TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANESTESI DAN SEDASI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT YARSI
Menimbang :
a. bahwa Pelayanan Anestesi dan Bedah merupakan salah satu unit pelayanan yang harus
mendukung pelayanan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsisecara keseluruhan, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan anestesi dan bedah yang bermutu tinggi;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka diperlukan suatu
Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi untuk dipergunakan sebagai acuan prosedur
pelayanan;
Mengingat :
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU Keputusan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsi nomor tahun 2022
: tentang Pemberlakuan Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Yarsi
KEDUA Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
: Yarsi sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA Pembinaan dan pengawasan Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di
: Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsi sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA
agar dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja terkait.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
KEEMPAT ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
:
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : DD/MM/ 2023
DIREKTUR RSGM YARSI
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
DEFINISI
2. Tim pelaksana pelayanan anestesi terdiri dari dokter spesialis anestesiologi serta
penata anestesi dan perawat terlatih anestesi. Dalam melakukan pelayanan dokter
anestesiologi dapat mendelegasikan tugas pemantauan kepada anggota tim namun tetap
bertanggung jawab atas pasien secara keseluruhan
8. Kepala Staf Medis Fungsional (SMF) anestesiologi adalah seorang dokter spesialis
anestesiologi yang diangkat oleh Kepala Rumah Sakit
9. Pemilihan dan penetapan mitra bestari adalah suatu cara mendapatkan mitra bestari
untuk melakukan kredensial / rekredensial bagi seorang dokter.
10. Mitra bestari adalah sekelompok dokter (minimal 1 orang) dari disiplin ilmu yang sama
dengan dokter yang akan dikredensial / rekredensial ; atau dari disiplin ilmu yang berbeda
tetapi sesuai dengan kompetensi / autoritas yang diminta
4
11. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi / langkah – langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu berdasarkan standar
kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan Panduan nasional yang disusun, ditetapkan
oleh rumah sakit sesuai kemampuan Rumah Sakit dengan memperhatikan sumber daya
manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
12. Pelayanan Pra-anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra-
anestesi dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan
anestesi.
13. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan anestesi yang dilakukan selama tindakan
anestesi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
14. Perawatan pasca anestesi : dilakukan kepada semua pasien yang menjalani anestesi
umum / regional, atau perawatan anestesi terpantau (monitored anesthesia care)
15. Pelayan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis di
lingkungan RS.
16. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang
berisiko mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
dilingkungan RS.
17. Pelayanan anesthesia regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok
saraf regional sehingga tercapai anesthesia di lokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
18. Pelayanan anesthesia / analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesic di luar kamar operasi.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Panduan Praktik Klinis (PPK) anestesi dan sedasi meliputi kamar operasi ,
pelayanan diluar kamar operasi yang membutuhkan pelayanan anestesi dan sedasi. Panduan
ini digunakan olek dokter spesialis anestesi dalam menjalankan tugasnya dalam memberikan
pelayanan anestesi dan sedasi serta kelompok profesi lain yang terkait dengan pelayanan
anestesi dan sedasi
6
BAB III TATA LAKSANA
7
6 Prosedur 1. Petugas registrasi melakukan penjadwalan konsultasi dengan
Tindakan spesialis anestesi dan spesialis yang dikonsulkan sesuai dengan
indikasi dan kondisi pasien
2. Pemeriksaan pre anestesia :
- Pasien melakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi dan EKG (sesuai indikasi)
- Pasien melakukan konsultasi dengan spesialis sesuai dengan kondisi
pasien untuk menentukan toleransi operasi pasien untuk diberikan
anestesi dan tindakan operasi
- Pasien melakukan konsultasi sesuai jadwal dengan spesialis
anestesi dengan membawa hasil pemeriksaan konsul spesialis sesuai
kondisi dan pemeriksaan penunjang.
- Dokter Anestesi dapat menunda atau menolak tindakan anestesi
mengacu kepada anamnesis dan pemeriksaan fisis pada klasifikasi
ASA dan evaluasi jalan napas
- Dokter Anestesi melakukan informed consent yaitu menjelaskan
rencana tindakan anestesia, komplikasi dan risiko pemberian
anestesia sesuai dengan indikasi dan kondisi pasien dan pasien/
keluarga pasien memberikan izin tertulis dalam bentuk tanda tangan
apabila setuju untuk tindakan anestesi
3. pasien melakukan penjadwalan operasi di bagian registrasi
4. Bila dalam keadaan Cito, kondisi pasien dilaporkan oleh dokter
umum/ perawat untuk diberikan instruksi persiapan dan pemberian
obat yang akan dilakukan saat operasi.
5. Medikasi Pre anestesi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
antara lain obat golongan sedatif, tranqulizer, analgetik opioid, anti
emetik, H-2 antagonis dengan jalur pemberian dapat diberikan
melalui oral, iv, im, rektal atau intranasal
6. Rencana pengelolaan pasca bedah
- Menjelaskan teknis dan obat yang digunakan untuk
penanggulangan nyeri pasca bedah
- menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat biasa/
ruang perawatan khusus)
7. Membuat dokumentasi dengan melakukan pencatatan dan
pelaporan hasil evaluasi secara lengkap di rekam medis pasien
7 Edukasi Menjelaskan kepada pasien dan pihak keluarga atau yang mewakili
pasien mengenai tindakan, risiko, komplikasi dan perawatan
selanjutnya
8 Tingkat IV
Evidens
9 Tingkat C
Rekomendasi
10 Outcome 80 % pasien dilakukan visitasi dokter Spesialis Anestesi
Klinisi
11 Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan
8
BAB IV
DISCLAIMER
keluarga
9
BAB V PENUTUP
Dengan telah tersusunnya Panduan Praktis Klinis ini diharapkan dapat menjadi Standar
Prosedur Operasional bagi dokter anestesi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dan
fasilitas pelayanan kesehatan di RSGM Yarsi.
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada TanggaL : DD/MM/2023 DIREKTUR RSGM YARSI,
10