pada kraniotomi untuk menghilangkan proses
desak ruang intra cranial (tumor / perdarahan / cairan)dengan tetap
mempertahankan stabilitas hemodinamik, menurunkan tekanan intra
kranial dan menghindari manuver yang menyebabkan penurunan
tekanan perfusi serebral.
TUJUAN 1. Stabilisasi hemodinamik baik intra maupun ekstra kranial.
2. Mempermudah penglihatan lapangan operasi.
3. Mengurangi dan mencegah dema otak intra operatif atau pasca
operatif.
KEBIJAKAN Anestesia pada kraniotomi haris dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
dengan prinsip menjaga stabilitas hemodinamik dan mencegah
peningkatan tekanan intra kranial.
PROSEDUR 1. Persiapan di ruang rawat inap sesuai prosedur, ditambah daengan
pemeriksaan CT Scan, konsultasi ke spesialis lain bila dipandang
perlu.
2. Terapi oksigen selama di ruang perawatan.
3. Persiapan ketersediaan ruang rawat intensif untuk post–op jika
diperlukan.
4. Serah terima pasien dari perawat ruang rawat inap atau ruang
intesif ke perawat kamar operasi disertai catatan medik, askep,
alat/obat/darah dll.
5. Persiapan di kamar operasi sesuai prosedur.
6. Pasien diterlentangkan di meja operasi, pasang monitor – ukur
tanda vital dan lakukan pemeriksaan fisik ulang.
7. Berikan pre oksigenasi / denitrogenasi dengan O2 6-8 l/menit.
8. Induksi dengan agen intravena terpilih, disertai lidocaine 1,5
mg/Kg BB
9. Intubasidengan obat pelumpuh otot non depolarisasi terpilih sesuai
dosis.
10. Atur posisi sesuai keperluan pembedahan. Pasang CVC jika
diperlukan
11. Pemeliharaan dengan atau tanpa N2O sesuai indikasi dalam
oksigen, disertai agen inhalasi atau intravena terpilih, napas kendali
(hiperventilasi bila diperlukan), dengan pelumpuh otot terpilih.
12. Monitor tanda vital, cairan, perdarahan, posisi ET dan kedalaman
anestesi.
13. Pengakhiran anestesi : Anestesi dibiarkan tetap cukup
kedalamannya hingga kepala terbungkus perban elastis.
14. Tentukan apakah perlu extubasi atau tidak. Jika akan diextubasi
lakukan extubasi dalam. Jika tetap terintubasi pastikan perawatan
di ruang intensif.
15. Tentukan perlu tidaknya perawatan di ruang rawat intensif.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI PADA KRANIOTOMI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
1. Spesialis Anestesiologi
2. Spesialis Bedah (Bedah Saraf)
3. Spesialis Neurologi
4. Spesialis Penyakit dalam
Unit Terkait
5. Unit Gawat Darurat
6. Kamar Operasi
7. Perawat ruang rawat inap
8. Perawat ruang intensif
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ANESTESI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
DR.Dr.A.J.Djohan,MM,FIAS
Penatalaksanaan anestesi regional (Blok perifer) adalah kegiatan yang
dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi dengan cara melakukan
PENGERTIAN
blokade sementara konduksi syaraf sensorik, motorik dan otonom
sesuai regio operasi.
1. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
2. Memberikan analgesi dan relaksasi.
TUJUAN 3. Efisiensi
4. Sebagai alternatif apabila anestesi umum / anestesi spinal /
anestesi epidural tidak memungkinkan dilakukan
Anestesi blok perifer hanya boleh dikerjakan oleh dokter spesialis
KEBIJAKAN anestesi atau residen anestesi yang diberi pelimpahan tugas, dan
pengerjaannya harus mengacu asas septik / antiseptik.
1. Persiapan di ruang rawat inap seperti persiapan untuk anestesi
umum.
2. Serah terima pasien dari perawat ruang rawat inap ke perawat
kamar operasi disertai dengan catatan medik, askep, informed
consent, obat dll.
3. Persiapan alat dan obat anestesi umum, mesin anestesi,
monitor serta alat/obat emergensi.
4. Persiapan kit blok perifer :Doek steril, kassa steril, sarung
tangan steril, betadin, alkohol 70%, nerve stimulator, spuit, obat
anestesi lokal terpilih.
5. Terlentangkan pasien di meja operasi, pasang monitor-ukur
tanda vital, lakukan pemeriksaan fisik ulang.
6. Beri O2 : 2 L/menit.
7. Berikan sedasi bila perlu.
8. Atur posisi pasien sesuai blok yang akan dilakukan.
PROSEDUR 9. Disinfeksi daerah yang akan dengan betadine-alkohol.
10. Pasang doek steril.
11. Tentukan marker dari regio yang akan diblok.
12. Insersi nerve stimulator sampai mendapat kedutan yang
diinginkan.
13. Pastikan tidak masuk intravena. Masukkan obat anestesi lokal
terpilih dengan atau tanpa ajuvan sesuai dosis.
14. Lakukan tes motorik dan sensorik pada regio yang diinginkan
15. Monitor tanda vital tiap 2 menit untuk 15 menit pertama, lalu
tiap 5 menit untuk selanjutnya.
16. Antisipasi efek samping yang timbul.
17. Pencatatan dan pelaporan.
18. Di ruang pulih sadar pasien dirawat dengan posisi supine,
beriO2 2 L/menit monitor tanda vital tiap 5 menit..
19. Tanda vital stabil, tak ada efek samping lain pasien dipindah
ke ruang rawat inap, kondisi sebaliknya dirujuk ke ruang
intensif.
DR.Dr.A.J.Djohan,MM,FIAS
Penatalaksanaan nyeri adalah serangkaian kegiatan yang dikerjakan
oleh dokter spesialis anestesi dengan cara menghilangkan pengalaman
PENGERTIAN
sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan potensial kerusakan jaringan atau trauma.
1. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
2. Memberikan analgesi kepada pasien
TUJUAN
3. Mempermudah perawatan.
4. Mempertahankan kondisi optimal pasien.
KEBIJAKAN Penatalaksanaan nyeri harus dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi.
1. Spesialis Anestesiologi mengangani masalah nyeri pasien post
operatif, menerima pasien di klinik nyeri atau mendapat
konsultasi untuk penanganan nyeri di ruangan.
2. Identifikasi nyeri yang diderita pasien (Mild, moderate, severe),
serta kondisi klinis pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dibantu dokter residen anestesi yang memenuhi syarat.
3. Informed consent jenis pengobatan yang akan diberikan
4. Jika didapatkan nyeri ringan, cukup NSAID, aspirin,
asetaminofen sesuai dosis. Pemberian obat - obat tersebut
diberikan jika tidak ada alergi terhadap obat tersebut. Monitor
keadaan umum dan tanda tanda vital dilakukan sebelum dan
setelah pemberian obat – obatan tersebut.
5. Jika didapatkan nyeri moderate, dapat diberikan tramadol,
codeine, hydrocodone, oxycodone sesuai dosis. Pemberian obat
obat tersebut diberikan jika tidak ada alergi terhadap obat
tersebut. Monitor keadaan umum dan tanda tanda vital
dilakukan sebelum dan setelah pemberian obat – obatan
PROSEDUR
tersebut. Perlu diwaspadai pemberian opiate ini dapat
menyebabkan mual dan muntah.
6. Jika didapatkan nyeri berat, dapat diberikan morfine, fentanyl,
metadon, hidromorfon sesuai dosis. Pemberian obat obat
tersebut diberikan jika tidak ada alergi terhadap obat tersebut.
Monitor keadaan umum dan tanda - tanda vital dilakukan
sebelum dan setelah pemberian obat - obatan tersebut. Perlu
diwaspadai pemberian opiate ini dapat menyebabkan mual dan
muntah. Dan hati hati pada efek depresi nafas.
7. Pada pemberian opiate intravena dapat dipasang monitor untuk
mengetahui tanda vital (Tekanan darah, saturasi O2, nadi).
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENATALAKSANAAN NYERI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.200 B.IBS.221.05 2/3
PROSEDUR
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENATALAKSANAAN NYERI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.200 B.IBS.221.05 3/3
PROSEDUR
1. Spesialis Anestesiologi
UNIT TERKAIT 2. Manajemen nyeri
3. Ruang Rawat Inap
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
UNTUK OPERASI GAWAT DARURAT DILUAR JAM KERJA
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.201 B.IBS.222.05 1/2
DR.Dr.A.J.Djohan,MM,FIAS
Serangkaian kegiatan yang harus dikerjakan oleh dokter spesialis
anestesi yang telah diberi pelimpahan tugas dalam melakukan
PENGERTIAN
kegiatan pre, durante dan pasca anestesi pada terhadap pasien yang
akan dioperasi gawat darurat diluar jam kerja.
1. Sebagai acuan bagi dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis
terkait.
TUJUAN 2. Mengoptimalkan keadaan umum pasien.
3. Memberikan rasa aman dan nyaman untuk pasien gawat darurat.
4. Memberikan pelayanan 24 jam kepada pasien gawat darurat.
KEBIJAKAN Pelayanan operasi gawat darurat diluar jam kerja dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi anestesi dibantu perawat anestesi dan sesuai
dengan standar pelayanan medis yang telah disebutkan sebelumnya.
1. Dokter operator membuat konsulan ke dokter spesialis anestesi.
2. Dokter spesialis anestesi yang telah diberi pelimpahan tugas
melakukan pemeriksaan pre-operatif (Anamnesis dan pemeriksaan
fisik), pemeriksaan darah rutin, dan pemeriksaan penunjang lain
yang diperlukan (laboratorium, foto thoraks, EKG, dan lain lain)
dilakukan sesuai indikasi, jika diperlukan konsultasi ke dokter
spesialis lain atas indikasi.
3. Membuat kesimpulan berupa diagnosis anestesi yang
meliputi :Identitas pasien, jenis operasi, indikasi operasi dan
tehnik anestesi yang akan diberikan serta status fisik berdasarkan
ASA.
4. Melakukan informed consent kepada pasien dan wali.
5. Jika memnungkinkan, Instruksikan kepada perawat di IGD agar :
PROSEDUR
a. Mempuasakan pasien 4-6 jam pre anestesi.
b. Memasang infus pemeliharaan semenjak pasien dipuasakan.
c. Menghapus kosmetik dan melepas semua protese dan
perhiasan pasien.
d. Memberikan obat-obat premedikasi sesuai instruksi.
6. 30 menit sebelum operasi, pasien diantar ke kamar operasi, serah
terima dari perawat ruangan / IGD kepada perawat kamar operasi
disertai dengan status pasien, askep, obat, informed consent dan
perlengkapan anestesi.
7. Persiapan di kamar operasi meliputi persiapan mesin anestesi,
monitor, alat dan obat yang akan dipakai, alat dan obat emergensi.
8. Prosedur tindakan (anestesi umum / regional) dilakukan sesuai
prosedur.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
UNTUK OPERASI GAWAT DARURAT DILUAR JAM KERJA
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.201 B.IBS.222.05 2/2
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
Resusitasi jantung paru otak (RJPO) adalah serangkaian kegiatan
yang dikerjakan oleh seluruh tenaga medis (dokter spesialis anestesi,
PENGERTIAN dokter spesialis yang terlatih, dan perawat yang telah terlatih) dalam
melakukan kegiatan penyelamatan nyawa pada pasien henti napas dan
henti jantung.
1. Sebagai acuan umum seluruh tenaga medis RS Suaka Insan
Banjarmasin
2. Melalakukan tindakan penyelamatan nyawa pasien.
TUJUAN
3. Memberikan pertolongan pertama pasien henti napas dan
jantung.
4. Memberikan pelayanan 24 jam kepada pasien.
Pelayanan untuk resusitasi jantung paru otak (RJPO) dilakukan oleh
KEBIJAKAN
tenaga medis yang telah memenuhi syarat secara professional.
1. Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi
sistem gawat darurat (Code Blue) segera
a. Pengenalan tanda kegawatan dini (Sesak nafas, nyeri
dada,dll)
b. Apabila benar ditemukan henti jantung, identifikasi kondisi
pasien lalu kontak sitem gawat darurat.
2. Rantai kedua resusitasi jantung paru segera
a. Kompresi dada sesegera mungkin apabila pasien mengalami
henti jantung dan henti nafas (Compresion, Airway,
Breathing)
b. Kompresi dilakukan dengan kekuatan penuh diatas sternum
dan berirama 30 kompresi diikuti 2 hembusan nafas secara
berulang. Tindakan ini sambil diikuti pemasangan monitor.
c. Sesegera mungkin dilakukan intubasi endotrakeal.
PROSEDUR 3. Rantai ketiga defibrilasi segera
a. Defibrilasi dilakukan sesegera mungkin jika ditemukan
indikasi.
b. Defibrilasi dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
4. Rantai keempat perawatan kardiovaskular lanjutan yang efektif
a. Pertolongan lebih lanjut yang dating berikutnya merupakan
rantai penting, dikarenakan peralatan yang dibawa lebih
lengkap (Peralatan ventilasi, obat obatan pengontrol aritmia
dan peralatan stabilisasi lainnya.
5. Rantai kelima perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif
a. Penatalaksanaan RJPO adalah menggunakan pendekatan
multidisiplin
b. Perawatan post RJPO, kembalinya sirkulasi spontan,
memerlukan perawatan di ruang rawat intensif.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.202 B.IBS.223.05 2/2
PROSEDUR
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
Penggunaan medikasi untuk menekan tingkat kesadaran pasien sementara
pasien memungkinkan secara terus-menerus dan mandiri mempertahankan
jalan napas paten dan merespon perintah verbal dan/atau rangsangan
lembut.
20 Juli 2016
SPO
STEWARD SCORE
Gerak bertujuan 2
PERGERAKKAN Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
Batuk, menangis 2
PERNAFASAN Pertahankan jalan nafas 1
PROSEDUR Perlu bantuan 0
Menangis 2
KESADARAN Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
Jika Jumlah ≥ 5, penderita dapat dipindahkan keruangan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KRITERIA PEMINDAHAN PASIEN
DARI RUANG PULIH SADAR / PASCA ANESTESI ATAU
SEDASI
RS SUAKA INSAN BANJARMASIN
No. Dokumen No. revisi Halaman
A.10.02.204 B.IBS.225.05 2/2
RS. Suaka Insan
Skor Alderette
ALDRETE SCORING SYSTEM
AKTIVITAS Skor
Secara spontan/perintah dapat menggerakkan ke-4 2
ekstremitas
Secara spontan/perintah dapat menggerakkan ke-2 1
ekstremitas
Tidak dapat menggerakkan ekstremitas secara 0
spontan/perintah
PERNAPASAN Skor
Bernafas spontan dan batuk 2
Dyspneu, bernafas dangkal, bernafas terbatas 1
Apneu 0
SIRKULASI Skor
Perubahan tekanan darah ± >20 mmHg dari TD sebelum 2
operasi
Perubahan tekanan darah ± >20 - 50 mmHg dari TD 1
sebelum operasi
PROSEDUR Perubahan tekanan darah ± >50 mmHg dari TD sebelum 0
operasi
KESADARAN Skor
1. Sadar penuh 2
2. Merespon dengan perintah 1
3. Diam/tidak ada respon 0
WARNA KULIT Skor
1. Normal 2
2. Pucat, jaundice 1
3. Sianosis 0
TOTAL SKOR
Pasien dapat dipindahkan ke ruangan jika skor ≥ 8, tanpa nilai 0
Skor Bromage
BROMAGE SCORE
Gerakkan penuh dari tungkai 0
Tak mampu ekstensi tungkai 1
Tak mampu fleksi lutut 2
Tak mampu fleksi pergelangan kaki 3
Bromage Score ≤ 2 boleh dipindahkan ke ruangan
1. Spesialis Anestesiologi
UNIT TERKAIT
2. Kamar Operasi
3. Perawat ruang pulih sadar
4. Perawat ruang rawat inap
5. Perawat ruang intensif
SEDASI MODERAT DAN DALAM (DEWASA)
No Dokumen
No Revisi Halaman
A.10.02.205 B.IBS.227.05 1/1
No Dokumen
No Revisi Halaman
A.10.02.205 B.IBS.227.05 2/2
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
B. INTRA SEDASI
1. pastikan konsentrasi oksigen yang adekuat
2. pastikan jalur akses intravena yang bagus
3. berikan obat sedasi melalui akses intavena dan evaluasi akses intravena
PROSEDUR agar tetap adekuat
4. periksa tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respon terhadap stimulus)
5. periksa oksigenasi (pastikan konsentrasi oksigen tetap adekuat)
6. periksa ventilasi paru (periksa pergerakan dinding paru, pastikan posisi
yang mantap untuk kasus yang mnggnakan ETT/LMA
7. periksa sirkulasi (periksa gambaran ekg serta cek tekanan darah setiap
15menit)
8. catat semua data direkam medis (catat penggunaan obat serta alat yang
digunakan, temuan klinis selama proses sedasi)
UNIT TERKAIT
Kamar Operasi
SEDASI MODERAT DAN DALAM (ANAK)
Ditetapkan Oleh :
STANDAR
Direktur RS Suaka Insan
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 20 Juli 2016
DR.Dr.A.J.Djohan,MM
Pemberian suatu obat yang menyebabkan penurunan depresi tingkat kesadaran
pasien serta diharapkan masih berespon dengan cepat / berkurang untuk tujuan
Pengertian
tertentu terhadap perintah verbal (stimulus Auditory) yang keras atau rangsang
pada ketuk dahi.
Memberikan suatu obat untuk menurunkan tingkat kesadaran yang diberikan pada
Tujuan
tindakan / prosedur yang membutuhkan sedasi sedang pada anak.
Persiapan pra sedasi dan pelayanan sedasi sedang / dalam harus dikerjakan
Kebijakan oleh dokter spesialis anestesi dan dibantu perawat anestesi setelah ada
permintaan dari dokter spesialis terkait.
Ditetapkan Oleh :
Direktur RS Suaka Insan
SPO Tanggal Terbit
20 Juli 2016
DR.Dr.A.J.Djohan,MM