Anda di halaman 1dari 10

LOGO

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YARSI


Nomor : 000/S.KEP/DIR/RSGM/0000

TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANESTESI DAN SEDASI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT YARSI

DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YARSI

Menimbang :

a. bahwa Pelayanan Anestesi dan Bedah merupakan salah satu unit pelayanan yang harus
mendukung pelayanan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsisecara keseluruhan, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan anestesi dan bedah yang bermutu tinggi;

b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka diperlukan suatu
Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi untuk dipergunakan sebagai acuan prosedur
pelayanan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu


ditetapkan Keputusan Direktur RSGM Yarsi tentang Panduan Pelayanan Anestesi di RSGM
Yarsi

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun


2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063);
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara RI
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5072);
3. Permenkes Nomor 1045/ Menkes/ Per/ XI/ 2006 Tentang Panduan Organisasi Rumah
Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologii dan Terapi Intensif di
Rumah Sakit.

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU Keputusan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsi nomor tahun 2022
: tentang Pemberlakuan Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Yarsi

KEDUA Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
: Yarsi sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

KETIGA Pembinaan dan pengawasan Panduan Praktik Klinis Anestesi dan Sedasi di
: Rumah Sakit Gigi dan Mulut Yarsi sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA
agar dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja terkait.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
KEEMPAT ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
:

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : DD/MM/ 2023
DIREKTUR RSGM YARSI

drg. Liana Zulfa, Sp Perio (K) , MARS

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

DEFINISI

1. Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah pelayanan dalam rangka


menerapkan ilmu anestesiologi dan terapi intensif diberbagai unit kerja

2. Tim pelaksana pelayanan anestesi terdiri dari dokter spesialis anestesiologi serta
penata anestesi dan perawat terlatih anestesi. Dalam melakukan pelayanan dokter
anestesiologi dapat mendelegasikan tugas pemantauan kepada anggota tim namun tetap
bertanggung jawab atas pasien secara keseluruhan

3. Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan


program studi dokter spesialis anestesiologi diinstitut pendidikan yang telah diakui atau lulusan
luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek
(SIP)

4. Penata anestesi adalah petugas kesehatan yang sudah mengikuti program


pendidikan anestesi setara DIII (diploma)

5. Perawat anestesi adalah perawat yang minimal telah mengikuti pelatihan


sehingga memiliki pengalaman dalam aktivitas keperawatan pada tindakan anestesi. Perawat
anestesi bekerja sama dan mendapatkan supervisi langsung dari dokter yang berkompeten dan
terlatih baik
6. Pengawasan dan pengarahan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bahwa
pekerjaan anestesiologi termasuk mengawasi mengelola dan membimbing petugas anestesi
non-dokter yang tergabung dalam tim anestesi.

7. Kepala Instalasi anestesi adalah seorang dokter spesialis anestesiologi yang


diangkat oleh Kepala Rumah Sakit.

8. Kepala Staf Medis Fungsional (SMF) anestesiologi adalah seorang dokter spesialis
anestesiologi yang diangkat oleh Kepala Rumah Sakit

9. Pemilihan dan penetapan mitra bestari adalah suatu cara mendapatkan mitra bestari
untuk melakukan kredensial / rekredensial bagi seorang dokter.

10. Mitra bestari adalah sekelompok dokter (minimal 1 orang) dari disiplin ilmu yang sama
dengan dokter yang akan dikredensial / rekredensial ; atau dari disiplin ilmu yang berbeda
tetapi sesuai dengan kompetensi / autoritas yang diminta

4
11. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi / langkah – langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu berdasarkan standar
kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan Panduan nasional yang disusun, ditetapkan
oleh rumah sakit sesuai kemampuan Rumah Sakit dengan memperhatikan sumber daya
manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
12. Pelayanan Pra-anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra-
anestesi dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan
anestesi.
13. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan anestesi yang dilakukan selama tindakan
anestesi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
14. Perawatan pasca anestesi : dilakukan kepada semua pasien yang menjalani anestesi
umum / regional, atau perawatan anestesi terpantau (monitored anesthesia care)
15. Pelayan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis di
lingkungan RS.

16. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang

berisiko mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang
dilingkungan RS.

17. Pelayanan anesthesia regional adalah tindakan pemberian anestesi untuk memblok
saraf regional sehingga tercapai anesthesia di lokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
18. Pelayanan anesthesia / analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesic di luar kamar operasi.

19. Pelayanan penatalaksanaan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri,


terutama nyeri akut, kronik dan kanker dengan prosedur intervensi (interventional pain
management).
20. Pengelolaan akhir kehidupan adalah pelayanan tindakan penghentian atau
penundaan bantuan hidup

5
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan Praktik Klinis (PPK) anestesi dan sedasi meliputi kamar operasi ,
pelayanan diluar kamar operasi yang membutuhkan pelayanan anestesi dan sedasi. Panduan
ini digunakan olek dokter spesialis anestesi dalam menjalankan tugasnya dalam memberikan
pelayanan anestesi dan sedasi serta kelompok profesi lain yang terkait dengan pelayanan
anestesi dan sedasi

6
BAB III TATA LAKSANA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


PRA ANESTESI

1 Pengertian Pemeriksaan dan pemberian obat-obatan premedikasi sebelum


(Definisi) tindakan anestesi
2 Indikasi Semua pasien yang telah dijadwalkan operasi dengan menggunakan
anestesi sedasi dan umum
3 Tujuan 1. Mempersiapkan kondisi pasien seopimal mungkin sebelum
dilakukan tindakan
2. menyiapkan fisik pasien untuk menjalani anestesi dan
pembedahan dengan lancar
3. mencegah terjadinya penyulit dan komplikasi pada waktu
melakukan tindakan

4 Kebijakan 1. Perlu dilakukan pemeriksaan / konsulasi penderia sebelum


tindakan anestesi
2. Sebagai pelaksana : dokter spesialis anestesi
3. Bila diperlukan untuk optimalisasi anesesi dan operasi, jadwal
operasi bisa ditunda
4. Mengurangi dosis obat anestesi pada waktu dilakukan anestesi
5. Menghilangkan rasa cemas rasa nyeri pada waktu menghadapi
tindakan pembedahan.
6. menentukan ASA (resiko) anestesi
7. Menentukan status teknik anestesi yang akan dilakukan.
8. Memperoleh persetujuan tindakan anestesia (informed
concenst)
9. persiapan tindakan anestesi

5 Persiapan 1. Pasien yang sudah teregistrasi


2. konsultasi anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan spesialis
anestesi dan spesialis yang sesuai dengan indikasi dan kondisi pasien
3. Melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium, radiologi dan
EKG

7
6 Prosedur 1. Petugas registrasi melakukan penjadwalan konsultasi dengan
Tindakan spesialis anestesi dan spesialis yang dikonsulkan sesuai dengan
indikasi dan kondisi pasien
2. Pemeriksaan pre anestesia :
- Pasien melakukan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
radiologi dan EKG (sesuai indikasi)
- Pasien melakukan konsultasi dengan spesialis sesuai dengan kondisi
pasien untuk menentukan toleransi operasi pasien untuk diberikan
anestesi dan tindakan operasi
- Pasien melakukan konsultasi sesuai jadwal dengan spesialis
anestesi dengan membawa hasil pemeriksaan konsul spesialis sesuai
kondisi dan pemeriksaan penunjang.
- Dokter Anestesi dapat menunda atau menolak tindakan anestesi
mengacu kepada anamnesis dan pemeriksaan fisis pada klasifikasi
ASA dan evaluasi jalan napas
- Dokter Anestesi melakukan informed consent yaitu menjelaskan
rencana tindakan anestesia, komplikasi dan risiko pemberian
anestesia sesuai dengan indikasi dan kondisi pasien dan pasien/
keluarga pasien memberikan izin tertulis dalam bentuk tanda tangan
apabila setuju untuk tindakan anestesi
3. pasien melakukan penjadwalan operasi di bagian registrasi
4. Bila dalam keadaan Cito, kondisi pasien dilaporkan oleh dokter
umum/ perawat untuk diberikan instruksi persiapan dan pemberian
obat yang akan dilakukan saat operasi.
5. Medikasi Pre anestesi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
antara lain obat golongan sedatif, tranqulizer, analgetik opioid, anti
emetik, H-2 antagonis dengan jalur pemberian dapat diberikan
melalui oral, iv, im, rektal atau intranasal
6. Rencana pengelolaan pasca bedah
- Menjelaskan teknis dan obat yang digunakan untuk
penanggulangan nyeri pasca bedah
- menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat biasa/
ruang perawatan khusus)
7. Membuat dokumentasi dengan melakukan pencatatan dan
pelaporan hasil evaluasi secara lengkap di rekam medis pasien

7 Edukasi Menjelaskan kepada pasien dan pihak keluarga atau yang mewakili
pasien mengenai tindakan, risiko, komplikasi dan perawatan
selanjutnya
8 Tingkat IV
Evidens
9 Tingkat C
Rekomendasi
10 Outcome 80 % pasien dilakukan visitasi dokter Spesialis Anestesi
Klinisi
11 Kepustakaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

8
BAB IV

DISCLAIMER

Dokumen tertulis PPK Anestesi perangkat implementasi ini disertai dengan

disclaimer (penyangkalan) untuk :


1. Menghindari kesalahpahaman atau salah persepsi tentang arti kata standar, yang
dimaknai harus melakukan sesuatu tanpa kecuali
2. Menjaga autonomi dokter bahwa keputusan klinis

merupakan wewenangnya sebagai orang yang dipercaya pasien

Adapun disclaimer tersebut :

1. Disclaimer utama yaitu:

a. PPK dibuat untuk average patient

b. PPK dibuat untuk penyakit/ Kondisi patologis tunggal

c. Reaksi individual terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi

d. PPK dianggap valid pada saat di cetak

e. Praktek kedokteran modern harus lebih mengakomodasi preferensi pasien dan

keluarga

2. Disclaimer tambahan, yang dapat disertakan pada disclaimer:

a. PPK dimaksudkan untuk tatalaksana pasien sehingga tidak berisi informasi


lengkap tentang penyakit
b. Dokter yang memeriksa harus melakukan konsultasi bila merasa tidak menguasai
atau ragu dalam menegakkan diagnose dan memberikan terapi
c. Penyusun PPK tidak bertanggung jawab atas hasil apapun yang terjadi

akibat penyalah gunaan PPK dalam tatalaksana pasien

9
BAB V PENUTUP

Dengan telah tersusunnya Panduan Praktis Klinis ini diharapkan dapat menjadi Standar
Prosedur Operasional bagi dokter anestesi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dan
fasilitas pelayanan kesehatan di RSGM Yarsi.

Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada TanggaL : DD/MM/2023 DIREKTUR RSGM YARSI,

drg. Liana Zulfa, Sp Perio (K), MARS

10

Anda mungkin juga menyukai